Cari Blog Ini

Askep BBL

ASUHAN BAYI BARU LAHIR
By; Siti Fadhilah,S.SiT

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan

1. Pengkajian segera BBL
a. Penilaian awal
Nilai kondisi bayi :
• APAKAH BAYI MENANGIS KUAT/BERNAFAS TANPA KESULITAN ?
• APAKAH BAYI BERGERAK DG AKTIF/LEMAS?
• APAKAH WARNA KULIT BAYI MERAH MUDA, PUCAT/BIRU?
APGAR SCORE
• Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
• Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Dilakukan pada :
• 1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan
• Menit ke-5
• Menit ke-10
penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis
SKOR APGAR
TANDA 0 1 2
Appearance Biru,pucat Badan pucat,tungkai biru Semuanya merah muda
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/fleksi tungkai Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat

Preosedur penilaian APGAR

• Pastikan pencahayaan baik
• Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya
• Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
• Ulangi pada menit kelima
• Ulangi pada menit kesepuluh
• Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
• Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
• Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi
• Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi



2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir

• Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran.
• Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan
• Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin

a. Membersihkan jalan nafas
1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
3). Periksa ulang pernafasan
4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan :
1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat
2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi
3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa steril
4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar


Gb. Posisi ekstensi

Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH ALASAN TIDAK DIANJURKAN
Menepuk pantat bayi Trauma/cedera
Menekan dada Patah, pneumothorax, gawat nafas, kematian
Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada hati/limpa, perdarahan
Membuka sphincter anusnya Merusak /melukai sphincter ani
Menggunakan bungkusan panas/dingin Membakar/hipotermi
Meniupkan oksigen/udara dingin pada tubuh/wajah bayi hipotermi
Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis


Penghisapan lendir
• Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga tabung oksigen & selangnya
• Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung
• Memantau mencatat usaha nafas yg pertama
• Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan


b. Perawatan tali pusat
setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat
Cara :
• celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
• bilas tangan dengan air matang /DTT
• keringkan tangan (bersarung tangan)
• letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
• ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
• Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
• Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup












Gb. Pemotongan tali pusat Gb. Bayi yang telah diikat tali pusatnya











Gb. Bayi terbungkus kain kering

INGAT !
JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT




c. Mempertahankan suhu tubuh
Dengan cara :
• Keringkan bayi secara seksama
• Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat
• Tutup bagian kepala bayi
• Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya
• Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian
• Tempatkan bayi di lingk yg hangat












Gb. Metode kanguru

d. Pencegahan infeksi
• Memberikan obat tetes mata/salep
• diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
• Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan pd mata bayi segera stl bayi lahir

BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.
• Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi
• Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan
• Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm keadaan bersih
• Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
• Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
• Bayi tampak aktif/lunglai
• Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada tdknya masalah kesehatan terutama pada :
• By kecil masa kehamilan/KB
• Gangguan pernafasan
• Hipotermia
• Infeksi
• Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah,
a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :
• hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C
• bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup

c. Lakukan pemeriksaan fisik
• gunakan tempat yg hangat & bersih
• cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak lembut
• LIHAT, DENGAR, & RASAkan
• Rekam /catat hasil pengamatan
• jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

d. Pemberian vitamin K
• untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K
• Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari
• Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM

e. Identifikasi BBL
• Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia
• Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan tdk mudah lepas
• Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
• Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor identifikasi










Gb. Bayi dalam box bayi dengan identitas

6. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1). Pemberian nutrisi
• Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
• Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
• Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
• Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
• Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ÂșC
• Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
• Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas)

3). Mencegah infeksi
• Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB
• Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
• Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari
• Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun setiap hari.
• Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

7. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua
• Pernafasan sulit/ > 60x/menit
• Suhu > 38 °C atau <>
• Warna kulit biru/pucat
• Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah
• Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
• Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
• Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

8. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B




Daftar pustaka
1. Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition. Churchill Livingstone, Edinburgh
2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta
3. Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta
4. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta
Baca Selengkapnya - Askep BBL

Meningitis Kronis

Meningitis Kronis


















DEFINISI











Meningitis Kronis adalah suatu infeksi otak yang menyebabkan peradangan di dalam meningen (selaput otak) yang berlangsung selama 1 bulan atau lebih.Meningitis kronis biasanya mengenai orang-orang yang sistem kekebalannya telah terganggu karena AIDS, kanker, penyakit berat lainnya, obat anti-kanker atau penggunaan prednison jangka panjang.













PENYEBAB











Beberapa organisme infeksius bisa menyerang otak dan tumbuh di dalam otak, kemudian secara bertahap menyebabkan gejala-gejala dan kerusakan.

Yang paling sering adalah jamur Cryptococcus, virus sitomegalo, virus penyebab AIDS dan bakteri penyebab tuberkulosis, sifilis dan penyakit Lyme.Beberapa penyakit non-infeksius (misalnya sarkoidosis) dan beberapa kanker bisa mengiritasi menigen dan menyebabkan meningitis kronis.

Penyebab non-infeksius yang paling banyak ditemukan adalah penyebaran limfoma dan leukemia ke dalam meningen.


Peradangan meningen juga bisa disebabkan oleh obat-obat yang digunakan untuk mengobati kanker, obat untuk pencangkokan organ dan bahkan oleh obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen).


Penyebab dari Meningitis Kronis & Aseptik





























Penyebab Infeksius



Penyebab Non-infeksius



Penyakit virus : Gondongan, Polio, Koriomeningitis limfositik, Herpes, Cacar air, Ensefalitis ekuina timur & barat, Ensefalitis St. Louis, Mononukleosis Infeksiosa, AIDS, infeksi karena virus eko, coksakie atau sitomegalo



Penyakit pada otak : Tumor otak, Stroke, Sklerosis multipel, Sarkoidosis, Leukemia



Penyebab pasca infeksi (penyakit virus yang menyebabkan meningitis melalui reaksi kekebalan setelah penyakit utamanya mereda) : Campak, Campak Jerman , Cacar air



Keracunan : Keracunan timah hitam



Infeksi bakteri : Tuberkulosis, Sifilis, Leptospirosis, Mikoplasmosis, Limfogranuloma venereum, Penyakit cakar kucing, Bruselosis, Penyakit Whipple serebralis



Reaksi terhadap bahan-bahan yang disuntikkan ke dalam kolumna spinalis : Obat anti-kanker (kemoterapi), antibotik, pewarna (untuk foto rontgen)



Infeksi lainnya : Riketsiosis, Toksoplasmosis, Kriptokokosis, Trikinosis, Koksidioidomikosis, Sistiserkosis, Malaria, Amebiasis



Obat-obatan : Trimetoprim-sulfametoksazol, Azatioprin, Karbamazepin, Obat anti peradangan non-steroid (ibuprofen, naproksen)













GEJALA











Gejalanya menyerupai meningitis bakterialis, tetapi penyakit ini berkembang lebih lambat, biasanya lebih dari beberapa minggu.Demam yang timbul tidak sehebat pada meningitis bakterialis.


Sering terjadi sakit kepala, linglung dan bahkan sakit punggung dan kelainan saraf (misalnya kelemahan, kesemutan, mati rasa dan kelumpuhan wajah).













DIAGNOSA











Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya.Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI kepala, yang diikuti dengan pemeriksaan pungsi lumbal dan cairan serebrospinal.

Jumlah sel darah putih di dalam cairan serebrospinal lebih tinggi daripada normal, tetapi biasanya lebih rendah dibandingkan dengan pada meningitis bakterialis, serta mengandung populasi sel darah putih yang berbeda (lebih banyak limfosit).

Pemerisaan mikroskopis bisa menunjukkan organisme penyebabnya.


Pemeriksaan tambahan lainnya bisa dilakukan untuk mengetahui tuberkulosis, sifilis atau jamur dan virus tertentu.













PENGOBATAN








Meningitis kronis karena penyebab non-infeksius tertentu (misalnya sarkoidosis), biasanya diobati dengan prednison.Pengobatan meningitis kronis tergantung kepada penyebabnya.

Jika penyebabnya jamur, maka diberikan obat anti jamur intravena. Yang paling sering diberikan adalah


amfoterisin B, flusitosin dan flukonazol.

Jika infeksinya sangat sulit disembuhkan, maka kadang
amfoterisin B disuntikkan langsung ke dalam cairan serebrospinal, baik melalui pungsi lumbal berulang maupun Ommaya.Meningitis karena kriptokokus diiobati dengan kombinasi



amfoterisin B dengan flusitosin.Meningitis herpes yang berulang bisa diobati dengan


asiklovir, sedangkan meningitis karena virus sitomegalo diobati dengan gansiklovir.

Sebagian besar kasus meningitis karena virus akan membaik dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan khusus.


asiklovir, sedangkan meningitis karena virus sitomegalo diobati dengan gansiklovir.

Sebagian besar kasus meningitis karena virus akan membaik dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan khusus.

Baca Selengkapnya - Meningitis Kronis

Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)

Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)

Gambaran Umum.

Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) adalah penyebab tersering terjadinya perdarahan rahim abnormal pada wanita di usia reproduksi. Diagnosa Dysfunctional Uterine Bleeding dapat ditegakkan bila tidak ditemukan kelainan organ.


PENGERTIAN


Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (otak-indung telur-rahim), tanpa kelainan organ.


SIKLUS NORMAL

Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7 hari.

Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir. *Nedra Dodds, MD, 2006*


BAGAIMANA TERJADINYA ?

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).

Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.


Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.


Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.


G E J A L A

Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.

Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.


FAKTOR PENYEBAB

Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain:



  • Kegemukan (obesitas)

  • Faktor kejiwaan

  • Alat kontrasepsi hormonal

  • Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

  • Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain

  • Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-lain.


D I A G N O S A

Untuk menegakkan diagnosa, langkah-langkahnya dalah sebagi berikut:


Wawancara atau anamnesa (sudah dibahas, masih ingat kan?).

Wawancara harus cermat nih. Pertanyaan yang perlu diajukan: kapan usia mulai menstruasi (menarche), siklus setelah mengalami menstruasi, jumlah dan lamanya menstruasi, dan … maaf, sambil menilai status emosinya. oleh karena itu, bagi wanita yang mengalaminya dianjurkan untuk menceritakan apa adanya. Wis to, jangan malu-malu.


Pemeriksaan (masih ingat juga kan, jenis-jenis pemeriksaan?) *kayak ujian aja*



  • Pemeriksaan umum. Ditujukan untuk mengetahui berbagai kemungkinan penyebab terjadinya perdarahan rahim.

  • Pemeriksaan organ reproduksi (ginekologis)


Pada pemeriksaan khusus ini, ditujukan untuk:



  • Menyingkirkan kemungkinan kelainan organ sebagai penyebab perdarahan abnormal, misalnya: perlukaan, polip leher rahim, infeksi, abortus, tumor, dan lain-lain.

  • Menegakkan diagnosa dengan kuret (gadis TIDAK lho)


P E N G O B A T A N

Setelah
menegakkan diagnosa (diagnosis?, mohon koreksi) dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:



  1. Menghentikan perdarahan.

  2. Mengatur menstruasi agar kembali normal

  3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.


Menghentikan perdarahan.

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:


Kuret (curettage).

Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat dicicipi”. *halah, mesum* (begini lho, misalnya sudah dijadwalkan menikah, ndilalah sebelum menikah koq ya datang menstruasi dan berkepanjangan. Apa ya rela dikerok pakai sendok istimewa eh kuret ding)


O b a t (medikamentosa)

1. Golongan estrogen.

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.


Dosis dan cara pemberian:



  • Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.

  • Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)

  • Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.


2. Obat Kombinasi

Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya banyak, yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 1×1 tablet selama 3 hingga 6 siklus. *wuih, lamanya*


3. Golongan progesteron

Obat untuk jenis ini, antara lain:



  • Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.

  • Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.


Mengatur menstruasi agar kembali normal

Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:

Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.


Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

Yang ini, mau tidak mau nginap di Rumah Sakit atau klinik. Oya, hampir ketinggalan, sekedar diketahui, sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah.


PRAKIRAAN HASIL PENGOBATAN (Prognosis)

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)



  • Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.

  • Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik, or sukses.


Istilah seputar perdarahan abnormal

Beberapa istilah penting terkait Perdarahan abnormal rahim, antara lain:



  • Menorrhagi: perdarahan rahim lebih 7 hari atau jumlah perdarahan yang berlebihan (lebih dari 80 ml per hari)

  • Metrorrhagia: perdarahan rahim (biasanya dalam jumlah normal) yang terjadi dengan interval waktu tidak teratur atau lebih panjang.

  • Menometrorrhagia: perdarahan rahim yang berlebihan dalam jumlah dan lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode menstruasi maupun di antara periode menstruasi.

  • Intermenstrual bleeding (spotting): perdarahan rahim yang bervariasi dalam hal jumlahnya (biasanya sedikit) pada periode menstruasi.

  • Polymenorrhea: menstruasi yang terjadi dengan interval kurang dari 21 hari.

  • Olygomenorrhea: menstruasi yang terjadi dengan interval antara 35 hari hingga 6 bulan.

  • Estrogen: hormon reproduksi wanita, yang selama siklus menstruasi menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk fertilisasi, implantasi dan pemberian zat makanan pada permulaan embrio.

  • Progesteron: hormon yang berfungsi mempersiapkan rahim untuk menerima dan mengembangkan sel telur.


PERMASALAHAN

Mengingat perdarahan rahim bagi wanita muslim berkaitan erat dengan masalah peribadatan, khususnya dalam hal fiqih (hukum), maka perlu keterlibatan berbagai pihak terutama kalangan medis dan ahli fiqih untuk membahasnya.

Perlu diingat bahwa pembahasan fiqih akan memunculkan khilafiyah (perbedaan pendapat), terkait soal waktu suci. Maksudnya, “waktu” (kapan sih?) seorang wanita dengan perdarahan rahim sudah dianggap wajib melaksanakan ibadah kendati yang bersangkutan masih mengalami perdarahan.

Sengaja penulis mengangkat masalah ini agar kita dapat saling memahami jika terjadi perbedaan soal masa suci (waktu mandi wajib). Bukankah hal ini adakalanya ditanyakan pasien ? Monggo dibahas.

Bagaimana soal berhubungan intim ? Silahkan dibahas juga ya …


Kepada segenap pembaca wanita (pria juga), silahkan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Monggo tanya jawab sendiri.

Kepada mbak Mina, dr Lakshmi Nawasasi yang ahli bedah, drg Evy SpBM, mbak Dwi Susanti, mbak Graz, mbak Mei dan semua para blogger wanita dari kalangan kesehatan atau pemerhati kesehatan yang belum tersebut namanya, dimohon berbagi.

Pria boleh juga lho, bebas aja koq.

Penulis akan menyaksikan jalannya talkshow online diskusi sebagai peserta saja.


Selamat berbagi, semoga bermanfaat.


Bacaan:



  • Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RSUD dr. Soetomo, Surabaya

  • Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB), Nedra Dodds. MD, Emory Adventist Hospital, 2006


Catatan penting:



  • Penulisan obat, dosis dan cara pemberian, dimaksudkan sebagai sharing informasi dan sedikit tambahan pengetahuan. Bukan untuk mengobati diri sendiri.

  • Jika mengalami masalah semacam ini (moga tidak), dianjurkan konsultasi dan memeriksakan diri kepada dokter setempat atau dokter ahli kandungan (jika ada).
Baca Selengkapnya - Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)

BATU GINJAL

BATU GINJAL


Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.


Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).


Penyebab


Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.


Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut “batu infeksi” karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.


Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut “kalkulus staghorn”. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.


Gejala


Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).


Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.


Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi.


Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.


Diagnosa


Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).


Batu yang menyebabkan nyeri biasanya didiagnosis berdasarkan gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab yang jelas.


Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.


Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.


Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit. Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi retrograd.


Pengobatan


Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera.


Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan narkotik.


Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1 sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik (extracorporeal shock wave lithotripsy, ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.


Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonik. Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.


Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih yang basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat diatasi dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat melalui pembedahan.


Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotik.


Dapat diobati dengan Calcium I + Cordyceps dengan cara pemakaian :


* 3 x 2 - 4 kapsul Cordyceps sehari (tergantung kondisi, pada beberapa kasus diminum dalam jumlah besar hingga 20 kapsul sehari)


* 4 x ½ sachet Calcium I sehari


Pencegahan


Tindakan pencegahan pembentukan batu tergantung kepada komposisi batu yang ditemukan pada penderita. Batu tersebut dianalisa dan dilakukan pengukuran kadar bahan yang bisa menyebabkan terjadinya batu di dalam air kemih.


Batu kalsium


Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar kalsium di dalam air kemih sangat tinggi.


Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.


Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.


Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.


] Batu asam urat


Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.


Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat. Dan sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Baca Selengkapnya - BATU GINJAL

BRONCHOPNEUMONI

BRONCHOPNEUMONI

Pengertian


Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).


Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).


Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).


Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.


Etiologi


Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.


Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.


Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.


Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.


Fatofisiologi


Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.


Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.


Manifestasi klinis


Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.


Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan.



  1. Pemeriksaan penunjang


Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.


Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi.


Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.



  1. Penatalaksanaan


Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.


Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :





    1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.

    2. Simptomatik terhadap batuk.

    3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif

    4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.

    5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.




Komplikasi


Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :


Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.


Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.


Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.


Infeksi sitemik


<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.


<!–[if !supportLists]–>f. <!–[endif]–>Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.



  1. Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun


Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya.


Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.


Motorik kasar


Loncat tali


Badminton


Memukul


Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.


Motorik halus


Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan


Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.


Kognitif


Dapat berfokus pada lebih dari satu asfek dan situasi


Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah


Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal


Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang


Bahasa


Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak


Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan


Menggunakan bahasa sebagai alat komuniukasi verbal


Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan


Dampak hospitalisasi


Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.


Penyebab anak stress meliputi ;


Psikososial


Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran


Fisiologis


Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri


Lingkungan asing


Kebiasaan sehari-hari berubah


Pemberian obat kimia


Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)


Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya


Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri


Selalu ingin tahu alasan tindakan


Berusaha independen dan produktif


Reaksi orang tua


Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak


Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit


B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


1. Pengkajian


Riwayat kesehatan


Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.


Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.


Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.


Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan


Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis


Pemeriksaan fisik

Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung


Auskultasi paru ronchi basah


Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal


Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)


Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan

Usia tingkat perkembangan


Toleransi / kemampuan memahami tindakan


Koping


Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua


Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya


Pengetahuan keluarga / orang tua

Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan


Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan


Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya


Diagnosa keperawatan

Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.


Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli.


Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.


Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.


Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi


Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi.


Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi




Intervensi


Diagnosa 1


Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.


KH : sekret dapat keluar.


Rencana tindakan :


Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan bunyi napas abnormal.


Lakukan suction sesuai indikasi.


Beri terapi oksigen setiap 6 jam


Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang


Beri posisi yang nyaman bagi pasien


Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan


Lakukan perkusi dada


Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas


Diagnosa 2


Tujuan : pertujaran gas kembali normal.


KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat


Rencana tindakan :


Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis


Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler


Beri oksigen sesuai program


Monitor AGD


Ciprtakan lingkungan yang nyaman


Cegah terjadinya kelelahan


Diagnosa 3.


Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal


KH : Tanda dehidrasi tidak ada.


Rencana tindakan :


Catat intake dan output cairan (balanc cairan)


Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral


Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tanda vital.


Pertahankan keakuratan tetesan infus


Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)


Diagnosa 4.


Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.


KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi..


Rencana tindakan :


Kaji status nutrisi klien


Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)


Timbang BB klien setiap hari.


Kaji adanya mual dan muntah


Berikan diet sedikit tapi sering


Berikan makanan dalam keadaan hangat


kolaborasi dengan tim gizi


Diagnosa 5


Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.


KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang


Rencana tindakan :


Observasi tanda-tanda vital


Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan ketiak


Libatkan keluarga dalam setiap tindakan


Berikan minum per oral


Ganti pakaian yang basah oleh keringat


Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas.


Diagnosa 6


Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan


KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.


Rencana tindakan :


Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya


Kaji tingkat pendidikan orang tua klien


Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai


Tekankan perlunya melindungi anak.


Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.


Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya


Diagnosa 7


Tujuan : Cemas anak hilang


KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan


Rencana tindakan :


Kaji tingkat kecemasan klien


Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien.


Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya


Lakukan kunjungan, kontak dengan klien


Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien


Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah


Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia dalah :


Pertukaran gas normal.


Bersihan jalan napas kembali efektif


Intake dan output seimbang


Intake nutrisi adekuat


Suhu tubuh dalam batas normal


Pengetahuan keluarga meningkat


Cemas teratasi

Baca Selengkapnya - BRONCHOPNEUMONI

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber