DEFINISI
Induksi partus adalah satu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kelahiran cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya his.
Dalam ilmu kebidanan ada kalanya satu kehamilan terpaksa diakhiri karena adanya sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan hidup ibu dan atau janin. Hasil induksi partus bergantung pula pada keadaan serviks, sebaliknya induksi partus dilakukan pada serviks yang sudah atau mulai matang (Ripe atau favourable) dimana serviks sudah lembek, dengan effacement sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks satu jari.
(Rustam mochtar-1998)
NILAI PELVIS (PELVIC SCORE)
Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan dalam guna memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul. Hasil pemeriksaan dicatat dan disimpulkan dalam suatu tabel nilai pelvis.
Selanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukan amniotomi. Bila 4 jam kemudian tidak terjadi kemajuan persalinan, berikan infus oksitosin.
2. Apabila skor di bawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infuse oksitosin. Setelah beberapa lama perjalanan, nilai pelvis dinilai kembali.
a. Bila skor di atas 5, lakukan amniotomi
b. Bila skor di bawah 5, oksitosin tetes di ulangi
c. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan amniotomi
(Rustam.M -1998)
INDIKASI
1. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk pre-eklamsi dan eklamsi
2. Postmaturitas
3. Ketuban pecah dini
4. Kematian janin dalam kandungan
5. Diabetes melitus, pada kehamilan 3 minggu
6. Rhesus antagonismus
7. penyakit ginjal berat
8. Hidramnion yang besar (berat)
9. cacat bawaan seperti anensefalus
10. keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin
11. Primigravida
12. Perdarahan ante partum
13. Indikasi non medis : sosial dan ekonomi dan sebagainya
(Harry Oxorn - 1996)
KONTRA INDIKASI
1. Disproporsi sefalo-pelvik
2. Ibu menderita penyakit jantung berat
3. Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat seperti pada bekas seksio sesarea, miomektomi yang luas dengan ekstensif.
(Harry Oxorn - 1998)
CARA INDUKSI PARTUS
Indikasi partus dapat dilakukan dengan cara:
1. Cara kimiawi ( chemical)
2. Cara mekanis
3. Cara kombinasi mekanis dan kimiawi
(Harry Oxorn - 1998)
CARA KIMIAWI
Yaitu dengan cara memberikan obat-obatan yang merangsang timbulnya his.
a. Cara yang dulu di pakai, sekarang tidak di kerjakan lagi, hanya untuk diketahui yaitu:
- Pemberian kina : obat yang diberikan adalah tablet kina bisulfat 0,2 gr diberikan 1 tablet setiap jam dengan dosis 5-6 tablet
- Pengobatan steinse : yaitu pemberian tablet kina dan pituitrin
1. Oksitosin drip: kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosno, pemberiannya dapat secara suntikan intramuskuler, intravena, dan infuse tetes dan secara bukal yang paling baik dan aman adalah pemberian infuse tetes (drip) karena dapat diukur dan di awasi efek kerjanya:
Cara:
a) Kandung kemih dan rectum terlebih dahulu di kosongkan
b) Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% dimasukkan 5 satuan oksitosin dan diberikan per infus dengan kecepatan pertama 10 tetes/menit.
c) Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes maksimal 4-60 tetes per menit
d) Oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelviks diatas 5 dan dilakukan amniotomi.
2. Injeksi larut Hipertonik
Hal ini telah di bicarakan pada abortus buatan
3. Pemberian Prostagalandin
(Rustam - 1998)
CARA MEKANIS
- Melepaskan selaput ketuban (stripping of the membrane). Dengan jari yang dapat masuk ke dalam kanalis servikalis selaput ketuban yang melekat dilepaskan dari dinding uterus sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan lebih berhasil jika bila servik sudah terbuka dan kepala sudah turun. Dianggap bahwa dengan bersamaan dengan turunnya kepala dan lepasnya selaput ketuban maka selaput ini akan lebih menonjol dan karenanya akan menekan pleksus frankenhauser yang akan merangsang timbulnya his dan terbukanya serviks.
- Memecahkan ketuban (amniotomi) : a) Serviks sedah matang atau skor pelvis di atas 5, b) Pembukaan kira-kira 4-5 cm c) Kepala sudah memasuki panggul, biasanya setelah1-2 jam pemecahan ketuban di harapkan his akan timbul dan menjadi lebih kuat. Adapun cara amniotomi adalah sebagai berikut : lakukan dulu stripping dari selaput ketuban, lalu pecahkan ketuban dengan memakai setengah kocher atau alat khusus pemecahan ketuban. Kepala janin disorong masuk pintu atas panggul.
- Dilatasi serviks uteri; Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan memakai gagang laminaria, atau dilatator (busi) hegar.
- Accouchement force; a. Kalau bagian terbawah janin adalah kaki, maka kaki ini di ikat dengan kain kasa steril yang melalui katrol dan diberi beban seperti pada versi Braxton hicks. b) Bila bagian terbawah janin adalah kepala, maka kulit kepala di jepit dengan cunam. Muzeuk yang kemudian di ikat dengan kain kasa melalui katrol diberi beban: seperti pada cara wilet-gauz. (Rustam -1998)
Adalah pemakaian cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti dengan cara mekanis, misalnya amniotomi dengan pemberian oksitosin drip atau pemecahan ketuban dan pemberian prostaglandin per oral dan sebagainya.
Pada umumnya cara kombinasi akan lebih berhasil. Kalau induksi partus gagal sedangkan ketuban sudah pecah sedangkan pembukaan serviks tidak melalui syarat untuk pertolongan operatif pervaginam, satu-satunya jalan adalah mengakhiri kehamilan dengan seksio sesarea.
(Rustam-1998)
KOMPLIKASI
1. Terhadap ibu
a. Kegagalan induksi
b. Kelelahan ibu dan partus lama
c. Inersia uteri dan partus lama
d. Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusio placenta ruptura uteri, dan laserasi jalan lahir lainnya.
e. Infeksi intra uteri
2. Terhadap janin
a. Trauma pada janin oleh tindakan
b. Prolapsus tali pusat
c. Infeksi intrapartal pada janin
(Rustam- 1998)
OKSITOSIN
1. Pengertian
Oksitosin adalah obat yang merangsang kontraksi uterus, banyak obat memperlihatkan efek Oksitosin, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna dalam praktek kebidanan. (Sulistia -1995)
Bersama dengan faktor-faktor lainnya, Oksitosin memainkan peranan penting dalam persalinan dan ejeksi ASI
Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
a. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin
b. Kontraksi pembuluh darah umbilicus
c. Konstriksi sel-sel mioepitel (reflek ejeksi ASI)
Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan :
a. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah (khususnya diastolik) karena terjadinya fasodilatasi
b. Retensi air
c. Persalinan
2. Penggunaan Klinik
Indikasi Oksitosik adalah :
a. Induksi partus aterm
b. Mengontrol perdarahan pasca persalinan
c. Menginduksi abortus terapeutik sesudah trimester 1 kelahiran
d. Uji oksitosin
e. Menghilangkan pembengkakan mamae (Sulistia - 1995)
3. Efek Samping Oksitosin
Bila Oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan bertambah sehingga dapat timbul efek samping berbahaya: efek samping tersebut dapat di kelompokkan menjadi :
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Kotraksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretic
d. Kerja pada pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi)
e. Mual
f. Reaksi hipersensitivitasi (Sulistia - 1995)
4. Penggunaan Klinik Pada Induksi Partus Aterm (Suejordan - 2004)
Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih
a. 10 unit oksitosin dilarutkan kedalam 1 liter dekstrosa 5% sehingga diperoleh larutan dengan kekuatan 10 mili unit/ml. cara pemberiannya adalah secara infuse.
b. Infuse dimulai dengan lambat yaitu 0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit
c. Jika tidak ada respon selama 15 menit tetesan dapat ditingkatkan perlahan 0,1-0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit.
d. Posisi total yang di berikan / diperlukan untuk induksi parts berkisar antara 600-1200 miliunit dengan rata-rata 4000 miliunit
e. Selama pemberian berlangsung, keadaan uterus harus diawasi dengan cermat kadang-kadang dapat terjadi kontraksi yang menetap dan akan mengganggu sirkulasi placenta , untuk mengatasi kontraksi tetani uterus, infuse oksitosin segera di hentikan dan di berikan obat anastesi umum.
f. Apabila partus sudah mulai, infuse di hentikan atau dosis nya di turunkan sesuai dengan kebutuhan untuk memperhatikan proses persalinan yang adekuat bila digunakan pada kehamilan aterm. Oksitosin dapat menginduksi partus pada sebagian besar kasus. Jika ketuban di pecahkan, hasilnya mencapai 80-90 % PEG2 dan PGF2 telah di coba sebagai oksitosik pada kehamilan aterm, ternyata respon penderita sangat berbeda secara individual dan lag periode sebelum timbulnya efek lebih lama dari pada oksitosin.. guna mencegah timbulnya efek toksin kumulatif maka penambahan kecepatan infuse harus dikerjakan dengan sangat hati-hati telah di kemukakan bahwa fefktifiatas PGE2 dan PGF2 sukar di bedakan dengan efektivitas oksitosin. Kadang-kadang dengan DGF2 terjdai hipertoniuterus.
Oksitosin tidak boleh digunakan selama stadium I dan II bila persalinan dapat berlangsung meskipun lambat. Jika oksitosin diberikan kontraksi uterus akan bertambah kuat dan lama, ini dapat mengganggu keselamatan ibu dan anak. Pada stadium I terjadi pembukaan serviks, jika diberi oksitosin akan terjadi hal-hal berikut.
1. Bagian tubuh bayi akan terdorong keluar lewat serviks yang belum sempurna membuka, sehingga timbul timbul bahaya laserasi serviks dengan trauma terhadap bayi
2. Dapat terjadi ruptura uteri
3. Konsistensi tetanik yang terjadi kuat akan menyebabkan asfiksia bayi.
Kewaspadaan dan Kontra Indikasi (Suejordan - 2004)
- Memberikan oksitosin merupakan kontra indikasi jika uterus sudah berkontraksi dengan kuat bila terdapat obstruksi mekanisme yang menghalangi kelahiran anak seperti placenta previa / disproporsi sevalo pelvik jika keadaan serviks masih belum siap, pematang serviks, harus dilakukan sebelum pemberian oksitosin.
- Meskipun sudah lazim digunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah sakit, solusio placenta oksitosin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekanan darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan ada ibu hamil dengan preeklamsia/penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun.
- Memberi infus oksitosin merupakan kontra indikasi pada ibu hamil yang menghadapi resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan mal presentasi / solusio placenta atau dengan resiko ruptur uteri yang tinggi pemberian infus oksitosin yang terus-menerus pada kasus dengan resistensi dengan inersia uterus merupakan kontra indikasi.
- Uterus yang starvasi, kontra indikasi otot uterus merupakan glukosa maupun oksigen jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena starvasi/pasokan darah yang tidak memadai maka respon yang timbul terhadap pemberian oksitosin tidak akan adekuat sehingga pemberian oksitosin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif, situasi ini lebih cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. (Suejordan- 2004).