Cari Blog Ini

Bekas Luka Seksio Sesarea

Bekas Heacting Jahitan Sectio Caesarea

PENGERTIAN
Tindakan pembedahan untuk melahirkan janin per-abdominam pada kehamilan ³ 28 minggu atau berat janin > 1000 gram.


KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat seksio sesarea yang lalu (kapan, indikasi, dimana, operator, jenis sayatan uterus, penyembuhan luka, keadaan bayi, penyulit, dan jumlah operasi yang pernah dijalani). Apakah ada persalinan per vaginam sebelum dan atau setelah seksio sesarea yang lalu. Keadaan kehamilan saat ini (HTA, keluhan, periksa hamil dimana dan oleh siapa).
Pemeriksaan Status Generalis

pemeriksaan meliputi Tanda vital, tinggi badan dan berat badan ibu.

Pemeriksaan Status Obstetri
Periksa Luar : parut bekas seksio sesarea, Leopold, tinggi fundus uteri dalam sentimeter, dan denyut jantung janin (DJJ).
Inspekulo : dilakukan pada saat pertama kali periksa hamil atau bila inpartu.
Periksa Dalam : dilakukan untuk menilai keadaan awal persalinan dan untuk pengamatan kemajuan persalinan (dilengkapi Partograf WHO).
Pelvimetri Klinis : dilakukan bila kecurigaan panggul sempit belum ditegakkan diagnosisnya melalui pelvimetri radiologis atau pada pasien tersebut belum pernah dilakukan pelvimetri.
DIAGNOSIS BANDING : Tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG : biometri, indeks cairan amnion, letak dan derajat maturasi plasenta, kelainan bawaan, tebal segmen bawah uterus. Bila pada pemeriksaan transabdominal didapatkan ketebalan SBU > 3,5 mm atau pada USG transvaginal ketebalan lapisan miometrium didaerah SBU > 2,5 mm, memiliki kemungkinan untuk partus pervaginam dengan resiko dehisen sekitar 1,3% (Asakura H dkk, 2000)

1. Rontgen Pelvimetri : pada kecurigaan panggul sempit.

PENATALAKSANAAN

modifikasi Skor Alamia

Tabel 1 Modifikasi Skor Alamia

Skor Alamia Modifikasi

Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya

Indikasi SC sebelumnya :

Sungsang, gawat janin, plasenta previa, elektif

Distosia pada pembukaan <> 5 cm

Dilatasi serviks :

> 4 cm

> 2,5 < serviks =" 1"> 3,5 mm

Ketebalan SBU = 3,5 mm


Nilai

2

2

1

0

2

1

0

1

1

1

2

2

0

Skor 7 – 10, keberhasilan 94,5%

4 – 6, keberhasilan 78,8%

= 4 Partus Perabdominam

< 4 Partus Pervaginam

0 – 3, keberhasilan 60,0%


Seksio Sesarea elektif / emergensi bila didapatkan hal berikut :

1. Seksio sesarea terdahulu jenis klasik atau korporal.
2. Penyembuhan luka operasi buruk (luka uterus).
3. Sudah dua kali atau lebih seksio sesarea.
4. Disertai penyulit seperti : kelainan letak, kelainan presentasi, posterm dengan skor pelvik rendah, plasenta praevia, disproporsi kepala panggul, suspek disproporsi kepala panggul, distosia, dll.
5. Jarak kehamilan sekarang dengan SC terdahulu kurang dari satu tahun.
6. Gawat janin dengan syarat partus per-vaginam belum terpenuhi.
7. Infertilitas

PERAWATAN RUMAH SAKIT
Di rawat pada kehamilan 38 minggu apabila tingkat pendidikan rendah, transportasi sulit, tempat tinggal jauh, dan untukkegiatan pendidikan.
PENYULIT

Ruptura uteri, kematian janin dan atau ibu, luka operasi terinfeksi, dan cedera organ.
PERSETUJUAN TINDAK MEDIK

Dibuat secara tertulis saat pasien masuk perawatan. Persetujuan tindakan medik dan tindakan operatif memakai formulir khusus yang harus ditandatangani oleh pasien, suami/yang mewakili, dokter operator dan saksi (paramedis). Khusus untuk tindakan tubektomi harus ada ijin tertulis dari suami (tidak boleh diwakilkan).

LAMA PERAWATAN : Partus per vaginam : 2 – 3 hari; bila seksio sesarea : 3 – 5 hari.
MASA PEMULIHAN : Partus per vaginam : 42 hari; seksio sesarea : 3 bulan.
PATOLOGI ANATOMI

Tidak diperlukan kecuali bila dilakukan histerektomi atau dijumpai keadaan patologi saat operasi.
PUSTAKA

1. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. In : Williams Obstetrics. 21st Ed, McGraw Hill, New York, 2001.

3. RSPAD Gatot Soebroto, Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, 1996.
Baca Selengkapnya - Bekas Luka Seksio Sesarea

Bekas Luka Sectio Caesarea

Bekas Heacting Jahitan Sectio Caesarea

PENGERTIAN
Tindakan pembedahan untuk melahirkan janin per-abdominam pada kehamilan ³ 28 minggu atau berat janin > 1000 gram.


KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat seksio sesarea yang lalu (kapan, indikasi, dimana, operator, jenis sayatan uterus, penyembuhan luka, keadaan bayi, penyulit, dan jumlah operasi yang pernah dijalani). Apakah ada persalinan per vaginam sebelum dan atau setelah seksio sesarea yang lalu. Keadaan kehamilan saat ini (HTA, keluhan, periksa hamil dimana dan oleh siapa).
Pemeriksaan Status Generalis

pemeriksaan meliputi Tanda vital, tinggi badan dan berat badan ibu.

Pemeriksaan Status Obstetri
Periksa Luar : parut bekas seksio sesarea, Leopold, tinggi fundus uteri dalam sentimeter, dan denyut jantung janin (DJJ).
Inspekulo : dilakukan pada saat pertama kali periksa hamil atau bila inpartu.
Periksa Dalam : dilakukan untuk menilai keadaan awal persalinan dan untuk pengamatan kemajuan persalinan (dilengkapi Partograf WHO).
Pelvimetri Klinis : dilakukan bila kecurigaan panggul sempit belum ditegakkan diagnosisnya melalui pelvimetri radiologis atau pada pasien tersebut belum pernah dilakukan pelvimetri.
DIAGNOSIS BANDING : Tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG : biometri, indeks cairan amnion, letak dan derajat maturasi plasenta, kelainan bawaan, tebal segmen bawah uterus. Bila pada pemeriksaan transabdominal didapatkan ketebalan SBU > 3,5 mm atau pada USG transvaginal ketebalan lapisan miometrium didaerah SBU > 2,5 mm, memiliki kemungkinan untuk partus pervaginam dengan resiko dehisen sekitar 1,3% (Asakura H dkk, 2000)

1. Rontgen Pelvimetri : pada kecurigaan panggul sempit.

PENATALAKSANAAN

modifikasi Skor Alamia

Tabel 1 Modifikasi Skor Alamia

Skor Alamia Modifikasi

Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya

Indikasi SC sebelumnya :

Sungsang, gawat janin, plasenta previa, elektif

Distosia pada pembukaan <> 5 cm

Dilatasi serviks :

> 4 cm

> 2,5 < serviks =" 1"> 3,5 mm

Ketebalan SBU = 3,5 mm


Nilai

2

2

1

0

2

1

0

1

1

1

2

2

0

Skor 7 – 10, keberhasilan 94,5%

4 – 6, keberhasilan 78,8%

= 4 Partus Perabdominam

< 4 Partus Pervaginam

0 – 3, keberhasilan 60,0%


Seksio Sesarea elektif / emergensi bila didapatkan hal berikut :

1. Seksio sesarea terdahulu jenis klasik atau korporal.
2. Penyembuhan luka operasi buruk (luka uterus).
3. Sudah dua kali atau lebih seksio sesarea.
4. Disertai penyulit seperti : kelainan letak, kelainan presentasi, posterm dengan skor pelvik rendah, plasenta praevia, disproporsi kepala panggul, suspek disproporsi kepala panggul, distosia, dll.
5. Jarak kehamilan sekarang dengan SC terdahulu kurang dari satu tahun.
6. Gawat janin dengan syarat partus per-vaginam belum terpenuhi.
7. Infertilitas

PERAWATAN RUMAH SAKIT
Di rawat pada kehamilan 38 minggu apabila tingkat pendidikan rendah, transportasi sulit, tempat tinggal jauh, dan untukkegiatan pendidikan.
PENYULIT

Ruptura uteri, kematian janin dan atau ibu, luka operasi terinfeksi, dan cedera organ.
PERSETUJUAN TINDAK MEDIK

Dibuat secara tertulis saat pasien masuk perawatan. Persetujuan tindakan medik dan tindakan operatif memakai formulir khusus yang harus ditandatangani oleh pasien, suami/yang mewakili, dokter operator dan saksi (paramedis). Khusus untuk tindakan tubektomi harus ada ijin tertulis dari suami (tidak boleh diwakilkan).

LAMA PERAWATAN : Partus per vaginam : 2 – 3 hari; bila seksio sesarea : 3 – 5 hari.
MASA PEMULIHAN : Partus per vaginam : 42 hari; seksio sesarea : 3 bulan.
PATOLOGI ANATOMI

Tidak diperlukan kecuali bila dilakukan histerektomi atau dijumpai keadaan patologi saat operasi.
PUSTAKA

1. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. In : Williams Obstetrics. 21st Ed, McGraw Hill, New York, 2001.

3. RSPAD Gatot Soebroto, Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, 1996.
Baca Selengkapnya - Bekas Luka Sectio Caesarea

Asuhan Persalinan Normal

Pendahuluan

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu :
1. Hipotermia
2. Asfiksia

Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :
1. Keluarga berencana
2. Asuhan antenatal terfokus
3. Asuhan pasca keguguran
4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
5. Penatalaksanaan komplikasi

Asuhan antenatal terfokus bertujuan :
1. Mempersiapkan kelahiran
2. Mengetahui tanda-tanda bahaya
3. Memastikan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atoni uteri.
2. Menjadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.
3. Mencegah terjadinya retensio plasenta.
4. Mencegah partus lama.
5. Mencegah asfiksia bayi baru lahir.

Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :
1. Manipulasi seminimal mungkin.
2. Penatalaksanaan aktif kala III.
3. Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.

Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.

Upaya mencegah partus lama berupa :
1. Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janinnya serta
kemajuan proses persalinan.
2. Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.

Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu :
1. Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi kepala.
2. Menghisap lendir secara benar.
3. Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal meliputi :
1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi
lahir, termasuk penggunaan partograf.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan
dan nifas.
4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.
7. Mengasuh bayi baru lahir.
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Membuat Keputusan Klinik
Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu :
A. Membuat keputusan klinik
B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
C. Pencegahan infeksi
D. Pencatatan (rekam medis)
E. Rujukan

A. Membuat Keputusan Klinik
____________________________

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :
1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi

1. Pengumpulan Data
_____________________

Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.

Cara mengumpulkan data, yaitu :
1. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan
riwayat perjalanan penyakit.
2. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau
terganggu (kesakitan).
3. Melakukan pemeriksaan fisik.
4. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan
laboratorium.

2. Diagnosis
____________

Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus).

Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terus-menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan penataksanaan kasus secara tepat.

Untuk membuat diagnosa :
1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis
defenitif dibuat.
3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.

3. Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan
________________________________________

Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada keselamatan klien.

Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :
1. Bukti-bukti klinik
2. Keinginan dan kepercayaan ibu
3. Tempat dan waktu asuhan
4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia
5. Biaya yang diperlukan
Baca Selengkapnya - Asuhan Persalinan Normal

APN 58 Langkah

58 Langkah APN

Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:

1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.
Baca Selengkapnya - APN 58 Langkah

Apakah Kualitas Sperma dapat Penyebab Kemandulan

Setahun telah berlalu, namun pasangan anda masih belum hamil. Tiba saatnya bagi anda untuk berkonsultasi dengan dokter. Beginilah yang akan terjadi.

Pertama, dokter akan mempelajari riwayat kesehatan anda dan memberi anda pengantar untuk pemeriksaan fisik lengkap. Apabila ini belum mengungkap masalah, anda berdua akan menjalani uji diagnostik.

Ini berarti anda harus menjalani analisis semen. anda akan diminta melakukan masturbasi ke dalam sebuah mangkuk di rumah kemudian membawa sampel itu kepada dokter sesegera mungkin, atau dokter mungkin meminta anda melakukannya di sana. anda sekurangnya harus menyediakan tiga sampel dengan selang waktu dua hingga empat minggu, karena hitungan sperma dapat berubahubah. Berikut ini beberapa hal yang akan diperiksa.

Hitungan sperma (sperm count). Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta per sentimeter kubik.

Kelincahan gerak (motilitas). Uji ini, yang diberi nilai dari buruk sampai istimewa, menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika sperma tidak bergerak, mereka tidak dapat sampai ke telur. Sederhana sekali.

Morfologi. Ini memberi informasi tentang bentuk sperma anda. Bisa mikro (dalam hal ini berarti terlalu kecil), bisa makro (dalam hal ini berarti terlalu besar). Ukuran yang diharapkan adalah sedang.

pH. Semen harus bersifat agak basa -7,0 hingga 8,5.

Viskositas. Semen harus mudah dituang.

Volume. Yang normal dalam hai ini adalah dua hingga lima sentimeter kubik (kira-kira 1/2 hingga 1 sendok teh).
Baca Selengkapnya - Apakah Kualitas Sperma dapat Penyebab Kemandulan

Kanker Alat Reproduksi Wanita

nKanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat pertama kanker pada wanita. Dua per tiga kasus kanker di dunia terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Kanker bisa disembuhkan jika dideteksi sejak dini. Karenanya, setiap wanita perlu mengenali gejala dan memeriksakan diri.

Menurut dr Amru Sofian SpOG dari Subbagian Onkologi Ginekologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), pertumbuhan sel tak normal/tak terkendali sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan pembesaran bagian tubuh disebut tumor. Tumor ada yang jinak dan ganas (kanker). Penyebabnya adalah virus, zat kimia (bahan pengawet tertentu, rokok, bedak/talk, zat pewarna) atau radiasi (sinar matahari, zat radio aktif).

Yang disebut alat reproduksi wanita adalah rahim yang terdiri dari mulut/leher rahim dan badan rahim, indung telur (ovarium), saluran telur, dan liang kemaluan (vagina). Pada kanker mulut rahim yang berperan human papilloma virus (HPV).

Catatan RSCM tahun 1998 menunjukkan, kanker leher rahim ada 79 persen, sedang kanker indung telur 10 persen.

Leher rahim, demikian Mayor Ckm dr Toto Imam Soeparmono SpOG dari Subbagian Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto, merupakan bagian terendah dari rahim, berbentuk kanal/saluran, panjangnya sepertiga panjang rahim.

Faktor risiko kanker leher rahim adalah hubungan seksual/menikah muda (kurang dari 20 tahun), banyak pasangan seksual, kurang merawat kebersihan alat kelamin, merokok.

Kanker leher rahim berkembang bertahap. Pra-kanker meliputi displasia ringan (lima tahun), displasia sedang (tiga tahun), displasia berat (satu tahun) sampai menjadi kanker stadium 0. Tahap prakanker sering tidak menimbulkan gejala (92 persen). Selanjutnya masuk tahap kanker invasif berupa kanker stadium I sampai IV. Saat ini biasanya sudah ada gejala seperti perdarahan pasca-sanggama, keputihan, nyeri pinggul, gangguan buang air besar dan kecil, berat badan turun, lemah atau kurang darah akibat perdarahan. Perjalanan penyakit tergantung keganasan virus, kondisi tubuh, dan status gizi.

“Tapi tak perlu panik, karena tidak semua perdarahan dan keputihan berarti gejala kanker. Wanita yang telah menikah atau melakukan hubungan seksual perlu melakukan Pap smear setahun sekali sampai usia 65 tahun,” ujar Toto.

Menurut Amru, upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah berpola hidup sehat, gizi seimbang, banyak sayuran dan buah, tidak merokok dan minum alkohol, berperilaku seksual aman, melakukan pemeriksaan rutin (Pap smear) serta segera memeriksakan diri jika merasakan kelainan atau benjolan pada tubuh.

Meski kanker ovarium hanya menempati urutan kedua kanker ginekologik, angka kematiannya cukup tinggi. Menurut dr Imam Rasjidi SpOG dari FKUI/RSCM, ini karena perjalanan kanker ovarium berlangsung diam-diam.
Baca Selengkapnya - Kanker Alat Reproduksi Wanita

ASKEP DENGAN TRAUMA KEPALA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
TRAUMA KEPALA

BAB I PENDAHULUAN


1. Definisi Penyakit
Comutio cerebri (Trauma Kepala) adalah luka yang terjadi pada kulit kepala, tulang
kepala atau otak (Billing dan Stokes, 1982).
Trauma kepala dapat mempengaruhi perubahan fisik maupun psikologis bagi klien dan keluarganya (Siahaan, 1994).

2. Tanda dan gejala
Tingkat keparahan trauma kepala:
- Trauma kepala ringan, nilai Skala Koma Glasgow (GCS) 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit, tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio serebri maupun hematoma.
- Trauma kepala sedang, nilai Skala Ko9ma Glasgow (GCS) 9-12, kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebihg dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak.
- Trauma kepala berat, nilai Skala Koma Glasgow (GCS) 3-8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam, juga meliputi kontusio serebral-laserasi-hematoma intrakranial.

Tanda dan gejala trauma kepala :
- Pingsan setelah trauma dibawah 10 mnt.
- Nyeri kepala
- Mual muntah
- Amnesia sesaat/sementara (lupa kejadian).

3. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan me3niombulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala. Gejala permulaan disfungsi serebral, pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal aliran darah serebral (CBF) adalah 50 – 60 ml/mnt/100gr jaringan otak yang merupakan 16% daricurah jantung/kardiak output (CO). Trauma kepala sampai otak tentunya akan menimbulkan gangguan pada sistem-sistem besar tubuh yang dikendalikan oleh otak, diantaranya sistem kardiovaskuler, respiratori, metabolisme, gastrointestinal, mobilisasi fisik. Selain itu juga mempengaruhi faktor psikologis.

4. Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium darah rutin:
Hb, hematokrit, lekosit, trombosit, elektrolit, ureum, kreatinin, glukosa, golongan darah, analisa gas darah bila perlu.
- Foto kepala: AP, Lateral, Towne.
- Foto sevical bila ada tanda-tanda frakturt servical.
- CT- Scan
- Arteriografi kalau perlu.
- Burr Holes: dilakukan bila keadaan pasien cepat memburuk disertai dengan penurunan kesadaran

5. Manajemen terapi

- Obat-obatan: Dexamethason/Kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
- Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
- Pemberian analgetika.
- Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%.
- Antibiotika yang mengandung barier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
- Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dektrose 5%, aminofisin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
- Pembedahan.
- Pada trauma berat. Karena hari-hari pertyama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit, maka hari-hari [ertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dekstrose 5% 8 jam pertama, Ringe dekstrose 8 jam kedua dan Dekstrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-3000 cc TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N.








BAB II
Standar Asuhan Keperawatan

1. Masalah yang lazim muncul pada klien
a. Pola nafas tidak efetif
b. Perfusi Jaringan tidak efektif
c. Kelebihan Volume Cairan
d. Cemas
e. Nyeri akut
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TRAUMA KEPALA
(isi: tinjauan teoritis; PATHWAYS, tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)
Baca Selengkapnya - ASKEP DENGAN TRAUMA KEPALA

Macam Jenis Phobia Fobia

Ablutophobia - Takut mencuci atau mandi.
Acarophobia - Takut pada rasa gatal atau serangga yang menyebabkan gatal.
Acerophobia - Takut akan rasa asam.
Achluophobia - Takut akan gelap/kegelapan.
Acousticophobia - Takut akan suara.
Acrophobia - Takut akan ketinggian.
Aerophobia - Takut meneguk, menelan udara,atau material beracun yang ada di udara.
Aeroacrophobia - Takut akan tempat tinggi yang terbuka.
Aeronausiphobia - Takut akan muntah atau mabuk udara.
Agateophobia - Takut akan kegilaan.
Agliophobia - Takut akan rasa sakit.
Agoraphobia - Takut pada tempat terbuka, takut di kerumunan orang, tempat umum seperti pasar. Takut untuk meninggalkan tempat yang aman.
Agraphobia - Takut akan pelecehan seksual.
Agrizoophobia - Takut aklan binatang liar.
Agyrophobia - Takut pada jalan atau menyebrang jalan.
Aichmophobia - Takut pada jarum atau benda benda yang mempunyai ujung.
Ailurophobia - Takut pada kucing.
Albuminurophobia - Takut akan penyakit ginjal.
Alektorophobia - Takut pada ayam.
Algophobia - Takut pada rasa sakit.
Alliumphobia - Takut pada bawang putih.
Allodoxaphobia - Takut akan pendapat orang.
Altophobia - Takut akan ketinggian.
Amathophobia - Takut akan debu.
Amaxophobia - Takut mengendarai mobil.
Ambulophobia - Takut berjalan.
Amnesiphobia - Takut amnesia.
Amychophobia - Takut pada goresan atau takut tergores.
Anablephobia - Takut melihat ke atas.
Ancraophobia - Takut pada angin. (Anemophobia)
Androphobia - Takut pada laki-laki.
Anemophobia - Takut pada angin.(Ancraophobia)
Anginophobia - Takut radang tenggorokan, tersedak.
Anglophobia - Takut pada negara dan kebudayaan inggris, dll.
Angrophobia - Takut pada kemarahan atau takut marah.
Ankylophobia - Takut sikap tak bergerak suatu sambungan.
Anthrophobia or Anthophobia - Takut pada bunga.
Anthropophobia - Takut pada orang atau masyarakat.
Antlophobia - Takut akan banjir.
Anuptaphobia - Takut hidup sendiri.
Apeirophobia - Takut akan sesuatu yang tak berakhir.
Aphenphosmphobia - Takut disentuh. (Haphephobia)
Apiphobia - Takut pada lebah.
Apotemnophobia - Takut kepada orang yang diamputasi.
Arachibutyrophobia - Takut pada selai kacang yang menempel pada langit-langit mulut.
Arachnephobia or Arachnophobia - Takut pada laba-laba.
Arithmophobia - Takut pada angka.
Arrhenphobia - Takut pada laki-laki.
Arsonphobia - Takut pada api.
Asthenophobia - Takut pingsan dan takut lemah.
Astraphobia or Astrapophobia - Takut pada guntur dan kilat.(Ceraunophobia, Keraunophobia)
Astrophobia - Takut pada bintang-bintang atau hal yang berhubungan dengan angkasa.
Asymmetriphobia - Takut pada benda-benda asimetris.
Ataxiophobia - Takut akan ataxia. (diskoordinasi otot)
Ataxophobia - Takut akan ketidakteraturan atau ketidakrapihan.
Atelophobia - Takut akan ketidaksempurnaan.
Atephobia - Takut akan runtuh atau reruntuhan.
Athazagoraphobia - Takut dilupakan atau diabaikan atau terlupakan.
Atomosophobia - Takut akan ledakan atom.
Atychiphobia - Takut akan kegagalan.
Aulophobia - Takut akan seruling.
Aurophobia - Takut pada emas.
Auroraphobia - Takut akan cahaya di utara.
Autodysomophobia - Takut pada orang yang berbau tidak sedap.
Automatonophobia - Takut pada boneka yang berbicara melalui suara perut , makhluk-makhluk animasi, patung lilin - segala sesuatu yang secara memberikan sensasi hidup
Automysophobia - Takut kotor.
Autophobia - Takut ditinggal sendiri atau menyendiri.
Aviophobia or Aviatophobia - Takut terbang.
Bacillophobia - Takut pada mikroba.
Bacteriophobia - Takut pada bacteria.
Ballistophobia - Takut pada peluru dan peluru kendali.
Bolshephobia - Takut pada Bolsheviks.
Barophobia - Takut pada gravitasi.
Basophobia or Basiphobia - ketidakmampuan untuk berdiri. Takut untuk berjalan atau jatuh.
Bathmophobia - Takut akan tangga atau tempat sempit.
Bathophobia - Takut kedalaman.
Batophobia - Takut ketinggian atau dekat dengan bangunan tinggi.
Batrachophobia - Takut pada binatang amphibi, seperti katak, kadal air, salamander, dll.
Belonephobia - Takut pada peniti dan jarum. (Aichmophobia)
Bibliophobia - Takut pada buku.
Blennophobia - Takut pada lumpur/kotoran.
Bogyphobia - Takut pada bogey atau bogeyman.
Botanophobia - Takut pada tanaman.
Bromidrosiphobia or Bromidrophobia - Takut pada bau badan.
Brontophobia - Takut pada guntur dan petir.
Bufonophobia - Takut pada kodok.
Cacophobia - Takut akan keburukan.
Cainophobia or Cainotophobia - Takut pada hal yang baru, kesenangan baru.
Caligynephobia - Takut pada wanita cantik.
Cancerophobia or Carcinophobia - Takut kanker.
Cardiophobia - Takut pada hati/jantung.
Carnophobia - Takut pada daging.
Catagelophobia - Takut ditertawakan.
Catapedaphobia - Takut melompat dari tempat tinggi dan tempat rendah.
Cathisophobia - Takut untuk duduk.
Catoptrophobia - Takut akan cermin.
Cenophobia or Centophobia - Takut pada hal atau ide baru.
Ceraunophobia or Keraunophobia - Takut pada guntur dan petir.(Astraphobia, Astrapophobia)
Chaetophobia - Takut pada rambut.
Cheimaphobia or Cheimatophobia - Takut pada hawa dingin.(Frigophobia, Psychophobia)
Chemophobia - Takut pada bahan kimia atau bekerja dengan bahan kimia.
Cherophobia - Takut pada keriangan/kegembiraan.
Chionophobia - Takut pada salju.
Chiraptophobia - Takut disentuh.
Chirophobia - Takut pada tangan.
Cholerophobia - Takut marah atau takut pada kolera.
Chorophobia - Takut menari.
Chrometophobia or Chrematophobia - Takut pada uang.
Chromophobia or Chromatophobia - Takut pada warna.
Chronophobia - Takut pada waktu.
Chronomentrophobia - Takut pada jam.
Cibophobia - Takut pada makanan.(Sitophobia, Sitiophobia)
Claustrophobia - Takut pada ruang terbatas.
Cleithrophobia or Cleisiophobia - Takut terkunci di tempat tertutup.
Cleptophobia - Takut kecurian.
Climacophobia - Takut pada tangga, mamanjat, atau takut jatuh dari tangga.
Clinophobia - Takut untuk tidur.
Clithrophobia or Cleithrophobia - Takut untuk disertakan.
Cnidophobia - Takut pada sengatan.
Cometophobia - Takut pada komet.
Coimetrophobia - Takut pada kuburan.
Coitophobia - Takut unutk bersetubuh.
Contreltophobia - Takut akan pelecehan seksual.
Coprastasophobia - Takut akan sembelit.
Coprophobia - Takut pada kotoran/tinja.
Consecotaleophobia - Takut pada sumpit.
Coulrophobia - Takut pada badut.
Counterphobia - Preferensi para phobia untuk situasi yang menakutkan.
Cremnophobia - Takut pada situasi berbahaya.
Cryophobia - Takut pada dingin yang ekstrim, es atau beku.
Crystallophobia - Takut pada kristal atau kaca.
Cyberphobia - Takut pada komputer atau bekerja menggunakan komputer.
Cyclophobia - Takut pada sepeda roda dua.
Cymophobia or Kymophobia - Takut pada ombak atau gerkan menyerupai ombak.
Cynophobia - Takut apada anjing atau rabies.
Cypridophobia or Cypriphobia or Cyprianophobia or Cyprinophobia - Takut pada wanita tuna susila or penularan penyakit melalui hubungan intim.
Decidophobia - Takut untuk mengambil keputusan.
Defecaloesiophobia - Takut akan pergerakan isi perut yang menyakitkan.
Deipnophobia - Takut akan makan malam dan obrolan pada saat makan malam.
Dementophobia - Takut akan kegilaan.
Demonophobia or Daemonophobia - Takut pada iblis.
Demophobia - Takut pada kerumunan orang. (Agoraphobia)
Dendrophobia - Takut pada pohon.
Dentophobia - Takut pada doktor gigi.
Dermatophobia - Takut pada luka kulit.
Dermatosiophobia or Dermatophobia or Dermatopathophobia - Takut pada penyakit kulit.
Dextrophobia - Takut pada benda yang ada di sebelah kanan badan.
Diabetophobia - Takut pada diabetes.
Didaskaleinophobia - Takut pergi ke sekolah.
Dikephobia - Takut akan keadilan.
Dinophobia - Takut akan kepeningan/kepusinngan atau whirlpool.
Diplophobia - Takut akan penglihatan ganda.
Dipsophobia - Takut pada minuman.
Dishabiliophobia - Takut membuka baju didepan seseorang.
Domatophobia - Takut pada rumah atau berada di dalam rumah.(Eicophobia, Oikophobia)
Doraphobia - Takut pada bulu, atau bulu binatang.
Doxophobia - Takut mengemukakan pendapat atau menerima pujian.
Dromophobia - Takut menyebrang jalan.
Dutchphobia - Takut pada orang belanda.
Dysmorphophobia - Takut pada kelainan bentuk/bentuk yang cacat.
Dystychiphobia - Takut pada kecelakaan.
Ecclesiophobia - Takut pada gereja.
Ecophobia - Takut pada kampung halaman/rumah sendiri.
Eicophobia - Takut pada lingkungan sekitar rumah.(Domatophobia, Oikophobia)
Eisoptrophobia - Takut pada cermin atau melihat diri sendiri pada cermin.
Electrophobia - Takut pada listrik.
Eleutherophobia - Takut akan kebebasan.
Elurophobia - Takut pada kucing. (Ailurophobia)
Emetophobia - Takut muntah/ muntahan.
Enetophobia - Takut pada peniti.
Enochlophobia - Takut pada kerumunan orang.
Enosiophobia or Enissophobia - Takut mengalami dosa tak termaafkana atau takut kecaman.
Entomophobia - Takut pada serangga.
Eosophobia - Takut pada senja atau subuh.
Ephebiphobia - Takut pada anak muda.
Epistaxiophobia - Takut pada hidung berdarah.
Epistemophobia - Talut pada ilmu pengetahuan.
Equinophobia - Takut pada kuda.
Eremophobia - Takut sendirian atau ditinggal sendirian.
Ereuthrophobia - Takut muka memerah.
Ergasiophobia - 1) Takut pada pekerjaan. 2) ahli bedah : Takut untuk mengoperasi.
Ergophobia - Takut unutk bekerja.
Erotophobia - Takut pada cinta seksual atau pertanyaan seksual.
Euphobia - Takut mendengarkan kabar baik.
Eurotophobia - Takut pada alat kelamin wanita.
Erythrophobia or Erytophobia or Ereuthophobia - 1) Takut pada lampu merah. 2) memerah. 3) warna merah.
Febriphobia or Fibriphobia or Fibriophobia - Takut akan demam.
Felinophobia - Takut pada kucing. (Ailurophobia, Elurophobia, Galeophobia, Gatophobia)
Francophobia - Takut pada negara dan kebudayaan perancis. (Gallophobia, Galiophobia)
Frigophobia - Takut dingin atau benda-benda yang dingin.(Cheimaphobia, Cheimatophobia, Psychrophobia)
Galeophobia or Gatophobia - Takut pada Kucing.
Gallophobia or Galiophobia - Takut pada negara dan kebudayaan perancis. (Francophobia)
Gamophobia - Takut akan pernikahan.
Geliophobia - Takut tertawa.
Geniophobia - Takut pada dagu.
Genophobia - Takut pada sex.
Genuphobia - Takut pada lutut.
Gephyrophobia or Gephydrophobia or Gephysrophobia - Takut melewati jembatan.
Germanophobia - Takut pada bangsa dan kebudayaan jerman.
Gerascophobia - Takut menjadi tua.
Gerontophobia - Takut pada orang tua/lanjut usia dan takut menjadi tua.
Geumaphobia or Geumophobia - Takut pada cita rasa/selera.
Glossophobia - Takut berbicara di depan umum, atau takut mencoba untuk berbicara.
Gnosiophobia - Takut pada ilmu pengetahuan.
Graphophobia - Takut unutk menulis atau takut pada tulisan tangan.
Gymnophobia - Takut pada kedaan telanjang.
Gynephobia or Gynophobia - Takut pada wanita.
Hadephobia - Takut neraka.
Hagiophobia - Takut pada orang suci dan segala sesuatu yang suci.
Hamartophobia - Takut berbuat dosa.
Haphephobia or Haptephobia - Takut disentuh.
Harpaxophobia - Takut dirampok.
Hedonophobia - Takut melakukan/mendapat kesenangan.
Heliophobia - Takut pada matahari.
Hellenologophobia - Takut pada istilah-istilah yunani atau terminologi ilmu pengetahuan yang kompleks.
Helminthophobia - Takut dikerubuti oleh cacing.
Hemophobia or Hemaphobia or Hematophobia - Takut pada darah.
Heresyphobia or Hereiophobia - Takut akan tantangan pada ajaran resmi atau penyimpangan radikal.
Herpetophobia - Takut pada reptil atau binatang merayap yang mengerikan.
Heterophobia - Takut pada lawan jenis. (Sexophobia)
Hexakosioihexekontahexaphobia - Takut pada nomor 666.
Hierophobia - Takut pada pendeta atau hal-hal keramat.
Hippophobia - Takut pada kuda.
Hippopotomonstrosesquippedaliophobia - Takut pada kata-kata panjang.
Hobophobia - Takut pada gelandangan dan pengemis.
Hodophobia - Takut untuk melakukan perjalanan darat.
Hormephobia - Takut pada goncangan/getaran.
Homichlophobia - Takut pada kabut.
Homilophobia - Takut pada khotbah/nasehat.
Hominophobia - Takut pada laki-laki.
Homophobia - Takut pada kesamaan, monotony atau homoseksual atau menjadi homoseks.
Hoplophobia - Takut pada senjata api.
Hydrargyophobia - Takut pada obat-obatan yang mengandung merkuri.
Hydrophobia - Takut pada air atau rabies.
Hydrophobophobia - Takut pada rabies.
Hyelophobia or Hyalophobia - Takut pada kaca.
Hygrophobia - Takut pada benda cair, kelembabpan.
Hylephobia - Takut akan materialisme atau takut akan epilepsi
Hylophobia - Takut pada hutan.
Hypengyophobia or Hypegiaphobia - Takut untuk melakukan tanggung jawab.
Hypnophobia - Takut untuk tidur atau Takut dihipnotis.
Hypsiphobia - Takut pada ketinggian.
Iatrophobia - Takut pergi ke doktor atau takut pada doktor.
Ichthyophobia - Takut pada ikan.
Ideophobia - Takut pada ide-ide.
Illyngophobia - Takut vertigo atau merasa pusing jika melihat ke bawah.
Iophobia - Takut pada racun.
Insectophobia - Takut pada serangga.
Isolophobia - Takut diasingkan, atau sendirian.
Isopterophobia - Takut pada rayap, serangga yang memakan kayu.
Ithyphallophobia - Takut untuk melihat, memikirkan atau mengalami ereksi.
Japanophobia - Takut pada orang jepang.
Judeophobia - Takut pada orang yahudi.
Kainolophobia or Kainophobia - Takut akan sesuatu yang baru,ide baru.
Kakorrhaphiophobia - Takut akan kegagalan atau dikalahkan.
Katagelophobia - Takut ditertawakan.
Kathisophobia - Takut untuk duduk.
Kenophobia - Takut pada kekosongan atau tempat yang kosong.
Keraunophobia or Ceraunophobia - Takut pada guntur dan petir.(Astraphobia, Astrapophobia)
Kinetophobia or Kinesophobia - Takut pada gerakan.
Kleptophobia - Takut kecurian/mencuri.
Koinoniphobia - Takut pada ruangan.
Kolpophobia - Takut pada alat kelamin, khusunya alat kelamin wanita.
Kopophobia - Takut kelelahan/kepenatan.
Koniophobia - Takut pada debu. (Amathophobia)
Kosmikophobia - Takut pada fenomena luar angkasa.
Kymophobia - Takut pada ombak.gelombang. (Cymophobia)
Kynophobia - Takut rabies.
Kyphophobia - Takut unutk berhenti.
Lachanophobia - Takut pada sayuran.
Laliophobia or Lalophobia - Takut untuk berbicara.
Leprophobia or Lepraphobia - Takut pada penyakit kusta.
Leukophobia - Takut pada warna putih.
Levophobia - Takut pada sesuatu di sebelah kiri tubuh.
Ligyrophobia - Takut pada suara keras/kencang.
Lilapsophobia-Takut pada topan dan angin puyuh.
Limnophobia - Takut pada danau.
Linonophobia - Takut pada tali.
Liticaphobia - Takut pada tuntutan hukum.
Lockiophobia - Takut pada kelahiran anak.
Logizomechanophobia - Takut pada komputer.
Logophobia - Takut pada kata-kata.
Luiphobia - Takut pada shipilis.
Lutraphobia - Takut pada berang-berang.
Lygophobia - Takut pada kegelapan/takut gelap.
Lyssophobia - Takut pada rabies atau menjadi gila.
Macrophobia - Takut akan menunggu lama.
Mageirocophobia - Takut untuk memasak.
Maieusiophobia - Takut pada kelahiran anak.
Malaxophobia - Takut pada permainan cinta. (Sarmassophobia)
Maniaphobia - Takut pada kegilaan.
Mastigophobia - Takut pada hukuman.
Mechanophobia - Takut pada mesin.
Medomalacuphobia - Takut kehilangan ereksi.
Medorthophobia - Takut pada ereksi penis.
Megalophobia - Takut pada benda-benda yang besar.
Melissophobia - Takut pada lebah.
Melanophobia - Takut pada warna hitam.
Melophobia - Takut atau benci musik.
Meningitophobia - Takut pada penyakit otak.
Menophobia - Takut pada mentruasi.
Merinthophobia - Takut terikat atau diikat.
Metallophobia - Takut pada logam.
Metathesiophobia - Takut pada perubahan.
Meteorophobia - Takut pada meteor.
Methyphobia - Takut pada alkohol.
Metrophobia - Takut atau benci pada puisi.
Microbiophobia - Takut pada mikroba. (Bacillophobia)
Microphobia - Takut pada benda-benda kecil.
Misophobia or Mysophobia - Takut terkontaminasi kotoran atau kuman.
Mnemophobia - Takut pada kenangan.
Molysmophobia or Molysomophobia - tajut pada kotoran atau kontaminasi.
Monophobia - Takut pada pengasingan atau diasingkan.
Monopathophobia - Takut pada penyakit tertentu/nyata.
Motorphobia - Takut pada kendaraan bermotor.
Mottephobia - Takut pada ngengat.
Musophobia or Muriphobia - Takut pada tikus.
Mycophobia - Takut atau keseganan pada jamur.
Mycrophobia - Takut akan benda-benda yang kecil.
Myctophobia - Takut gelap/kegelapan.
Myrmecophobia - Takut pada semut.
Mythophobia - Takut pada mitos atau cerita atau pernyataan salah.
Myxophobia - Takut pada kotoran. (Blennophobia)
Nebulaphobia - Takut pada anjing. (Homichlophobia)
Necrophobia - Takut mati atau benda/sesuatu yang mati.
Nelophobia - Takut pada kaca.
Neopharmaphobia - Takut pada obat-obatan baru.
Neophobia - Takut pada segala sesuatu yang baru.
Nephophobia - Takut pada awan.
Noctiphobia - Takut pada malam.
Nomatophobia - Takut pada nama.
Nosocomephobia - Takut pada rumah sakit.
Nosophobia or Nosemaphobia - Takut sakit.
Nostophobia - Takut untuk kembali ke rumah.
Novercaphobia - Takut pada ibu tiri.
Nucleomituphobia - Takut pada senjata nuklir.
Nudophobia - Takut telanjang.
Numerophobia - Takut pada angka.
Nyctohylophobia - Takut pada hutan yang gelap atau hutan pada malam hari
Nyctophobia - Takut pada kegelapan atau takut pada malam hari.
Obesophobia - Takut bertambah berat badan. (Pocrescophobia)
Ochlophobia - Takut pada kerumunan atau gerombolan orang banyak.
Ochophobia - Takut pada kendaraan.
Octophobia - Takut pada angka 8.
Odontophobia - Takut pada gigi atau preasi gigi.
Odynophobia or Odynephobia - Takut sakit/kesakitan. (Algophobia)
Oenophobia - Takut pada wine.
Oikophobia - Takut pada lingkungan rumah, rumah.(Domatophobia, Eicophobia)
Olfactophobia - Takut pada bau-bauan.
Ombrophobia - Takut pada hujan atau takut kehujanan.
Ommetaphobia or Ommatophobia - Takut pada mata.
Oneirophobia - Takut pada mimpi.
Oneirogmophobia - Takut mimpi basah.
Onomatophobia - Takut mendengarkan kata atau nama tertentu.
Ophidiophobia - Takut pada ular. (Snakephobia)
Ophthalmophobia - Takut ditatap orang lain.
Opiophobia - Takut pada pengalaman doktor pengobatan menulis resep unutk penyakit pasiennya
Optophobia - Takut pada mata yang terbuka sebelah.
Ornithophobia - Takut pada burung.
Orthophobia - Takut pada lahan/properti.
Osmophobia or Osphresiophobia - Takut pada bau yang tak sedap.
Ostraconophobia - Takut pada kerang.
Ouranophobia or Uranophobia - Takut pada surga.
Pagophobia - Takut pada es atau beku.
Panthophobia - Takut pada penderitaan dan penyakit.
Panophobia or Pantophobia - Takut pada segala hal.
Papaphobia - Takut pada Paus(pimpinan tertinggi katholik roma).
Papyrophobia - Taut pada kertas.
Paralipophobia - Takut untuk mengabaikan tugas dan bertanggung jawab.
Paraphobia - Takut pada perbuatan seks tak wajar.
Parasitophobia - Takut pada parasit.
Paraskavedekatriaphobia - Takut pada hari jumat tanggal 13.
Parthenophobia - Takut pada perawan atau wanita muda.
Pathophobia - Takut pada penyakit.
Patroiophobia - Takut pada keturunan/hal yang baka/abadi.
Parturiphobia - Takut pada kelahiran anak.
Peccatophobia - Takut berdosa atau membayangkan kejahatan.
Pediculophobia - Takut pada kutu.
Pediophobia - Takut pada boneka.
Pedophobia - Takut pada anak-anak.
Peladophobia - Takut pada orang botak/plontos/gundul.
Pellagrophobia - Takut pada penyakit yang disebabkan oleh makanan.
Peniaphobia - Takut pada kemiskinan.
Pentheraphobia - Takut apda ibu mertua. (Novercaphobia)
Phagophobia - Takut untuk menelan,makan atau takut dimakan.
Phalacrophobia - Takut menjadi botak.
Phallophobia - Takut pada penis, terutama yang ereksi.
Pharmacophobia - Takut untuk menjalankan pengobatan.
Phasmophobia - Takut pada hantu.
Phengophobia - Takut pada siang hari atau sinar matahari.
Philemaphobia or Philematophobia - Takut berciuman.
Philophobia - Takut jatuh cinta atau dicintai.
Philosophobia - Takut pada filosofi.
Phobophobia - Takut pada phobia.
Photoaugliaphobia - Takut pada cahaya terang.
Photophobia - Takut pada cahaya.
Phonophobia - Takut pada suara,atau suarnya sendiri di telepon.
Phronemophobia - Takut unutk berfikir.
Phthiriophobia - Takut pada kutu. (Pediculophobia)
Phthisiophobia - Takut pada TBC.
Placophobia - Takut pada batu nisan.
Plutophobia - Takut kaya/menjadi kaya/kekayaan.
Pluviophobia - Takut hujan atau kehujanan.
Pneumatiphobia - Takut pada roh.
Pnigophobia or Pnigerophobia - Takut tersedak atau takut tercekik.
Pocrescophobia - Takut bertambah berat badan. (Obesophobia)
Pogonophobia - Takut pada jenggot.
Poliosophobia - Takut penyakit lumpuh.
Politicophobia - Takut atau ketidaksukaan berlebih terhadap politisi.
Polyphobia - Takut akan banyak hal.
Poinephobia - Takut akan hukuman.
Ponophobia - Takut terlalu banyak kerja atau kesakitan.
Porphyrophobia - Takut pada warna ungu.
Potamophobia - Takut pada sungai atau air mengalir.
Potophobia - Takut pada alkohol.
Pharmacophobia - Taku pada obat-obatan.
Proctophobia - Takut pada rectums.
Prosophobia - Takut pada perkembangan.
Psellismophobia - Takut berbicara gagap.
Psychophobia - Takut pada pikiran.
Psychrophobia - Takut pada dingin.
Pteromerhanophobia - Takut terbang.
Pteronophobia - Takut dikelitik bulu.
Pupaphobia - Takut pada boneka/wayang .
Pyrexiophobia - Takut pada demam.
Pyrophobia - Takut pada api.
Radiophobia - Takut pada radiasi, sinar x.
Ranidaphobia - Takut pada katak.
Rectophobia - Takut pada rectum atau penyakit dubur.
Rhabdophobia - Takut akan dihukum berat atau dipukul dengan balok, atau dikecam keras. juga takut pada hal magis. (tongkat sihir)
Rhypophobia - Takut buang air besar.
Rhytiphobia - Takut mendapat kerutan.
Rupophobia - Takut pada debu.
Russophobia - Takut pada orang rusia.
Samhainophobia: Takut pada Halloween.
Sarmassophobia - Takut pada permainan cinta. (Malaxophobia)
Satanophobia - Takut pada setan.
Scabiophobia - Takut pada kudis.
Scatophobia - Takut pada masalah feses.
Scelerophibia - Takut pada orang jahat atau perampok.
Sciophobia
Sciaphobia - Takut pada bayangan.
Scoleciphobia - Takut pada cacing.
Scolionophobia - Takut sekolah.
Scopophobia or Scoptophobia - Takut dilihat atau ditatap orang.
Scotomaphobia - Takut kebutaan visual.
Scotophobia - Takut pada keggelapan. (Achluophobia)
Scriptophobia - Takut menunggu di tempat umum.
Selachophobia - Takut pada hiu.
Selaphobia - Takut pada kilasan cahaya
Selenophobia - Takut pada bulan.
Seplophobia - Takut pada benda membusuk.
Sesquipedalophobia - Takut pada kata-kata panjang.
Sexophobia - Takut pada lawan jenis. (Heterophobia)
Siderodromophobia - Takut pada kereta, rel kereta api atau berpergian dengan kereta api.
Siderophobia - Talut pada bintang-bintang di langit.
Sinistrophobia - Takut pada benda di sebelah kiri.atau kidal
Sinophobia - Takut pada bangsa dan kebudayaan cina.
Sitophobia or Sitiophobia - Taut pada makanan atau takut makan. (Cibophobia)
Snakephobia - Taut pada ular. (Ophidiophobia)
Soceraphobia-Takut pada orang tua angkat.
Social
Phobia - Takut dievaluasi negatif dalam lingkungan sosial.
Sociophobia - Takut pada masyarakat atau orang secara umum.
Somniphobia - Takut tidur.
Sophophobia - Takut untuk bersandar.
Soteriophobia - Takut bergantung pada orang lain.
Spacephobia - Takut pada angkasa luar.
Spectrophobia - Takut pada hantu.
Spermatophobia or Spermophobia - Takut pada kuman.
Spheksophobia - Takut pada ngengat.
Stasibasiphobia or Stasiphobia - Takut unutk berdiri atau berjalan. (Ambulophobia)
Staurophobia - Takut pada salib dan takut disalibkan.
Stenophobia - Takut pada benda atau tempat sempit.
Stygiophobia or Stigiophobia - Takut pada neraka.
Suriphobia - Takut pada tikus.
Symbolophobia - Takut pada simbolisme.
Symmetrophobia - Takut pada benda simetris.
Syngenesophobia - Takut pada orang dekat/keluarga.
Syphilophobia - Takut pada syphilis.
Tachophobia - Takut pada kecepatan.
Taeniophobia or Teniophobia - Takut pada cacing pita.
Taphephobia
Taphophobia - Takut dikubur hidup-hidup atau takut kuburan.
Tapinophobia - Takut menular.
Taurophobia - Takut pada banteng.
Technophobia - Takut pada teknologi.
Teleophobia - 1) Takut pada rencana tertentu. 2) takut acara keagamaan.
Telephonophobia - Takut pada telepon.
Teratophobia - tkut melahirkan anak yang buruk atau takut pada monster atau takut orang berpenampilan buruk.
Testophobia - Takut untuk menjalani test.
Tetanophobia - Takut kejang mulut atau takut tetanus.
Teutophobia - Takut segala sesuatu tetang jerman.
Textophobia - Takut pada bahan kain tertentu.
Thaasophobia - Takut unutk duduk.
Thalassophobia - Takut pada lautan.
Thanatophobia or Thantophobia - Takut mati atau sekarat.
Theatrophobia - Takut pada teater/bioskop.
Theologicophobia - Taut pada teology.
Theophobia - Takut pada tuhan atau suatu agama.
Thermophobia - Takut kepanasan.
Tocophobia - Takut pada kehamilan dan kelahiran anak.
Tomophobia - Takut dioperasi.
Tonitrophobia - Takut akan guntur.
Topophobia - Takut pada tempat atau situasi tertentu, seperti pentas horor.
Toxiphobia or Toxophobia or Toxicophobia - Takut pada racun atau tidak sengaja keracunan.
Traumatophobia - Takut akan cedera.
Tremophobia - Takut menggigil.
Trichinophobia - Takut akan penyakit yang diakibatkan oleh cacing pita babi.
Trichopathophobia or Trichophobia - Takut pada rambut. (Chaetophobia, Hypertrichophobia)
Triskaidekaphobia - Takut pada angka 13.
Tropophobia - Takut untuk bergerak maju atau untuk berubah.
Trypanophobia - Takut disuntik.
Tuberculophobia - Takut TBC.
Tyrannophobia - Takut pada tirani.
Uranophobia or Ouranophobia - Takut pada surga.
Urophobia - Takut pada urine.
Vaccinophobia - Takut pada vaksinaasi.
Venustraphobia - Takut pada wanita cantik.
Verbophobia - Takut pada kata-kata.
Verminophobia - Takut pada kuman.
Vestiphobia - Takut pada pakaian.
Virginitiphobia - Takut diperkosa.
Vitricophobia - Takut pada ayah angkat.
Walloonphobia - Takut pada Walloons.
Wiccaphobia - Takut pada penyihir dan hal berbau sihir.
Xanthophobia - Takut pada warna kuning atau kata "kuning".
Xenoglossophobia - Takut akan bahasa asing.
Xenophobia - Takut pada orang tak dikenal atau orang asing.
Xerophobia - Takut akan kekeringan.
Xylophobia - 1) Takut pada objek dari kayu. 2) hutan.
Xyrophobia - Takut pada pisau cukur.
Zelophobia - Takut cemburu.
Zeusophobia - Takut pada tuhan atau dewa.
Zemmiphobia - Takut pada tahi lalat besar.
Zoophobia - Takut pada binatang.

silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word
Macam Jenis Phobia
Baca Selengkapnya - Macam Jenis Phobia Fobia

Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak, Maswita Djaja, menilai, tingginya angka penyakit anemia pada perempuan sebagai penyebab besarnya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

"Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup dan merupakan tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu penyebab AKI yang dominan adalah anemia," katanya, di Palangkaraya belum lama ini.

Maswita menilai, banyaknya kasus anemia membuat kondisi kesehatan perempuan Indonesia masih sangat rendah, selain banyak pula perempuan yang menderita kekurangan energi kronis (KEK).

"Semua itu berpengaruh terhadap angka kematian ibu karena hamil dan melahirkan," ucap mantan Kepala BKKBN Kota Depok, Jawa Barat ini.

Menurut dia, tingginya AKI bukan hanya masalah medis dan kesehatan tetapi sangat kental dengan masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonimian perempuan serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.

"Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu dirubah secara sosio kultural, yaitu agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat," tegasnya.

Ia juga menekankan, perlunya upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.

Kendati status perempuan sangat mulia dan tak tergantikan, katanya, namun kesejahteraan perempuan sampai saat ini belum seperti yang diharapkan bersama.

Hal itu dibuktikan dengan banyaknya persentase perempuan yang buta huruf yang mencapai 11,7 persen, dibanding laki-laki 8,5 persen, yang kemungkinan karena lama mengecap pendidikan sekolahnya hanya sekitar 6,5 tahun sedangkan laki-laki mencapai 7,6 tahun.

"Secara umum hanya angka harapan hidup perempuan yang mencapai 71,1 tahun, lebih tinggi dari laki laki yaitu hanya 67,1 tahun," ujarnya.

Ia mengakui, perempuan kebanyakan tidak mempunyai daya dan memutuskan sendiri masalah yang terkait dengan kesehatannya. Dalam aspek ekonomi, kaum perempuan banyak yang bergantung secara keuangan pada suami dan keluarga.

Data tahun 2005 menunjukkan, banyak kaum perempuan yang menganggur (13,5 persen) dibanding laki-laki (8,28 persen), sementara dari 32,4 juta perempuan yang bekerja, sebagian besar (68,1 persen) bekerja di sektor informal yang rentan dengan ketidakpastian upah, pendapatan, dan jaminan sosial.

Sebagian perempuan banyak yang mengadu nasib mencari kerja di luar negeri, dan hanya sebagian kecil yang memperoleh pekerjan formal, dan lainnya (70 persen) di sektor informal.

Jumlah penderita gizi buruk untuk anak dibawah umur lima tahun (Balita) di Kabupaten Gorontalo, telah melebihi standar nasional yang ditetapkan, yakni mencapai 1,47 %.

Melebihi standar nasional:
Pelaksana Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Mujayanto, ketika ditemui, mengatakan bahwa standar nasional yang ditetapkan untuk jumlah penderita gizi buruk di suatu daerah adalah 1 %.

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan data yang ada jumlah Balita didaerah itu Januari hingga Desember 2006 mencapai 43.688 orang, sebanyak 643 orang terkena penyakit gizi buruk.

"Jumlah ini masih lebih sedikit, jika dibanding dengan penderita gizi buruk di daerah lain," kata Mujayanto seraya menambahkan bahwa 10 balita penderita penyakit tersebut meninggal dunia setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit.

Sedangkan sejumlah anak lainnya meninggal dunia di rumah, di sebabkan banyak yang tidak mampu untuk mengadakan pengobatan di rumah sakit akibat perekonomian yang minim.

"Hingga akhir tahun 2006 ini, sudah 18 orang anak balita yang meninggal dunia akibat masalah gizi buruk," kata Mujayanto.

Menurut dia, gizi buruk merupakan masalah yang dihadapi oleh semua daerah di Indonesia, yang disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya kondisi perekonomian.

Dia menjelaskan bahwa untuk menanggulangi masalah tersebut, dinas kesehatan Kabupaten Gorontalo, telah memberikan penyuluhan ke masyarakat mengenai pentingnya pemberian air susu ibu (ASI), bagi anak berumur 0 hingga 6 bulan.

Selain itu, sejumlah anak balita berumur lebih dari 6 bulan di daerah tersebut, telah mendapatkan bantuan makanan pendamping ASI, serta pelayanan tindakan medis secara gratis bagi anak yang menderita suatu penyakit akibat gizi buruk.

silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word
Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi


Baca Selengkapnya - Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

I. Data Umum

1. Nama kk : Tn “B”

2. Usia : 50 Tahun

3. Pendidikan : SD

4. Pekerjaan : Tukang Bangunan

5. Alamat : Jln. A Yani Lrg. Masa Jaya Rt 08 No 45 Kel. 8 Ulu Palembang

6. Komposisi anggota keluarga :

No

Nama (Inisial)

Jenis kelamin

Hub. Dg keluarga

Ttl/ umur

Pendidikan

Pekerjaan

Status imunisasi

1.

2.

3.

4.

Ny “N”

“D”

Nn “I”

“M”

P

P

P

P

Istri

Anak

Anak

Anak

35 th

17 th

15 th

12 th

-

Smu

Smp

SD

Ibu RT

Pelajar

Pelajar

Pelajar

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Meninggal

: Perempuan

: Serumah

: Klien

7. Tipe keluarga

Tipe keluarga termasuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak yang tinggal dalam satu rumah.

8. Suku :

Kepala keluarga berasal dari suku komring, istri pun berasal dari komring sehingga ketiga anaknya pun bersuku komring.

9. Agama

Kepala keluarga dan anggota keluarga menganut agama islam, kegiatan dalam beragama cukup baik.

10. Status ekonomi keluarga

Penghasilan atau pendapatan keluarga Rp.300.000, dengan pendapatan tersebut tidak memenuhi kebutuhan keluarga yang menentukan pengunaan uang adalah kepala keluarga.

11. Aktifitas rekreasi keluarga

Keluarga biasa melakukan rekreasi ringan yaitu pergi kepasar.

II. Riwayat dan tahap perkembangn keluarga

  1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak usia remaja (families with teenager: usia anak pertama : 17 th).

  1. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Tahap perkembangan keluarga yang belum diketahui tidak ada.

  1. Riwayat keluarga inti

  1. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn “b” pernah menderita penyakit rematik, kedua anak nya pernah menderita diare dan batuk pilek.

III. Lingkungan

16. Karakteristik Rumah

Keluarga tinggal ditempat kontrakan dengan bentuk rumah bangunan kayu mempunyai satu kamar, satu ruang tamu dan dapur, dan ada tempat mandi sama-sama dengan tetangga yang menyewa dan terletak didepan rumah. Luas rumah 4x 6 m, tidak punya perkarangan rumah, ventilasi rumah kurang dengan penerangan ruangan dengan listrik, lantai papan, kebersihan rumah kurang, dan pengaturan perabot rumah tangga kurang.

17. Karakteristik tetangga dan komunitas

Lingkungan tetangga Cukup baik, saling tolong menolong dan sering berkumpul. Lingkungan komunitaspun rapi, bersih, dan aman. Tn’B” selalu ikut bermusyawarah dalam kegiatan masyarakat.Tn “b” dan keluarga dengan tetangga berhubungan akrab, istri Tn ‘B” ikut pengajian di masjid sekali seminggu.

18. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga tidak memiliki kendaraan bermotor untuk beraktivitas dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga tidak pernah mengikuti perkumpulan keluarga,tetapi KK aktif dalam perkumpulan dalam masyarakat.

20. Sistem pendukung keluarga

KK memenuhi kebutuhan keluarga dengan usahanya sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain





silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word

ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS

(isi: tinjauan teoritis; PATHWAYS, tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)



Baca Selengkapnya - ASKEP KELUARGA DENGAN GASTROENTERITIS

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber