Cari Blog Ini

ADAPTASI FISIK DAN PSIKIS POST PARTUM

Post partum adalah masa dimana tubuh menyesuaikan diri baik fisik maupun psikologis thd proses melahirkan. Dimulai satu jam setelah melahirkan sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna.
Tujuan pengawasan adaftasi fisiologis dan psikologis pada klien post partum adalah :
1.Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
2.Meningkatkan istirahat dan kenyamanan klien
3.Meningkatkan hubungan bagi ortu
4.Memberikan kesempatan kepada ortu untuk memelihara bayinya
5.Klien dapat merawat diri sendiri dan bayinya secara efektip

ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS POST PARTUM
A.Adaptasi Fisiologis
Masa post partum dibagi tiga tahap :
1.Periode immediate post partum/kala IV ( dalam 1 jam pertama )
2.Periode early post partum ( minggu pertama )
3.Periode late post partum ( minggu kedua sampai keenam )

Potensial bahaya kebih sering terjadi pada periode immediate dan early post partum yaitu resiko terjadinya syok hipovolemia dan hemorrhage.Pada jam-jam dan hari-hari pertama setelah melahirkan hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis. Berat badan turun 7-8 kg, yaitu 5-6 kg karena lahirnya bayi, placenta dan air ketuban , 2 kg karena diuresis.

Adaptasi fisiologis tdd :
1.Tanda Vital
Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya.

2.Sistem Cardiovaskuler
a. Tekanan Darah
b. Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada panggul.
c. Berkeringat dan menggigil
d. Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti.
Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.
e. Komponen Perkemihan
f. Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan.
Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg tidak sempurna dari kandung kemih. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan buang air kecil 2 hari pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami penurunan BB 2,5 kg pada periode early post partum

Hematuria pada early post partum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu persalinan, selanjutnya dapat terjadi infeksi pada saluran perkemihan. Asetonuria dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama.
4.Sistem Endokrin
Estrogen, progesteron dan kadar prolaktin menurun dengan cepat.
Kadar prolaktin pada yang meneteki akan meningkat k/ rangsangan isapan bayi.
Pada ibu yg meneteki menstruasi terjadi pada minggu ke 36 post partum, sedangkan yg tdk meneteki pada minggu ke 12 post partrum.

5.Sistem pencernaan
Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal ini disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada perineum.

6.Sistem musculoskeletal
Otot-otot abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum.
Peregangan otot-otot pada dinding perut adalah pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering lembek dan kendor. Akan kembali dalam ±6 minggu post partum.kurang lebih


Dengan latihan pengembalian otot-otot kekeadaan semula akan lebih cepat.

6.Organ Reproduksi
a. Involusi uteri
-Involusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat.
-Dalam 2 minggu kembali lagi ke rongga panggul dalam 6 minggu.

12 jam setelah melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat, dalam 5-6 minggu kembali kedalam ukuran tidak hamil.

Penurunan uterus tergantung dari besarnya sel bukan dari banyaknya sel
b. Involusio tempat menempelnya placenta
Diameter area tempat placenta ± 8-9 cm. Perdarahan ditempat tsb dapat berhenti k/ tekanan pada jarinngan oleh kontraksi otot-otot uterus. Biasanya jaringan mengalami nekrosis dan lepas dalam waktu ± 6 minggu setelah melahirkan.

Proses tsb mengakibatkan tidak terjadi luka parut pada endometrium, yg dapat membatasi untuk implantasi berikutnya.
Kegagalan atau kelambatan penyembuhan dari tempat menempelnya placenta didebut “sub involusi tempat menempelnya placenta” dapat menyebabkan pengeluaran lokhea terus menerus, perdarahan pervagina tanpa nyeri.

d. Perubahan pada vagina
Kongesti pada dinding vagina berakibat sampai beberapa hari, rugae vagina mulai kembali dalam 3 minggu( tidak kembali seperti semula ). Labia mayora dan minora tampak teregang dan tidak licin.

e. Perubahan pada perineum
Bila dilakukan episiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa atau dg episiotomi perineum mengalami edema dan kelihatan agar memar pada early post partum.

f. Afterpains
Umumnya terjadi pada multipara atau uterus yg sangat diregangkan seperti pada kelahiran kembar, dimana tonus uterus secara umum kurang baik, terjadi kontraksi uterus yg intermiten ( mirip dengan kram saat menstruasi ). Afterpains tidak dialami oleh primipara k/ tonus uterus masih baik.

B. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Menjadi ortu merupakan suatu krisis dan melewati masa transisi.

Masa transisi yg pada post partum yg harus diperhatikan oleh perawat adalah fase honey moon

Fase honey moon adalah fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal tsb dapat dikatakan sbg psikis honey moon, dimana tidak memerlukan hal-hal yang romantis secara biologis. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru.

Ikatan kasih ( bondingn & attachment ) terjadi pada kala IV, dimana diadakan antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih.

Perubahan psikologis selama post partum menurut Rubin (1977) tdd :
1.Fase Taking In ( Periode tingkah laku ketergantungan )
Perhatian klien terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung selama 1-2 hari. Klien tidak mengingninkan kontak dg bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yg diperlukan klien adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.

2.Fase Taking Hold ( Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )
Klien berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian lebih kepada kemampuan mengtasi fungdi tubuhnya, misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai aktifitas ; duduk, jalan, dan keinginan untuk belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan bayinya.
Baca Selengkapnya - ADAPTASI FISIK DAN PSIKIS POST PARTUM

SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI

Perkembangan biologis antara laki – laki dan perempuan ditentukan sejak masa konsepsi. Janin perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua. Janin laki – laki mempunyai kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Sejak tujuh minggu masa depan konsepsi, organ seksualitas laki – laki mulai terbentuk karena pengaruh hormon estrogen. Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan mulai terbentuk karena kurangnya testeteron, bukan karena adanya hormone esterogen.
I. Sel telur ( Ovum )
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge. Menurut umur wanita, jumlah oorganisme adalah :
a. Bayi baru : 750.000
b. Umur 6 – 15 tahun : 439.000
c. Umur 16 – 25 tahun : 159.000
d. Umur 35 – 45 tahun: 34.000
e. Masa menaupose : semua hilang.
Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :
a. Oogonia
b. Oosit pertama ( Primary Oocyte )
c. Primary ovarian fillicel
d. Liquor folliculi
e. Pematangan pertama ovum
f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur
II. Sel mani ( Sperma )
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti ( nucleus ), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor sperma kira – kira 10x bagian kepala. Jumlah sperma yang dikeluarkan sekali membuahi berjuta – juta sel mani yang keluar.
Secara embrional, spermatogonium berasal darisel primitive tubilus testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ) :
a. Spermatogenium, membelah dua
b. Spermatosid pertama, membelah dua
c. Spermatosid kedua, membelah dua
d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e. Spermatozoon ( sperma )
III. Pengertian Konsepsi
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi :
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum.
Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3 – 4 hari didalam saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum hanya bisa hidup selam 12 – 24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indicator ovulasi yang paling kuat adalah status lender serviks yang menjadi transparan, licin, dan banyak ( Flynn, 1992 ). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya menurun ( Norman, 1986 ). Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera setelah ovulasi.
Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi ( berlangsung kurang lebih 7 jam ). Pada proses ini membrane sperma menjadi rapuh ( fragile ) dan melepaskan enzim hidrolitik dari akrosom ( lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma ). Enzim ini ( hialuronidase dan proteinase ) harus mencerna korona radiata dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membrane ovum. Walaupun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum. Segera setelah satu sprema memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula – mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membrane ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluar dari ovum.
Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma perifer, sementara nucleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma menjadi membengkak dan saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu “ kumparan “ diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah fertilisasi ( pembuahan ) terjadi.
Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam ovulasi. Koitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya.
Metode berukit dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :
a. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1 keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian tidak mungkun dilakukan.
b. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam 24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang – kadang terjaid akibat dari pemberian obat misalnya aspirin.
c. Perubahan mucus serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas ) sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk memperhatikan hal ini.
IV. Tahap – Tahap Perkembangan Janin
a. Tahap perkembangan janin minggu 1 – 4
Minggu pertama :
• Stadium 1 : seltelur yang dibuahi
• Stadium 2 : hari ke 2 – 3, pembentukan alur. Diferensiasi menjadi sel – sel luar dan dalam pembelahan sel pertama langsung beralih kestadium kedua buah sel sementara diangkut menjadi saluran telur.
• Stadium 3 : blastokista bebas menjadi senyawa sehingga jumlah sel menjadi 32 – 58 buah dimulai pembentukan rongga blastokista. Hari ke 4 – 5 blatokista bebas. Embrioblast dan trofoblast rongga blatokista dilanjutkan dengan nidasi yang berlangsung selama kurang lebih satu minggu.
Minggu kedua : Implantasi
• Stadium 4 : implantasi blatokista dan krucut implantasi dalam selpaut lendir rahim.
• Stadium 5 : masuknya blatokista kedalam selaput lendir sampai awal peredaran uteroplasenta.
Minggu ketiga : blatokista trilaminar
• Stadium 6 : pembentukan mesoderm ekstra embrional dan reorganisasi rongga – rongga embrional dan terbentuk garis sederhana.
• Stadium 7 : timbauan korda
• Stadium 8 : terusan aksial
• Stadium 9 : lipatan kepala mulai terbentuk, jantung mulai berdenyut dan jonjot – jonjot karion mulai terapung bebas dalam darah ibu.
Minggu keempat :
• Perkembagan bentuk badan, mencakup stadium 10 – 13 pada awal minggu ke 4 jantung berdenyut, peredaran darah berfungsi, bumbung saraf menutup. Embrio melipatkan diri lepas dari kandung kuning telur.
• Diakhir minggu ke 4 gestasi, sel – sel embrio tumbuh dengan cepat tapi belum menyerupai manusia sesungguhnya.
• Perkembangan minggu ke 4 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 0,75 – 1 mm ; berat 400 mg
- Pembentukan korda spinalis dan mulai menyatu digaris tengah back bant ( kepala menyentuh ekor ).
- Jantung mengalami rudimeter, tampak seperti gumpalan dipermukaan anterior.
- Gumpalan mirip lengan dan kaki
- Mata, telinga dan hidung mengalami rudimenten.
b. Tahap perkembangan janin minggu ke 5 – 8 : organogenesis
• Satium 14 : miotom – miotom
Panjang 5 – 7 mm, usia 31 – 35 hari, alur lensa menenggelamkan kedalam cawan mata. Duktus endolimfatikus bertunas keluar dari gelembung telinga. Lengkung kepala dan lengkung temgkuk sangat menonjol.
• Stadium 15 : topografi pembuluh – pembuluh darah
Panjang 7 – 9 mm, usia 35 – 38 hari, ectoderm menutup diatas gelembung lensa. Tepek penghidu membenankan diri menjadi suatu alur kecil. Terbentuk tepek telingga.
• Stadium 16 : tonjolan – tonjolan wajah
Panjang 8 – 11 mm, usia 37 – 42 hari. Pada embrio yang tidak difiksasi sudah mengalami pigmentasi. Benjolan – benjolan telinga tampak jelas. Sinus serviklis menutup. Telapak tangan amat jelas, telapak kaki samara – samar.
• Stadium 17 : gelembung – gelembung telenfesalon.
• Stadium 18 – 19 : bentuk yang kuboid.
• Stadium 20 : tangan pada sikap pronasi. Kerangka tulang rawan dan susunan otot.
• Stadium 23 : histologi. Pengolahan bertahap pada kepala.
• Diakhir minggu ke 8 gestasi, organogenesis telah lengkap.
• Perkembangan pada minggu ke 8 gestasi mencekup yang berikut :
- Panjang 2,5 cm ; berat 20 gram
- Jantung mulai berdenyut disertai adanya katup dan septum.
- Gambaran wajah dapat dilihat.
- Ekstremitas terbentuk.
- Ekor mengalami retrogesi, abdomen kencang dan kantung gestasional kelaminnya.
• Minggu ke 12 :
- Panjang 7 – 9 cm
- Berat 45 gram
- Terjadi gerakan janin spontan.
- Reflek babinski positif.
- Pembentukan lempeng osifikasi.
- Jenis kelamin bisa dibedakan dari tampilan luar.
- Sekresi ginjal dapat dimulai : urin belum terdapat di cairan amnion.
- Denyut jantung dapat di dengar melalui doppler
• Minggu ke 16 :
Diakhir minggu keenam belas gestasi janin menelan cairan amniotonic dengan aktif.
- Gestasi mencakup :
o Panjang 10 -17 cm.
o Berat 55 – 120 gram
o Quickening
o Antibody mulai di produksi
o Rambut mulai terbentuk
o Mekonium terdapat di usus bagian atas
o Terbentuk lemak coklat
o Pola tidur dan aktifitas dapat dibedakan.
• Minggu ke 24 :
Ketika janin mencapai usia 24 minggu, atau beratnya mencapai 601 gram, mereka telah mencapai batas usia viabilitas jika kelahiran mereka ditangani di fasilitas pelayanan modern.
- Gestasi mencakup yang berikut :
o Panjang 28 – 36 cm
o Berat 550 gram
o Antybody pasif ditransfer dari ibu kejanin
o Terdapat ferniks kaseosa
o Mekonium terdapat direktum
o Produksi surfaktan mulai aktif
o Kelopak dan bulu mata sudah dapat dibedakan
o Kelopak mata sudah mulai terbuka dan pupil raktif.
c. Tahap perkembangan janin minggu ke 28 :
• Pembuluh darah retina rentan terhadap kerusakan akibat konsentrasi oksigen, ini menjadi pertimbangan penting pada saat merawat bayi dengan berat lahir rendah yang memerlukan oksigen.
• Perkembangan pada minggu ke 28 getasi mencakup yang berikut :
- Panjang 35 – 38 cm
- Berat 1200 gram
- Alfeolus paru matang
- Terbentuk surfaktan dicairan amnion
- Testis turun ( pada pria )
d. Tahap perkembangan janin minggu ke 32 :
• Diakhir minggu ke 32 gesatasi janin mulai menetapkan diri pada posisi lahir.
• Perkembangan pada minggu ke 32 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 38 – 43 cm
- Berat 1600 gram
- Terdapat simpanan lemak subkutan
- Reflek moro aktif
- Terbentuk cadangan zat besi
- Janin mulai peka terhadap suara – suara dari luar kandungan
- Kuku jari memenuhi ujung – ujung jari.
e. Tahap perkembangan janin minggu ke 36 :
• Diakhir minggu ke 36 janin berada pada posisi verteks atau kepala berada dibawah
• Perkembangan pada minggu ke 36 gestasi mencakup sebagai berikut :
- Panjang 42 – 49 cm
- Berat 1900 – 2700 gram
- Terdapat simpanan glikogen, besi, karbohidrat dan kalsium
- Simpanan lemaksubkutan meningkat
- Lipatan plantar terbentuk 1 – 2
- Laguno menghilang
- Biasanya berada pada posisi verteks
f. Tahap perkembangan janin pada minggu ke 40 :
• Pada primipara, janin biasanya masuk kejalan lahir selama 2 minggu terakhir kehamilan yang membuat ibu merasa bahwa bayi siap lahir. Ini merupakan peringatan bahwa trimester ke 3 kehamilan sudah berakhir dan persalinan siap dimulai.
• Pada perkembangan minggu ke 40 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 48 – 52 cm
- Berat 3000 gram
- Ginjal janin aktif
- Verniks kaseosa terbentuk lengkap
- Plantar mulai banyak
- Kuku jari mulai panjang
V. Faktor – Faktor yang mempengaruhi :
1. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor, psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.
2. Masalah ovulasi
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi, area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH. FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar hipofisis.
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid ). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik,yang meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin dapat juga menggangu siklus normal.
Walaupun fungsi hormone dapat berada dalam keadaan normal, gangguan pada ovarium dapat mempengaruhi ovulasi. Misalnya kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistis atau kerusakan ovarium akibat endomestiotis atau riwayat pembedahan dapat menggangu siklus ovarium sehingga mempengaruhi fertilitas. Lebih lanjut lagi, dapat terjadi masalah pada produksi dan pelepasan ovum. Misalnya ovum yang dihasilkan dapat dilepas sebelum ovum tersebut benar – benar matur, atau ovum tersebut terus menerus mengalami defek.
Baca Selengkapnya - SIKLUS KESEHATAN WANITA PADA MASA KONSEPSI

ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA REPRODUKSI

MASA NIFAS :
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989).
Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu.
Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.

Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang terjadi adalah :
Sistem kardiovaskuler
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit, keadaan ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh reflek ortostatik hipertensi.

Perubahan sistem urinarius
Selama masa persalinan trauma pada kandung kemih dapat mengakibatkan edema dan mengurangi sensitifitas kandung kemih. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat peregangan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas.

Perubahan sistem gastro intestinal
Keadaan gastro intestinal kembali berfungsi ke keadaan semula setelah satu minggu post partum. Konstipasi terjadi akibat penurunan motilitas usus, kehilangan cairan tubuh dan rasa tidak nyaman di daerah perineum, penggunaan enema pada kala I dan penurunan tonus otot abdominal.

Keadaan muskuloskletal
Pada masa kehamilan otot abdomen meregang sedemikian rupa dikarenakan pembesaran uterus yang mengakibatkan otot abdomen melemas dan kendor sehingga teraba bagian otot-otot yang terpisah disebut diastasis recti abdominis.

Perubahan sistem endokrin
Perubahan sistem endokrin di sini terjadi penurunan segera kadar hormon esterogen dan progesteron. Hormon prolaktin pada masa laktasi akan meningkat sebagai respon stimulasi pengisapan puting susu ibu oleh bayi.

Perubahan pada payudara
Payudara dapat membengkak karena sistem vaskularisasi dan limfatik di sekitar payudara dan mengakibatkan perasaan tegang dan sakit. Pengeluaran air susu ke duktus lactiferus oleh kontraksi sel-sel mioepitel tergantung pada sekresi oksitosin dan rangsangan pengisapan puting susu oleh bayi.

Perubahan uterus
Involusi uterus terjadi setelah melahirkan. Tinggi fundus uteri pada saat plasenta lahir 1-2 jam setinggi 1 jari di atas pusat, 12 jam setelah melahirkan tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan sympisis, pada hari kesembilan uterus tidak teraba lagi. Bersama dengan involusi uteri ini teraba terdapat pengeluaran lokhea. Lokhea pada hari ke 1-3 berwarna merah muda (rubra), pada hari ke 4-9 warna coklat/pink (serosa), pada hari ke 9 warna kuning sampai putih (alba).

Perubahan dinding vagina
Segera setelah melahirkan dinding vagian tampak edema, memar serta rugae atau lipatan-lipatan halus tidak ada lagi. Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat melahirkan dan bila dilakukan episiotomi akan menyebabkan rasa tidak nyaman.

Adaptasi psikologi ibu
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan perawat adalah :

Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis.

Bonding attachment/ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orangtua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.

Perubahan fisiologis pada klien postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secaramenyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah :

”taking in”
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya, dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulia menerima penganlamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata, periode ini berlangsung 1-2 hari. Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses mengetahui/menemukan” yang terdiri dari :

Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan dengan yang diharapkan/diimpikan.
Relating (menghubungkan)
Ibu mengambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain

Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch”

Taking hold
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eleminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan ktetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Di sini juga klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatn seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunju-petunjuk yang harus idiikuti tentang bagaimana mengungkapkan dan bagaiman mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Pabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan/tugas yang teleh didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.

Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman maka ibu sudah masuk dalam tahap kedua ”maternal touch”, yaitu ”total hand contact” dan akhirnya pada tahap ketiga yang disebut ”envolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.

”Letting go”
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukkan tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.

Post partum blues
Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon esterogen dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas.


Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugasnya maka keadaan ini dapat menjadi serius yang dikenal sebagai post partum depresi.

Adaptasi psikologis ayah
Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah.
Adaptasi psikologis keluarga

Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi kakek/nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklan sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
Depresi dapat berlangsung berbulan-bulan, minim setelah berakhirnya masa nifas atau 40 hari.
Selain karena faktor hormonan, faktor psikososial bisa memicu terjadinya depresi. Sebenarnya gejala depresi cukup beragam, tapi biasanya ada tiga gejala utama yang menyertai. Yaitu perasaan sedih, tidak memiliki energi, dan tidak bisa merasakan kesenangan.

Gejala lain yang dapat timbul kemudian seperti susah tidur, perasaan putus asa dan bisa mempengaruhi nafsu makan. Dengan demikian, paling tidak dapat mengandalikan emosi dalam diri. Langkah ini, setidaknya dapat mengeliminir faktor resiko terjadinya depresi. Untk cara mengaatasinya bergantung berat ringan depresi. Depresi ringan dapat diatasi tanpa pengobatan. Biasanya akan pulih sendiri setelah 5-6 minggu. Sementara depresi berat bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan anti depresan.

Psikoterapi juga menjadi langkah penting demi pemulihan depresi. Tindakan supportive dan psikiater akan membantu meringankan beban penderita. Yaitu memdengarkan segala problem dan keluhan pasien. Kemudian menganalisa persoalan dan memberikan dukungan. Dukungan pertama terutama harus diberikan suaminya. Sebab orang lain terdekat pada saat itu adalah suaminya.
Di samping itu juga bisa dilakukan cognitive behavior teraphy untuk mengubah kognitif penderita. Dengan terapi ini diharapakan semua pandangan-pandangan pasien dapat kembali seperti semula.
Karena jika depersi paska persalinan ini tidak ditangani sejak dini bisa berkembang menjadi depresi berat. Repotnya untuk memulihkan bisa memakan waktu berbulan-bulan, selain itu bayi akan menjadi terlantar. Sebab perasaan tidak berdaya membuat ibu enggan memberikan ASI pada bayinya, padahal pemberian ASI saat baru lahir sangatlah penting.

Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
3. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (postpartum blues sering terlihat kira-kira tiga hari setelah melahirkan)
4. Eliminasi
Diuresis di antara hari ke-2 dan ke-5
5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan pada sekitar hari ke-3
6. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi di antara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira selebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlajut sampai hari ke-2-3, berlajut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal rekumben vs ambulasi berdiri) dan kativitas (misalnya menyusui)
8. Payudara
Produksi kolosterum 48 jam pertama, berlajut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dumilai.


Diagnosa keperawatan
1. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang proses /situasi menyusui, mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.
Intervensi :
Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan
Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga
Rasional :
Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan berhasil
Berikan informasi verbal dan tertulis mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khusus dan faktor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui
Rasional :
Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.
Rasional :
Posisi yang tepat biasanya mencegah luka puting, tanpa memperhatikan lamanya menyusui
Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat yang sesuai indikasi, misalnya Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Rasional :
Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional

Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis

Tujuan :
Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan
Intervensi :
Kaji respon emosional klien selam pranatal dan periode inpartum dan persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan
Rasional :
Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminim dan keunikan fungsi feminim serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi ibu dan menyusui
Anjurkan diskusi oleh klien/pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran
Rasional :
Membantu klien/pasangan bekerja malalui proses dan memperjelas realitas dari pengalaman fantasi
Keji terhadap gejala depresi yang fana (perasan sedih pasca partum) pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum (misalnya ansietas, mengangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk dan depresi ringan atau berat)
Rasional :
Sebanyak 80% ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasan emosi kecewa setelah melahirkan
Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang
Rasional membantu menkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres
Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir
Rasional :
Ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari
Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi atau keragu-raguan tentang kemampuan mejadi orang tua
Rasional :
Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukung menjadi orang tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas atau pelayanan perawat berkunjung
Rasional :
Kira-kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala-gejala yang menetap sampai satu tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut

Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber

Tujuan :
Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas/prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan-alasan untuk tindakan
Intervensi :
Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat kelelahan klien
Rasional :
Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan diri/bayi
Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar
Rasional :
Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi
Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene, perubahan fisiologis
Rasional :
Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional
Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasespi
Rasional :
Pasangan mungkin memerlukan penjelasan mengenai ketersediaan metode kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan minggu ke-6

Resiko terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif, memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan
Tujuan :
Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarah pada kerjasama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi
Intervensi :
Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain
Rasional :
Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap-tahap perkembangan
Anjurkan pertisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi
Rasional :
Flesibilitas dan sensitifitas terhadap kebutuhan keluarga membantu mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah pulang
Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode pascapartum
Rasional :
Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif
Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk anak-anak (sibling) tentang bayi baru lahir
Rasional :
Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan penggantian atau penolakan
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di komunitas
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan perkembangan anak
Baca Selengkapnya - ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA REPRODUKSI

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber