Cari Blog Ini

SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI

Perkembangan biologis antara laki – laki dan perempuan ditentukan sejak masa konsepsi. Janin perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua. Janin laki – laki mempunyai kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Sejak tujuh minggu masa depan konsepsi, organ seksualitas laki – laki mulai terbentuk karena pengaruh hormon estrogen. Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan mulai terbentuk karena kurangnya testeteron, bukan karena adanya hormone esterogen.

I. Sel telur ( Ovum )
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge. Menurut umur wanita, jumlah oorganisme adalah :
a. Bayi baru : 750.000
b. Umur 6 – 15 tahun : 439.000
c. Umur 16 – 25 tahun : 159.000
d. Umur 35 – 45 tahun: 34.000
e. Masa menaupose : semua hilang.

Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :
a. Oogonia
b. Oosit pertama ( Primary Oocyte )
c. Primary ovarian fillicel
d. Liquor folliculi
e. Pematangan pertama ovum
f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur

II. Sel mani ( Sperma )
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti ( nucleus ), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor sperma kira – kira 10x bagian kepala. Jumlah sperma yang dikeluarkan sekali membuahi berjuta – juta sel mani yang keluar.
Secara embrional, spermatogonium berasal darisel primitive tubilus testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ) :
a. Spermatogenium, membelah dua
b. Spermatosid pertama, membelah dua
c. Spermatosid kedua, membelah dua
d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e. Spermatozoon ( sperma )

III. Pengertian Konsepsi
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi :
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum.

Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3 – 4 hari didalam saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum hanya bisa hidup selam 12 – 24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indicator ovulasi yang paling kuat adalah status lender serviks yang menjadi transparan, licin, dan banyak ( Flynn, 1992 ). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya menurun ( Norman, 1986 ). Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.

Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi ( berlangsung kurang lebih 7 jam ). Pada proses ini membrane sperma menjadi rapuh ( fragile ) dan melepaskan enzim hidrolitik dari akrosom ( lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma ). Enzim ini ( hialuronidase dan proteinase ) harus mencerna korona radiata dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membrane ovum. Walaupun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum. Segera setelah satu sprema memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula – mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membrane ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluar dari ovum.
Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma perifer, sementara nucleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma menjadi membengkak dan saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu “ kumparan “ diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah fertilisasi ( pembuahan ) terjadi.
Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam ovulasi. Koitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya.

Metode berukit dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :
a. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1 keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian tidak mungkun dilakukan.
b. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam 24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang – kadang terjaid akibat dari pemberian obat misalnya aspirin.

c. Perubahan mucus serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas ) sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk memperhatikan hal ini.
IV. Tahap – Tahap Perkembangan Janin

a. Tahap perkembangan janin minggu 1 – 4
Minggu pertama :
· Stadium 1 : seltelur yang dibuahi
· Stadium 2 : hari ke 2 – 3, pembentukan alur. Diferensiasi menjadi sel – sel luar dan dalam pembelahan sel pertama langsung beralih kestadium kedua buah sel sementara diangkut menjadi saluran telur.
· Stadium 3 : blastokista bebas menjadi senyawa sehingga jumlah sel menjadi 32 – 58 buah dimulai pembentukan rongga blastokista. Hari ke 4 – 5 blatokista bebas. Embrioblast dan trofoblast rongga blatokista dilanjutkan dengan nidasi yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu.
Minggu kedua : Implantasi
· Stadium 4 : implantasi blatokista dan krucut implantasi dalam selpaut lendir rahim.
· Stadium 5 : masuknya blatokista kedalam selaput lendir sampai awal peredaran uteroplasenta.
Minggu ketiga : blatokista trilaminar
· Stadium 6 : pembentukan mesoderm ekstra embrional dan reorganisasi rongga – rongga embrional dan terbentuk garis sederhana.
· Stadium 7 : timbauan korda
· Stadium 8 : terusan aksial
· Stadium 9 : lipatan kepala mulai terbentuk, jantung mulai berdenyut dan jonjot – jonjot karion mulai terapung bebas dalam darah ibu.
Minggu keempat :
· Perkembagan bentuk badan, mencakup stadium 10 – 13 pada awal minggu ke 4 jantung berdenyut, peredaran darah berfungsi, bumbung saraf menutup. Embrio melipatkan diri lepas dari kandung kuning telur.
· Diakhir minggu ke 4 gestasi, sel – sel embrio tumbuh dengan cepat tapi belum menyerupai manusia sesungguhnya.
· Perkembangan minggu ke 4 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 0,75 – 1 mm ; berat 400 mg
- Pembentukan korda spinalis dan mulai menyatu digaris tengah back bant ( kepala menyentuh ekor ).
- Jantung mengalami rudimeter, tampak seperti gumpalan dipermukaan anterior.
- Gumpalan mirip lengan dan kaki
- Mata, telinga dan hidung mengalami rudimenten.
b. Tahap perkembangan janin minggu ke 5 – 8 : organogenesis
· Satium 14 : miotom – miotom
Panjang 5 – 7 mm, usia 31 – 35 hari, alur lensa menenggelamkan kedalam cawan mata. Duktus endolimfatikus bertunas keluar dari gelembung telinga. Lengkung kepala dan lengkung temgkuk sangat menonjol.
· Stadium 15 : topografi pembuluh – pembuluh darah
Panjang 7 – 9 mm, usia 35 – 38 hari, ectoderm menutup diatas gelembung lensa. Tepek penghidu membenankan diri menjadi suatu alur kecil. Terbentuk tepek telingga.
· Stadium 16 : tonjolan – tonjolan wajah
Panjang 8 – 11 mm, usia 37 – 42 hari. Pada embrio yang tidak difiksasi sudah mengalami pigmentasi. Benjolan – benjolan telinga tampak jelas. Sinus serviklis menutup. Telapak tangan amat jelas, telapak kaki samara – samar.
· Stadium 17 : gelembung – gelembung telenfesalon.
· Stadium 18 – 19 : bentuk yang kuboid.
· Stadium 20 : tangan pada sikap pronasi. Kerangka tulang rawan dan susunan otot.
· Stadium 23 : histologi. Pengolahan bertahap pada kepala.
· Diakhir minggu ke 8 gestasi, organogenesis telah lengkap.
· Perkembangan pada minggu ke 8 gestasi mencekup yang berikut :
- Panjang 2,5 cm ; berat 20 gram
- Jantung mulai berdenyut disertai adanya katup dan septum.
- Gambaran wajah dapat dilihat.
- Ekstremitas terbentuk.
- Ekor mengalami retrogesi, abdomen kencang dan kantung gestasional kelaminnya.
· Minggu ke 12 :
- Panjang 7 – 9 cm
- Berat 45 gram
- Terjadi gerakan janin spontan.
- Reflek babinski positif.
- Pembentukan lempeng osifikasi.
- Jenis kelamin bisa dibedakan dari tampilan luar.
- Sekresi ginjal dapat dimulai : urin belum terdapat di cairan amnion.
- Denyut jantung dapat di dengar melalui doppler
· Minggu ke 16 :
Diakhir minggu keenam belas gestasi janin menelan cairan amniotonic dengan aktif.
- Gestasi mencakup :
o Panjang 10 -17 cm.
o Berat 55 – 120 gram
o Quickening
o Antibody mulai di produksi
o Rambut mulai terbentuk
o Mekonium terdapat di usus bagian atas
o Terbentuk lemak coklat
o Pola tidur dan aktifitas dapat dibedakan.
· Minggu ke 24 :
Ketika janin mencapai usia 24 minggu, atau beratnya mencapai 601 gram, mereka telah mencapai batas usia viabilitas jika kelahiran mereka ditangani di fasilitas pelayanan modern.
- Gestasi mencakup yang berikut :
o Panjang 28 – 36 cm
o Berat 550 gram
o Antybody pasif ditransfer dari ibu kejanin
o Terdapat ferniks kaseosa
o Mekonium terdapat direktum
o Produksi surfaktan mulai aktif
o Kelopak dan bulu mata sudah dapat dibedakan
o Kelopak mata sudah mulai terbuka dan pupil raktif.
c. Tahap perkembangan janin minggu ke 28 :
· Pembuluh darah retina rentan terhadap kerusakan akibat konsentrasi oksigen, ini menjadi pertimbangan penting pada saat merawat bayi dengan berat lahir rendah yang memerlukan oksigen.
· Perkembangan pada minggu ke 28 getasi mencakup yang berikut :
- Panjang 35 – 38 cm
- Berat 1200 gram
- Alfeolus paru matang
- Terbentuk surfaktan dicairan amnion
- Testis turun ( pada pria )
d. Tahap perkembangan janin minggu ke 32 :
· Diakhir minggu ke 32 gesatasi janin mulai menetapkan diri pada posisi lahir.
· Perkembangan pada minggu ke 32 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 38 – 43 cm
- Berat 1600 gram
- Terdapat simpanan lemak subkutan
- Reflek moro aktif
- Terbentuk cadangan zat besi
- Janin mulai peka terhadap suara – suara dari luar kandungan
- Kuku jari memenuhi ujung – ujung jari.
e. Tahap perkembangan janin minggu ke 36 :
· Diakhir minggu ke 36 janin berada pada posisi verteks atau kepala berada dibawah
· Perkembangan pada minggu ke 36 gestasi mencakup sebagai berikut :
- Panjang 42 – 49 cm
- Berat 1900 – 2700 gram
- Terdapat simpanan glikogen, besi, karbohidrat dan kalsium
- Simpanan lemaksubkutan meningkat
- Lipatan plantar terbentuk 1 – 2
- Laguno menghilang
- Biasanya berada pada posisi verteks
f. Tahap perkembangan janin pada minggu ke 40 :
· Pada primipara, janin biasanya masuk kejalan lahir selama 2 minggu terakhir kehamilan yang membuat ibu merasa bahwa bayi siap lahir. Ini merupakan peringatan bahwa trimester ke 3 kehamilan sudah berakhir dan persalinan siap dimulai.
· Pada perkembangan minggu ke 40 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 48 – 52 cm
- Berat 3000 gram
- Ginjal janin aktif
- Verniks kaseosa terbentuk lengkap
- Plantar mulai banyak
- Kuku jari mulai panjang
V. Faktor – Faktor yang mempengaruhi :
1. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor, psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.
2. Masalah ovulasi
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi, area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH. FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar hipofisis.
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid ). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik,yang meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin dapat juga menggangu siklus normal.
Walaupun fungsi hormone dapat berada dalam keadaan normal, gangguan pada ovarium dapat mempengaruhi ovulasi. Misalnya kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistis atau kerusakan ovarium akibat endomestiotis atau riwayat pembedahan dapat menggangu siklus ovarium sehingga mempengaruhi fertilitas. Lebih lanjut lagi, dapat terjadi masalah pada produksi dan pelepasan ovum. Misalnya ovum yang dihasilkan dapat dilepas sebelum ovum tersebut benar – benar matur, atau ovum tersebut terus menerus mengalami defek.
Add star
ShareShare with noteSend to
Baca Selengkapnya - SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI

Hernia Inguinalis

Konsep Dasar Penyakit
Anatomi Fisiologi
Pada dasarnya daerah ingunalis atau regio inguinalis terdiri dari tiga bagian besar yaitu trigonum inguinale (Hesselbach), annulus inguinalis (cincin inguinal) dan kanalis inguinalis yang akan dijabarkan dibawah ini :
1. Trigonum Inguinale (hesselbach) dibatasi oleh :
a. Kearah medial oleh tepi lateral muskulus rectus abdominis (linea semilunaris)
b. Kearah lateral oleh arteri dan vena epigatrika inferior
c. Kearah inferior oleh ligamentum inguinale, merupakan suatu area yang sangat lemah dan sering merupakan tempat untuk Hernia Inguinalis Directal
2. Anulus Inguinalis (cincin inguinal)
a. Annulus Inguinalis Superfisialis
1) Merupakan suatu pintu triangularis pada aponeurosis muskulus oblique abdominis eksternus
2) Terletak tepat lateral terhadap tuberkulum pubikum
3) Menyalurkan funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum teres uteri pada wanita
b. Annulus Inguinalis Profundus
1) Terletak dalam fasia transversalis, tepat lateral terhadap arteri dan vena epigastrika inferior
2) Dibentuk oleh perluasan embrionik prosessus vaginalis yang melalui dinding abdomen dan sebagai akibat perjalanan testis melalui fasia transversalis selama desensus testikulorom ke dalam skrotum

3. Kanalis Inguinalis
a. Mulai pada annulus inguinalis profundus dan berakhir pada annulus inguinalis superfisialis
b. Dinding-dindingnya :
1) Dinding anterior
Aponeurosis muskulus oblique abdominis eksternus dan oblique abdominis internus yang berasal dari separuh lateral ligamentum inguinale
2) Dinding posterior
Aponeurosis transversus abdominis dan fasia transversalis
3) Atap
Serabut yang melengkung dari muskulus oblique abdominis internus dan tranversus abdominis
4) Lantai
Ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare, lebih kecil pada wanita daripada laki-laki. Menyalurkan funikulus spermatikus atau ligamentum teres uteri dan nervus ilioinguinalis
c. Kanalis Inguinalis pada fetus laki-laki
Menyalurkan duktus deferen, arteri dan vena testikularis, muskulus kremaster, prosessus vaginalis, rami genitalis nervus genito femoralis, nervus ilioinguinalis, arteri dan vena duktus deferen, flexus nervus testikularis, limfatik dan sebagainya. (Lawrence, 1983 ; 667)
Menurut Richard (1989 ) secara umum hernia terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1. Kantong Hernia
Kantong hernia merupakan diverticulum peritoneum dan mempunyai leher dan badan.
2. Isi Hernia
Terdiri atas setiap sruktur yang ditemukan dalam rongga abdomen. Misalnya : usus, ovarium, jaringan penyangga usus (omentum) sampai organ padat seperti ginjal, dll.

3. Pelapis Hernia
Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen dan dilewati oleh kantong hernia.

B. Pengertian
Kata Hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu, baik secara kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. (www.Indomedia.com, 2007).(Mansjoer,2000:313).
Dalam Medicastore.com Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum ( kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Jadi, Hernia Inguinalis adalah penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang dinding perut dilipat paha, baik didapat atau kongenital.

C. Penyebab
1. Kongenital
Terjadi kegagalan dalam hal penutupan prosesus vaginalis (pintu/liang yang menonjol menuju vagina).
Terjadi sejak bayi lahir, seperti : hernia inguinalis, hernia umbilikalis,hernia bochdalek.
2. Didapat / akuisita
Terjadinya hernia setelah dewasa / manula, hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya : pada batuk kronis, gangguan proses kencing (prostat hipertropi, striktur uretra), konstipasi kronis, asites, dan trauma kecelakaan.
3. Faktor predisposisi
Terjadi karena peningkatan tekanan intra abdominal, misal pada saat mengangkat benda berat, meniup terompet atau terlalu kuat mengedan.
D. Klasisfikasi
1. Menurut tempat lokasinya
a. Hernia scrotalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia inguinalis
e. Hernia insisional
f. Hernia fragmentika
g. Hernia epigastrika
2. Menurut gejala
Hernia Refonsibilis
Penonjolan yang terjadi dan benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali secara normal.
Hernia Irrefonsibilis
Penonjolan yang terjadi dan tonjolan tersebut tidak dapat dikembalikan secara manual disertai nyeri tekan.

Hernia Inkarserata
Hernia yang tak bisa kembali serta terjadi gangguan pasase usus dan nyeri hebat
Henia Strangulata
Nyeri hebat, pembuluh darah terjepit, gangguan vaskularisasi karena masih ada sisa makanan di usus yang terdapat penonjolan tersebut maka akan terjadi eksudat cairan.
Hernia Richter
Hernia refonsibilis yang turun naik
E. Tanda dan gejala
Nyeri
Ada benjolan
Mual
Kembung
Tidak flatus / BAB

F. Penatalaksanaan
Penyebab hernia adalah kelainan anatomi, maka tidak ada cara lain yang lebih efektif selain tindakan pembedahan untuk mengoreksi kelainan anatomi tersebut. Bagi pasien yang menolak operasi atau karena tidak memungkinkan untuk dioperasi, maka dianjurkan pemakaian truss (penopang). Terapi non-bedah berupa pemakaian truss ini hanya bersifat menunjang, sama sekali tidak memperbaiki hernia itu, apalagi menyembuhkannya.
Pada hernia inguinalis akan dilakukan tindakan bedah elektif, sedangkan pada irrefonsibilis maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan lagi. Sedangkan pada inkarserata dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia disebut herniotomi (memotong hernia) dan herniorafi (menjahit kantong hernia).
Pada anak-anak tindakan hanya dilakukan untuk menutup lubang sebelum anak mencapai usia setahun biasanya belum dilakukan tindakan, diharapkan lubang akan mengikuti pertumbuhannya. Namun, jika setelah berusia setahun lubang masih terbuka maka disarankan untuk operasi, karena kalau dibiarkan akan bertambah besar. (FKUI. 1985 :356)

G. Kompilkasi
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih berat dan kontinue, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.
H. Diagnosis Banding
a. Hidrokel
b. Limfadenofati inguinal
c. Testis ektopik, yaitu yang masih berada di kanalis inguinalis
d. Orkitis atau peradangan pada testis

Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dll.
2. Pola fungsional
a. Keluhan utama
Adanya benjolan pada daerah lipat paha. Tidak bias flatus / BAB, mual dan muntah, nyeri serta kemerahan pada daerah benjolan bila suda terjadi hernia inkarserata.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh adanya benjolan pada lipat paha. Bila tahap awal benjolan tersebut masih dapat dimasukkan tetapi bila sudah memasuki stadium lanjut, benjolan tersebut tidak dapat dimasukkan kembali, bahkan dapat mengakibatkan nyeri, gangguan pasase usus, tidak dapat flatus / BAB dan mual muntah. Tanyakan tindakan yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi keluhan yang dialami.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pasien mungkin pernah menderita TBC, BPH, Striktur Uretra, batu buli-buli, DM, pasin mungkin pernah mengalami pembedahan pada daerah abdomen.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien, apakah ada keluarga yang menderita DM, TBC, dan penyakit lainnya.
3. Pola nutrisi metabolik
Kebiasaan makan sebelum sakit dan disaat sakit, BB 6 bulan terakhir, makanan yang disukai dan tak disukai, konsumsi sayur dan buah, adanya keluhan mual dan muntah. Pemeriksaan fisik : TB,dan BB sekarang, kemungkinan terjadi penurunan BB. Terjadi peningkatan suhu tubuh 38,8 °C. Selain itu, juga perlu dikaji keadaan rambut dan kulit kepala, keadaan gigi, mulut, leher, dan keadaan abdomen (teraba atau tidaknya hepar atau lien).
4. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK sebelum sakit dan saat sakit, keluhan BAB dan BAK. Pemeriksaan fisik : keadaan abdomen; striktur, distensi, nyeri tekan, keadaan bising usus. Ada / tidaknya nyeri ketuk pada daerah ginjal, teraba / tidaknya ginjal dan distensi Blast
5. Pola aktivitas dan latihan
Keterbatasan akivitas karena benjolan dan nyeri yang dirasakan saat pergerakan. Pemeriksaan fisik : adanya benjolan, pembengkakan dan kemerahan serta nyeri pada daerah lipat paha. Juga perlu dikaji TTV, rentang gerak dan skala kekuatan otot.
6. Pola istirahat dan tidur
Pola kebiasaan tidur pasien sebelum dan saat sakit serta masalah yang mengganggu dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien kemungkinan diakibatkan dari rasa nyeri/ketidaknyamanan. Pemeriksaan fisik: keadaan mata dan lingkaran hitam disekitar mata.
7. Pola kognitif-konseptual
Hal yang perlu dikaji adalah penglihatan, pendengaran, penghidu dan status mental. Apakah ada gangguan di penglihatan, pendengaran, penghidu dan penurunan status mental.
8. Pola persepsi diri/konsep diri
a. Harga diri
Hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain. Apakah keadaan sakit mempengaruhi hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain dan tentang keadaan emosional saat sakit.
b. Ideal diri
Kaji tentang harapan pasien terhadap dirinya sendiri, apakah keadaan sakit mempengaruhi/menghambat pasien dalam mewujudkan keinginan yang ingin dicapainya.

c. Citra tubuh
Kaji persepsi pasien terhadap gambaran dirinya sekarang. Apakah sakit mempengaruhi persepsi terhadap gambaran dirinya.
d. Peran
Kaji kedudukan atau posisi dan tugas pasien dalam keluarga dan masyarakat, apakah pasien merasa bahwa keadaan sakit berpengaruh terhadap kemampuan dan peran pasien dalam melaksanakan tugas, terutama didalam keluarga.
e. Identitas diri
Kaji status dan posisi pasien sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan posisinya dalam keluarga atau masyarakat. Apakah sakit mempengaruhi status dan posisi pasien dalam keluarga maupun masyarakat.
9. Pola peran dan hubungan
Paien mungkin menarik diri karena malu dan menyusahkan orang lain.
10. Pola seksualitas
Pada orang dewasa, pasien mungkin merasa tidak dapat membahagiakan pasangannya.
11. Pola pertahanan-koping-toleransi stress
Pasien mungkin tidak dapat menerima penyakit yang dialaminya, tidak mampu memecahkan masalah dan mungkin memerlukan orang lain untuk memecahkan masalahnya.
12. Pola nilai kepercayaan
Pasien mungkin bersikap pasrah dan menyerahkan semuanya kepada tuhan. Juga perlu dikaji apakah ada hambatan/kesulitan dalam melaksanakan kegiatan ibadah, apakah pasien memerlukan kunjungan pemuka agama.
13. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis :
Munculnya SDM/bakteri yang mengindikasikan infeksi


Tes kehamilan :
Hasil positif akan mempengaruhi waktu prosedur dan pilihan zat-zat farmakologis
JDL :
Peningkatan JDL adalah indikasi dari proses inflamasi, penurunan JDL dapat mengarah kepada proses-proses vital
Hemoglobin :
Indikasi adanya anemia
Elektrolit
GDA
Waktu koagulasi
SDP
Sinar X dada
EKG

B. Diagnosa keperawatan
  1. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubugan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi/tidak akrab dengan sumber informasi
  2. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kehilangan kontrol, hasil yang tidak dapat diperkirakan, perubahan status kesehatan, ketidakcukupan pengetahuan tentang rutinias praoperasi, latihan dan aktivitas pasca operasi.
  3. Potensial terjadinya perubahan konsep diri berhubungan dengan adanya benjolan/pembengkakan pada inguinal.
  4. Potensial komplikasi inkarserata berhubungan dengan penurunan isi hernia sekunder terhadap peningkatan aktivitas Pasca operasi
  5. Nyeri (saat mengedan) berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot.
  6. Potensial komplikasi retensi urine berhubungan dengan nyeri, trauma dan pemggunaan anastesi selama pembedahan abdomen bawah
  7. Kurang pengetahuan, potensial komplikasi gastrointestinal berhubungan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat menimbulkan kekambuhan.
  8. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan retensi perkemihan akut, insisi pembedahan dan inflamasi skrotum sekunder terhadap herniorafi.
  9. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka dan penurunan masukan sekunder terhadap pembatasan diit.
  10. Resiko inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang perawatan sisi operasi/pembatasan diit, obat, tanda dan gejala komplikasi dan perawatan lanjut.
Baca Selengkapnya - Hernia Inguinalis

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber