Cari Blog Ini

Plasenta Previa

Rata PenuhPLASENTA PREVIA

PENGERTIAN
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.
B. CIRI – CIRI PLASENTA PREVIA
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.

C. ETIOLOGI
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

D. DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja operasi.

E. PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati
Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
F. INDIKASI MELAKUKAN SEKSIO SESAR :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin
Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.\

DAFTAR PUSTAKA
1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta. 1991 : 9-13.
2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang, 1997.
Baca Selengkapnya - Plasenta Previa

Askep Toksemia Gravidarum

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TOKSEMIA GRAVIDARUM

TINJAUAN TEORI
Pengertian
Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah anda meningkat, tubuh anda menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin anda. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH).

Etiologi
Penyebab dari Toksemia Gravidarum sampai saat ini tidak diketahui, tapi resiko utama terjadinya pre-eklamsi adalah abrupsio plasenta.

Faktor Resiko
Resiko tinggi mengalami preeklamsia adalah :
1. Baru pertama kali hamil
2. Ibu hamil yang ibunya atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia
3. Ibu hamil dengan kehamilan kembar; ibu hamil usia remaja; dan ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun
4. Ibu hamil yang sebelum kehamilannya memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal

Patofisologi
Preeklamsia dapat membuat plasenta tidak mendapatkan darah dalam jumlah yang cukup. Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, maka bayi anda tidak akan mendapatkan cukup oksigen dan makanan. Ini dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan rendah.

Keadaan ini dapat disertai kelainan faal hati berupa kenaikan kadar fosfatase alkali dan transaminase dalam serum, sedangkan ikterus jarang timbul, hanya terjadi pada keadaan berat, yait karena koagulasi intravaskuler (DIC) dengan hemolisis dan nekrosis hati

Gambaran histopatologis menampakkan adanya trombi fibrin dalam sinusoid di periportal disertai tanda-tanda perdarahan serta nekrosis, sedangkan tanda-tanda inflamasi tidak ada.

Perdarahan intrahepatik dan subkapsuler menimbulkan keluhan nyeri epigastrik atau nyeri perut kuadran kanan atas, meskipun jarang terjadi, ruptur spontan hati yang mengakibatkan perdarahan intra peritoneal dan syok memerlukan tindakan bedah darurat.

Umumnya tidak ada pengobatan khusus terhadap kelainan faal hati yang terjadi pada toksemia gravidarum, terminasi kehamilan akan memperbaiki keadaan klinis dan histopatologisnya.

Tanda dan Gejala
Seorang wanita yang pada saat hamil tekanan darahnya meningkat secara berarti tetapi tetap dibawah 140/90 mm hg, juga dikatakan menderita pre-eklamsi. bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita pre-eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan yang timbul segera setelah lahir. bayi yang dilahirkan juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi plasenta atau karena lahir prematur.

Gejala-gejala dari pre-eklamsi adalah:
 tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mm hg
 wajah atau tangan membengkak
 kadar protein yang tinggi dalam air kemih.

Manifetasi Klinis
Biasanya tanda-tanda preeklamsia timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan gejal-gejala subyektif. Pada preeklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak.

Klasifikasi
1. Preeklamsia ringan : Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin
2. Preeklamsia berat : sakit kepala, pandangan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera.

Komplikasi
Komplikasi utama dari pre-eklamsi adalah sindroma hellp, yang terdiri dari:
1. Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
2. Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)
3. Penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya gangguan kemampuan pembekuan darah).
Sindroma hellp cenderung terjadi jika pengobatan pre-eklamsi tertunda. jika terjadi sindroma hellp, bayi segera dilahirkan melalui operasi sesar. jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklamsi.

Pemeriksaan Penunjang
Penlaian Keadaan Ibu Klinis
 TD: derajat keparahan, hubungan TD dgn CVA, bukan kejang
 SSP: Keparahan sakit kepala;
o Gg penglihatan-buta, kabur;
o Tremor, iritabilitas, hiperaktif, somnolen
o Mual & muntah
 Hematologi: edema, perdarahan, ptekie
 Hepatik: nyeri kw kanan atas & epigastrik, mual & muntah
 Ginjal: output & warna urin
Penilaian Keadaan Ibu lab
 Hematologi:
o Hb, AT
o PTT, APTT, Fibrinogen, FDP
o LDH, asam urat
 Hepatik:
o SGOT, SGPT, LDH
 Glukosa
 Ginjal:
o Proteinuria
o Kreatinin, urea, asam urat

Penilaian Keadaan Janin
 Gerakan ( > 10x / 24jam )
 DJJ
 USG untuk perkembangan
 Profil biofisik
 Indeks cairan amnion
 Pemeriksaan doppler arus darah: tali pusat

Penatalaksanaan Keperawatan
1. Istirahat, berbaring pada sisi kiri tubuh agar janin anda tidak menindih urat darah.
2. Sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran
3. Mengurangi makan garam
4. Minum 8 gelas air per hari

Penalataksanaan Medis
1. Bila anda mengidap preeklamsia berat, dokter anda mungkin akan mengobatinya dengan memberikan obat-obat untuk menekan tekanan darah sampai perkembangan bayi anda cukup untuk dapat dilahirkan dengan selamat.
2. Mual & muntah: antiemetik
3. Nyeri subhepatik: Morfin 2-4 mg iv, Antasida, Minimalkan palpasi
4. Antihipertensi:
a. Min. risiko CVA pd ibu
b. Max. kondisi ibu u/ persalinan yg aman
c. Mendapat waktu u/ penilaian lbh lanjut: memperpanjang kehamilan &persalinan pervaginam jk mungkin

Pencegahan
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Ada faktor-faktor yang dapat penyebab terjadinya tekanan darah tinggi yang dapat dikontrol, ada juga yang tidak. Ikuti instruksi dokter anda mengenai diet dan olahraga.
 Gunakan sedikit garam atau sama sekali tanpa garam pada makanan anda
 Minum 6-8 gelas air sehari
 Jangan banyak makan makanan yang digoreng dan junkfood
 Olahraga yang cukup
 Angkat kaki anda beberapa kali dalam sehari
 Hindari minum alcohol
 Hindari minuman yang mengandung kafein
 Dokter anda mungkin akan menyarankan anda untuk minum obat dan makan suplemen tambahan.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis

Pengkajian
 Anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan obstetrik, dan pemeriksaan laboratorium rutin
 Tekanan darah, air kencing, berat badan diperiksa tiap hari, dan edema dicari terutama pada daerah sacral
 Balans cairan ditentukan tiap hari
 Funduskopi dilakukan pada waktu penderita masuk rumah sakit dan kemudian tiap 3 hari
 Keadaan janin diperiksa tipa hari dan besarnya dinilai
 Penderita diingatkan untuk segera memberitahukan apaabila sakit kepala, merasa mual, merasa nyeri di daerah epigastrium, atau menderita gangguan dalam penglihatan.

Diagnosa Keperawatan
1. PK: Preeklamsi
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan
3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d peningkatan tekanan darah

Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 PK: Preeklamsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawat dapatmeminimalkan komplikasi preeklamsi yang terjadi dengan kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dbn
- Tidak terjadi kejang
- Edema ekstremitas berkurang - Pantau tanda dan gejala adanya preeklamsi

- Anjurkan klien untuk diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5-7 gr per hari dan 6-8 gelas air perhari

- Anjurkan klien untuk istirahat dengan posisi lateral rekumben kiri

- Ajarkan klien tanda-tanda bahaya preeklamsi dan segera melaporkan jika hal itu terjadi

- Kolaborasi pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian obat anti kejang sesuai indikasi Mengurangi edema yang terjadi

Meningkatkan aliran plasma ginjal dan perfusi plasenta



Dapat mengambil tindakan lebih dini


Untuk menurunkan tekanan darah
Untuk mencegah kejang (eklamsi)




2 Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, klien akan memiliki keseimbangan volume cairan, dengan kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dbn
- Nadi perifer teraba
- Intake dan output 24 jam seimbang
- Berat badan stabil
- Tidak ada edema perifer Fluid Manajement:
- Pertahankan pencatatan intake dan output cairan yang akurat

- Monitor hasil lab yang berhubungan dengan retensi cairan (peningkatan BUN,penurunan hematokrit)

- Monitor tanda-tanda vital

- Lakukan penimbangan berat badan setiap hari

- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi


Mempertahankan balance cairan


Pada edema terjadi retensi cairan sehingga BB meningkat
3 Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d peningkatan tekanan darah

Setelah dilakukan tindakan kepaerawatan selama x24 jam, klien memiliki perfusi jaringan perifer yang efektif dengan kriteria hasil:
- Capillary refilll ≤ 2 dtk
- Nadi perifer distal dan proksimal kuat
- Warna kulit dbn
- Tidak ada edema perifer Circulatory Care
- Evaluasi edema dan nadi perifer

- Rendahkan ekstremitas

- Pertahankan hidrasi yang adekuat

- Monitor status cairan meliputi intake dan output

- Anjurkan klien untuk latihan sesuai kemampuan

- Ubah posisi pasien setiap 2 jam jika memungkinkan


Meningkatkan aliran darah

Mencegah peningkatan viskositas darah

Melancarkan peredarah darah

Melancarkan peredaran darah dan penekanan pada bony prominen




DAFTAR PUSTAKA
Pregnancy Induced Hypertension (PIH): Preeclampsia or Toxemia
http://www.americanpregnancy.org
www.sehatgroup.web.id
Baca Selengkapnya - Askep Toksemia Gravidarum

Distosia

DISTOSIA

Definisi
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.

Etiologi
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), karena kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak (letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.

1. DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
a. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
1. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
2. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.

b. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya 'tetania uteri' karena obat uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

Penanganan
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.




2. DISTOSIA KARENA KELAINAN LETAK
a) Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.

Macam –Macam Letak Sungsang :
1. Letak bokong murni ( frank breech )
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2. Letak sungsang sempurna (complete breech)
Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.
3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech )
Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.

Etiologi Letak Sungsang :
1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada ; pada panggul sempit, hidrocefalus, anencefalus, placenta previa, tumor.
2. Janin mudah bergerak ; pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
3. Gemelli
4. Kelainan uterus ; mioma uteri
5. Janin sudah lama mati
6. Sebab yang tidak diketahui.

Diagnosis Letak Sungsang :
1. Pemeriksaan luar, janin letak memanjang, kepala di daerah fundus uteri
2. Pemeriksaan dalam, teraba bokong saja, atau bokong dengan satu atau dua kaki.

Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :
1. Janin tidak terlalu besar
2. Tidak ada suspek CPD
3. Tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

b) Prolaps Tali Pusat
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah
ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan.
Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.
Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan panggul, premature, kelainan letak.
Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat keluar dari liang senggama atau bila ada pemeriksaan dalam teraba tali pusat dalam liang senggama atau teraba tali pusat di samping bagian terendah janin.

Pencegahan Prolaps Tali Pusat :
► Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.

Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :
► Usahakan agar ketuban tidak pecah
► Ibu posisi trendelenberg
► Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat
► Reposisi tali pusat

Penanganan Prolaps Tali Pusat :
► Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup

Tunggu partus spontan.
► Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap
Vacum ekstraksi, porcef.
► Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria

3. DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
a) Distosia karena kelainan panggul/bagian keras
Dapat berupa :
1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2. Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul bisa pada :
1. Kesempitan pintu atas panggul
Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
2. Kesempitan midpelvis
• Diameter interspinarum 9 cm
• Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
• Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.
• Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.
3. Kesempitan outlet
Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,
namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis
sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.

Ukuran rata-rata panggul wanita normal
1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
2. Pintu tengah panggul (midpelvis) :
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.

b) Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
1. Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.

Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri :
• Servik kaku (rigid cervix)
• Servik gantung (hanging cervix)
• Servik konglumer (conglumer cervix)
• Edema servik
2. Kelainan selaput dara dan vagina
• Selaput dara yang kaku, tebal
Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
• Septa vagina
▪ Sirkuler
▪ Anteris – posterior
Penanganan :
- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan
Lancar
- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio
Cesaria

3. Kelainan – kelainan lainnya
¶ Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma
uteri, dan sebagainya.
¶ Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.
¶ Rectum yang penuh skibala atau tumor.
¶ Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut
gantung.
¶ Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.
¶ Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,
uterus arkuatus dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi. Bandung : Eleman
FKUI Universitas Padjajaran. 1982. Obstetric Patologi. Bandung : Elstar offset
Cunningham, F. Gary. 1995. Obstetric Williams. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Baca Selengkapnya - Distosia

Kehamilan

KEHAMILAN

A. Pembuahan, nidasi dan plasentasi
Syarat terjadinya kehamilan adalah harus adanya sperma, ovum, pembuahan ovum (fertilisasi/konsepsi) oleh sperma dan nidasi hasil konsepsi tersebut.

1. Sperma
Dalam pertumbuhan embrional sperma bersasal dari sel-sel primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janian dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami –perubahan hingga masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dibawah pengaruh sel-sel interstisisal leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis yang amat kompleks tersebut. Tiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit pertama, dimana spermatosit pertama ini membelah dua menjadi spermatosit kedua, spermatosit kedua membelah lagi tetapi dengan hasil bahwa dua spermatid masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh menjadi spermatozoon.

2. Ovum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelah menjadi ovum terjadi di genital ridge, dan di dalam kandungan jumlah oogonium bertambah terus sampai pada kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000, pada usia 16 – 25 tahun hanya 34.000, pada menopause semua akan menghilang.
Sebelum janian dilahirkan, sebagaian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan pada nukleusnya, terjadi juga migrasi daro oogonium-oogonium ke arah kortek ovarii, hingg pada waktu dilahirkan kortek ovarii terisi dengan promordial ovarian follicles. Padanya dapat terlihat bahwa kromozomnya telah berpasangan, DNAnya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Perteumbuhan selanjutnya terhenti oleh sebab yang belum diketahui sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit pertama. Oleh rangsangan FSH meiosis (pembelahan ke arah kematangan) terjadi terus, benda kutub (polar body) pertama disisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan oosit ke dua ini berada di dalam sitopalsama yang cukup banyak.
Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi, proses ini disebut pematangan pertama ovum; pematangan ke dua ovum terjadi ketika spermatozoon membuahi ovum.

3. Pembuahan
Jutaan spermatozoon dikeluarkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus, hanya beberapa ratus ribu spermatozoon yang dapat meneruskan perjalanan ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampulla tuba dimana spermatozoon dapat memasuki ovum yang telah siap dibuahi dan hanya satu spermatozoon yang mempunyai kemapuan untuk membuahi ovum tersebut. Pada apermatozoon ini ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya dan kaputnya lebih mudah menembus oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.
Ovum yang dilepaskan oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum ke arah ostium tuba abdominale dan disalurkan terus kearah medial. Ditengah-tengahnya dijumpai nukleus yang berada dalam metafase dalam pembelahan pematangan ke dua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitellus, vitellus ini banyak mengandung zat hidrat arang dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pellusida, di luar zina pellusida ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan didalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat benda-benda kutub. Bahan –bahan dari sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus di zona pellusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampulla tuba makin berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona pellusida pada waktu berada di dekat perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat umumnya pembuahan terjadi. Hanya satu spermatozoon yang telah mengalami kapasitasi, dapat melintasi zona pellusida masuk ke vitellus, sesudah itu zona pellusida segera mengalami perubahan dan mempunyai sifat tidak dapat dilintasi oleh spermatozoon lainnya. Spermatozoon yang telah memasuki vitellus kehinlangan membran nukleusnya, yang tinggal hanya pronukelusnya. Masuknya spermatozoon ke vitellus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk pembelahan-pembelahannya. Sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju keruang polivitellina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoon telah mengandung juga jumlah kromozom yang haploid.
Kedua pronuklei dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetika dari wanita dan pria. Pada manusia terdapat 46 kromozom, terdiri dari 44 kromozom otosom dan 2 kromozom kelamin; pada pria satu X dan satu Y. setelah pembelahan kematangan maka ovum matang mempunyai 22 kromozom otosom serta satu kromozom X, dan satu spermatozoon mempunyai 22 kromozom otosom serta 1 kromozom X atau 22 kromozom otosom serta 1 kromozom Y. zigot hasil pembelahan yang mempunyai 44 kromozom serta dua kromozom X akan tumbuh sebagai seorang janin wanita sedangkan kalau mempunyai 44 kromozom serta 1 kromozom Y akan menjadi seorang janian laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot, hal ini berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang besarnya sama. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikina zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain beasarnya hasil konsepsi tetap sama, kemudian hasil konsepsi ini akan disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.

4. Nidasi
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding-dinding blastula akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebit trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini beasr-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Balstula dengan bagian yang mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan sedikit pada luka desidua (tanda Hartman).Umumya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri, jika nidasi ini terjadi, barulah disebut adanya kehamilan. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalahdesidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan villi koriales dan bengrpangkal pada korion. Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula, sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dengan ruang eksoselom membentuk entoderm dan yolc sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang amnion dan yolk sac.
Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian terbentuk choroinic membrane yang kelak menjadi korion. Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tudak sama tebalnya dan dalam dua lapisan. Di sebelah dalam dibentuk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus) dan disebelah luar lapisan sinsisiotrofoblast terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata dalam sitoplasma.
Selain iti villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapatkan makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang gundul disebut korion laeva.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human corionic gonadotropin dimana produksinya meningkat sampai kurang lebih hari ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi, diduga fungsi HcG ini adalah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri, adanya hormon ini juga menunjukan adanya kehamilan, dan biasanya ditemukan dalam air kencing wanita yang menjadi hamil.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri dari ata tiga unsur lapisan yaitu sel-sel ektoderm, mesoderm dan entoderm, sementara ruang amnion tumbuh cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas, body stalk menjadi tali pusat. Di tali pusat terdapat pembuluh-pembuluh darah sehingga disebut juga vascular sac. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion, dan di dalamnya terdapat jaringan lembek yang disebut selei Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada di tali pusat. Kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu sistem cardiovaskular janin dan plasenta, dimana sistem cardiovaskular janin terbentuk pada kira-kira minggu ke 10, organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12 dan disusul oleh masa fetal dan perinatal. Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

B. Plasenta dan likuor amnni
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan teballebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah; keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke pinggir disebut insersio lateralis dan bila dipinggir plasenta disebut insersio marginalis. Kadang-kadang tali pusat berada di luar lapisan plasenta dan hubungan dengan plasenta melalui selaput janin, hal ini disebut insersio velamentosa. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah koroin namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada korion. Letak plasenta umumnya di depan atau belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundud uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak ruang untuk berimplantasi, plasenta berasal dari segaian besar janin yaitu villi koriales yang berasal dari korion dan segaian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sitole darah dengan tekanan 70 – 80 mmHg disemprotkan ke dalam ruang interviller sampai mencapai corionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang intervillier diatas disebut sinus marginalis. Darh ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales mempunyai volume kurang lebih 150 – 250 ml. permukaan semua villi koriales diperkirakan seluas 11 m² , hal ini yang menjamin pertukaran zat-zat makanan.
Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik, dimana untuk pertumbuhan ini diperlukan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu, dari hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi plasenta adalah sebagai alat yang memberi makanan pada janin, sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme, sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2 9respirasi), sebagai alat pembentuk hormon, sebagai alat menyalurkan antibodi ke janin, dan hal-hal lain yang belum diketahui.
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion terdapat liquor amnii/cairan ketuban, volumenya pada wanita hamil cukup bulan sekitar 1000 – 1500 ml; warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis, berat jenis 1,008 terdiri ata 98 % air dan sisanya adalah garam anorganik serta bahan organik, mikroskopis juga terdapat lanugo, sel-sel epitel dan verniks kaseosa, protein juga ditemukan rata-rata 2,6 % gram per liter, sebagina besar sebagai albumin. Terdapatnya lesitin dan sfingomielin amat penting untuk mengetahui apakah janin mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi, dengan peningkatan kadar lesitin permukaan alveolus paru-paru diliputi oleh suatu zat yang dinamakan surfactan dan merupakan syarat untuk berkembangnya paru-paru untuk bernapas.
Ketuban mempunyai fungsi melindungi janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu tubuh janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan lahir - jika ketuban pecah – dengan cairan steril dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.

C. Persalinan
1. Fisiologi persalinan
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar :
a) Partus immaturus adalah partus yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu kurang dari 28 minggu dengan berat janin antara 500 – 1000 gram.
b) Partus prematurus adalah partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum a term (cukup bulan), berat janin antara 1000 – 2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
c) Partus post maturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan.
d) Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin viabel, berat janin di bawah 500 gram atau tua kehamilan di bawa 20 minggu.
e) Partus luar biasa atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam, atau ekstrator vakum, versi dan ekstrasi, dekapitasi, embriotomi dsb.

2. Sebab-sebab mulainya persalinan
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks, faktor humoral, pengeruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh sraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika banyak mengungkapkan mulai terjadinya dan berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar progesteron dan estrogen, dimana progesteron diketahui sebagai penenang otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga a term meningkat, terlebih waktu partus.
Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan maka plasentapun akan “menjadi tua” sehinga villi koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.
Keadaan uterus yang terus-meneur membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus, hal ini mungkin menjadi faktor yang dapat mengganggu vaskularisasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi, berkurangnya nutrisi juga diduga menyebabkan hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (teori berkurangnya nutrisi Hippocrates), faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauster yang terletak dibelakang serviks, bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

3. Berlangsungnya persalinan normal
Partus dibagi dalam 4 kala, kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala ini dinamakan kala pembukaan, kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan ibu maka janin didorong keluar sampai lahir, kala III adalah kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam, pada kala ini iamati apakah terdapat perdarahan post partum.

a. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan waita tersebut mengeluarkan lendir bersemu darah (bloody show), lendir ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena cerviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh darah-pembuluh darah kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat dari his dibagib menjadi 2 fase :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan dapat terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, pembukan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap.
Fase-fase tersebut diatas dijumpai pada primigravida. Pada multi gravidapun terjadi demikian tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Kala I selesai jika pembukaan telah lengkap, pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

Kemajuan persalinan kala I :
 Temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks langsung atau disebelak kiri garis waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

 Kemajuan yang kurang baik :
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
- Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks di sebelah kanan garis waspada).
- Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

 Kemajuan pada kondisi janin :
- Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit), curigai adanya gawat janin.
- Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi.
- Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan yang lama, tangani penyebab tersebut.

 Kemajuan pada kondisi ibu :
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu :
- Jika denyut nadu ibu meningkat, mungkinia sedang mengalami dehidrasi atau kesakitan, pastikan hidrasi baik/cukup, melalui oral atau IV dan berikan analgetik secukupnya.
- Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan.
- Jika terdapat aseton dalam urine ibu curigai masukan nutrisi yang kurang, segera berikan dekstrose per IV.

a. Kala II
Pada kala II ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, pada kala ini biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, kemudian peroneum mulai menonjol dan menjaadi lebar dengan anus maembuka, labia milai membuka dab tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan soboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-tara 1,5 jam, pada multi rata-rata 0,5 jam.

Penanganan :
 Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu
 Menjaga kebersihan
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan.
 Mengatur posisi ibu senyaman mungkin, jongkok, menungging, tidur miring atau setengah duduk.
 Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
 Memberikan cukup minum.

Kelahiran kepala bayi:
 Mintalah ibu mengedan atau meberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir.
 Letakan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat.
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan.
 Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari lendir,kotoran,darah.
 Periksa tali pusat, jika mengelilingi leher dan terlihat lpnggar selipkan melalui kepala bayi, jika terlaku ketat, klem tali pusat pada dua tempat kemudian potong di antara klem sambil melindungi kepala bayi.

Kelahiran bahu dan anggota badan seluruhnya
 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.
 Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi.
 Lakukan tarikan lembut ke bewah untuk melahirkan bahu depan.
 Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang.
 Selipkan satu tangan kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala bayi dan selipkan tangan satunya ke punggung bayi untuki mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
 Letakan bayi tersebut diatas perut ibunya.
 Secara menyeluruh, keringkan tubuh bayi, bersihkan matanya, nilai pernapasan bayi, jika bayi menangis atau bernapas tinggalkan bersama ibunya, jika dalam 30 detik bayi tidak bernapas MINTALAH BANTUAN dan segera resusitasi bayi.
 Klem dan potong tali pusat.
 Pastikan bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan dada ibunya, bungkus bayi dengan kain halus dan kering, tutup dengan selimut dan pastikan bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.

b. Kala III
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat, beberapa menit kemudian uterus kembali berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya, biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Penegluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

Manajemen aktif kaka III
 Pemberian oksitosin dengan segera.
 Pengendalian tarikan tali pusat.
 Pemijatan uterus segera setelah melahirkan.

c. Kala IV
Kala ini merupakan kala pengawasan, yaitu untuk mengetahui ada perdarahan atau tidak.

Penanganan :
 Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras, apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan, hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
 Periksa TTV, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 meit pada jam ke dua.
 Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
 Biarkan ibu beristirahat.
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi dan ibu.
 Motifasi ibu untuk segera menyusui jika bayi telah siap.
 Ingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya dan mencegah terjadinya infeksi.
Baca Selengkapnya - Kehamilan

Tipe Diagnosa Keperawatan

TIPE DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual
Menggambarkan peniliaian klinis karena masalah sudah timbul.
Label yang digunakan :
Gangguan, Perubahan, Kerusakan, Tidak efektif, Kekurangan, Kelebihan, Penurunan, Disfungsi, Peningkatan, Distress, Ketidakseimbangan dan lain-lain

2. Risiko
Menggambarkan penilaian klinis dimana individu/kelompok lebih rentan untuk mengalami masalah dibandingkan dengan orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
Label yang digunakan : Risiko, Risiko tinggi, Risiko terhadap
3. Kemungkinan
Adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan.
Label yang digunakan :
Kemungkinan

4. Sejahtera/sehat
Adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan/kesehatan yang lebih tinggi/optimal.
Label yang digunakan : Potensial

5. Sindrom
Adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan ada karena situasi/peristiwa tertentu.
Label yang digunakan :
Sindrom
Baca Selengkapnya - Tipe Diagnosa Keperawatan

Ante Natal Care

Ante Natal Care
1. PENGERTIAN
ANC adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

2. TUJUAN :
Pengawasan : Kesh. Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi kehamilan, menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah)
Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother
Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
Mengantarkan pulihnya kesh. Ibu optimal

3. BUKTI KEHAMILAN
a. PRESUMTIF ( Bukti Subjektif)
Amenorea
Perubahan payudara
Mual & muntah (morning sickness)
Frekuensi berkemih
Leukorea
Tanda Chadwiek’s
Quickening
b. PROBABILITAS ( Bukti Objektif)
Pertumbuhan & perubahan uterus
Tanda Hegar’s ( melunaknya segmen bawah uterus)
Ballotement (lentingan janin dl uterus saat palpasi)
Braxton hick’s (kontraksi selama kehamilan)
Perubahan Abdomen
Pembesaran abdomen
Striae Gravidarum
Pigmentasi pada linea nigra
c. ABSOLUT ( Bukti Positif)
► Terdengar DJJ
► Teraba bagian anak oleh pemeriksa
► Terlihat hasil konsepsi dg USG
► Teraba gerakan janin oleh pemeriksa

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• LABORATORIUM
– Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL)
– Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
– Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik)
• U S G
– Jenis kelamin
– Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion,

5. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
BILA HPHT TIDAK DIKETAHUI,
USIA KEHAMILAN TENTUKAN DG CARA :
- TFU ( Cm x 7/8 = Usia dl mgg)
- Terabanya ballotement di simpisis à 12 mgg
- DJJ (+) dg Dopller à 10-12 mgg
- DJJ (+) dg fetoscop à 20 mgg
- Quickening à 20 mgg
- USG
PERHITUNGAN TAKSIRAN PARTUS
( NAGELE) :
H + 7
B (1-3) + 9, bila tanggal > 24 + B 1
B (4-12) – 3
T (1-3) + 0
T (4-12) + 1
PERHITUNGAN TAKSIRAN BERAT JANIN
 TFU – (11 belum masuk PAP) X 155 = ….gr
 TFU – (13 sudah masuk PAP) X 155 = ….gr
FREKUENSI KEHAMILAN
 Kunjungan I (12-24 mgg)
– Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, Pemeriksaan lab., Antopo metri, penilaian resiko kehamilan, KIE
 Kunjungan II ( 28 – 32 mgg )
– Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat perawatan payudara & Senam hamil), TT I
 Kunjungan III ( 34 mgg)
– Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
 Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 mgg)
– Anamnesis , perawatan payudara & persiapan persalinan
6. PENGKAJIAN ANC
1. AKTIFITAS / ISTIRAHAT
BP ↓ , HR ↑ , Episode Sinkop, Edema
2. INTEGRITAS EGO à Persepsi diri
3. ELIMINASI
Konstipasi, miksi ↑ , BJ urine ↑ , haemoroid
4. MAKANAN & CAIRAN
morning sickness (TM I), nyeri ulu hati,
Penambahan BB ( 8 – 12 kg), hipertrofi gusi (berdarah)
Anemi fisiologis (Hemodilusi)
5. NYERI / KETIDAK NYAMANAN
Kram kaki, nyeri payudara & punggung, Braxton Hicks
6. PERNAFASAN
RR ↑ ,
7. KEAMANAN
Suhu : 36,1o – 37,6 o C ,
DJJ ( 12 mgg dg dopler, 20 mgg dg fetoskop)
Gerakan janin ( 20 mgg)
Quickening & Ballotement
( 16 – 20 mgg) &
8. SEKSUALITAS
Perubahan seksualitas, leukorea, peingkatan uetrus
Payudara ↑ , pigmentasi
Goodell, Hegar, chadwiks
9. INTERAKSI SSIAL
Denial, maturasi, aseptent
10. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
11. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
7. PENGKAJIAN FISIK
• TANDA VITAL, ANTOPOMETRI
• PENGKAJIAN KEPALA
• PENGKAJIAN DADA : paru, jantung, payudara
• PENGKAJIAN ABDOMEN : hepar, abdomen, uterus (palpasi, inspeksi, auskultasi, pergerakan janin, his)
• PEMERIKSAAN PANGGUL
• PEMERIKSAAN GENITAL
• PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN & FOKUS INTERVENSI
1. Resti perubahan nutrisi krg dr kebt tubuh b.d. Perubahan napsu makan, mual & muntah
 KH :
 Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal
 Mengikuti diet yg dianjurkan
 Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin
 Menunjukkan ↑ BB ( min 1,5 kg pd TM I )
 Intervensi :
 Tentukan asupan nutrisi /24 jam
 Kaji ttg pengetahuan kebutuhan diet
 Berikan nformasi tertulis diet prenatal & suplemen
 Tanyakan keyakinan diet ss budaya
 Timbang BB & kaji BB pregravid
 Berikan ↑ BB selama TM I yang optimal
 Tinjau tentang mual & muntah
 Pantau kadar Hb, test urine (aseton, albumin & glukosa)
 Ukur pembesaran uterus
 Kolaborasi : program diet ibu hamil
2. Resti defisit vol. Cairan b.d.
perubahan napsu makan, mual & muntah
• KH :
– Mengidentifikasi & melakukan kegiatan u ↓ frekwensi & keparahan mual/muntah
– Mengkonsumsi cairan ss kebt.
– Mengidentifikasi tanda & gejala dehidrasi
• Intervensi :
– Auskultasi DJJ
– Tentukan beratnya mual/muntah
– Tinjau riwayat (gastritis, kolesistiasis)
– Anjurkan mempertahankan asupan cairan
– Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, TD, intake & output, Timbang BB
– Anjurkan asupan minum manis, makan sedikit tapi sering, makan roti kering sebelum bangun tidur
3. Perubahan eliminasi urine b.d. Pembesaran uterus, ↑ GFR, ↑ sensitifitas VU
► KH :
 Mengungkapkan penyebab sering kencing
 Mengidentifikasi cara mencegah stasis urinarius
► Intervensi :
 Berikan informasi perubahan berkemih
 Anjurkan menghindari posisi tegak & supine dl waktu lama
 Berikan informasi intake cairan 6-8 gls/hr, penurunan intake 2-3 j pra rest
 Kaji nokturia, anjurkan keagel exercise
 Tekankan higiene toileting, memakai celana dr katun & menjaga vulva tetap kering
Baca Selengkapnya - Ante Natal Care

Mekanisme persalinan normal

MEKANISME PERSALINAN NORMAL
Paramitha Harsary

• 96 % janin dalam uterus berada dalam presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil kiri depan sebanyak 58 %, kanan depan 23 %, kanan belakang 11 % dan kiri belakang 8 %.
• Janin dengan presentasi kepala disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat serta bentuk uterus sedemikian rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas di ruang yang lebih luas sedangkan kepala berada dibawah di ruang yang lebih sempit.
• 3 faktor yang memegang peranan penting pada persalinan :
1. Kekuatan ibu, seperti kekuatan his dan mengedan
2. Keadaan jalan lahir
3. janin.
• His  kekuatan yang menyebabkan servik membuka dan mendorong janin ke bawah serta masuk kedalam rongga panggul.
• Kepala masuk melintasi pintu atas panggul dalam sinklitismus  arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat juga terjadi keadaan :
1. Asinklitismus anterior  arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul
2. Asinklitismus posterior  arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan pintu atas panggul.
• Fleksi
Kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil ( diameter suboksipitobregmatika = 9,5 cm) dan didasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
• Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin oleh his yang berulang-ulang  kepala mengadakan rotasi  ubun-ubun kecil berputar kearah depan dibawah simpisis.
• Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis ( sebagai hipomoklion), kepala mengadakan fleksi  berturut turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
• Putaran paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak
• Ekspulsi
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring  menyesuaikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir, bahu berada dalam posisi depan-belakang  bahu depan lahir lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang.

Mekanisme persalinan fisiologis penting dipahami, bila ada penyimpangan --> koreksi manual dapat dilakukan sehingga tindakan operatif tidak perlu dilakukan.
Tindakan – tindakan setelah bayi lahir :
• Segera bersihkan jalan nafas.
• Tali pusat dijepit pada 2 tempat, pada jarak 5 dan 10 cm, digunting dan kemudian diikat.
• Tindakan resusitasi --> membersihkan dan menghisap jalan nafas serta cairan lambung untuk mencegah aspirasi.

Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Partus berada dalam kala III ( kala uri), yang tidak kalah penting dari kala I dan II oleh karena tingginya kematian ibu akibat perdarahan pada kala uri.
Mengecilnya uterus akibat his setelah bayi lahir mengakibatkan terjadi pelepasan perlengketan plasenta dengan dinding uterus. Ada 3 cara lepasnya plasenta yaitu :
1. Tengah (sentral menurut Schultze)  terbanyak
2. Pinggir (marginal menurut Mathew-Duncan)
3. Kombinasi 1 dan 2.
Kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit, dengan tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
Baca Selengkapnya - Mekanisme persalinan normal

Penanganan Nyeri

PENANGANAN NYERI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
Yaitu : suatu keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang. (Carpenito, 1998: 55)
Batasan Karakteristik :
Subjektif : Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri dideskripsikan
Objektif :
• Perilaku sangat berhati-hati
• Memusatkan diri
• Fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari hubungan sosial, gangguan proses fikir)
• Perilaku distraksi (mengerang, menangis dll)
• Raut wajah kesakitan (wajah kuyu, meringis)
• Perubahan tonus otot
• Respon autonom (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan).
b. Nyeri Kronis
Yaitu : keadaan dimana seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
Batasan Karakteristik :
Mayor (Harus Terdapat)
• Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan
Minor (Mungkin Terdapat)
• Ketidaknyamanan
• Marah, frustasi, depresi karena situasi
• Raut wajah kesakitan
• Anoreksia, penurunan berat badan
• Insomnia
• Gerakan yang sangat berhati-hati
• Spasme otot
• Kemerahan, bengkak, panas
• Perubahan warna pada area terganggu
• Abnormalitas refleks.
Diagnosa Keperawatan Tambahan
• Kecemasan yang berhubungan dengan hilangnya kontrol
• Ketakutan yang berhubungan dengan nyeri
• Kelemahan yang berhubungan dengan pengobatan pada penyakit
• Perubahan Penampilan Peran yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kerusakan koping
• Perubahan Pola Sexualitas yang berhubungan dengan kesakitan dan nyeri
• Kerusakan Mobilitas Fisik yang berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
• Aktifitas Intoleran yang berhubungan dengan nyeri dan/atau depresi
• Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan nyeri
• Kurang Perawatan Diri (total atau sebagian) yang berhubungan dengan nyeri
• Perubahan Pemeliharaan Kesehatan yang berhubungan dengan persaan tak berdaya.
RENCANA TINDAKAN
Tujuan dari rencana tindakan untuk mengatasi nyeri antara lain :
1. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu
2. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik yang diperlukan untuk penyembuhan (misal; batuk dan nafas dalam, ambulasi)
3. Mencegah timbulnya gangguan tidur
Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention
Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :
1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgesics ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat.
d. Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.
Farmakologik Agent
1. Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam (q 4h) setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone).
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.
2. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.
Medical Interventions
1. Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback
Baca Selengkapnya - Penanganan Nyeri

Konsep Nyeri

Konsep Nyeri

DEFINISI
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal.
PENYEBAB NYERI
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
KLASIFIKASI NYERI1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan)
nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan.
Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala antara lain : perspirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
PENGKAJIAN NYERI
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus menanyakannya secara langsung kepada klien
Karakteristik
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
• Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial
• Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum.
Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang berhubungan dengan lokasi :
• Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
• Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
• Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir
• Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :
Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
Status kesadaran klien
Harapan klien
Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
c. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama; bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”.
e. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.
g. Alat Pengukur Nyeri

Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention
Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :
1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgesics ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat.
d. Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.
Farmakologik Agent
1. Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam (q 4h) setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone).
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.
2. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.
Medical Interventions
1. Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback
Baca Selengkapnya - Konsep Nyeri

Konsep Eliminasi

KONSEP ELIMINASI

ELEMINASI URINE
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Anatomi dan fisiologi Ginjal
Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang terletak pada sisi-sisi abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulan belakanglumbal ketiga. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri karena hati menekannya kebawah. Ginjal terdiri atas kapsul ginjal, cortex renalis (kulit luar) medulla renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah bagian luar anteriorn kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki permukaan berbintik-bintik kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla renalis adalah bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid ginjal. Piramid pada bagina inim meruncing dengan dasar menghadap cortex dan puncak menghadap bagian tengah ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal terletak pada ruang ini. Renal sinus merupakan bagian interior yang terhubungkan dengan takik ginjal yang disebut dengan hilum.
Nephron adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1 juta nephron (Burtucci, 1995). Nephron ikut terlibat dalam pembentukan urin. Nephron ini mengandung Corpuscolus renalis, tubulus renalis, dan duktus kolektif renalis. Corpusculus renalis mengandung glumerulus dan kapsul bowman. Tubulus renalis terdiri atas tubule konvolusi proksimal, loop hense dan tubule konvolusi distal. Duktus kolektif terletak didalam nephron.
Ureter adalah kelanjutan pelvis renal pada hilum dan menghubungkan ginjal dengan kencing kemih. Ureter melakukan gerakan renstaltis otot polos yang diaktifkan oleh sisti saraf simpatis. Terdapat function ureterovosical dalam ureter yang mencegah agar urin tidak kembali masuk kedalam ginjal.
Ketika darah mengalir melalui kapiler glumelrulus, pada saat yang sama terjadi filtrasi plasma ginjal menerima sekitar 20% cardiac output, sekitar 1200 ml/mut aliran darah. Proses filtrasi ini disebut ultrafiltrasi. Volume glumerulus melakukan filtrasi kurang lebih 180ml/hari, dan 99% diantaranya diserap kembali oleh ginjal. Tingkat filtrasi glumerular (Gfn) adalah ukuran proses ini, Gfn dewasa rata-rata adalah 125 ml/jam.
Ketika darah yang telah terfilter memasuki kapsul Bowman glomeluri, maka terbentuklah urin primitive. Ketika ultrafiltrasi ini mengalir melalui nephron yang lainnya terjadi penyerapan kembali dan sekresi untuk memproduksi urin yang kita keluarkan Tubuke konklusi proksimal menyerap kembali seabagian besar air yang sudah terfilter dan juga elektrolot Loop Henle menyerap kemabali sodium. Tubule Konvolusi distal dan duktus kolektif menbentuk urin yang kemudian dialirkan kedaalm ureter. Ureter kemudian mengangkut urin menuju kandung kemih dengan gelombang peristaltis otot halus.
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terletak pada dasar panggul pada daerah retroperidontal dan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil. Kandung kemih terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus / body yang merupakan otot lingkar, terdiri dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat spinter inerna. Spinter ini dikontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung kemih dapat menampung 300 sampai 400 ml urine.
Kemudian dari ureter urine dialirkan ke uretra yang merupakan saluran pembuangan yang langsung keluar dari tubuh. Panjang uretra perempuan lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada laki-laki panjangnya 20 cm. Sehingga perempuan lebih beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih.


Gambar. 1, Fraktus urinarius yang memperihatkan lokasi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Sumber : Brunner and Suddarth 2001

Gambar. 2, Anatomi ginjal
Sumber : Evelyn Pearce, 1997

Refleks Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral 2 (S-2) dan sacral 3 (S-3). Saraf sensorik dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis bagian sacral 2 sampai sacral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pada miksi mengirimkan sinyal kepada otak kendung kemih (detrusor) agar berkontraksi. Pada saat detrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah control kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih.

Pola Eleminasi Normal
Pola eleminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.

Karekteristik Urine Normal
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaa dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Intake cairan dan makanan
7. Kondisi penyakit
8. Pembedahan
9. Pengobatan
10. Pemeriksaan Diagnostik

Masalah-masalah Eleminasi Urine
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk mengkosongkan kandung kemih.
2. Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskesi urine.
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang jompo.

Perubahan Pola Berkemih
1. Frekuensi
2. Urgency
3. Dysuria
4. Polyuria
5. Urinary Suppresion

ELEMINASI BOWEL
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.

Anatomi dan Fisiologi
1. Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dimulut dan di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus.

2. Saluran Gastrointesrinal Bagia Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas Duodenum, Yeyenum, dan Ileum yana panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Penjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk cyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrien dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim.
Cyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari kita makan samapai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon terbagi menjadi 3 yaitu : Haustral Shuffing adalah gerakan mencapur cyme untuk membantu absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat sepanjang colon, Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju menuju anus.


Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melaului anus. Dalam proses Defekasi terjadi dalam 2 macam refleks yaitu :
1. Refleks Defekasi Intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
2. Reflek Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spindal cord kemudian dikembalikan ke colon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intesifnya peristaltik, relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7 – 10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang dikeluarkan adalah CO2, Metana, H2S dan Nitrogen.
Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat. Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruh Eleminasi Bowel
1. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.
2. Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepnjang colon.
5. Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
7. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB dan kebiasaan menahan BAB.
8. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
9. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
10. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.
11. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
12. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.\


Masalah Eleminasi Bowel
1. Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
2. Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan.
3. Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.
4. Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui saraf spinter anus
5. Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
6. Hemorroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut.
Baca Selengkapnya - Konsep Eliminasi

Konsep Oksegenasi

KONSEP OKSIGENASI

1. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.

2. SISTEM PERNAFASAN
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).

Gambar 1. Lobus Pulmo Sinistra dan dekstra. (Syaifuddin, 1997)

Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).

Gambar 2. Diagram dari akhiran sebuah Bronkhliolus didalam Alveoli. (Pearce. E. C, 2002)
3. SISTEM KARDIOVASKULER
a. Struktur dan letak jantung
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut “atrium” dan bagian bawah disebut “ventrikel”. Pada masing-masing belahan terdapat satu atrium dan satu ventrikel. Atrium dan ventrikel dihubungkan oleh lubang yang terdapat katup, pada bagian sebelah kanan disebut katup (valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri disebut katub mitral atau katub bikuspidalis. (Pearce, 1999)
Jantung terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran serus yang lekat sekali pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan yang membungkus jantung sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan oleh cairan pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.
Jantung terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot), endokardium (lapisan dalam/endotel).

Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah melalui kamar
jantung, sesuai petunjuk anak panah

b. Fisiologi jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi pulpomal paru-paru vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior, dan kembali ke atrium kanan yang disebut “sirkulasi sistematik”, sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk lewat katup trikuspidalis, sirkulasi paru-paru yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.
Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan vena tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium terjadi serentak disebut systole atrial dan relaksasi atrium disebut diastole atrial, demikian pula untuk kontraksi ventrikel disebut systole ventrikel dan relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi ventrikel lamanya 0,3 detik dan relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan kuat.
Daya pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit dan memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150 kali/menit, sehingga daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit. (Evelya C. Pearce, 2002).

Gambar 2. Gambaran skematik aliran darah melalui system
Kardiovaskuler
4. HEMATOLOGI
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, Ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain-lain.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru

2. Faktor Perkembangan
1. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Prilaku
1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi (Fe)
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi
pusat pernafasan
5. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat

4. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

6. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia (takikardia/bradikardia)
2. Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)
Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan hipoksia
Jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari
arteri koroner ke miokardium.

7. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi / sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri
dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
a. Menurunya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
f. Kerusakan / gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis
dan clubbing.
Baca Selengkapnya - Konsep Oksegenasi

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber