Cari Blog Ini

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny ”M” Bayi Baru Lahir dengan BBLR Di Covise RS. Dr. M. Djamil Padang

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ”M” BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR DI COVISE RS. DR. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL 30-31 OKTOBER 2008














Oleh :


LISA ERVINA
06042562











POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
DEPARTEMENT KESEHATAN RI
PADANG
2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan maklah yang berjudul ‘’MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ‘M’ DENGAN BBLR DI RUANG COVISE RSUP M DJAMIL PADANG TANGGAL 30 – 31 OKTOBER 2008 ‘ ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bu widdefrita selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pembuatan makalah ini.
2. Bu Rika Hardi Amd.keb yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dan telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
3. Keluarga Misdawati dan bayinya yang telah bersedia membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
4. Seluruh staf di ruang covise RSUP M DJAMIL PADANG dan juga teman-teman yang banyak membantu.
i
Penulis menyadari dalm pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dalam pembuatan makalah ini lebih baik selanjutnya.
Penulis berharap dengan adanya makalh ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi semua pembaca dan dapat bermanfaat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.


Wassalam

Penulis








ii


BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) maupun bayi kurang bulan (BKB ) merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia.
BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT 2001, 29 % kematian neonatal karena BBLR.
Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah hipotermi, hiperbilirubinemia, hipoglikemi, infeksi / sepsis dan ganguan minum. Dengan banyaknya penyulit pada BBLR, kita harus dapat mencegahnya mulai dari meningkatkan pengetahuan ibu tentang BBLR dan langkah – langkah untuk mencegah hal tersebut.

I.2 TUJUAN
TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu :
v Menjelaskan tentang penyebab dan komplikasi BBLR
v Melakukan manajemen BBLR dengan berbagai penyulitnya sesuai dengan fasilitas yang tersedia.

TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa memiliki kemampuan untuk :
v Menjelaskan beberapa penyebab dan factor predisposisi BBLR
v Mengidentifikasikan BBLR menurut masa gestasi
v Melakukan manajemen BBLR
v Melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kemudian dianalisa dan ditentukan diagnosa kebidanan dengan menentukan prioritas masalah
v Menyusun rencana asuhan selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan prioritas
v Melaksanakan dan menerapkan rencana yang telah ditentukan
v Mengevaluasi keefektifan semua rencana asuhan yang telah ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. DEFENISI
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir ( BBL) dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Berat lahir ( BL ) / Birth weight adalah berat badan bayi baru lahir yang di timbang sejak 0-24 jam setelah lahir.
Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR) / Very low birth weight infant adalah BBL dengan berat lahir kurang dari 1500 gram sampai 1000 gram.
Bayi berat lahir amat sangat rendah / BBLASR adalah BBL dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
Bayi kurang bulan (BKB ) adalah BBL dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (< 259 Hari).
Bayi imatur adalah BBL dengan usia kehamilan < 28 minggu.
Bayi cukup bulan ( BCB ) adalah BBL dengan usia kehamilan 37-42 minggu.
Bayi lebih bulan (BLB ) adalah BBL dengan usia kehamilan > 42 minggu .
BBLR dapat dikelompokan menjadi:
ü BBLR, BCB, SMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan.
ü BBLR, BCB, KMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi cukup bulan, kecil masa kehamilan.
ü BBLR, BKB, BMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi kurang bulan, besar masa kehamilan.
ü BBLR, BKB, KMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan.
ü BBLR, BLB, KMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi lebih bulan, kecil masa kehamilan.

II. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran bayi kurang bulan ( BKB ) sebagian besar belum diketahui. BKB pada kasus BBLR berhubungan dengan kondisi sebagai berikut:
· Ras
· Status social ekonomi
· Usia ibu
· Aktifitas ibu
· Ibu menderita penyakit akut / kronis
· Kehamilan multiple
· Kehamilan sebelumnya jelek
· Factor – factor kebidanan
· Kelahiran dini
· Factor janin
BBLR dapat disebabkan karena
· Persalinan kurang bulan / premature
Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28- 36 minggu. Pada umumnya bayi kuragng bulan disebabkan karena tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang/ permatur.
· Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan ( janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lam untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil
Etiologi BBLR, KMK :
a) Factor ibu
· Genetic
· Usia
· Ras
· Diluar pernikahan
· Sebelumnya BBLR
· Penyakit kronis factor yang mempengaruhi dan oksigenasi plasenta yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi/ HDK / REB.
· Merokok
· Kelainan eritrosit
· Penyakit paru – paru
· Penyakit kolagen vaskuler
· DM
· Lebih bulan
· Kehamilan multiple
· Anomaly rahim
· Penyakit vaskuler ibu
· Antibody anti fosfolipid
b) Lesi plasenta
· Skunder terhadap penyakit vaskuler ibu
· Kembar
· Malformasi
· tumor
c) Factor janin
· Konstitusi, normal ukuran bayi kecil genetic
· Kromosom abnormal
· Infeksi congenital ( TORCH)
· Rubella : 60% bayi KMK
· CMV : 40% bayi KMK
· Malformasi
· Kembar



III. KOMPLIKASI BBLR
Komplikasi penyakit BBLR sangat tergantung dari klasifikasi BBLR tersebut apakah:
a. BBLR, kurang bulan
b. BBLR, kecil masa kehamilan
c. BBLR, besar masa kehamilan

BBLR, BKB :
Pada bayi kurang bulan , system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat muda belum berfungsi optimal, sehingga akan muncul komplikasi / penyakit lain sbb:
· Asfiksia perinatal
· Susunan syaraf pusat
· Koplikasi pada saluran per nafasan
· Themoregulasi dan sumber panas
· Koplikasi pada kardiovaskuler
· Komplikasi saluran pencernaan
· Metabolisme
· Komplikasi hematologist
· Imunologis
· Penyakit ginjal
· Opthalmologis

BBLR, KMK :
· Depresi perinatal
· Aspirasi mekonium
· Perdarahan paru- paru
· Hipertensi paru- paru persisten
· Hipoksemia
· Hipoglikemia
· Hipokalsemia
· Hiponatremia
· Polisitemia





Table Gambaran tentang komplikasi BBLR
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
Kemungkinan diagnosis
Bayi terpapar dengan suhu lingkungan yang rendah,waktu timbulnya kurang 2 hari







Kejang timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
Riwayat ibu diabetes
Menangis lemah
Kurang aktif
Malas minum
Kulit teraba dingin
Kulit mengeras kemerahan
Frekuensi jantung kurang 100 kali permenit
Nafas pelan dan dalam

Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar
Suhu tubuh kurang 36,5 C











Kadar glucose darah kurang 45 mg/dl
Hipotermi












hipoglikemia
Ikterik
Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
Berlangsung lebih dari 3 minggu
Riwayat infeksi maternal
Riwayat ibu pengguna obat
Riwayat ikterik pada bayi yang lahir sebelumnya
Kulit, konjungtiva berwarna kuning
pucat

Ikterus / hiperbilirubinemia
Ibu tidak dapat / tidak berhasil menyusui
Malas atau tidak mau minum
Waktu timbul sejak lahir

Kenaikan berat badan bayi < 20 gram/hr selama 3 hari
Masalah pemberian minum
Ibu demam sebelum dan selama persalinan
KPD
Persalinan dengan tindakan
Timbul asfiksia pada saat lahir
Bayi malas minum
Timbul pada saat lahir sampai 28 hari

Bila ditemukan beberapa dari temuan ganda:
Bayi malas minum
Demam tinggi
Bayi letargi kurang aktif
Gangguan nafas
Sklereman/ skleredema/
kejang
Laboratorium darah
Infeksi / curiga sepsis
Bayi KMK / lebih bulan
Air ketuban bercampur mekonium
Lahir dengan riwayat asfiksia
Lahir dengan asfiksia
Air ketuban bercampur mekonium
Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Bila bersedia : pemeriksaan radiology dada
Sindroma aspirasi mekonium



IV. DIAGNOSA BBLR
Menentukan usia kehamilan berdasarkan :
· Perhitungan HPHT : tanggal +7, bulan -3, tahun +1
· Maturitas fisik dan neurologist bayi paska natal dengan skor dubowitz, ballard maupun simplified dubowitz.

DIAGNOSTIK
Anamnesis :
· Umur ibu
· Riwayat persalinan sebelumnya
· Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
· Kenaikan BB selama hamil
· Aktivitas
· Penyakit yang diderita selama hamil
· Obat- obatan yang diminium selam hamil
Pemeriksaan fisik:
· Berat lahir < 2500 gram
· Untuk BBLR kurang bulan

Tanda permaturitas :
ü Tulang rawan telinga belum terbentuk
ü Masih terdapat lanugo
ü Refleks masih lemah
ü Alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus. Pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata ( rugae testis belum terbentuk )
· Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat :
ü Tidak dijumpai tanda prematuritas
ü Kulit keriput
ü Kuku lebih panjang
V. PENGELOLAAN BBLR
Meliputi tiga tahap :
· Ante / intrapartum
· Di kamar bersalin
· Pengelolaan dikamar bayi

1. Pengelolaan ante / intrapartum
Setiap kehamilan di pertahankan sampai aterm.
Apabila ada gawat janin, kehamilan dipertahankan paling tidka sampai maturitas janin optimal setelah usia kehamilan lewat 35 mg, dimana organ tubuh dapat berfungsi optimal di luar rahim.
Karena kendala utama perawtan bayi kurang bulan di negara berkembang adalah adanya komplikasi penyakit membran hyalin.
a.Jika terjadi gawat janin
- Dilakukan resusitasi intrauterine
- Kehamilan dicoba dipertahankan dengan pemberian tokalitik dan mencegah infeksi dengan antibiotik yang aman buat bayi
b. Kehamilan < 35 mg dan tidak dapat dipertahankan untuk mempercepat pemasangan paru-paru janin, ibu diberi kotrikosteroid dosis tunggal
c.Beberapa jam sebelum persalinan di mulai

- Bagian UPF anak diberi informasi bahwa akan lahir bayi BKB/ BBLR serta akan lahir dari ibu-ibu dengan resiko seperti:
KPD
Ibu HDK
PEB
Dekomposisi cordis
TBC infeksi TORCH
2. Dikamar bersalin
Sebelum bayi lahir yang harus dilakukan adalah:
a) Menyiapkan alat-alat resusitasi
- Paramedis menyiapkan aat resusitasi dan fasilitas perawatan bayi apakah lengkap/ tidak dan berfungsi / tiak
- Meja resusitasi, lampu penghangat dan penerang
- Pengisap lendir disposable dan suction pump bayi
- Ambulans incubator
- O2 dengan flow meter
- Status, tanda identitas bayi-ibu
- Informasikan ke perawatan intensif akan ada BKB/ BBLR untuk perawatan bayi
Dokter anak mencek semua persiapan
Tim resusitasi sudah siap
b) Resusitasi
- Agak berbeda resusitasi BKB dan BCB
BKB memerlukan:
Intervensi lebih cepat dan proaktif
Stabilisasi suhu dan oksigenasi
- Lakukan resusitasi
- Tentukan apgar skor dan prognosis bayi
c) Paska resusitasi
- Lakukan pemeriksan fisik diagnostik
- Tentukan masa gestasi berdasarkan skor Dubowita/ modifikasi
- Tentukan pertumbuhan janin berdasarkan kurva lubchenco
- Lakukan diagosa kerja
- Lakukan perawtan talipusat dengan antibiotik
- Tetes maya yang mencegah infeksi go
- Vitamin K
- Beri indentifikasi pada ibu dan bayi
d) Indikasi perawatan BKB, BBLR sesuai masa gestasi, berat lahir dan klinis kondisi BKB/ BBLR, bayi dirawat dalam 3 tempat perawatan.
- Perawatan I/ raawt gabung/ rooming in
- BBLR sampai 2250 gr, sehat tanpa komplikasi dirawat gabung
- Perawatan II
- BBLR-BBLSR è perawawatan khusus
- Perawatan III/ intensiv

Secara umum perawatan BKB BBLR sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh optimal
2) Memenuhi kebutuhan O2
3) Memenuhi kebutuhan Nutrisi
4) Mengatasi hiperbilirubinemia
5) Memenuhi kebutuhan psikologis
6) Mencegah dan mengatasi timbulnya PDA
7) Melibatkan perawatan kedua orang tua
8) Progam imunisasi

Kotak suhu inkubator berdasarkan BB dan umur
BB
Suhu Inkubator
35oC
34oC
33oC
32oC
< 1500 gr
1500-2000 gr
2100-2500
> 2500
1 – 10 hr
11 – 13 mg
1 – 10 hr
1 – 2 hr
3 – 5 mg
11 hr – 4 mg
3 hr – 3 mg
1 – 2 hr
> 5 mg
> 4 mg
> 3 mg
> 2 hr

VI. MANAJEMEN UMUM
Setiap menemukan BBLR, lakukan manajemen umum sebagai berikut:
- Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
- Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
- Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vitalnya: pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktifitasnya
- Bila bayi mengalami gangguan napas, dikelola gangguan napas
- Bila bayi kejang, potong kejang dengan anti konvulsna
- Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi i.v.
- Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi i.v.
- Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya

Pemberian minum
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara papaun
- Periksa apakah bayi puas setelah menyusu
- Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan minum (paling kurang 6 kali sehari)
- Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/ pengurangan berat, sesuaikan pemberian cairan dan susu, serta catat hasilnya.
- Bayi dengan berat 1750-2500 gr tidak boleh kehilangan berat lebih 10 % dari berat lahirnya pada 1-5 hari pertama
- Apabila bayi telah menyusu ibiu, perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/ hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Berta lahir 1750-2500 gram
Bayi sehat
- Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (misal setiap 2 jam) bila perlu.
- Patau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektivitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi sakit
- Bila BB 1750-2000 gram atau lebih dengan gangguan napas, kejang dan gangguan minum segera dirujuk
- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
- Apabila bayi memerlukan cairan IV:
- Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama
- Mulai berikan munum per oral pada hari 2 segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusui.
- Berikan cairan IV dan Asi menurut umur, lihat tabel
- Beirkan munum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali), apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/ kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
- Biarkan bayi menyusui apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
Pemantauan
1. Kenaikan berat badan dan pemberian munum seteah umur 7 hari
- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir > 1500 g dapat kehilangan BB sampai 10 % dari berat lahir. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
- Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berta badan selama tiga bulan seharusnya.
150-200 g seminggu untuk bayi < 1500 g (mislanya 20-30 g/ hari)
200-250 g seminggu untuk bai 1500-2500 g (misalnya 30-35 g/ hari)
- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7 hari.
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/ kg/ hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
Tingkatkan jumlah ASI sesuai kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian Asi tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan di atas dlaam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapa ASI 200 ml/ kg BB per hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan bera badan tidak adekuat.
2. Tanda kecukupan pemberian ASI
- Kencing minimal 6 kai dalam 24 jam
- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
- Peningkatan berat bada setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram setiap hari.
Pemulangan penderita:
- Bayi suhu stabil
- Toleransi munum per oral baik, diutamakan pemberian ASI, bila tidak bisa diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternatif cara pemberian minum yang lain
- Ibu sanggup meraawt BBLR di rumah.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “ M “
B A Y I B A R U L A H IR D E N G A N B B L R
DI COVISE RS DR M DJAMIL PADANG
TANGGAL 30 – 31 OKTOBER 2008

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama bayi : bayi ny “ M”
Umur : 8 hari
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal lahir : 22 oktober 2008
Jam lahir : 17.05 wib
BB : 1400 gr
PB : 40 cm

Nama ibu : ny “M”
Umur : 36 th
Agama : islam
Suku : minang
Bangsa : indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Alamat : kapalo koto pauh no. 29

Nama suami : tn “Z “
Umur : 36 th
Agama : islam
Suku : minang
Bangsa : indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : swasta
Alamat : kapalo koto pauh no. 29

B. DATA SUBJEKTIF
Tanggal : 30 oktober 2008
Pukul : 14.00 wib
1. Riwayat penyakit kehamilan
· perdarahan : tidak ada
· pereklamsi : ada
· eklamsi : tidak ada
· lain-lain : tidak ada
2. kebiasaan waktu hamil
· makan : tidak ada
· obat / jamu : tidak ada
· merokok : tidak ada
· lain-lain : tidak ada
3. riwayat persalinan sekarang
· jenis persalinan : SC
· di tolong oleh : dokter
· lama persalinan
Ø kala I : -
Ø kala II : -
Ø kala III : -
Ø kala IV : -
· ketuban pecah
· komplikasi persalinan
Ø ibu :ada
Ø Bayi :-

· keadaan BBL
apgar skor : 5/6
4. resusitasi
· pembersihan jalan nafas : ada
· ambu : tidak ada
· masase jantung : tidak ada
· intubasi endotrakeal : tidak ada
· oksigen : ada

C. DATA OBJEKTIF
KU : baik
Nadi : 122 X/ menit
Suhu : 36,8 C
Nadi : 50 x/mnt
BB : 1400 gram
PB : 40 cm
Pemeriksaan fisik secara sistematik :
· Kepala : tidak ada kelainan
· Ubun – ubun : datar
· Muka : tidak oedema
· Mata : konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik
· Telinga : tidak ditemukan
kelainan,telinga
masih lunak bila diraba
· Mulut : normal dan tidak ada kelainan, daya isap bayi normal.
· Hidung : tidak ditemukan adanya
kelainan
· Leher : tidak pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe
· Dada : simetris, putting susu ada
· Tali pusat : tidak ditemukan adanya tanda infeksi
· Punggung : tidak ada kelainan, tulang punggung teraba lurus
· Extremitas : jumlah jari cukup, tidak ada
ditemukan kelainan.
· Genitalia : tidak ada kelainan
· Anus : ada
Reflek :
· Reflek moro : +
· Reflek rooting : +
· Reflek grasping : +
· Reflek sucking : +
· Reflek tonick neck : +

Antropometri
· Lingkar kepala : 23,5 cm
· Lingkar dada : 23 cm
· Lingkar lengan atas : 13 cm
Eliminasi
· Miksi : +
· Mekonium : +



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “ M”
B A Y I B A R U L A H I R D E N G A N B B L R
DI COVISE RS DR. M DJAMIL PADANG
TANGGAL 30-31 OKTOBER 2008


DATA DASAR
INTER PRETASI DATA
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
TINDAKAN SEGERA

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

EVALUASI
Tanggal :30 oktober2008
Pukul : 14.00 wib

DS :
Ø Keluarga mengatakan ibu bayi sudah meninggal
Ø Keluarga mengatakan bayi lahir dengan operasi
Ø Berat lahir 1400 gram.

DO :
Ø Keadaan cukup aktif
Ø Nadi 122 x/i
Ø Suhu 36,8 c
Ø Nafas 50 x/i
Ø Sesak tidak ada
Ø Kejang tidak ada
Ø Kepala : UUB datar
Ø Muka : tidak odema
Ø Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Ø Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjar limfe
Ø Dada : simetris, putting susu ada
Ø Extermitas : tidak ada kelainan
Ø Anus : ada
Diagnosa :
Bayi baru lahir dengan BBLR, ku sedang.

Dasar :
Ø Berat lahir 1400 gr
Ø Keadaan cukup aktif
Ø Suhu 36,8 c
Ø Nafas 50x /i
Ø Nadi 122x/i

Masalah :
ASIuntuk bayi

Dasar

Keluarga mengatakan ibu bayi sudah meninggal


Diagnosa potensial :
Terjadi komplikasi seperti hipotermi, ikterus, aspiksia dll
Kolaborasi dengan dokter anak dalam menghadapi permasalahan yang ada pada bayi dan dalam peresepan obat.
1. Beritahu keluarga tentang keadaan bayi berdasarkan hasil pemeriksaan










2. beri penjelasan Pada keluarga mengenai masalah yang dihadapi bayinya kini







3. hangatkan tubuh bayi di dalam incubator








4. beri bayi minum










5. beri terapi






6. jaga personal hygiene bayi





7. cegah terjadinya infeksi pada bayi monitor TTV










8. kolaborasi dengan dokter anak


1. memberitahukan keluarga mengenai keadaan bayinya saat ini bahwa keadaan anaknya sudah membaik.
Bayinya sudah cukup aktif
Nadi 122x/i
Suhu 36,8 c
Nafas 50x/i
Berat badan bayi masih kurang dari normal.
2.memberi panjelasan pada keluarga mengenai masalah yang dihadapi bayinya kini adalah BBLR yaitu berat badan lahir rendah. Hal ini jika tidak cepat di tangani akan dapat menimbulkan komplikasi.
3.menghangatkan tubuh bayi dalam incubator dengan suhu yang sudah di atur yaitu 35 c sesuai dengan suhu incubator berdasarkan berat badan dan umur.


4.Memberi bayi minum dengan ASI donor yang di antar oleh keluarga setiap waktu pemberian melalui sonde sesuai takaran yang ditentukan dan sesuai dengan waktunya.
5.memberi terapi obat- obatan pada bayi yaitu :
Ampisilin 2x25 gr
Gentamisin 1x 7gr
Apyalis 1x 0,3 cc
OMz 1x 0,6 cc
6.menjaga personal hygiene bayi dengan membersihkan dan mengganti pempers yang terkena BAB dab BAK
7.mencegah terjadi nya infeksi pada bayi dengan:
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Mmebatasi pengun jung masuk ke tempat bayi
- Memastikan ruang an bayi selalu bersih
Kolaborasi dengan dokter anak dan memonitor TTV bayi dengan meng ukur suhu, nadi, nafas


Keluarga terlihat agak senang mendengar perkembagan anaknya











Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan









Bayi sudah dihangat kan di dalam inkubator









Bayi sudah diberi minum









Obat-obatan sudah diberikan





Pempers ada diganti tiap BAB dan penuh tiap BAK




Pencegahan infeksi ada dilakukan











Pukul 18.00 WIB
Nadi: 121 x/mnt
Nafas: 50 x/mnt
Irama jantung teratur
Suhu : 36,5 oC
Sianosis tidak ada
Sesak tidak ada
Tanggal 31-11-2008
Pukul 14.00 WIB

Ds:
- Bayi tampak tenang
- Sesak nafas (-)
- Demam tidak ada
- Kejang (-)

Do:
- Keaan cukup aktif
- Nadi: 120 x/mnt
- Suhu : 37oC
- Nafas: 46 x/mnt
- Mata: tidak anemis, tidak ikterik
- Extremitas: akral hangat
- BB: 1100 gr



1. Beritahu keluarga tentang kedaan bayinya berdasarkan hasl pemeriksaan









2. Beritahu keluarga tentang masalah yang dihdapi bayinya











3. Beri bayi minum









4. Hangatkan tubuh bayi





5. Beri bayi terapi












6. Jaga personal Hygiene bayi








7. Cegah terjadinya infeksi pada bayi







8. Pantau TTV




9. Kolaborasi dengan dokter anak


1. Memberitahu kan keluarga mengenal keadaan bayinya saat ini bahwa anaknya sudah membaik dan cukup aktif
Nadi: 120 x/mnt
Suhu: 37oC
Nafas: 46 x/mnt
Bayi tidak sesak

2. Memberitahu keluarga tentang masalah yang dihadapi bayinya yaitu berat badan kurang dari berat badan lahir. Hal ini jika tidak ditangani akan dapat menimbulkan komplikasi

3. Memberikan ASI donor/ SF pada bayi melalui sonde sesuai akaran yang ditentukan dan sesuai dengan waktunya

4. Menghangatkan bayi di dalam inkubator dengan suhu yang sudah diatur

5. Memberikan terapi obat-obatan pada bayi

Ampisilin 2 x 25 gr
Gentamisin 1 x 7 gr
Apyalis 1 x 0,3 cc
OMZ 1 x 06 gr

6. Menjaga personal higiene bayi dnegan membersihkan dan mengganti pempers yang terkena BAB dan BAK


7. Mencegah terjadinya infeksi pada bayi dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

8. Memantau TTV bayi



9. Kolaborasi dengan dokter anak untuk pemantauan perkembangan anak dan dalam pemberian resep obat
Keluarga terlihat agak senang mendengar perkembangan anaknya










Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan












Bayi sudah diberi minum








Bayi sudah dihangat kan dibawah alat pemancar panas




Obat-obatan sudah diberikan











Pempers ada diganti tiap BAB dan penuh tiap BAK







Pencegahan infeksi ada dilakukan







Pukul 18.00 WIB
Suhu 36,7 o C
Nadi: 120 x/ mnt
Nafas 47 x/mnt

Kolaborasi dilakukan


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
- BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB lahir < 2500 gr
- Etiologinya berhubungan dengan kondisi sebagai berikut:
· Sosial ekonomi rendah
· Ras
· Usia
· Aktivitas
· Ibu menderita penyakit akut/ kronis
· Kehamilan multipel
· Kehamilan sebelumnya jelek
· Faktor-faktor kebidanan
· Faktor janin
· Kelahiran dini
- Etologinya ada 3 faktor yaitu
- Faktor ibu
- Lesi plasenta
- Faktor janin
- Komplikasi BBLR tergantung dari klasifikasi BBLR
- Pengelolaan BBLR meliputi 2 tahap yaitu
- Ante/ intrapartum
- Dikamar bersalin
- Pengelolaan dikamar bayi

3.2. Saran
Dengan adanya makalah tentang BBLR ini diharapkan pada petugas dapat menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan BBLR. Pada keluarga pasien setelah pulang ke rumah dapat memantau perkembangan bayinya, terutama penambahan berat badan bayinya.
Baca Selengkapnya - Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny ”M” Bayi Baru Lahir dengan BBLR Di Covise RS. Dr. M. Djamil Padang

Kurangnya Mutu Pelayanan Petugas Kesehatan Dalam Memberikan Penyuluhan Tentang Penyakit Diare Pada Bayi

TUGAS
KURANGNYA MUTU PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN TENTANG
PENYAKIT DIARE PADA BAYI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare........................................................ 4
2.1.2. Penyebab diare........................................................... 4
2.1.3. Jenis-jenis Diare......................................................... 5
2.1.4. Pemeriksaan Bayi Diare............................................. 6
2.1.5. Cara Pencegahan Diare.............................................. 7
2.1.6. Penanggulangan Diare............................................... 7
2.2. Mutu........................................................................................ 8
BAB III. PEMBAHASAN
3.1. Kurangnya Pengetahuan Orang tua...................................... 10
3.2. Pentingnya penyuluhan terhadap orang tua........................... 11
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.......................................................................... 13
4.2. Saran.................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada bulan pertama kelahirannya, bayi buang air besar sebanyak kurang lebih enam kali sehari. Namun, ada kalanya bayi BAB melebihi jumlah itu. Mencret pada bayi baru lahir terjadi karana proses adaptasi bayi terhadap makanan (Danuatmaja, 2003)
Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, Departemen Kesehatan RI tahun 1996, 12 % penyebab kematian adalah diare. Disebutkan, akibat diare, dari 1.000 bayi, 70 bayi meninggal dunia sebelum merayakan ulang tahunnya yang pertama. Ditemukan pula bahwa dari tujuh bayi yang dikubur, satu diantaranya meninggal karena diare. Statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, dan 2/3 nya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja, 2003).
Menurut data profil 2002 AKB di Sumatera Barat pada usia 0-28 hari adalah 474 jiwa dari 82.926 jumlah lahir hidup dan pada usia 1 bulan - <>
Sampai saat ini penyakit diare / mencret masih merupakan salah satu penyakit terbanyak pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan, angka penderita antara 150-430 per 1.000 penduduk setahunnya. Dengan berbagai upaya, angka kematian bayi dan anak akibat diare di Rumah Sakit sekarang dapat ditekan menjadi kurang dari 3 persen.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak menyebabkan kematian. Bayi. Dikatakan diare bila keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari dan lebih dari 3 kali sehari pada anak-anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja (Ngastiyah, 2005).
Setiap bayi yang menderita diare terancam bahaya dehidrasi. Penilaian hidrasi penting dilakukan secara seksama, meliputi berat, ubun, turgor kulit dan pengisian kembali kapiler.
Neonatus memerlukan pendekatan yang berbeda karena kurangnya kapasitas mereka untuk menoleransi kekurangan cairan dan adanya diagnosis banding tambahan pada kelompok usia ini (Schwartz, M. William, 2004).
Kekurangan cairan sangat berbahaya bila terjadi pada bayi, untuk itu ibu perlu melakukan tindakan yang cepat dan tepat dengan membawa bayi dan anak kepetugas kesehatan, dimana tugas seorang petugas kesehatan memberikan solusi dan penanganan kepada anak dengan melakukan mutu pelayanan kesehatan. Mutu itu sendiri adalah : tingkat kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan (Crosby,1984).
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis memberi judul makalah ini dengan “Kurangnya Mutu pelayanan Petugas Kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit diare pada bayi ”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : “Kurangnya mutu pelayanan tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit diare pada bayi
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya mutu pelayanan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat.
1.3.2. Tujuan khusus
Diketahuinya mutu pelayanan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit diare pada bayi.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari mutu pelayanan kesehatan tersebut adalah : agar petugas kesehatan dapat meningkatkan kualitas dan produktifitas kerjanya dalam memberikan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, serta dapat dijadikan pedoman kesehatan bagi masyarakat dalam membina keluarga yang sehat dan sejahtera.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsisitensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2003).
Diare merupakan “plesetan” dari bahasa kedokteran: diarrhea. Defenisi diare adalah buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak (Widjaja, 2003).
Jika bayi atau anak tiba-tiba mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik frekwensi atau jumlah buang air besar yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair dari pada padat maka itu adalah diare (www.infoibu.com).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret. Penderita buang air besar berkali-kali, 3-5 kali sehari, fesesnya encer dan kadang-kadang mengandung darah atau lender (www.allaboutgizi.wordpress.com)
2.1.2. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorbsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
v Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi pada umumnya menyerang sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (menfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas.
b) Infeksi basil (disentri) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus
c) Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
d) Infeksi jamur (candidiasis)
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
f) Keracunan makanan.
v Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit didaerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b) Malabsorbsi Lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut tryglyserida. Tryglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
v Faktor Makanan
Makan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.
v Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare kronis.
2.1.3. Jenis-jenis diare
· Diare Akut
Diare akut adalah diare yang dapat terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat. Penyababnya Sbb:
- Gangguan jasa renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
- Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus.
- Racun yang disebabkan oleh bakteri
- Kelebihan cairan usus akibat racun.
· Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks. Berikut beberapa factor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak.
- Gangguan Bakteri, jamur, dan parasit
- Malabsorbsi kalori
- Malabsorbsi lemak.
2.1.4. Pemeriksaan bayi diare
Table 2.1
Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization)
Tanda dan gejala
Dehidrasi D. ringan
D. sedang
D. berat
Keadaan umum
Denyut nadi
Pernafasan
Ubun-ubun
Kelopak mata
Air mata
Selaput lender
Elastisitas kulit
Air seni
Sakit, gelisah,haus
Normal: kurang dari 120/menit
Normal
Normal
Ada
Ada
Lembap
Jika dicubit, segera kembali normal
Normal
Gelisah, ngantuk, rewel
Cepat dan lemah: 120-140/menit
Dalam tapi cepat
Cekung
Cekung
Tidak ada
Kering
Untuk kembali normal lambat
Berkurang, berwarna tua
Ngantuk, lemas, dingin, berkeringat, pucat, dapat pingsan.
Cepat,halus, kadang tak teraba
Dalam, cepat
Sangat cekung
Sangat cekung
Sangat kering
Sangat kering
Untuk kembali normal sangat lambat
Tidak kencing
Sumber: Dehidrasi, Maurice King (dalam : Widjaj, 2003).
2.1.5. Cara pencegahan diare
a) Teruskan pemberian ASI
b) Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan
c) Cuci tangan dengan sabun setelah berak dan sebelum memberi makan anak
d) Menjaga kebersihan perabotan atau alat-alat bermain anak.
2.1.6. Penanggulangan diare
Penanggulangan berdasarkan diare berdasarkan akibat terjadinya :
a) Diare akibat bakteri atau kuman E.coli
Pengobatan terbaik untuk saat ini adalah dengan menggunakan colistin dan neomicyn.
b) Diare akibat kolera
- Memperbaiki dehidrasi dengan cairan elektrolit
- Mengatasi shock (pingsan)
- Membunuh kuman dengan Antibiotik dibawah pengawasan dokter.
c) Diare akibat Infeksi salmonella
Komplikasi berat dapat menyebabkan dehidrasi, jadi
penanganannya sebaiknya dilakukan di rumah sakit.
d) Diare akibat Infeksi basil (Disentri)
Jika terjadi dehidrasi berat disertai muntah-muntah, sebaiknya penderita segara dibawa kedokter atau rumah sakit.
e) Diare akibat virus
Pengobatannya sebaiknya dilakukan berdasarkan gejala yang timbul
f) Diare akibat cacing (Askaris)
Pengobatannya dilakukan di rumah sakit
g) Diare akibat infeksi jamur
Pengobatannya dilakukan di rumah sakit
2.2. Mutu
Mutu mengandung arti relative, kurang memberikan kesan tentang sesuatu hal yang konkret, karenanya pernyataan mutu selalu diiringi oleh kata sifat seperti tinggi, rendah, baik, buruk, dll, Sehingga sering kita mendengar orang berkata “Mobil marcedes itu mutunya lebih baik dari mobil Toyota, mutu input mahasisiwa baru Poltekkes Padang itu baik karena diterima hanya sekitar 10% dari pendaftar”. Dengan demikian mutu selalu dikaitkan dengan pembanding tertentu atau standard yang telah ditetapkan.
Banyak pakar yang mengemukakan pengertian mutu dari sisi pandang yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama, anatara lain;
1. Mutu adalah tingkat kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan (Crosby,1984)
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh sesuatu program (Donabedian, 1980)
3. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956).
Dari bahasan itu diketahui bahwa mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya dapat diketahui apabila sebalumnya telah dilakukan penilaian terhadap kinerja, hasil penilaian itu dibandingkan dengan standard tertentu, karena itu mutu memiliki kaitan yang erat dengan kinerja dan standard. Sehubungan dengan itu untuk memahami mutu banyak hal yang harus ditelaah antara lain konsep PDCA, konsep kinerja, standard, konsep pendekatan sisitem, dan substansi yang dibahas dalam konsep-konsep mutu tersebut, dimana kosep-konsep tersebut saling terkait. Pemahaman terhadap kesalingterkaitan beberapa konsep itu sangat penting.
Mutu pelayanan kesehatan termasuk mutu pelayanan kebidanan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien serta tata cara pelaksanaan sesuai dengan kode etik dan standard profesi yang telah ditetapkan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Penyebab diare telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun parenteral serta faktor lain. Tetapi mengingat ada beberapa faktor risiko yang ikut berperan dalam timbulnya diare yang kebanyakan karena kurangnya pengetahuan orang tua.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5% pada dehidrasi berat, Volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun. Akibat dehidrasi diuresisi berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah terjadi asidosisi metabolis pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kossmaul). Asidosisi metabolic terjadi kerena
· Kehilangan NaHCo3 melalui tinja diare
· Ketosisi kelaparan
· Produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria / anuria).
· Berpindahnya ion Natriun dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
· Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).
Tabel Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut
berat badan pasien dan umur
Berat Badan
Umur
PWL
NWL
CWL
Jumlah
0-3 Kg
0-1 Bulan
150
125
25
300
3-10 Kg
1 Bulan-2 Tahun
125
100
25
250
10-15 Kg
2-5 Tahun
100
80
25
205
15-25 Kg
5-10 Tahun
80
25
25
130
Ket :
· PWL : Previous Water Loss (ml/kg BB) : cairan yang hilang karena muntah
· NWL : Normal Water Loss (ml/kg BB) : cairan hilang melalui urine, kulit, pernafasan
· CWL : Concomitan Water Loss (ml/kg BB) : cairan hilang karena muntah hebat
3.2. Pentingnya Penyuluhan terhadap Orang Tua
Adapun penyuluhan itu adalah :
a. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain ditanah.
b. Membiasakan anak detelasi dijamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
c. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
d. Makanan harus selalu tertutup (jika diatas meja).
e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.
f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang bersih juga perlu dimasak.
Berikan juga petunjuk bila anak menderita diare agar secepatnya diberi minum yang banyak (jelaskan apa perlunya) dan lebih baik dengan oralit / jika tidak ada dapat dengan larutan gula dan garam. Tetapi jika anak muntah lebih sering / buang air besar terus sehingga pemberian oralit tidak dapat menolong supaya segera dibawa berobat kepelayanan kesehatan agar tidak terlambat untuk mencegah anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat. Dalam perjalanan agar anak terus diberi minum untuk mencegah bertambah beratnya dehidrasi.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak yang dapat terjadi pada siapa saja, semuanya telah dijelaskan pada bab I,II dan III yang dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsisitensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2003).
2. Adapun penyebab diare antara lain : faktor infeksi, malabsorbsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
3. Setiap bayi yang menderita diare terancam bahaya dehidrasi, dimana dehidrasi dibagi tiga tingkat yaitu : dehidrasi ringan, sedang dan berat.
4. Untuk mengatasi diare, tentunya perlu pula peranan seorang petugas kesehatan dengan memberikan mutu pelayanan kepada masyarakat. Mutu itu sendiri adalah : tingkat kepatuhan terhadap standard yang telah ditetapkan (Crosby,1984).
5. Berdasarkan pembahasan diatas, didapatkan hasil sebagai berikut : kurangnya mutu pelayanan petugas kesehatan terhadap masyarakat yang ditandai dengan banyaknya bayi dan anak menderita diare (dapat dilihat diatas)
4.2. Saran
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bila bayi dan anak terkena diare, maka ibu sebaiknya segera memberikan pertolongan dengan cara memberikan cairan oralit ataupun cairan gula dan garam.
2. Bila diare belum juga berhenti, maka segeralah bawa anak ke petugas kesehatan.
3. Bila anak masih minum ASI, maka teruskan pemberian ASI.
4. Perhatikan gizi dan makanan anak.
5. Jagalah kebersihan lingkungan.
Baca Selengkapnya - Kurangnya Mutu Pelayanan Petugas Kesehatan Dalam Memberikan Penyuluhan Tentang Penyakit Diare Pada Bayi

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber