Cari Blog Ini

Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dan mewujudkan Norma Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru Program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Saver. Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi program Making Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan ( Saifuddin, 2003 ).
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat kehidupan bangsa telah dilaksanakan bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti ( Manuaba, 1998 ).
Pencegahan kehamilan dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diberlakukannya Keluarga Berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat abortus yang tidak aman, serta tuntunan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat ( Saifuddin, 2003 ).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Jawa Barat telah lama diketahui oleh seluruh masyarakat hampir 99,6% wanita berstatus kawin dan 90,5% pria berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat kontrasepsi modern. Suntik dan pil adalah metode yang paling banyak diketahui, diikuti IUD dan susuk KB (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2004).
Kepesertaan KB ( Current User ) di Kabupaten ............. sebanyak 378.490 akseptor sedangkan proyeksi Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 246.512 orang. Pencapaian akseptor KB di Kabupaten ............. untuk Metode Jangka Panjang (MJP) aktif cakupannya sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target MJP sebesar 60% dari seluruh akseptor. Untuk Metode Non Metode Jangka Panjang (Non MJP) yang aktif 75,30%. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pencapaian akseptor MJP dibandingkan akseptor Non MJP dari total keseluruhan (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Pencapaian akseptor KB baru untuk seluruh metode di Kabupaten ............. masih menunjukkan angka yang sangat rendah yaitu sebesar 6,69% dari seluruh akseptor sebanyak 378.490 akseptor ( Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Di Kabupaten ............. tahun 2006 Pasangan Usia Subur sebanyak 243.834 orang, peserta KB berjumlah 179.462 (73,60%) dengan demikian Pasangan Usia Subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 64.372 (26,39%). Dengan demikian keadaaan KB di Kabupaten ............. tahun 2006 pada jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 102.384 (57,05%), Pil sebanyak 43.008 ( 23,96%), Implan sebanyak 9.549 (5,32%) dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 11.683 (6,51%), MOW sebanyak 6.462 (3,60%), MOP sebanyak 6.197 (3,45%), kondom sebanyak 179 (0,10 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten ............., 2006).
Di kecamatan ............. tahun 2006. Pasangan usia subur sebanyak 12.347 orang. Peserta KB berjumlah 9.422 orang (76,31%), dengan demikian pasangan usia subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 2.925 orang (23,69%) jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 4.886 (51,86%), Pil sebanyak 2.580 (27,38%), Implan sebanyak 377 (4,00%) dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 938 (9,95%), MOW sebanyak 328 (3,48%), MOP sebanyak 285 (3,02%), kondom sebanyak 28 (0,30 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten ............., 2006).
Akseptor KB di Puskesmas ........ sebanyak 3.438 akseptor, sedangkan proyeksi pasangan usia subur sebanyak 8.143 orang. Dari data diatas masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi (Puskesmas ........, 2006 ).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga yang direncanakan, persetujuan suami bahkan norma budaya lingkungan orang tua. Untuk ini semua konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien ( Saifuddin, 2003 ).
Dari data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007”.

1.2 Rumusan Masalah
Di Kabupaten ............. pencapaian akseptor Keluarga Berencana Metode Jangka Panjang sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target Metode Jangka Panjang sebesar 60%. Sehingga masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007’, sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007?

1.3 Ruang Lingkup
Banyak faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB tetapi dalam penelitian ini, penulis membatasi pada karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan dan pengetahuan di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya gambaran karakteristik ibu menurut umur dan pendidikan di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
2) Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
3) Diketahuinya gambaran pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
4) Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
5) Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
6) Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
1.5.2 Bagi Instansi
1) Sebagai masukan kepada pengelola program dalam merencanakan kegiatan akselerasi peningkatan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............
2) Sebagai masukan bagi peningkatan kualitas dalam memberikan pelayanan KB kepada sasaran atau masyarakat.
3) Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan, khususnya promosi tentang pentingnya pemilihan alat kontrasepsi KB kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............
1.5.3 Bagi Penulis
Mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan

Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Pola pertumbuhan dan perkembangan pada anak menunjukkan variasi normal yang luas, sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya. Terdapat 3 macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam kartu pertumbuhan (growth card), yaitu :

1. Menggunakan mean dan standar deviasi (SD)
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu :
a. Mean ± 1 SD, mencakup 66,6 %
b. Mean ± 2 SD, mencakup 95 %
c. Mean ± 3 SD, mencakup 97,7 %

2. Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke-50 berarti bahwa anak tersebut berada pada urutan ke-50 sehingga jumlah yang sama berada di bawah dan di atasnya.

3. Menggunakan persentase
Besarnya variasi normal berada di antara persentasi tertentu terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100 %. Misalnya, pada Lokakarya Antopometri Gizi Depkes 1975 bahwa :
a. Nilai 100 % untuk berat atau nilai persentil ke-50 dari Baku Harvard
b. Variasi normal berada antara 80 – 110 %.

Dalam pengkajian yang dilakukan pada anak usia pra sekolah digunakan parameter penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
1. Parameter penilaian pertumbuhan fisik
a. Berat badan
Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke dalam usia 1 – 6 tahun, maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan rumus : umur (tahun) x 2 + 8

Klasifikasi berat badan terhadap umur :
1). Gomez
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). > 90 % : normal
b). 75 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 75 % : malnutrisi sedang (grade 2)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 3)

2). Jellifre
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). 90 – 110 % : normal
b). 81 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 80 % : malnutrisi sedang (grade 2 dan 3)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 4)

3). Klasifikasi menurut WHO
1. Baku NCHS
2. Cara : persentil
3. Klasifikasi :
a). Persentil ke 3 – 50 : normal
b). Persentil ≤ 3 : malnutrisi

4). Klasifikasi di Indonesia
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median dan kenaikan berat badan
3. Klasifikasi :

Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan : normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.

b. Tinggi badan
Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah dapat menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77. Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra sekolah antara 6 – 8 cm.

Klasifikasi tinggi badan terhadap umur :
1). Kanawati dan Mc Laren
a). ≥ 95 % : normal
b). 80 – 95 % : malnutrisi ringan
c). 85 – 90 % : malnutrisi sedang
d). 85 % : malnutrisi berat

2). CDC/ WHO
a). ≥ 90 % : normal
b). <> 85% atau > 14 cm : normal
2). < style="font-weight: bold;">Parameter penilaian perkembangan
a. Aspek motorik
Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran. Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari.

Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.

b. Aspek Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi. Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana. Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali. Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar.

c. Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap. Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih uang logam.
Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari. Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturut-turut.

d. Aspek sosialisasi
Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri dengan bantuan seminimal mungkin. Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif. Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda. Usia 6 tahun, anak ini mulai dapat dipercaya, rasa takut berkurang, suka menggoda orang lain, kadang melakukan sikap menentang dan tidak sopan, kecemburuannya terhadap adik tampak nyata, serta berlaku curang untuk menang.

IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dipandang dari segi kelompok usia, ternyata anak-anak memiliki karakteristik yang khas dengan segala kompleksitasnya. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang khusus pula, bilamana kita sebagai seorang perawat mendapati pasien anak dengan berbagai tingkat usia, dalam hal ini secara khusus akan dibahas proses pendekatan terhadap anak kelompok usia pra sekolah (3-6 tahun) yang sedang sakit. Pertama-tama kita harus tahu betul faktor-faktor yang sangat berpengaruh dan patut dipertimbangkan saat berkomunikasi dengan anak-anak. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

A. Lingkungan
Menciptakan suasana lingkungan yang ramah seperti rumah, memfasilitasi tempat bermain dan mainannya, anak-anak mengenakan pakaian bebas, meminimalkan tingkat kebisingan di lingkungan sekitar, tempat perawatan dianjurkan dekat dengan orang tua serta adanya kemudahan dalam aktivitas makan, minum, bermain dan istirahat.
Keamanan juga harus dijaga dengan cara, pegangan pintu dibuat dalam posisi yang tinggi, baik jendela maupun perlengkapan lain harus dirancang khusus demi keamanan anak.

B. Komunikasi verbal dan non verbal
1. Bicara pada anak sejajar dengan mata anak.
2. Gunakan bahasa yang dikenal dan mudah dipahami oleh anak.
3. Gunakan kalimat yang singkat.
4. Gunakan bahasa yang positif, misalnya “ayo ikut ibu, dan kita akan.....” bukannya “apakah kamu ingin....” Anak kecil jangan dibiarkan dalam posisi memilih, karena ia akan menjawab “tidak”.
5. Jangan marah atau membentak anak.
6. Biarkan anak menjalin hubungan dengan orang lain.
7. Gunakanlah sentuhan sebagai alat komunikasi.
8. Berkomunikasi melalui mainan anak.
9. Perhatikan komunikasi non verbal anda.
10. Bersikaplah jujur.

Untuk proses pengkajian tidak boleh dilupakan bahwa anak-anak pra sekolah dapat menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri dan pertanyaan-pertanyaan seharusnya diarahkan terutama pada anak sehingga mereka dapat berusaha untuk menjawabnya.
Perlu juga diingat, bahwa anak-anak tidak menyukai hal-hal yangt “diambil” dari mereka, jadi lebih baik mengatakan “saya ini akan melihat seberapa panas kamu” daripada “saya akan mengambil suhu kamu”.
Penjelasan akan segala macam tindakan yang akan dilakukan pada anak-anak harus sesuai dengan tahap perkembangan dan pengertian mereka. Pada anak-anak usia pra sekolah, jauh sebelum dilakukan tindakan dapat dipersiapkan terlebih dahulu, baik dari segi tempat, orang maupun waktunya.

DAFTAR PUSTAKA
Engel, Joyce. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : Teresa. Jakarta : EGC, 1998

Lewer, Helen. Belajar Merawat di Bangsal Anak. Alih bahasa : Ernie Noviestari. Jakarta : EGC, 1996

Majalah Ayah Bunda : Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta : Gaya Favorit Press, 2002.

Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : RF Maulany, Jakarta : EGC, 1994.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II. Jakarta : EGC, 1998.
Baca Selengkapnya - Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

Askep Neonatus dengan Infeksi Saluran Nafas

A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

b. Angka kejadian dan diagnosis
Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220).

Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

c. Etiologi dan karakteristik
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

d. Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

e. Terapi dan Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

f. Diagnosis banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).


g. Tanda dan gejala yang muncul
  1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
  2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
  3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
  4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.
  5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
  6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
  7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
  8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
  9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
h. Pengkajian terutama pada jalan nafas
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.
Pola, cepat (tachynea) atau normal.
  1. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
  2. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
  3. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
  4. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong; 1991; 1420).
i. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

j. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.
Tujuan:
Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.
d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
f. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan:
Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret.
Intervensi:
a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.
b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).
d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.
e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
g. Berikan kelembaban udara yang cukup.
h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.

3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan:
Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
Intervensi:
a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).
b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.
c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas.
e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Baca Selengkapnya - Askep Neonatus dengan Infeksi Saluran Nafas

Askep Anak dengan Intususepsi

A. Pengertian
Intususepsi adalah invaginasi atau masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002)
Suatu intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal. (Nelson, 1999)

B. Etiologi
Penyebab dari kebanyakan intususepsi tidak diketahui. Terdapat hubungan dengan infeksi – infeksi virus adeno dan keadaan tersebut dapat mempersulit gastroenteritis. Bercak – bercak peyeri yang banyak terdapat di dalam ileum mungkin berhubungan dengan keadaan tersebut, bercak jaringan limfoid yang membengkak dapat merangsang timbulnya gerakan peristaltic usus dalam upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan intususepsi. Pada puncak insidens penyakit ini, saluran cerna bayi juga mulai diperkenalkan dengan bermacam bahan baru. Pada sekitar 5% penderita dapat ditemukan penyebab – penyebab yang dikenali, seperti divertikulum meckeli terbalik, suatu polip usus, duplikasi atau limfosarkoma. Secara jarang, keadaan ini akan mempersulit purpura Henoch – Schonlein dengan sutau hematom intramural yang bertindak sebagai puncak dari intususepsi. Suatu intususepsi pasca pembedahan jarang dapat didiagnosis, intususepsi – intususepsi ini bersifat iloileal.

C. Patofisiologi dan Pathways
Kebanyakan intususepsi adalah ileokolik dan ileoileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal. Secara jarang, suatu intususepsi apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian atas usus, intususeptum, berinvaginasi ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik mesentrium bersamanya ke dalam ansa usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi aliran darah balik. Penyumbatan intususeptium terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja berdarah, kadang – kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon tranversum desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus – kasus yang terlantar. Setelah suatu intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang memebentuk puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya dapat mengakibatkan gangren usus dan syok.

D. Manifestasi Klinik
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal muncul gejala strangulasi berupa nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Bayi menangis kesakitan saat serangan dan kembali normal di antara serangan. Terdapat muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir (red currant jelly) per rektum. Pada palpasi abdomen dapat teraba massa yang umumnya berbentuk seperti pisang (silindris). Dalam keadaan lanjut muncul tanda obstruksi usus, yaitu distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan massa intraabdomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rektum, pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginat seperti porsio uterus, disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah.

E. Pemeriksaan Penunjang
  1. Foto polos abdomen memperlihatkan kepadatan seperti suatu massa di tempat intususepsi.
  2. Foto setelah pemberian enema barium memperlihatkan gagguan pengisisan atau pembentukan cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi oleh intususepsi tersebut.
  3. Plat datar dari abdomen menunjukkan pola yang bertingkat (invaginasi tampak seperti anak tangga).
  4. Barium enema di bawah fluoroskopi menunjukkan tampilan coiled spring pada usus.
  5. Ultrasonogram dapat dilakukan untuk melokalisir area usus yang masuk.
F. Prinsip pengobatan dan managemen keperawatan
1. Penurunan dari intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon. Metode ini tidak sering dikerjakan selama terdapat suatu resiko perforasi, walaupun demikian kecil, dan tidak terdapat jaminan dari penurunan yang berhasil.
2. Reduksi bedah :
a. Perawatan prabedah:
  • Rutin
  • Tuba naso gastrik
  • Koreksi dehidrasi (jika ada)
b. Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.
c. Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.
d. Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.

3. Penatalaksanaan pasca bedah:
a. Rutin
b. Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil
c. Pemberian oksigen
d. Dilanjutkannya cairan intravena
e. Antibiotika
f. Jika dilanjutkannya suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.
g. Observasi fungsi vital

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik secara umum
b. Riwayat kesehatan
c. Observasi pola feses dan tingkah laku sebelum dan sesudah operasi
d. Observasi tingkah laku anak/bayi
e. Observasi manifestasi terjadi intususepsi:

Nyeri abdomen paroksismal
Anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
  • Anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode nyeri
  •  Muntah
  •  Letargi
  •  Feses seperti jeli kismis mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif.
  •  Feses tidak ada meningkat
  •  Distensi abdomen dan nyeri tekan
  •  Massa terpalpasi yang seperti sosis di abdomen
  •  Anus yang terlihat tidak biasa, dapat tampak seperti prolaps rectal.
  •  Dehidrasi dan demam sampai kenaikan 410C
  •  Keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat banyak

f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis
  •  Diare
  •  Anoreksia
  •  Kehilangan berat badan
  •  Kadang – kadang muntah
  •  Nyeri yang periodic
  •  Nyeri tanpa gejala lain
g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram

2. Masalah Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.
2. Syok hipolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.
4. Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.
5. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

3. Perencanaan
a. Preoperasi
1. Diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.
Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi yang dirasakan anak.

Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.

Intervensi:
  •  Observasi perilaku bayi sebagai indikator nyeri, dapat peka rangsang dan sangat sensitif untuk perawatan atau letargi atau tidak responsive.
  •  Perlakuan bayi dengan sangat lembut.
  •  Jelaskan penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes diagnostik dan pengobatan.
  •  Yakinkan anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
  •  Jelaskan tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang dapat mengurangi intususepsi.
  •  Jelaskan resiko terjadinya nyeri yang berulang.
  •  Kolaborasi: berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Diagnosa keperawatan: syok hipovolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
Tujuan: volume sirkulasi (keseimbangan cairan dan elektrolit) dapat dipertahankan.
Kriteria Hasil: tanda – tanda syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi:
 Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardi, takipnea, demam.
 Pantau masukan dan haluaran.
 Perhatikan adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan dangkal jika berada pada keadaan syok.
 Pantau frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi yang tepat untuk usia anak.
 Laporkan adanya takikardi yang mengindikasikan syok.
 Kurangi suhu karena demam meningkatkan metabolisme dan membuat oksigenasi selama anestesi menjadi lebih sulit.
 Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan laboratorium: Hb/Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin.
Berikan plasma/darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi untuk memelihara volume darah sirkulasi.

4. Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.

Tujuan: rasa cemas pada anak dapat berkurang
Kriteria hasil: anak dapat beristirahat dengan tenang dan melakukan prosedur tanpa cemas.
Intervensi:
 Beri pendidikan kesehatan sebelum dilakukan operasi untuk mengurangi rasa cemas.
 Orientasikan klien dengan lingkungan yang masih asing.
 Pertahankan ada orang yang selalu menemani klien untuk meningkatkan rasa aman.
 Jelaskan alasan dilakukan tindakan pembedahan.
 Jelaskan semua prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

b. Post operasi
5. Diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi pada anak.
Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.

Intervensi:
 Hindarkan palpasi area operasi jika tidak diperlukan.
 Masukkan selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan udara.
 Dorong untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.
 Berikan perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.
 Lubrikasi lubang hidung untuk mengurangi iritasi.
 Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.
 Kolaborasi:
Berikan analgesi untuk mengatasi rasa nyeri.
Berikan antiemetik sesuai pesanan untuk rasa mual dan muntah.

6. Diagnosa keparawatan: inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.
Tujuan: termoregulasi tubuh anak normal.
Kriteria Hasil: tidak ada tanda – tanda kenaikan suhu.
Intervensi:
  • Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.
  •  Meningkatkan sirkulasi udara.
  •  Mengurangi temperatur lingkungan.
  •  Menggunakan pakaian yang ringan / tipis.
  •  Paparkan kulit terhadap udara.
  •  Gunakan kompres dingin pada kulit.
  •  Cegah terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.
  •  Monitor temperatur.
  •  Kolaborasi: berikan antipiretik sesuai dengan berat badan bayi.
7. Evaluasi
a. Nyeri pada abdomen dapat berkurang
b. Syok hipovolemik dapat teratasi dengan segera melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Obstrusi usus dapat teratasi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985

Pilliteri, Adele. Child health nursing, care of the child and family, Los Angeles California, Lippincott, 1999

Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry- Eaton, Wilson- Winkelstein, Wong’s essentials of pediatric nursing, America, Mosby, 2001

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan,dkk. Jakarta, 2001

Wong, Donna L. Wong and Whaley’s clinical Manual Of Pediatric Nursing. St. Louis Nissori: Mosby, 1996
Baca Selengkapnya - Askep Anak dengan Intususepsi

Arti Logo Obat

Pernahkah agan memperhatikan logo obat yang ada di kemasan obat yang agan konsumsi atau anda beli? Perhatikan dengan seksama pada kemasan obat yang anda beli. Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

1. Obat Bebas (hijau)

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol.



2. Obat Bebas Terbatas (biru)
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM.

3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital.



4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
Baca Selengkapnya - Arti Logo Obat

9 tehnik untuk berhenti berpikir negatif

Untuk sebagian besar dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi bagian dari diri. Ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita dengan mudah merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut…
Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk, yang lalu akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung. Sembilan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:

1. Hidup di saat ini.
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.

4. Jangan berdiam diri.
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.

5. Fokus pada hal-hal positif.
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.

6. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

7. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

8. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran ‘ya, tapi…’. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.

9. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.
Baca Selengkapnya - 9 tehnik untuk berhenti berpikir negatif

Manfaat Minum Teh

Banyak alasan kenapa orang minum teh. Jika agan punya kebiasaan itu,teruskan saja. Ada sedikitnya 8 manfaat yang terkandung dalam satu cangkir teh. Apa saja ?
  1. Antioksidan dalam teh dapat melindungi tubuh dari efek polusi dan penuaan dini
  2. Mengandung sedikit kafein. 1/8 cangkir kopi mengandung 135 mg kafein, sementara 1 cangkir teh hanya mengandung 30-40 mg kafein sehingga tidak membuat sakit kepala atau susah tidur
  3. Mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Teh membuat peredaran darah lancar dan bersih. Hasil studi di Belanda memperlihatkan, orang yang minum 2-3 cangkir teh hitam perhari memiliki sedikit resiko serangan jantung daripada yang tidak pernah minum teh.
  4. Perkuat tulang. Ternyata bukan hanya kalsium susu yang membuat tulang anda kuat, orang yang rutin minum teh memiliki massa tulang lebih padat.
  5. Putihkan Gigi. Anggapan teh bisa membuat gigi nampak kusam rupanya tidak benar, sebab ternyata teh mengandung fluoride untuk mengusir karang gigi. Lebih bagus lagi jika seusai menggosok gigi, anda berkumur dengan teh tanpa gula.
  6. Cegah Infeksi. Kandungan teh bisa memperkuat sistem kekebalan dan menangkal serangan infeksi.
  7. Atasi kanker. Zat antioksidan bernama polyphenols yang ada dalam teh dapat memerangi kanker.
  8. Bebas kalori. Tanpa tambahan pemanis, gula atau susu, teh tetap bebas kalori.
Dengan begitu, teh bagus dikonsumsi bagi orang yang berdiet atau yang ingin mempertahankan berat badan. Coba konsumsi teh hijau sekitar 4 cangkir per hari. Itu dapat membakar lebih dari 80 kalori yang tertimbun di dalam tubuh.
Baca Selengkapnya - Manfaat Minum Teh

Flatus (Kentut)

Flatus adalah gas atau udara dalam saluran cerna yang dikeluarkan lewat anus. Gas dapat ditemukan di lambung, usus kecil, maupun usus besar. Kebanyakan gas di lambung akan dikeluarkan lewat sendawa. Jumlah gas yang masuk atau dibentuk di usus besar setiap harinya rata-rata 7 sampai 10 liter. Bayangkan banyak sekali kan? Sedangkan jumlah rata-rata gas yang dikeluarkan biasanya hanya sekitar 0,6 liter. Sisanya diabsorbsi melalui mukosa usus.

Jadi Flatus itu Dapat berasal Dari :
  1. Dari udara yang kita telan. Saat Anda makan ada tuh udara yang ikut tertelan bersama makanan. Apalagi kalau makan Anda tergesa-gesa, biasanya Anda akan sendawa, iya kan?
  2. Gas yang berdifusi dari darah ke dalam saluran cerna. Ini biasanya terjadi di usus halus. Di usus halus biasanya hanya ada sejumlah kecil gas, dan banyak dari udara ini berjalan dari lambung masuk ke dalam usus kecil (usus halus). Sebagai tambahan, karbon dioksida dalam jumlah cukup juga sering timbul karena reaksi antara cairan lambung yang asam dan bikarbonat dalam cairan pankreas, yang kadang pembebasannya lebih cepat daripada karbondioksida yang diserap.
  3. Gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi bakteri. Dalam usus besar, bagian terbesar gas terbentuk dari hasil kerja bakteri. Karbohidrat dan makanan lainnya yang tidak diserap di usus halus, akan difermentasi oleh bakteri dan dibusukkan disitu.
Kenapa Sih Kentut (Flatus) berbau Busuk ??
Kentut berbau busuk karena mengandung hidrogen sulfida + merkaptan, hal mana termasuk sulfur yang diproduksi oleh bakteri usus. Semakin banyak sulfur dalam makanan, kentut akan semakin bau.

Kenapa Sih Kentut Bunyi ??
Saat gas dari usus besar mau keluar (ekspulsif), otot abdomen (perut) dan spincter ani externus (otot anus bagian luar) berkontraksi. Kontraksi ini membuat tekanan intraabdomen meningkat, sehingga akan mendorong udara keluar. Karena lubang anus kita kecil 1 dan sempit, maka ketika udara yang cepat melewati lubang anus tersebut, akan menimbulkan vibrasi, seperti kalau Anda meniup terompet, dan vibrasi (getaran) tersebut menimbulkan bunyi yang khas, yaitu bunyi kentut.
Baca Selengkapnya - Flatus (Kentut)

10 Syndrom Penyakit Aneh di Dunia

Di dunia ini memang menyebar banyak sekali penyakit, sindrom atau kelainan. Beberapa diantaranya, amat tidak lazim dan aneh. Kebanyakan penyakit dan sindrom ini disebabkan karena faktor psikologis. Penyakit, sindrom dan kelainan ini dapat saja diderita oleh kerabat dan teman kita. Dengan mengenal penyakit dan sindrom ini, kita dapat menyarankan kepada mereka untuk melakukan pengobatan atau konsultasi.

1. Trichotillomania :
Merupakan kelainan kontrol impuls. Penderita kelainan ini terdorong untuk mencabuti rambut yang tumbuh di tubuhnya sendiri. Misalnya, rambut pada kepala, hidung, ketiak atau kaki . Kelainan ini disebabkan karena kelainan serotonin dan dopamine pada otak. Penderita kelainan ini tidak menyadari apa yang mereka lakukan sehingga, kelainan ini dapat dikurangi dengan melakukan pelatihan perilaku (Habit Reversal Training ).

2. Cotard's Syndrome:
Penderita sindrom ini sering merasa bahwa dirinya telah meninggal dunia atau pada dasarnya tidak tercipta di dunia ini. Penderita sindrom ini juga dapat saja merasakan bahwa ia sedang kehilangan darah atau organ-organ dalam tubuhnya. Cotard's Syndrome adalah salah satu kelainan neuropsychiatric yang langka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, sindrom ini dapat muncul akibat menderita depresi. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan penemunya yaitu, Jules Cotard. Pada tahun 1880, Jules Cotard mengangkat kasus dari salah seorang pasiennya, yang mengingkari sebagian anggota tubuhnya (misalnya, ia mengaku bahwa ia tidak mengenal anggota tubuh yang disebut dengan tanga) dan mengklaim bahwa dirinya tidak butuh makan.

3. Kleptomania:
Kelainan ini cukup populer di Indonesia. Penyakit ini muncul akibat kelainan serotonin pada otak. Penderita penyakit ini umumnya wanita. Penderita penyakit ini sulit mengendalikan diri untuk tidak mengambil barang miliki orang lain atau dari toko. Tetapi penderita penyakit ini bisa dibedakan dari pencuri biasa karena, barang-barang yang diambilnya adalah barang-barang yang tidak berharga seperti, penjepit kertas, tisu, peniti dll (kalo ngambilnya HP sih emang maling, hajar ajahhhhh gan ....). Kelainan ini dapat diobati dengan melakukan Cognitive-behavioral therapy.

4. Stendhal Syndrome:
Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala, jantung berdebar-debar dan halusinasi saat melihat benda-benda seni (terutama yang bagus dan besar). Nama penyakit ini diambil dari nama seorang penulis Perancis pada abd ke 19. Dalam bukunya yang berjudul "Naples and Florence: A Journey from Milan to Reggio", Stendhal mengungkapkan pengalamannya saat melihat benda-benda seni di Florence. Penyakit ini diteliti pertama kali oleh psikiatris Italia, Graziella Magherini, pada tahun 1979. Ia mengamati 100 orang turis asing yang mengalami gejala yang sama dengan Stendhal saat mengunjungi Florence.

5. Exploding Head Syndrome:
Penderita kelainan ini merasakan munculnya suara keras atau ledakan dari dalam kepalanya. Perasaan ini dapat menimbulkan ketakutan atau membuat penderitanya kehilangan kesadaran. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh wanita. Walapun belum diketahui penyebabnya, penyakit ini diduga muncul akibat stress dan kelelahan.

6. Capgras Delusion:
Penyakit ini menyebabkan penderitanya merasa bahwa beberapa anggota keluarganya telah digantikan oleh orang lain yang menyerupai mereka. Gejala ini umum dijumpai pada penderita schizophrenia, pengguna narkoba, mantan penderita stoke atau orang yang pernah mengalami cedera otak. Penyakit ini membuat penderita enggan untuk bergaul dengan anggota keluarga yang dicurigainya. Penyakit ini pertama kali diamati oleh Joseph Capgras dan Reboul-Lachaux pada tahun 1923.
7. Pica:
Penyakit ini mendorong penderitanya untuk memakan barang-barang yang umumnya tidak dianggap makanan misalnya tanah, baru, kapur, kertas, korek api dll. Penderita pica juga terdorong untuk mengkonsumsi bahan-bahan pembuat makanan yang masih mentah misalnya tepung, bawang mentah dll. Sejumlah ahli menduga bahwa, Pica disebabkan karena kekurangan mineral tertentu tetapi, dugaan ini belum dapat dibuktikan secara kuat.

8. Genital Retraction Syndrome:
Sindrom ini menyebabkan penderitanya menjadi panik. Pria penderita penyakit ini merasa bahwa penisnya menyusut hingga akhirnya menghilang karena masuk ke dalam pinggulnya. Wanita penderita sindrom ini akan merasa bahwa payudaranya mengecil dan berangsur-angsur menjadi rata. Beberapa penderita bahkan merasa bahwa dirinya telah menjadi korban guna-guna, atau tenung.

9.Stockholm syndrome:
sindrom ini biasa di derita oleh para korban penyanderaan. Ketimbang dendam terhadap penyandera, si korban malah bersikap loyal terhadap penyandera. Para mengalami ikatan emosional dengan para penyandera dan kerap berusaha melindungi penyandera dari sergapan aparat. Sindrom ini juga kerap diderita oleh para korban pemerkosaan, penculikan atau anak korban kekerasan seksual. Sindrom ini pertama kali di amati pada para koban penyanderaan di sebuah bank di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973. Setelah enam hari disandera, para korban malah berbalik membela para penyanderanya.

10.Jerusalem Syndrome:
Sindrom ini adalah salah satu jenis religious psychosis yang muncul setelah mengunjungi Jerussalem. Penderita sindrom ini merasa bahwa dirinya adalah seorang nabi yang diutus oleh tuhan. Akibatnya, mereka berusaha mendakwahkan ajaran-ajaran mereka yang diklaim berasal dari tuhan. Mereka sering menuduh orang lain sebagai pendosa yang harus melakukan pertobatan dengan tuntunan mereka. Sindrom ini biasanya muncul setelah beberapa minggu meninggalkan Jerusalem. Wah, sindrom ini penting nih untuk diketahui sama aparat berwenang karena, bisa saja para penyebar aliran sesat di Indonesia menderita sindrom serupa.
Baca Selengkapnya - 10 Syndrom Penyakit Aneh di Dunia

Posisi yang Baik di Depan Kompute


1. Posisi Tubuh
Badan pada posisi tegak didepan komputer dan jarak pandang antara mata dan monitor sekitar 45-70cm.


2. Letak Posisi Komputer
Bagi pengguna komputer desktop, sesuaikan posisi keyboard, monitor, dan mouse agar kita bisa mendapatkan posisi yang cocok untuk tubuh kita (seperti pada no 1).


3. Cara Penggunaan Mouse
Ketika menggunakan mouse usahakan agar pergelangan tangan berada pada posisi tidak menggantung atau lebih rendah dari mouse. Usahakan agar posisinya sejajar antara pergelangan tangan dan mouse. Posisi jari tangan usahakan agar selalu lurus ketika ‘idle’.


4. Penggunaan Keyboard
Seperti pada penggunaan mouse, ketika menggunakan keyboard usahakan agar selalu sejajar seperti terlihat pada gambar.
Baca Selengkapnya - Posisi yang Baik di Depan Kompute

7 Tips memilih dokter

Buat anda yang pernah ke dokter mungkin pernah mengalami ketidak puasan akan diagnosa ataupun pelayanan dokter. untuk itu berikut ini kami berikan beberapa tips sebelum anda memeriksakan diri ke dokter...

1. Pilihlah dokter sesuai keluhan,,,
Sebelum memilih dokter,,kenali dulu masalah kita, contoh kalo punya masalah penglihatan datanglah ke dokter spesialis mata, kalo punya masalah rahim datanglah ke spesialis kandungan.
Akan tetapi ada saatnya gejala yang kita rasakan rancu dan tidak jelas. Contoh sakit kepala,bisa disebabkan beragam kondisi mulai dari mata tegang, hingga masalah sinus. Kalo udah kayak gini lebih baik datang ke dokter umum terus nanti dirujuk ke spesialis yang tepat.

2. Jangan takut berTanya,,,
Waktu anda sedang konsultasi dengan dokter jangan ragu & jangan bimbang untuk mengajukan pertanyaan apapun yang mengganjal di benak anda. Kalau dokternya enggak komunikatif atau terkesan enggan jawab pertanyaan lebih baik cari dokter yang lain.

3. Masalah Asuransi
Jika anda ini menjadi peserta asuransi kesehatan, bisa dipastikan untuk memilih dokter yang praktik di Rumah Sakit rujukan perusahaan asuransi tersebut.

4. Pastikan Anda merasa nyaman.
Memilih dokter yang sejak awal membuat kita merasa nyaman & percaya diri buat menyampaikan keluhan & dapat menenangkan kekhawatiran dengan alasan yang logis. Hubungan dokter & pasien itu penting gan dan didasarkan pada kejujuran & saling percaya.

5. Pertimbangkan kemudahan akses
Dalam menentukan pilihan, bisa dipertimbangkan masalah lokasi & jadwal praktik dokter. Kapankah waktu yang tepat pergi ke dokter???? Sepulang kantor atau weekend?? Kalo harus dirawat apakah lebih memilih Rumah Sakit deket kantor atau deket rumah??? Ini semua bisa jadi bahan pertimbangan.

6. Pertimbangkan anggaran,,,
Tarif jasa kosultasi dokter di berbagai Rumah Sakit cukup bervariasi. Memastikan dulu dengan telpon sebelum mendaftar adalah langkah aman. Kalo tarifnya melebihi anggaran sebaiknya mencari yang lebih sesuai kantong.

7. Cari rekomendasi,,
Kalo anda masih ga yakin, bisa coba cari tahu pada kerabat atau temen. Tapi jangan sepenuhnya mengandalkan rekomendari individu. Cari tau juga yang lain gimana.
Baca Selengkapnya - 7 Tips memilih dokter

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber