Cari Blog Ini

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
(Majalah Bidan, 2004).
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling yang berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003 )
Keluarga berencana ( KB ) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasaan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk kehamilan yang dialami oleh wanita.
( http : // www.puslitbang.com / situasi 10 juli 2007 )
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
( Ilmu Kandungan, 2005 )
Gerakan KB Nasional Indonesia telah berumur panjang sejak tahun 1970 dan masyarakat dunia telah menganggap Indonesia telah berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
(Manuaba , 1998).
KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998).
Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil mini survey peserta aktif tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi KB di Indonesia adalah 66,2%. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34%), pil (17%) IUD (7%), implan (4%), MOW (2,6%), MOP (0,3%) Kondom (0,6 %)
http://www.google.com ( situasi 12 juli 2007).
Prevalensi kesertaan ber-KB di Gresik, Jawa Timur, masih tinggi (77,11%). Alat kontrasepsi yang dominan digunakan adalah suntik 101.931 akseptor, pada tahun 2006 jumlah akseptor KB suntik di kabupaten Gresik mencapai 28.655 akseptor. Ini berarti sekitar 110,43 % dari pencapaian perkiraan permintaan masyarakat.
http://www.google.com (situasi 5 Agustus 2008 )

I.2 Identifikasi Masalah
BPS Ny. Nurul Azizah, Amd.Keb. Jl. Kupang Krajan no.33 ............. di BPS ini melayani ANC, KB, Persalinan, Imunisasi, Anak Sakit. BPS ini didirikan pada tahun 1997. Dimana masyarakatnya mayoritas berpendidikan SD, SMP, SMA dan sebagian ada yang PT, dan mayoritas bekerja sebagai pengrajin, buruh, dan sebagian sebagai PNS, masyarakatnya 100% beragama Islam, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan terutama pengetahuan yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Dari data di BPS. Ny. Nurul Azizah,Amd.Keb. Jl. Kupang Krajan no.33 ............ dari bulan Desember – Januari tahun 2009 terdapat 203 akseptor KB suntik dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi suntik KB 1 bulan 98 (48,27%) akseptor dan suntik KB 3 bulan 105 (51,72%) akseptor.
Dari survey awal yang dilakukan terhadap 10 responden terdapat 7 (70%) responden yang berpengetahuan kurang dan 3 (30%) responden yang berpengetahuan cukup tentang pemilihan alat kontrasepsi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dan banyaknya alat atau cara pemilihan alat kontrasepsi. Karena mengingat adanya keterbatasan waktu, maka peneliti membatasi penelitian pada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti menetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kontak Pertama Kali dengan Tenaga Kesehatan (K1) di BPS


KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KONTAK PERTAMA KALI DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) DI BPS

ABSTRAK

Angka kematian maternal dan neonatal di indonesia masih tinggi sekitar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Maka dicanangkan making pregnancy safer (MPS) dan meningkatkan pelayanan dalam pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk memantau kehamilan dan mendeteksi secara dini adanya resiko dalam kehamilan, sehingga diharapkan adanya pengetahuan dalam pemeriksaan kehamilan bagi kehamilan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten ...............
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi semua ibu hamil di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten .............. dan jumlah sampel 30 responden. Dengan menggunakan teknik Probability Sampling dengan Simple Random Sampling dan data dikumpulkan melalui data primer.
Hasil penelitian dari 30 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan (K1) sebanyak (56,7%) dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai usia kehamilan sebanyak (86,7%).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah meskipun responden memiliki pengetahuan kurang, tetapi melakukan pemeriksan kehamilan sesuai usia kehamilan. Untuk menyempurnakan lebih lanjut disarankan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan kepada masyarakat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil, K1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nanti, tetapi juga dapat menjadi kegelisahan dan keprihatinan. Pembicaran secara efektif kepada ibu dan keluarganya dapat membantu membangun kepercayaan kepada petugas kesehatan.
Didalam kehamilan diperlukan pengawasan atau pemeriksaan secara teratur atau yang lebih dikenal dengan Antenatal Care (ANC). ANC merupakan bagian terpentig dari kehamilan. Dengan memeriksakan secara teratur diharapkan dapat mendeteksi lebih dini keadaan-keadaan yang mengandung risiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu maupun janin ( Prawirohardjo S, 2002 ).
Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkn pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau diposyandu. Kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) Adalah Kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dengan standart 7T. Sedangkan kunjungan ibu hamil yang keempat ( K4 ) Adalah Kontak ibu yang keempat atau lebihdengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Hubungan K1 dan K4 secara langsung adalah jika ibu memeriksakan kehamilannya yang pertama kali dan kontak ibu yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan hubungannya adalah dapat memantau kemajuan kehamilan, mangenali sejak dini adanya ketidak normalan atau komplikasi pada ibu dan janin.
Tujuan K1 Adalah Untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, Mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kelahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya ( JHPIEGO, 2001 ).
Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu terjadi kehamilan yaitu ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melaksanakan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4x. Satu kali kunjungan pada trimester I, Satu kali kunjungan pada trimester II dan dua kali kunjungan pada trimester III ( Prawirohardjo S, 2002 )
Kebanyakan mereka harus menyadari bahwa mereka sedang hamil sewaktu kehamilan mereka sudah berusia 1 sampai 2 bulan. Dan disaat mereka memeriksakan diri ke dokter biasanya kehamilannya sudah berusia 2 atau 3 bulan, 3 bulan pertama kehamilan adalah masa yang sangat penting. Banyak hal-hal penting terjadi sebelum anda menyadari bahwa anda hamil atau sebelum anda pergi ke dokter.
Pada tahun lalu angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi sekitar 248 per 100.000 kelahiran hidup ( SDKI, 2007 ) . Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian tersebut, pemerintah mencanangk target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan pemerintah mencanangkan making pregnancy safer yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang efektif. Selain itu upaya intervensi strategis dalam pendekatan safe motherhood yang terdiri dari 4 pilar yaitu :
a. KB ( Keluarga Berencana )
b. Pelayanan Antenatal
Untuk mencegah adanya komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi di deteksi sedini mungkin.
c. Persalinan yang aman
d. Pelayanan Obstetri esensial
Memastikan bahwa pelayanan obstetric untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedi bagi ibu hamil yang membutuhkan. ( Prawirohardjo S, 2007 )
Pelayanan antenatal sebagai pilar ke-2 merupakan asuhan yang memberikan untuk ibu sebelum kelahiran. Pengawasan sebelum lahir terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik, sehingga dapat mentoleransi respon baik selama kelahiran.
Angka kematian ibu merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu Negara. Bila angka kematian ibu masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik, Sebaliknya bila angka kematian ibu rendah berarti pelayanan kesehatan ibu menunjukkan ada peningkatan.
Menurut data dari BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... .............. kunjungan pemeriksaan ibu hamil ( K1 ) Dilihat dari cakupan K1 sebesar 23% Dari target 65%.Karena kunjungan pemeriksaan ibu hamil trimester I tahun 2008 masih kurang teratur, Dilihat dari cakupan K1 sebesar 23% dari target 65% sehingga terdapat kesenjangan 42%. Karena factor ekonomi ibu tidak melakukan ANC (Laporan kohort ibu ).
Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang secara ilmiah dan mendasari dalam mengambil keputusan rasional dan efektif dalam menerima perilaku baru yang akan menghasilkan persepsi yang positif dan negative. ( Nursalam, 2001 ). Dengan banyak pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan ibu menjadi banyak tahu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa factor penyebab antara lain : faktor pengetahuan, factor pendidikan, factor usia, dan factor ekonomi ( Nursalam, 2001 ) Bila ibu hamil tidak tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Tidak terdeteksi secara dini adanya komplikasi selama kehamilan, ibu tidak mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan ibu tidak mengetahui tafsiran persalinannya ( Syaifuddin, 2000 )
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ).
B. Batasan Masalah
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kesadaran ibu hamil dalam pemeriksaan ANC khususnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) peneliti membatasi penelitian dari faktor tingkat pengetahuan ibu hamil saja di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ' Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) ?'
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) Di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil terhadap kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan (K1) di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
b. Mengidentifikasi kontak pertama kali ibu hamil dengan tenaga kesehatan di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan trimester I sehingga mampu melakukan intervensi dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan trimester I secara efektif.
2. Bagi STIKES
Sebagai informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan kebidanan dan kesehatan.
3. Bagi Masyarakat Desa ...... Kecamatan ...... ..............
Sebagai informasi kesehatan yang benar serta meningkatkan kemauan dalam pemeriksaan antenatal.
4. Bagi BPS ... .........
Sebagai informasi dan solusi untuk mengatasi adanya keterkaitan antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC dengan pemeriksaan kehamilan trimester I, sehingga diharapkan dapat meningkatkan cakupan kunjungan pemeriksan kehamilan trimester I Di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KONTAK PERTAMA KALI DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kontak Pertama Kali dengan Tenaga Kesehatan (K1) di BPS

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan dengan Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesarea

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RISIKO PERSALINAN DG SIKAP IBU HAMIL MEMILIH PERSALINAN SECARA SECTIO CAESAREA

ABSTRAK

Masa lalu, melahirkan secara sectio caesaria menjadi hal yang menakutkan karena berisiko kematian. Saat ini proses melahirkan secara sectio caesaria di duga bukan karena indikasi medis, namun dipicu oleh faktor non medis. Angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada persalinan sectio caesaria dibanding persalinan normal, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukannya sectio caesaria.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria di RS Bunda .............
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, berdasarkan waktunya penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian cross sectional, sedangkan menurut analisa data penelitian ini merupakan deskriptif analitik yaitu mendiskripsikan / menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang risiko persalinan dengan keputusan memilih persalinan secara sectio caesaria .sampel yang digunakan ada 30 sampel ibu hamil yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling.
Dari analisa data didapatkan sebagian besar ibu hamil pengetahuannya baik( 66,7 % ) dan sebagian besar ibu hamil yang berpengetahuan baik lebih memlih persalinan normal ( 63,3 % ) bila dibandingkan dengan persalinan sectio caesaria. Dan ternyata didapatkan adanya hubungan yang bermakna antar pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan sukap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria.
Kesimpulan yang dapat ditarik pengetahuan ibu hamil sangat penting untuk dapat menentukan proses persalinan yang tepat, karena semakin baik pengetahuan ibu tentang risiko persalinan semakin besar pula sikap ibu untuk memilih persalinan normal yang risikonya lebih rendah dari persalinan sectio caesaria
Kata Kunci : Pengetahuan, Risiko Persalinan, Sikap Ibu Hamil

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi Caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesaria, yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut ( kasdu, 2003 )
Pada masa lalu, melahirkan dengan sectio caesaria menjadi hal yang menakutkan karena berisiko kematian. Oleh karena itu, pembedahan hanya dilakukan jika persalinan normal dapat membahayakan ibu dan janinnya. Seiring dengan berjalannya waktu serta berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan, pandangan tersebut kemudian bergeser. Kini sectio caesaria kadang menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Bahkan bagi sekelompok orang, sectio caesaria dianggap sebagai alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan secara sectio caesaria daripada persalinan alamiah, meskipun tanpa indikasi medis. ( kasdu, 2003)
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah ( permata, 2002 ). Ibu hamil dalam merencanakan proses persalinannya memerlukan suatu informasi yang benar, sehingga ibu mempunyai gambaran tentang kehamilan serta proses persalinan. Dari informasi dan gambran tersebut, diharapkan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan manapun. Pengetahuan ibu tentang keadaan kehamilan dan persalinan yang akan dilakukan, memungkinkan untuk mempersiapkan fisik dan mental, sehingga ibu dapat memilih proses persalinan yang tepat dan aman.
Saat ini persalinan dengan sectio caesaria bukan hal yang baru lagi bagi para ibu dan golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini terbukti meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesaria di Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesaria (kasdu, 2003). Peningkatan persalinan dengan sectio caesaria ini disebabkan karena berkembangnya indikasi dan makin kecilnya risiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan teknik operasi anastesi serta ampuhnya anti biotika (mochtar, 1998).
Dampak dan risiko kesehatan pasca sectio caesaria ini cukup berarti seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius dan kematian ( www. Human Medicine. Com, 2009 ). Lebih dari 85 % sectio caesaria disebabkan karena adanya riwayat sectio caesaria sebelumnya, distosia persalinan, gawat janin dan presentasi bokong. Angka mortalitas ibu pada sectio caesaria elektif adalah 2,8 % sedangkan untuk sectio caesaria emergensi mencapai 30 % ( pangastuti, 2003 )
Menurut Bensons dan Pernolls cit. Adjie ( 2005 ) angka kematian secara sectio caesaria adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu. Frigeletto 1980 melaporkan, di Boston Hospital for women angka kematian ibu nol pada 10.231 kasus. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada persalinan dengan sectio caesaria dibandingkan persalinan pervaginam, karena ada peningkatan resiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukan sectio caesaria ( www.infoibu.com, 2009 )

I.2. Identifikasi Masalah
Penelitian ini akan dilakukan di RS Bunda yang terletak di kec. Benowo kel. Sememi ........... barat tepatnya di jalan raya kandangan 23-24. fasilitasnya terdiri dari ruang UGD 24 jam, poli spesialis anak, poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis bedah, poli kebidanan dan kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis jantung, radiologi, poli ortopedi, poli THT, dan poli syaraf. Di lihat dari letak geografisnya RSU Bunda ........... berada di daerah industri yang mana sebagian besar penduduknya adalah pekerja pabrik dan pedagang. Kehidupan sosial budaya masyarakat mayoritas beragama islam, ditinjau dari segi perekonomian pasien yang berkunjung ke RSU Bunda ........... dari kelas ekonomi bawah, menengah dan atas.
Berdasarkan data survey awal yang didapatkan dari laporan persalinan VK RS Bunda ........... pada bulan Januari - Juni 2009 didapatkan angka persalinan sectio caesaria sebesar 298 kasus ( 55 %), persalinan sectio caesaria karena KPD 80 kasus ( 26 %), persalinan sectio caesaria tanpa indikasi medis 30 kasus ( 10 % ) dari 540 total persalinan. Dan dari 3 ibu hamil yang kebetulan memeriksakan diri ke RS Bunda saat pengumpulan data didapatkan 2 orang ibu hamil ( 6,6 % ) yang tahu banyak tentang risiko persalinan sectio caesaria lebih memilih persalinan normal, sedangkan 1 orang ibu hamil ( 3,4 % ) dengan pengetahuan yang kurang tentang risiko persalinan sectio caesaria. lebih memilih persalinan sectio caesaria dengan pertimbangan tertentu, maka berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan sectio caesaria dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria.

I.3. Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan Dengan Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesaria di RS Bunda ...........?

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RISIKO PERSALINAN DG SIKAP IBU HAMIL MEMILIH PERSALINAN SECARA SECTIO CAESARIA
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
PLUS PRESENTASI DAN PROPOSAL+PRESENTASI PROPOSAL
Baca Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan dengan Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesarea

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan tentang Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester III di Puskesmas


KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan ibu dan anak amat menentukan untuk tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat. Dewasa ini, kita dihadapkan pada masih tingginya angka kematian ibu dan kematian anak dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN yang menuntut tenaga kesehatan terutama di bidang kebidanan, agar mampu berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan . ( Salmah et al , 2006 ).
Kehamilan dan melahirkan menimbulkan risiko kesehatan yang besar, termasuk bagi perempuan yang tidak mempunyai masalah kesehatan sebelumnya. Kira-kira 40 % ibu hamil mengalami masalah kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan 15 % dari semua ibu hamil menderita komplikasi jangka panjang yang mengancam jiwa bahkan sampai menimbulkan kematian. ( Wiknjosastro, 2002 ).
AKI sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang paling utama. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Di Negara miskin sekitar 25 % - 50 % kematian WUS ( Wanita Usia Subur ) disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya ( Saifudin et al, 2002 ; 2 )
Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan , preeklampsi / eklampsi dan infeksi ( Wiknjosastro, 2002 ). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar seperti rendahnya status wanita, ketidakberdayaannya dan taraf pendidikan rendah ( Saifudin et al 2002 ; 6 ). Nampaknya kondisi diatas dipengaruhi pula oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai komplikasi / penyulit pada masa kehamilan ( Wiknjosastro , 2002 )
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama kehidupannya. Lebih dari 50 % kematian di Negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah ( Saifudin et al ,2002 ; 3 )
Jumlah kematian ibu di Kabupaten ......... selama tahun 2008 adalah 65 orang dari 43.434 lahir hidup. Kematian ibu akibat perdarahan 16 orang, eklampsi 13 orang, infeksi 3 orang, lain- lain 33 orang ( Dinkes, 2008 ).
Pemerintah Indonesia sangat serius dalam menekan AKI dan AKB yang mempunyai target tahun 2010 menurunkan AKI menjadi 150/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/ 1000 kelahiran hidup dengan menggunakan progam MPS ( Making Pregnancy Safe ) melalui tiga pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap Wanita Usia Subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran ( Dirjen Binmas Depkes 2001)
Pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan sangat membantu menurunkan AKI, karena dengan mengetahui tanda bahaya pada kehamilan seorang ibu hamil akan lebih cepat mencari tempat pelayanan kesehatan sehingga risiko pada kehamilan akan dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini. Di Puskesmas ............ sendiri pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan masih kurang, sehingga risiko pada kehamilan tidak dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini.
Berdasarkan studi pendahuluan, walaupun ibu hamil sudah mendapatkan buku KIA yang salah satu halamannya berisi pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan, namun pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan masih kurang karena faktor pendidikan juga dianggap berpengaruh pada kemampuan ibu hamil untuk membaca dan memahami isi dari buku KIA. Dari 5 bidan yang ada di puskesmas ............, tidak semua bidan memberikan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan dengan alasan jumlah ibu hamil yang periksa banyak dan memerlukan waktu yang lama sehingga tidak semua ibu hamil mendapatkan penjelasan dan mengetahui tentang tanda bahaya pada kehamilan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas , maka penulis menemukan masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
c. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan pengetahuan tentang tanda
bahaya pada kehamilan trimeseter III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis :
Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk membantu program KIA dalam menurunkan AKI dengan mengenalkan tanda bahaya pada kehamilan sehingga risiko pada kehamilan dapat terdeteksi dan tertangani sedini mungkin.
2. Manfaat Teoritis :
a. Sebagai upaya memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang tanda bahaya pada
kehamilan trimester III.
c. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya , dokumentasi dan sebagai
tambahan pustaka.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III karena tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III masih kurang dan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... pada tanggal 30 Maret – 23 Mei 2009. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan tentang Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester III di Puskesmas

Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN SEKSIO SESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertolongan operasi persalinan merupakan tindakan dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu maupun bayi. Bahaya persalinan operasi masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ( I.G.B. Manuaba, 1998 ).
Persalinan seksio sesarea dilakukan pada faktor kehamilan dengan risiko tinggi sehingga persalinan tersebut mengakibatkan gangguan pada janin atau bayi baru lahir, dan juga perlu di ingat tindakan seksio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun anak, oleh sebab itu seksio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa.
Melakukan bedah caesar untuk persalinan merupakan fenomena yang saat ini meluas di kota-kota besar di Indonesia. Beragam alasan melatarbelakangi semakin banyaknya ibu yang memilih persalinan dengan bedah caesar. Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM menjelaskan bahwa persalinan caesar di rumah sakit pemerintah saat ini sekitar 11 – 15 % sementara di rumah sakit swasta dapat mencapai 30 – 40 %. Mengingat hal tersebut maka dalam melakukan tindakan operasi diperhatikan pedoman “primum non norece “ yaitu artinya operasi tersebut tidak menambah beratnya penderitaan dan cacat baik bagi ibu maupun bayinya ( I.G.B, Manuaba, 1996 ).
Karena persalinan dengan bedah caesar sangat tinggi risikonya terhadap bayi baru lahir yaitu kematian bayi, risiko gangguan pernafasan bayi, risiko trauma bayi dan risiko gangguan otak. Risiko yang dialami bayi baru lahir terkait persalinan dengan caesar adalah 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan persalinan normal ( Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
Menurut Anne Hansen dari Aarhus University Hospital, Denmark, mengatakan bahwa bayi yang lahir dengan seksio sesarea memiliki risiko lebih tinggi pada sistem pernafasan kemungkinan berkaitan dengan perubahan fisiologi akibat proses kelahiran. Proses kelahiran dengan seksio sesarea memicu pengeluaran hormon stres pada ibu yang diperkirakan menjadi kunci pematangan paru-paru bayi yang terisi air sehingga bayi lahir mengalami asfiksia. Asfiksia sendiri adalah kegagalan bayi untuk bernafas dan mempertahankannya. Selain dapat menimbulkan kematian, jika terlambat ditangani asfiksia bisa mengakibatkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, dan cacat oatak.
Menurut dr. Wayan Retayasa, SpA (K) dari RS Wangaya Bali,Angka Kematian Bayi akibat asfiksia di tingkat nasional berkisar 3 % dari 100 juta bayi yang lahir di negara berkembang sehingga perlu penanganan yang benar agar tidak menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya di kemudian hari. Sementara sekitar 900.000 bayi di Indonesia lahir dengan asfiksia dan merupakan penyebab nomor dua kematian bayi. Sedangkan berdasarkan presentasi dari tim DTPS-KIBBLA kota .......... tertera gambaran singkat mengenai AKB, dimana AKB terdapat 32 kasus yaitu 16 kasus dikarenakan asfiksia, 1 kasus karena tetanus neonatorum, 2 kasus infeksi dan 13 kasus sisanya karena berbagai macam faktor. Menurut Helen Varney 2007, kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah dari faktor persalinan dengan tindakan yaitu persalinan dengan seksio sesarea. Hansen dan koleganya mempublikasikan British Medical Journal Online 11 desember 2007, yang meneliti lebih dari 34.000 kelahiran di Denmark. Mereka menemukan hampir 4 kali peningkatan risiko kesulitan bernafas pada bayi-bayi yang dilahirkan secara seksio sesarea. Sedangkan menurut Helen Varney 2007, neonatus yang dilahirkan dengan seksio sesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami gangguan pernafasan yang lebih persistan. Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan untuk keluar dari saluran pernafasan. Sander 1978 menemukan bahwa tekanan yang agak besar seiring dengan ditimbulkan oleh kompresi dada pada kelahiran pervaginam dan di perkirakan bahwa cairan paru-paru yang didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional. Jadi, pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama 6 jam pertama setelah lahir ( Milner dkk, 1978 ). Kompresi toraks yang menyertai kelahiran pervagainam dan ekspansi yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor penyokong pada inisiasi respirasi ( Obstetri Williams edisi 21, 2005 ).
Dari studi pendahuluan Di Rumah Sakit ................. pada tahun 2005 terdapat 741 bayi yang dilahirkan dengan persalinan seksio sesarea. Dari persalinan seksio sesarea terdapat 39 bayi yang mengalami asfiksia. Sedangkan periode bulan Agustus sampai September 2009 terdapat 184 kelahiran, dimana kelahiran seksio sesarea sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan sisanya kelahiran dengan tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara seksio sesarea terdapat 8 bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan pada 52 kelahiran normal terdapat 2 bayi yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
Bila dilihat dari angka kejadian diatas, asfiksia pada bayi baru lahir masih cukup tinggi, dimana kejadian asfiksia tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor persalinan dengan tindakan yaitu dengan seksio sesarea. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “ Adakah hubungan antara kelahiran seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir ?”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kelahiran seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit ..................
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kejadian persalinan seksio sesarea di RS. .................
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS. .................
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS. .................

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dan berkepentingan.
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam penanganan bayi risiko tinggi, terutama penanganan asfiksia yang disebabkan karena persalinan dengan seksio sesarea yang merupakan penerapan ilmu dari materi kuliah yang sudah didapatkan serta merupakan pengalaman pertama dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
1.4.2 Bagi Profesi
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam penanganan bayi risiko tinggi, terutama penanganan asfiksia yang disebabkan karena persalinan seksio sesarea.
1.4.3 Bagi IPTEK
Menambah kajian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya Neonatologi serta memacu untuk penemuan tehnik penanganan dan perawatan pada bayi yang lahir yang lebih efektif dan efisien.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat bisa memahami tentang bahaya dari asfiksia pada bayi baru lahir serta memahami proses masa transisi bayi setelah proses persalinan khususnya persalinan dengan seksio sesarea.

1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 : Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan
Bab 2 : Menguraikan tentang tinjauan pustaka, konsep dasar seksio sesarea dan konsep dasar asfiksia pada bayi baru lahir
Bab 3 : Menguraikan tentang kerangka konseptual dan hipotesis
Bab 4 : Menguraikan tentang jenis dan rancang bangun penelitian, kerangka kerja, lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian.
Bab 5 : Menguraikan tentang hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan pembahasan
Bab 6 : Menguraikan tentang simpulan dan saran
Daftar Puataka

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN SEKSIO SESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber