Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Keperawatan Gerontology. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keperawatan Gerontology. Tampilkan semua postingan

Kunjungan Lansia

Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional. Arahnya yaitu untuk mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional dan untuk mencapai Indonesia sehat secara keseluruhan pada tahun 2010 (Depkes RI, 2003).
Peningkatan derajat kesehatan ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia dari usia 52 tahun pada tahun 1980 menjadi usia 67 tahun pada tahun 2000 dan bila data ini diproyeksikan pada tahun-tahun yang akan datang, terlihat bahwa populasi lanjut usia di Indonesia akan meningkat dalam jumlah besar (DepKes RI, 2002).
Undang-undang kesehatan No.23 pasal 4 tentang hak dan kewajiban dijelaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, tidak terkecuali orang yang berusia lanjut salah satu hasil pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah meningkatnya umur harapan hidup. Sejalan dengan hal tersebut akan meningkat pula kelompok lansia di masyarakat. Berdasarkan sensus Biro Pusat Statistik tahun 1990 usia harapan hidup di Indonesia tahun 1971 untuk wanita 48,3 tahun untuk pria 46,6 tahun. Sedangkan tahun 1991 – 1995 diperkirakan meningkat menjadi 63,3 tahun untuk pria dan 66,6 tahun untuk wanita (Depkes RI, 2002).
Lansia yang jumlahnya semakin meningkat ini secara alami akan mengalami perubahan fisik, mental, dan psikososialnya. Menurut Survey Rumah Tangga (RT) tahun 1980 angka kesakitan pada usia 55 tahun ke atas adalah 25,75 dan diharapkan pada tahun 2000 angka ini menurun menjadi 12,3% Survei Kesehatan Nasional (SKN). Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 didapat angka kesakitan pada usia 55 tahun ke atas adalah 15,1% (Depkes RI, 2002).
Pertambahan jumlah lanjut usia di indonesia diprediksikan akan sama dengan balita, yaini kira-kira 19 juta jiwa atau 8,5% jumlah penduduk Indonesia dan akan diperkirakan akan mencapai 11% pada tahun 2020. Keadaan ini akan mempunyai dampak yang luas terhadap struktur sosial, ekonomi dan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia (Nurkusuma, 2003).
Setelah memasuki masa lansia umumnya orang akan mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, gigi banyak yang tanggal, kulit semakin keriput tulang makin rapuh (Zainuddin, 2004)
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan sercara berlipat ganda (multiple pathology). Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi tubuh, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain (Zainuddin, 2004).
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu penyelarasan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat melelahkan. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang (Aziz, 1999).
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu suatu pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek psikososial dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang menggunakan semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh (Azis, 1999).
Baca Selengkapnya - Kunjungan Lansia

Demensia Ancaman Kesehatan Terbesar Abad Ini

Irna Gustia - detikHealth "Cara mencegah pikun", "mengatasi pikun", "penyebab pikun", "pikun", "pikun di usia muda", "pikun pada lansia", "pikun adalah"


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Penyakit demensia atau pikun menjadi ancaman kesehatan terbesar di abad ini. Berbeda dengan penyakit parah lain seperti kanker yang masih bisa diobati, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan demensia.

Menurut dr Rizaldy Pinzon, Mkes, SpS dalam tulisannya didetikhealth, demensia adalah terminologi medis untuk pikun. Demensia menunjukkan adanya kemunduran yang terus menerus dari proses memori dan intelektual otak.

Data World Alzheimer Reports mencatat demensia akan menjadi krisis kesehatan terbesar di abad ini yang jumlah penderitanya terus bertambah.

Data terbaru menunjukkan, di tahun 2010 jumlah penduduk dunia yang terkena demensia sebanyak 36 juta orang dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan mencapai US$ 604 miliar (sekitar Rp 5.400 triliun).

Jumlah penderitanya diprediksi akan melonjak dua kali lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang dengan biaya yang harus dikeluarkan US$ 1,1 triliun (sekitar Rp 9.900 triliun). Kedua jumlah di atas merupakan 1 persen anggaran belanja global (GDP).

"Hanya dalam dua dasawarsa, jumlah orang yang menderita demensia di seluruh dunia sudah berlipat ganda dan para ahli memperingatkan akan terjadinya krisis kesehatan yang paling signifikan pada abad ke-21," kata Prof Martin Prince yang menulis laporan world alzheimer seperti dilansir BBC, Kamis (23/9/2010).

Menurut dr Rizaldy, demensia menunjukkan adanya kemunduran yang progresif dari proses memori dan intelektual otak. Karena berbagai fungsi otak seperti berbahasa, orientasi, kalkulasi atau berhitung, berpikir abstrak, dan pengambilan keputusan terganggu.

Pada tahap yang lebih lanjut, penderita pikun juga tidak dapat merawat dirinya sendiri. Gejala pikun ini tidak muncul mendadak tapi gejalanya sudah muncul beberapa tahun sebelumnya, yang diawali dengan mudah lupa.

Sebagian kasus demensia adalah demensia Alzheimer. Semakin tua seseorang akan semakin rentan untuk terkena demensia. Penyebab lain demensia adalah demensia vaskuler (akibat gangguan pembuluh darah otak), demensia akibat penyakit parkinson, dan demensia sekunder akibat obat atau penyakit infeksi.

Gejala Demensia

Gejala awal demensia ditandai oleh mudah lupa. Mudah lupa ini ada yang bersifat wajar (beniga) dan bersifat maligna atau mudah lupa yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gejala lupa beniga yang sering dikeluhkan adalah lupa nama, lupa janji, lupa menaruh benda, lupa nama peristiwa dan sebagainya. Pada kondisi ini aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan dengan baik.

Tapi jika sudah masuk mudah lupa maligna maka kondisi mudah lupanya semakin menjadi-jadi. Keluhan tidak hanya disampaikan oleh pasien, namun juga oleh banyak orang di sekitarnya.

Aktivitas rutin harian masih normal, tetapi ada gangguan dalam aktivitas yang kompleks misalnya berbelanja. Sayangnya, kondisi ini masih sering dianggap wajar dan orang sering mengatakan, 'bila sudah tua, ya wajar mudah lupa', padahal anggapan itu tidak tepat. Bila ditemukan pada tahap yang dini, demensia dapat diperlambat.

Bila penyakit berlanjut, maka akan muncul gejala demensia. Gejala yang umum dijumpai adalah gangguan memori dan ketidakmampuan mempertahankan informasi yang baru.

Memori yang terganggu pada umumnya adalah memori jangka pendek. Pada tahap ini pasien seringkali menunjukkan gangguan perilaku, mudah curiga, marah-marah, sering berbohong dan perilaku lain yang tidak wajar. Aktivitas harian pun mulai terganggu.

Pada tahap yang lebih lanjut sering dijumpai gangguan tidur malam hari, kesulitan menemukan kata-kata, dan kehilangan kontrol atas buang air kecil dan buang air besar. Pada tahap akhir penyakit, pasien lebih banyak di tempat tidur dan sepenuhnya tergantung pada bantuan orang lain.

Cara Mencegah

Seperti dilansir helpguide.org, sering panik, makan terburu-buru, gampang stres adalah awal yang memicu penurunan kemampuan otak.

Meski kasus kepikunan lebih banyak ditemui pada usia 40 hingga 50-an tahun, namun para ahli percaya terjadinya perubahan yang drastis di otak adalah saat orang berada dalam puncak hidupnya mulai usia 20-an tahun.

Hingga kini tidak ada ramuan ajaib atau formula rahasia yang bisa mencegah kepikunan selain membangun kebugaran fisik dan otak.

Beberapa cara untuk mencegah pikun adalah:
  1. Berolahraga, dengan berolahraga meningkatkan jumlah oksigen di otak
  2. Makan makanan yang sehat untuk tubuh dan otak
  3. Selalu aktif berpikir dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan berpikir lainnya
  4. Tidur teratur dan cukup
  5. Melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya.
Sumber: http://health.detik.com/
Baca Selengkapnya - Demensia Ancaman Kesehatan Terbesar Abad Ini

Teori Penuaan

Dikenal 2 kelompok teori penuaan yaitu:

1. Mekanisme inbuild geneti(herediter)

§ Setiap mahluk memiliki waktu harapan hidup alamiah yang khas

§ Bukti faktor genetik

Secara alamiah bahwa proses embriogenesis, bayi, remaja dan dewasa telah terprogram secara genetik. Dalam perjalanan tahapan tsb pada setip individu berbeda, hal ini dipengaruhi oleh 60% genetik dan 40% lingkungan.

2. Mekanisme ‘wear and tear’ lingkungan

§ Hilangnya sel yang normal dari tubuh dalam kehidupan sehari-hari dan akan menyebabkan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga organisme akan mati.

§ Kegagalan jantung dan kemampuan sel tidak dapar berregenerasi.

Perubahan fisik dan fisiologis pada lansia

Perubahan yang terjadi pada:

1. Sel

Sel menjadi sedikit lebih sedikit jumlahnya dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya cairan tubuh termasuk cairan intrasel.

2. Sistem Integumen

Hilangnya jaringan lemak, menurunnya cairan adiposa,menurunnya aliran darah dan gangguan produksi pigmen , dan kelenjar keringt menurun jumlah dan fungsinya.

3. Sistem Muskular

Kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang dan a at6rofi otot.

4. Sistem pendengaran

Terjdai presbiakusis, memberan dimpani atrofi. Dan penumpukan serumen.

5. Sistem Penglihatan

§ Lensa menjadi keruh

§ Daya adaptasi lambat

§ Hilangnya daya akomodasi

§ Lapang pandang menurun

§ Menurunnya daya membedaan warna hijau atau biru

6. Sistem Pernafasan

  • Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun
  • Aktivitas silia menutun
  • Paru kurang elastis
  • Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
  • Oksigen arteri menurun
  • Kemampuan batuk berkurang

7. Sistem CV

  • Katup jantusng menebal dan lebih kaku
  • Kemampuan memompa menurun
  • Kehilangan elastisitas pembuluh darah
  • TD meningkat

8. Sistem Gastrointestinal

  • Kehilangan gigi
  • Kepekaan indra mengecap menurun
  • Esofagus melebar
  • Rasalapar menurun
  • Asam lambung menurun’
  • Waktu pengosongan lambung lambat
  • Peristaltik melemah
  • Atrofi hepar

9. Sistem Perkemihan

  • Ginjalmengecil
  • Aliran darah ke ginjal menurun
  • Fungsi tubulus menurun
  • Frekuensi bermemih meningkat

10. Sistem Reproduksi

  • Selaput lendir vagina mengering,
  • Mengecilnya uterus dan ovarium
  • Atrofi payudara
  • Testis masih dapat memproduksi walupun menurun berangsur-angsur
  • Dorongan seks meningkatkan sampai usia diatas 70 tahun.

11. Sistem Endokrin

  • Menurunnya produksi hampir semua hormon

12. Sistem Sensori

  • Reaksi menjadi lambat
  • Kurang sensitif terhadap sentuhan
  • Berat otak menurun 10-20%

Tanda klinis lekas mati:

§ Dilatasi pupil

§ Ketidakmampuan gerak

§ Kehilangan rwflek

§ Nadi cepat dan lemah

§ Pernafasan shyne strokes

§ Pernafasan hidung dengan penumpukan mukus di tenggorokan

§ TD menurun

§ Mata sering terbuka dan tertutup

Penentuan kematian seseorang:

§ Pupil tidak berepon, reflek kornea tidak ada, tidak ada reflek vestibulo okuler

§ Tidakada respon meotorik pada setiap bagian saraf kranial, tidak da reflek membuka mulut,

§ Tidak ada gerakan pernafasan

Patologi Kekebalan dan Mekanisme Daya Tahan Tubuh

Kekebalan

Tidak rentan terhadp penyakit, mekanisme pembentukan kekebalan dapat diperoleh melalui imunisasi, sel yang berperan penting dalam yakni amkrograf dan limfosit.

Antibodi:

Antibodi merupakan protein yang dihasilkan sebagai akibat dimasukkanya (reaksi) zay\t yang dikenaltubuh sebagai zat asing (antigen)

Macam-macam kekebalan:

§ Aktif

Daya tahan yang diperoleh karena bawaan, sakit dan vaksinasi

§ Pasif

Daya tahan yang diperoleh melalaui suntikan yang telah mengandung zat anti terhadap suatu penyakit tertentu.

Mekanisme daya tahan tubuh:

§ Imunitas spesifik

Sistem skekebalan tubuh yang tidak diarahkan kepada mikroba/antign khusus

§ Imunitas spesifik

Sistem kekeblan tubuh yang diarahkan pada satu-sua antigen tertentu.


Mekanisme daya tahan tubuh.

Tubuh mempunyai banyak penangkis yang mencegah terjadinya penykit yaitu: kulit, rongga mulut, lambung, usus, mata dan saluran pernafasan.

Gangguan Peredaran cairan tubuh, Elektrolit dan Darah

Keseimbangan cairan dan elektrolit

Pada tubuh yang sehat terdapat keseimbangan antara:

§ Caiaoran yang masuk dan keluar

§ Distribusi cairan dan elektrolit yang normal

Yang berperan dalam mengatur keseimbangan tubuh :

§ Konsentrasi partikel-partikel yang osmotik aktif mensitribusikan air dala tubuh

§ Ginjel yang memiliki fungsi dan kemampuan untukmenahan dan mengeluarkan air dan elektrolit agar dapat diselenggarakan volume konsentrasi dan pH yang normal dalam cairan tubuh.

Edema (Sembab)

Merupakan peningkatan volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan dalam sela-sela jarigandan rongga serosa, bersidat setempat atau umum.

Beberapa penyebab edema:

§ Akibat tekanan kapiler yang meninggi

§ Akibat tekanan osmotik koloid

§ Akibat retensi natrium dan air

Dehidrasi

Suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai out put yang melebihi intake sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang.

Terjadi karena:

§ Kurang air

§ Kekurangannatrium

§ Kwekurangan keduanya

Hiperemia

Suatu keadaan yang disertai meningkatknya volume darah dalam pembuluh darah yang melebar dalam suatu alat atau bagian tubuh, yang dapt terjadi aktif dan pasif

Hemoragi (Perdarahan)

Suatu pengertian yang menunjukkan banyaknya darah yang keluar dari susunan kardiovaskuler, yang dapat terjadi pada kapiler, vena, arteri ataujantung, dan terbagiatas eksternal dan internal.

§ Kerusakan pembuluh darah

§ Trauma

§ Proses patologik

§ Penyakit yang berhubungan dengan gangguan pembekuan darah

§ Kelainan pembulh darah

Shock

Suatu keadaan yang disebabkan oleh defesiensi sirkulasi akibat disparitasi (ketidakseimbangan) antara volume darah dengan ruang susunan vaskuler.

§ Shock primer

Terjadi akibat fdefisiensi sirkulasi akibat ruang vaskuler membesar karena vasodilatasi yang asalnya neurogen

§ Shock Sekunder

Terjadi setelah beberapa waktu setelah terjadi kerusakan, terjadi gangguan keseimbagan cairan, yang menyebabkan defesiensi sirkulasi perifer.

Macam-macam Shock

§ Traumatik

Akibat kerusakan akibat kecelakaan keras pada anggota tubuh

§ Hemoragik

Akibat perdarahan

§ Septik

Akibat infeksi yang keras seperti pada sepsis

§ Kardial

Baca Selengkapnya - Teori Penuaan

Menuju hari Tua Sehat & Bahagia

Menuju hari Tua Sehat & Bahagia
MENUJU HARI TUA SEHAT & BAHAGIA



APA LANSIA ITU ?

Lansia adalah setiap orang yang telah berumur 65 tahun atau lebih, jika lebih dari 70 tahun dikatakan lansia resiko tinggi


PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA ?

- Rambut uban
- Kulit keriput
- Penglihatan berkurang
- Daya tahan menurun
- Badan bungkuk
- Gigi ompong
- Peredaran darah mudah terganggu
- Tulang dan otot mulai rentan
- Fungsi perut sering terganggu
- Fungsi perkencingan sering terganggu
- Emosi mudah berubah-ubah
APA YANG PERLU DIWASPADAI JIKA ANDA SUDAH MENJADI LANSIA ?


Jika ada benjolan di tubuh yang sebelumnya tidak ada.
- Mata kabur seperti berkabut
- Sering sakit-sakitan
- Sering sempoyongan
- Pikun bertambah
- Sering kencing,haus dan cepat lapar
- Jaga berat badan jangan sampai gendut
- Susah buang air besar
- Batuk lama
- Sulit kencing
- Sering anyang-anyangan
- Sering pusing
- Dada berdebar
- Kaki bengkak
- Ingin menyendiri/cepat marah
- Badan terasa dingin
- Badan dan persendian terasa nyeri

TEKANAN DARAH TINGGI PADA LANSIA

Tekanan darah tinggi merupakan penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia. Lansia dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tekanan darah > 140/90 mmHg

APA SIH TANDA DAN GEJALA TEKANAN DARAH TINGGI ?
- Sakit kepala
- Bingung
- Badan terasa panas
- Dada berdebar-debar
- Tekanan darah > 140/90 mm Hg

APA PENYEBAB TEKANAN DARAH TINGGI ?
- Keturunan
- Kekakuan pembuluh darah
- Pengapuran pembuluh darah
- Makanan tinggi garam/lemak
- Sakit ginjal
- Stress

APA DAMPAK TEKANAN DARAH TINGGI BAGI LANSIA ?

- Bisa mengalami stroke
- Bisa jantung lemah
- Sakit kepala
- Sulit tidur
- Emosi meningkat

APA SIH YANG HARUS DILAKUKAN JIKA SUDAH MENDERITA TEKANAN TINGGI ?
o Batasi makan makanan yang mengandung garam
o Batasi makan ikan laut/daging
o Banyak makan sayur dan buah
o Periksa ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur
o Perhatikan jika tiba-tiba terasa “munyer” cepat ke tempat pelayanan kesehatan
o Minum obat secara teratur
o Rajin beribadah ‘Tabah”
o Terbuka dengan keluarga
o Tetap aktif beraktivitas kecuali jika pusing
o Jangan minum kopi.

BAGAIMANA CARA MENCEGAH TIMBULNYA HIPERTENSI ?

o Rubah pola gaya hidup
o Penurunan berat badan
o Diet asupan rendah garam
o Hindari faktor resiko : merokok, alkohol, makanan berlemak, stress
o biasakan aktifitas fisik/ jalan sehat
o Lakukan pemeriksaan yang teratur pada fasilitas kesehatan yang ada

from ns.harmoko
Baca Selengkapnya - Menuju hari Tua Sehat & Bahagia

Menopause Dan Klimakterik

Menopause

MENOPAUSE & KLIMAKTERIK
Menopause adalah haid terakhir pada wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang wanita. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut menghadapi saat menopausenya. Kehidupan menjelang dan setelah menopause inilah yang sering disebut sebagai ‘masa senja’ atau masa klimakterium.
Istilah menopause seringkali disalah-artikan dengan klimakterium.

  1. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
  2. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
  3. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun.
  4. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur.
  5. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
  6. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-gonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.
  7. Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan-keluhan yang timbul pada masa pramenopause, menopause, dan pascamenopause.
  8. Sindrom klimakterik endokrinologis adalah penurunan kadar estrogen, peningkatan kadar gonadotropin (FSH dan LH). Disebut juga sebagai sindrom defisiensi estrogen.

Beberapa penulis menyatakan bahwa masa klimakterik adalah masa penyesuaian dari seorang wanita terhadap menurunnya produksi hormon-hormon yang dihasilkan ovarium dan dampaknya terhadap poros hipotalamus-hipofisis dan organ sasaran. Sudah lama diketahui bahwa hampir semua wanita menopause hidup dalam keadaan defisiensi estrogen. Kekurangan hormon ini menyebabkan menurunnya fungsi organ tubuh yang bergantung pada estrogen, seperti ovarium, uterus (rahim) dan endometrium. Kekuatan serta kelenturan vagina dan jaringan vulva menurun, dan akhirnya semua jaringan yang bergantung pada estrogen akan mengalami atrofi (mengkerut). Cepat atau lambat gangguan akibat kekurangan estrogen pasti akan muncul, yaitu berupa peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, pengurangan jaringan tulang yang menjurus ke osteroporosis, gangguan psikis, kelelahan dan depresi. Keluhan-keluhan ini perlu dikenal agar dapat dilakukan penanganan yang tepat.
Sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa menopause merupakan peristiwa alamiah dan bukan diakibatkan oleh penyakit khusus (penyakit defisiensi hormon), sehingga tidak memerlukan pengobatan tetapi hanya membutuhkan pengertian dari keluarga, lingkungan dan dirinya sendiri. Namun banyak pula yang menganggap proses ini sebagai kelainan yang memerlukan pengobatan tersendiri.
Agar kehidupan usia senja ini berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu mengadakan persiapan untuk menghadapinya. Salah satu persiapan yang penting adalah mengetahui organ tubuh kita sendiri dan fungsinya, serta mengenal bagaimanakah sebenarnya kejadian masa klimakterik itu.

Gejala-gejala sindrom klimakterik
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada yang lainnya. Sebagian wanita menghasilkan estrogen endogen yang cukup sehingga tetap tanpa gejala, sedangkan yang lain memperlihatkan beragam gejala semasa klimakterium.
Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi :

  1. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup: - gejolak panas (hot flushes)
    - keringat malam yang banyak
    - rasa kedinginan
    - sakit kepala
    - desing dalam telinga
    - tekanan darah yang goyah
    - berdebar-debar
    - susah bernafas
    - jari-jari atrofi
    - gangguan usus (meteorismus)
  2. Gangguan psikis - mudah tersinggung
    - depresi
    - lekas lelah
    - kurang bersemangat
    - insomania atau sulit tidur
  3. Gangguan organik - infark miokard (gangguan sirkulasi)
    - atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)
    - osteoporosis
    - gangguan kemih (disuria)
    - nyeri senggama (dispareunia)
    - kulit menipis
    - gangguan kardiovaskuler

PERUBAHAN-PERUBAHAN ORGANIK PADA MASA KLIMAKTERIK TD {font-family:Verdana;font-size:12}

Organ sasaran Bentuk perubahan Akibatnya
Urogenital Atrofi vulva, vagina, uterus, vesika
urinaria
Elastisitas menurun, mengecil, kering,mudah cedera, mudah infeksi
Hemodinamik Gangguan pembuluh darah tepi Infark miokard
Metabolisme Hiperkolesterolemia,kekurangan kalsium,gangguan metabolisme karbohidrat Aterosklerosis, osteoporosis,adipositas
Endokrin Hiperfungsi hipofisis,disfungsi tiroid, peningkatan androgen Hipertiroid, defeminisasi,virilisasi
Vegetatif Hipersimpatikotonik,ataksi Labil, gangguan somatik

Penyebab dan gangguan hormonal klimakterium
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa fol

Baca Selengkapnya - Menopause Dan Klimakterik

ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID PADA LANSIA

artritis rematoid; artritis pada lansia; artritis rematoid artritis pada lansia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA PADA NY. S.
DENGAN ARTRITIS REMATOID DI DUSUN


BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu Bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai Negara bekembang dengan perkembangannya yang cukup baik, makin tinggi harapan hidupnya di proyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000 yang akan datang.
Saat ini, disluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliar. Dari data USA, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga Lansia terbesar diseluruh dunia, diantara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993)
Hal ini merupakan gambaran pada seluruh Negara-negara di dunia, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemajuan dalam kondisi sosio, ekonominya masing-masing.
Namun ilmu pengetahuan dan teknologi masih di tantang dengan menerangkan sebab-sebab orang menjadi tua. Proses menua merupakan suatu misteri kehidupan yang masih belum dapat diungkapkan. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun menjadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini menimbulkan maslah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
DEFENISI
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap kerusakan yang diderita.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses menua sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, mislanya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, jaringan lain, sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

2.2 Mitos-Mitos Lanjutan Usia dan Kenyataanya.
Menurut Sheiera Saul
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
 Sering ditemui stress
 Depresi
 Kekhawatiran
 Paranoid
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :
- Konservatif
- Tidak kreatif
- Menolak Inovasi
- Berorientasi ke masa silam
- Merindukan masa lalu
- Kembali ke masa anak-anak
- Susah berubah
- Keras kepala
- Cerewet
Kenyataan :
 Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan :
 Memang proses penuaan disertai dengan menurunya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
 Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak.
5. Mitos Tidak Jatuh Cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
 Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
 Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia
6. Mitos Aseksualitas
ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataan :
 Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
7. Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidka produktif.
Kenyataan :
 Banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktifitas mental dan material.

2.3 Teori-Teori Proses Menua
2.3.1 Teori-teori Biologi
1. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogramkan oleh molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sesl-sel tubuh lelah.
3. Teori akumulasi dari produk sisa
Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh.
4. Peningkatan jumlah kalogen dalam jaringan
5. Tidak ada perlindungan terhadap; radiasi, penyakit dan kekurangan gizi
6. Reaksi dari kekebalan sendiri
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suat zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut. Sehinga jaringan tubuh menjadi lemah.
7. Teori Imunologi Slow virus
Sisitem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
8. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal. Kelebihan usaha dan stres menyebabakan sel-sel tubuh telah dipakai.

9. Teori Radikal Bebas
Radikal dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
10. Teori Rantai Silang
Reaksi kimia sel-sel yang tua dan usang menyebabkan ikatan yang kuat. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis fungsi.
11. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel-sel yang membelah setelah sel-sel mati.

2.3.2 Teori kejiwaan Sosial
1. Aktivitas atau kegiatan
2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
3. Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Mengakibatkan interkasi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasi sehingga sering terjadi kehilangan ganda :
 Kehilangan peran
 Hambatan kontak sosial
 Berkurangnya komitmen

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
 Hereditas : keturunan/genetic
 Nutrisi : makanan
 Status kesehatan
 Pengalaman hidup
 Lingkungan
 Stres


2.5 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
2.5.1 Perubahan-perubahan fisik
A. Sel
 Lebih sedikit jumlahnya
 Lebih besar ukurannya
 Berkurang jumlah cairan tubuh dan intraseluler
 Menurun proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
 Jumlah sel otak menurun
 Terganggunya mekanisme perbaikan sel
 Otak menjadi atrofis bertany kurang 5-10%
B. Sistem Persarafan
 Berat otak menurun 10-20%
 Cepatnya menurun hubungan persarafan
 Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi
 Mengecilnya saraf panca indra
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
C. Sistem Pendengaran
 Presbiakusis (Gangguan pada pendengaran)
 Membran timpani menjadi atrofi
 Terjadinya pengumpulan cerumen dan mengeras
 Pendengaran bertambah menurun
D. Sistem Pengelihatan
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilang respon terhadap sinar
 Kornea berbentuk sferis (bola)
 Lensa lebih suram
 Meningktanya ambang, susah melihat
 Hilangnya daya akomodasi
 Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau

E. Sistem Kardiovaskuler
 Elastisitas dingin aorta menurun
 Katup jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah
 Tekanan darah meningkat
F. Sistem Pengaturan Termperatur Tubuh
 Temperatur tubuh menurun
 Keterbatasan refleks menggigil
G. Sistem Respirasi
 Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan
 Menurunnya aktivitas dan silia
 Paru-paru kehilangan elastisitas
H. Sistem Gastrointestinal
 Kehilangan gigi
 Indra pengecap menurun
 Esofagus menurun
 Peristaltik lemah dan timbul konstipasi
 Fungsi absorbsi melemah
 Liver makin mengecil
I. Sistem Genitourinaria
 Ginjal : mengalami pengecilan
 Vesika Urinaria : otot menjadi lemah, kapasitas menurun mengakibatkan frekuensi BAK meningkat
J. Sistem Endokrin
 Produksi Hormon menurun
K. Sistem Integumen
 Mengerut/keriput
 Permukaan kulit kasar dan bersisik
 Menurunya respon terhadap trauma
 Kulit kepala dan rambut menipis
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Pertumbuhan kuku lambat
L. Sistem Muskuloskletal
 Tulang kehilangan cairan
 Kefosis
 Discus Invertebralis menipis dan menjadi pendik
 Persendian membesar dan kaku
 Tendon mengerut dan mengalami sclerosis

2.5.2 Perubahan-Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
 Perubahan Fisik
 Kesehatan umum
 Tingkat pendidikan
 Keturunan
 Lingkungan

2.5.3 Perubahan-Perubahan Psikososial
 Pensiun
Mengalami kehilangan : - Kehilangan Finansial
- Kehilangan Status
- Kehilangan teman
- Kehilangan pekerjaan
 Merasakan / sadar akan kematian
 Perubahan dalam cara hidup
 Penyakit kronis dan ketidakmampuan


2.6 Masalah dan Penyakit yang sering kali dihadapi LANSIA
2.6.1 Masalah Fisik Sehari-Hari
 Mudah jatuh
 Mudah lelah
Disebabkan oleh : - Faktor psikologis
- Ganguan organis
- Pengaruh obat-obat
 Kekacauan mental
Disebabkan oleh : - Keracunan
- Penyakit infeksi
- Penyakit metabolisme
- Dehidrasi
 Nyeri dada
Disebabkan oleh : - Penyakit jantung
- Radang selaput jantung
 Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
 Palpifasi
 Pembengkakan kaki bagian bawah
 Nyeri pinggang atau punggung
 Nyeri pada sendi pinggul
 Berat badan menurun
 Suka menahan buang air seni
 Gangguan pada ketajaman penglihatan
 Gangguan pendengaran
 Gangguan tidur
 Pusing-pusing


2.6.2 Penyakit yang sering dijumpai pada LANSIA
a. Penyakit sistem Paru dan Kardiovaskuler
 Paru-paru
 Jantung dan pembuluh darah
 Penykit jantung koroner
 Hipertensi
b. Penyakit pencernaan makanan
 Gastritis
 Ulcus Peptikum
c. Penyakit sistem Urogenital
 Peradangan kandung kemih
 Peradangan ginjal
d. Penyakit pada persendian dan Tulang
 Osteoporosis
 Gout

2.7 Asuhan Keperawatan pada Lansia
Tujuan
 Lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
 Mempertahankan kesehatan
 Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup klien
 Merawat dan menolong klien Lansia
 Merangsang petugas kesehatan menegakkan diagnosa yang tepat

Fokus Asuhan Keperawatan
1. Meningkatkan Kesehatan (Health Promotion)
2. Pencegahan Penyakit (Preventive)
3. mengoptimalkan fungsi mental
4. mengatasi gangguan kesehatan

Pengkajian
a. Fisik : - Head to toe
- Sistem tubuh
b. Psikologis : Mengenal masalah-masalah utama
c. Sosio ekonomi : Mengenai finansial Lansia
d. Spritual : Keyakinan

Pengkajian Dasar
 Temperatur
 Pulse
 Respirasi
 Tekanan Darah
 Berat Badan
 Tingkat Orientasi
 Memory
 Pola Tidur
 Pemeriksaan per sistem

Diagnosa Keperawatan
1. Fisik/Biologis
 Gangguan Nutrisi
 Gangguan persepsi sensori
 Kurang perawatan diri
 Potensial Cedera fisik
 Gangguan pola tidur
 Perubahan pola eliminasi
 Gangguan mobilitas fisik

2. Psikososial
 Isolasi sosial
 Menarik diri dari lingkungan
 Depresi
 Harga diri rendah
 Koping tidak adekuat
3. Spiritual
 Reaksi berkabung atau berduka
 Penolakan terhadap proses penuaan
 Marah
 Perasaan tidak tenang

Rencana Keperawatan
 Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
 Bekerjasama dengan profesi kesehatan lain
 Cegah timbulnya masalah

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


silahkan download GRATIS dalam bentuk dokumen word
ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID PADA LANSIA
artritis rematoid; artritis pada lansia; artritis rematoid artritis pada lansia
(isi: tinjauan teoritis; PATHWAYS, tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)



DAFTAR KTI LENGKAP KEBIDANAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
DAFTAR KTI LENGKAP KEPERAWATAN dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI
Baca Selengkapnya - ASKEP KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ARTRITIS REMATOID PADA LANSIA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENDAHULUAN
Dalam lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah " suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia". Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan kliniK (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan (Yura and Walsh,1983) yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation)

LANDASAN HUKUM PENANGANAN LANJUT USIA
Filsafat Negara/P4
UUD 1945, pasal 27 ayat 2 dan pasal 34
UU No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok Kesehatan Bab I Pasal 1 ayat 1
UU No 4 tahun 1965, tentang pemberian Bantuan penghidupan orang tua
No.5 tahun 1`974, tentang pokok-pokok pemerintah di daerah
UU No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.
Keputusan Presiden RI No.44 tahun 1974
Program PBB tentang lansia, anjuran kongres International WINA tahun 1983
GBHN 1983/Pelita IV
Keputusan Menteri Sosial RI No 44 tahun 1974, tentang organisasi dan tata kerja Departemen Sosial Propinsi
UU No 10 tahun 1992, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.
UU No.11 tahun 1992 tentang dana pension
UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
Ketetapan MPR
Keputusan Menteri Sosial RI No. 27 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial Propinsi
Delapan jalur pemerataan dan pelayanan kesehatan
Hari Lanjut Usia Nasional yang di canangkan oleh Bapak Presiden tanggal 29 Mei 1996 di Semarang
Undang Undang Kesejahteraan No. 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Tahun Lanjut Usia Internasional tahun 1999
Sasaran WHO tahun 2000


BEBERAPA ALASAN TIMBULNYA PERHATIAN KEPEDA LANJUT USIA
Meliputi:
Pensiunan dan masalah-masalahnya
Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
Meningkatnya jumlah lanjut usia
Pencemaran pelayanan kesehatan
Kewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompo
perkembangan ilmu:
Program PBB
Konfrensi Internasional di WINA tahun 1983
Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit
Mahalnya obat-obatan
Tahun Lanjut Uaia Internasional 1 Oktober 1999

KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANSIA
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Wreda maupun Puskesmas, yang diberikanoleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet)

Dekubitus merupakan keadaan yang dapat di cegah , namun bila telah terlanjur terjadi akan memerlukan perawatan khusus. Adapun pengertian dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
berkurangnya jaringan lemak subkutan
berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, factor intrinsic (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus, yakni:
Status gizi (bias underweight atau overweight)
Anemia
Adanya hipoalbuminemia
Adanya penyakit-penyakit neurologik
Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
Adanya dehidrasi

Factor ekstrinsik, yakni:
Kurang bersihnya tempat tidur
Alat-alat yang kusut dan kotor
Kurangnya perawatan/perhatian yang baik dari perawat


Dekubitus dapat dibagi dalam 4 derajat, yakni:
Derajat I: Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Daerah yang tertekan nampak kemerah-merahan/eritema atau lecet saja
Derajat II: Reaksi lebih dalam sampai mencapai dermis bahkan sampai ke subkutan. Di sini tampak ulkus dangkal dengan tepi yang jelas dan ada perubahan pigmen kulit
Derajat III: Untuk menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan cekung , berbatasan dengan fascia dari otot-otot: sudah dimulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV: Ulkus meluas sampai menembus otot sehingga di dasar ulkus terlihat tulang yang bias terinfeksi dan berakibat osteomelitus.

Bila sudah terjadi dekubitus , segera tentukan stadium atau derajatnya, dan beikan tindakan medik dan keperawatannyasesuai apa yang dihadapi (Vander Cammen), 1991: My Kyta).

Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersuhkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di masase 2-3 kali/hari, dan dilakukan posisi tidur secara selang seling (miring kanan, terlentang dan miring kiri).

Dekubitus derajat II
Disini sudah terjadi ulkus yang dangkal: perawatan luka harus memperlihatkan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah bersangkutan di gosok-gosok dengan sedan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

Dekubitus derajat II
Ulkus yang sudah dalam, menggaung , atau cekung pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi: usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeable untuk masuknya udara / oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah kalau perlu dikompres karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat di kunci dengan larutan NaCl fisiologis, dan kalau perlu diberikan antibiotic sistemik.

Dekubitus derajat IV
Ulkus meluas sampai pada dasar tulang dan sering pula disertai jarinagan nekretik maka semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan dan jika perlu dibuang, sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan necrotic dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada luka, tindakan dengan ultrason untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi kulit setempay. Mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat 40 %. Oleh karena itu, walaupun ulkus telah sembuh harus diperhatikan kemungkinan timbul kambuh di daerah tersebut.

Perawatan rehabilitasi dasar juga dapat diberikan, misalnya: latihan menggerakkan sendi, perawatan pernafasar, dan otot-otot (Depkes, 1993Ib)

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat di cegah atau di tekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan , mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat prhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuuk klien lanjut usia yang masih aktifdapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku , kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanju usia dihadapka pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejanh, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin .

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan ayau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makanminum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan , tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran , beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badab, melindungi kulit dan keclakaan

Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badanyang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usi agar mau dan menerima makanan yang disajikan.Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu , kebersihan badan , tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapatperhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan , hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, .

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia , harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melasanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya gangguan tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segal sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip " Tripple", yaitu sabar, simpatik dan service.

Pada dsarnya klien lanjut usia membutuhkan rsa aman dan cinta kasih saying dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawata.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunyya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peninngkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjuusia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan , perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

Pendekatan social
Mengadakan diskusi , tukar pikiran,dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien usia berarti menciptakan sosialisasi kereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misa jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain.

Tidak sedikit klien tidak tidur terasa , stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbilkan kekecewaan , ketakutan atau ke khawatiran, dan rasa kecemasan .
Tidak jarang terjadi pertengkarav dan pperlahian diantara lanju usia , hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun ter hadap pepetugas yang secara langsunga berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia di Panti Wreda.


Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenagan dan kepuaran batinn dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pedekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian , DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.
Adapun kegelisahan yang timbul diakigatkan oleh persoalan keluargaperawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan dating agama atau kepercayaan sesorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapngkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)
menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan tmaupun akut)
Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit , masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)

FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA
Peningkatan kesehatan (helth promotion)
Pencegahan penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

PENGKAJIAN
Tujuan:
Menentukan kemampuan klien untuk memlihara diri sendiri
Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek:
Fisik
Wawancara:
Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia: otot,sendi, penglihatan, dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BZAB/BAK
Kebiasaan gerak badan / olah raga/senam lanjut usia
Perubahan fungsi tubuh yang sanga bermaknang dirasakan
Kebiasaan lanju usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi tubuh
Pendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu:
Head to tea
Sistem tubuh

Psikologis
Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
Apakah optimis dalm memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yang dialami
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan pada ssaat ini akan dating
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, prosespikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

Sosial ekonomi
Dari man sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanju usia dalam menisci waktu luang
Dengan siapa dia tinggal
Kegiatan organisasi apa yang diikutu lanjut usia
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
Siap saj yang mengunjungi
Seberapa besar ketergantungannya
Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

Spiritual
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
Apakah secara teratur mengikuti atu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalh apakah dengan berdoa
Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

Pengkajian dasar
Temperatur
Mungkin serendah 95 F (hipotermi) kurang lebih 35 C
Lebih teliti dperiksa di sublingual
Pulse (denyt nadi)
kecepatan, irama, dan volume
Aplika, radial, pedal

Respirasi
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Tidak terturnya pernafasan
Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
BB hilang pada tahun-tahun terahir
Tingkat orientasi
Memory (ingatan)
Pola tidur
Penyesuaian psikososial


Sistem persyarafan
Kesimetrisan raut wajah
Tingkat kesadaran adanya perubahan dari otak
Mata: kejelasan melihat, adanya katarak
Pupil: kesamaan, dilatasi
Ketajaman penglihatan penurunan karena menua
Gangguan sensori (sensory deprivarion)
Ketajaman mendengaran
Adanya sakit dan nyeri

Sistem kardiovaskuler
status gizi
pemasukan diet
anoreksia, tidak direka , mual, dan mulut
mengunyah dan menelan
keadaah gigi, rahang, mual muntah
auskultasi bising usus
palpasi apakah perut kembung dan perlebatran kolon
apakah ada kondstipakl

Siatem gastrointertinal
warna dan bau urine
Distensi kandeng kemih, inkontinensia
Frekuensi, tekanan, atau desakan
Pemasukancairan dan pengeluarkan cairan
Disuria
Seksualitas.

Sistem kulit
Kulit
temperature, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbakar, robekan
Turgor
Perubahan pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan kuku
Keadaan rambut
Adanga ganttuan umu

Sistem musculoskeletal
Kontraktur
atrofi otot
mengecilkan tendo
ketidakadekuatannya gerakan sendi
tingkat mobilisasi
ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
keterbatasan gerak
kekuatan otot
kemampuan melangkah atau berjalan
gerakan sendi
paralysis
kifosis

Psikososial
Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
Fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fisik/Biologis
Gangguan nutrisi :kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak adequate
Gangguan persepsi sensorik : Pendengaran, penglihatan b/d hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
Kurangnya perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diri
Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh
Gangguan pola tidur b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d kecemasan atau nyeri
Perubahan pola eliminasi b/d penyempitan jalan nafas atau adanya secret pada jalan nafas
Gangguan mobilitas fisik b/d kekuatan sendi

Psikososial
Isolasi social b/d perasaan curiga
Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu
Depresi b/d isolasi social
Harga diri rendah b/d perasaan ditolak
Coping tidak adequate b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat
Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas

Spiritual
Reaksi berkabung atau berduka cita b/d ditinggal pasangan
Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidakstabilan menghadapi kematian
Marah terhadap tuhan b/d kegagalan yang dialami
Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat


RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
Bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lainnya
Tentukan prioritas :
Klien mugkin puas dengan situasio demikian
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan
Cegah timbulnya masalah-masalah
Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan
Tulis semua rencana jadwal


Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lansia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselamatan
Pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharaan keseimbangan istirahat/tidur
Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia :
Penurunan alat penciuman dan pengecap
Mengunyah kurang sempurna
Gigi yang tidak lengkap
Rasa penuh pada perut dan susah BAB
Melemah otot lambung dan usus
Masalah gizi yang timbul pada lansia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin

Kebutuhan Nutrisi pada lansia :
Kalori pada lansia :
Laki – laki = 2.100 kalori
Perempuan = 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lansia, missal gemuk atau kurus atau disertai penyakit demam.
Karbohidrat, 60 % jumlah karbohidrat yang dibutuhkan
Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibuhkan
Vitamin dan mineralsama dengan kebutuhannya pada usia muda
Air, 6-8 gelas perhari

Rencana makanan untuk lansia
Berikan makanan porsi kecil tapi sering
Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
Berikan makanan yang mengandung serat
Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
Membatasi minum kopi dan teh

Meningkatkan keamanan dan Keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia :
Fleksibilitas kaki yang kurang
Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun
Pencahayaan yang kurang
Lantai licin dan tidak rata
Tangga tidak ada pengaman
Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
Tindakan Mencegah Kecelakaan :
Klien/Lansia :
Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatan
Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
Bila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk berjalan
Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menmggunakan obat penenang /diuretic
Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu
Usahakan ada yang menemani, jika berpergian.

Lingkungan
Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut di rawat
Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya
Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi


http://askep-askeb.cz.cc/

Baca Selengkapnya - KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber