Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Penyakit Menular potensi KLB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyakit Menular potensi KLB. Tampilkan semua postingan

Penyakit Malaria Masih Dominan di Papua

Metrotvnews.com, Jayapura: Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan dominan di Papua. Banyak kerugian yang disebabkan dengan angka yang sakit sebesar 17 persen penduduk pada tahun 2009.

Hal tersebut dikemukakan Perwakilan UNICEF Indonesia, William Hawley, saat bersama Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, dalam pertemuan bersama bidan-bidan Poltekes Abepura, Kota Jayapura, Selasa (6/10).

Hawley menjelaskan dengan angka sebesar 17 persen penduduk pada 2009 dan berdasarkan estimasi perhitungan menyebabkan kerugian finansial minimal sebesar Rp20,5 milyar untuk satu tahun.

"Apalagi malaria pada ibu hamil, selain berdampak pada kesehatan dan keselamatan ibu juga berdampak pada kualitas janin yang dikandung dan bayi yang dilahirkan," tuturnya.

Dampak pada ibu hamil, meliputi anemia, infeksi placenta, malaria komplikasi, bahkan kematian. "Sedangkan dampak pada janin/bayi meliputi berat badan lahir rendah, kelahiran premature, keguguran, kelahiran mati, malaria bawahan lahir hingga kematian bayi," kata William.

Terkait hal tersebut, Jana Fitria dari UNICEF Papua, berharap penanganan masalah ini dapat terselesaikan secara cepat lewat bidan-bidan yang telah di latih. "Dengan penanganan yang baik dari bidan, tentu akan mengurangi angka kesakitan dan kematian malaria di Papua," katanya.

Pencegahan penyakit malaria yang dikerjakan USAID - UNICEF telah berlangsung sejak 2006. "Pelayanan pada ibu hami meliputi deteksi dini malaria dengan menggunakan Rapid Diagnostic test yaitu alat deteksi darah cepat, " katanya.

Oleh sebab itu, jika kedapatan positif malaria ibu hamil, bias lansung mendapatkan obat anti malaria yang adkuat serta diberikan kelambu untuk melindungi gigitan nyamuk malaria.(Ant/BEY)

Sumber: http://www.metrotvnews.com/
Baca Selengkapnya - Penyakit Malaria Masih Dominan di Papua

100 Ekor Ayam Dimusnahkan karena Flu Burung

Ilustrasi (Dok: Koran SI)

BALIKPAPAN - Dinas Kesehatan Kota bersama Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPKP) Pemkot Balikpapan, Kalimantan Timur, kembali memusnahkan 100 ayam yang positif terjangkit virus H5N1 atau flu burung di RT 39, Kelurahan Sepinggan, Balikpapan Selatan.

Jumah tersebut merupakan gabungan dari empat RT. Sebagian dari ayam yang dimusnahkan sudah mati terkena virus flu burung, sementara ayam yang masih hidup namun berada di radius satu kilometer tetap dimusnahkan.

“Kalau ayam yang di kandang, kami sembelih kemudian kami bakar dalam lubang tanah sedalam satu meter. Tapi, kalau ayam liar yang biasa hidup di pohon, warga sekitar membantu dengan cara menembak dengan senapan angin,” kata Kepala DPKP, Chaidar Chairulsyah, ditemui di lokasi pemusnahan, Selasa (5/10/2010).

Chaidar menuturkan, pihanya sudah mengaktifkan pos cek poin, khususnya pintu masuk dari arah Teritip, Balikpapan Timur. Sebab, ayam ternak lebih sering masuk melalui wilayah tersebut.

Pos cek poin ditempatkan di pos polisi Gunung Tembak. Begitu juga dengan beberapa pintu masuk melalui pelabuhan, seperti Pelabuhan Semayang, Fery Kariangau, Pelabuhan Kampung Baru, dan pintu masuk dari arah Balikpapan Utara.

“Sebagain tim sudah ada di pos cek poin. Jadi kalu ada ayam dari luar daerah yang masuk ke Balikpapan, langsung dilakukan rapid test. Kalau terbukti positif, kami tolak masuk dan minta segera dimusnahkan. Sementara belum ada temuan,” jelas Chaidar.

Pada kesempatan terpisah, Kepala DPKP Dyah Muryani meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan sejak dini. Selain penyeberannya yang belakang ini semakin meluas, virus flu burung sangat berbahaya apabila menjangkiti manusia. "Flu burung memang agak lebih berbahaya dibandingkan dengan flu babi ketika terkena pada manusia. Berdasarkan data dan pengalaman, manusia yang terkena flu, tingkat kematiannya mencapai 80 persen," terang Dyah.
(ton)

Sumber: http://news.okezone.com/

Baca Selengkapnya - 100 Ekor Ayam Dimusnahkan karena Flu Burung

2.535 Warga Medan Terjangkit HIV/AIDS

10:41, 26/09/2010
2.535 Warga Medan Terjangkit HIV/AIDS
MALAM RENUNGAN: Seorang remaja puteri menangis pada malam renungan memperingati hari AIDS sedunia di Medan, belum lama ini.//dok sumut pos

MEDAN- Untuk mengurangi penularan HIV/AIDS, tahun depan Dinas Kesehatan Sumatera Utara menargetkan seluruh kabupaten dan kota harus memiliki klinik Voluntary Conseling and Testing (VCT). Pelayanan VCT tersebut bertujuan untuk mencari sumber penularan HIV/AIDS yang estimasinya masih terbilang tinggi di Sumatera Utara.
“Dengan berdirinya VCT ini nantinya, seluruh estimasi tinggi HIV/AIDS ini dapat dicari dan akan dilakukan pengobatan lebih lanjut,” ujar Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung (P2ML), Sukarni kepada wartawan, Sabtu (25/9).

Menurutnya, jumlah estimasi HIV/AIDS tertinggi di Sumut yakni ditemukan di Kota Medan, Deli Serdang, Pematang Sintar, Simalungun, dan Langkat. “Untuk Sumut, lima daerah inilah yang terbesar estimasi kasus penderita HIV/AIDS,” ungkapnya.

Untuk Kota Medan, dari data yang tercatat, estimasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ditemukan sebanyak 2.535 penderita. Sedangkan Deli Serdang sebanyak 989 penderita, Pematang Siantar sebanyak 479 penderita, Simalungun sebanyak 451 penderita dan Langkat sebanyak 449 penderita.

Sejauh ini, menurut Sukarni, dengan adanya rencana pendirian VCT di setiap wilayah, telah mendapatkan tanggapan yang baik dari masing-masing daerah.

“Namun target itu harus dilakukan secara bertahap. Dimulai dari pelatihan petugas yang ada dan kemudian pendirian klinik VCT di masing-masing daerah,” terangnya.

Menurutnya, untuk tahap awal rencana tersebut, tahun ini Dinkes Provsu direncanakan melakukan pelatihan terhadap petugas medis di 15 rumah sakit yang berada di daerah. “Ke-15 rumah sakit yang dimaksud ini adalah di luar rumah sakit yang sudah memiliki klinik VCT. Dan nantinya pelatihan yang dilakukan antara lain melakukan pencegahan dan meningkatkan akses pelayanan penderita atau orang yang beresiko untuk memeriksakan dirinya ke VCT yang tersedia,” sebutnya.(uma)

Sumber: http://www.hariansumutpos.com/

Baca Selengkapnya - 2.535 Warga Medan Terjangkit HIV/AIDS

Cuaca Tak Menentu, Waspadai DBD

Cuaca Tak Menentu, Waspadai DBD
Cuaca Tak Menentu, Waspadai DBD

JAKARTA (Pos Kota) – Tiga kelurahan di wilayah Jakarta Pusat (Jakpus) masuk zona merah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Namun, secara umum kasus DBD cenderung mengalami penurunan. Masyarakat diminta untuk tetap mewaspadai ancaman penyakit mematikan tersebut, apalagi kondisi cuaca saat ini tidak menentu.

Kepala Sudin Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Jakpus, dr Angliana Dianawati, mengatakan tiga kelurahan zona merah tersebut Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Kelurahan Rawasari, ke tiganya masuk Kecamatan Cempaka Putih. “Ini menurun dibanding awal tahun yang mencapai 10 kelurahan. Hal ini berkat kesadaran masyarakat,” ujarnya, Minggu (26/9).

Sesuai catatan Sudin Kesehatan Masyarakat Jakpus, sejak Januari hingga September 2010 tercatat 1.565 kasus DBD. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Kemayoran 461 penderita, Kecamatan Johar Baru 230 penderita dan Kecamatan Senen 181 penderita. Sedangkan September 2010, tercatat 131 kasus DBD di masyarakat.

“Sekalipun cuaca tidak menentu, namun kasus DBD cenderung stabil. Dalam kurun waktu dua minggu ini hanya ada dua tambahan kasus, ini menandakan kasus dapat ditekan,” kata Angliana.

Dapat ditekannya angka lonjakan kasus DBD, disebabkan tingkat kesadaran warga yang tinggi atas ancaman penyakit mematikan tersebut. Mereka secara rutin melakukan pemberansan sarang nyamuk (PSN) dan juru pemantau jentik rajin melakukan pemantauan.

(tarta/sir)

Sumber: http://www.poskota.co.id/

Baca Selengkapnya - Cuaca Tak Menentu, Waspadai DBD

Mengetuk Nurani Mendengar Tangis Penderita TB Paru

Oleh: Sarifuddin Siregar

Tak seorang pun umat manusia bermimpi bakal terjangkit penyakit. Semua berusaha mengelak. Ragam upaya dipasang agar terhindar dari bibit perusak organ tubuh. Namun, realita memperlihatkan, selagi hidup serangan itu tak pernah berhenti.

Cobaan silih-berganti hingga mengganggu aktivitas. Itu dapat dimaklumi mengingat sejak janin di rahim ibu, kita sudah terkontaminasi oleh pestisida serta lingkungan yang tak pernah bersih dari sumber berbahaya tadi.

Sengaja atau tidak, campuran bahan kimia sudah terlebih dulu mengotori darah. Bahkan mungkin, sesama kuman juga berlaga menjadi jagoan di dalam jaringan. Inmunitas pun melemah. Alhasil, dokter hingga professor sekalipun rupanya tetap saja menderita suatu penyakit. Jadi, wajar saja, jika hasrat hidup sehat menjadi obsesi peringkat pertama setelah keinginan masuk surga. Faktanya, bahwa uang segudang belum tentu sanggup membeli kesehatan.

Hanya saja, masing-masing punya level resiko. Penyakit keturunan tidak dapat dipungkiri amat dan teramat susah dikendalikan. Sementara itu, penyakit HIV AIDS hingga kini adalah kategori mematikan. Itu makanya, penderita terbeban mental, berusaha menjauh dan dijauhi masyarakat sebab ajal pasti lebih dekat setelah merontokkan sel-sel darah. Di sisi lain, TB Paru atau beberapa tahun silam dinamai TBC (tuberculosis) hingga kini dianggap susah sembuh dan sangat berbahaya. Tidak mengherankan, satu per satu teman bicara bergeser hingga termenung sendiri sebab yang lain khawatir terinfeksi.

Dan, itulah tantangan bagi tenaga medis yang sebelumnya secara lantang pengucap sumpah akan memberi pelayanan terbaik tanpa memandang kasta. Mereka dituntut mendengar sekaligus menjawab isak tangis warga dimaksud. Korban umumnya berasal dari warga kelas ekonomi miskin senantiasa menanti, kapan disentuh?

Lalu, benarkah mereka berseragam putih bersih tadi peduli kaum marginal? Adakah senyum resep kesembuhan ditawarkan kala menengok pasien? Adakah rasa kasihan dan iba? Atau, justru diabaikan? Jangan-jangan, sumpah tinggal sumpah, uang masuk dinomorsatukan….

Tanpa bermaksud memberi apresiasi berlebih, barangkali, dr Nitawaty Sitohang Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi adalah pelopor gerakan perubahan dimaksud. Kabupaten Dairi di tengah usia daerah otonom beranjak dewasa, belakangan terkesan minim figur berempati.

Sebaliknya, ini adalah momen pertama dimana seorang dokter berani tampil beda mengumandangkan para medis turun ke desa mencari tahu tentang siapa sesungguhnya warga yang berpotensi terjangkit. Ketika yang lain merasa jijik hingga muntah atas joroknya lendir dahak, Nitawaty justru mengepalkan tangan berkumandang "dahakmu adalah rezekimu, dahakmu adalah rezekiku"

Sebuah slogan atau statemen bernada kontradiktif. Bila disikapi, sesungguhnya kalimat itu penuh makna dimana keterlambatan pemeriksaan dahak, apalagi sudah memasuki stadium akut, tentunya peluang tularan amat tinggi. Bukan hanya menyebar kepada satu orang saja tetapi bisa mencapai ratusan hingga ribuan dalam tempo tertentu sebagai ekses interaksi. Keterlambatan penanganan secara perlahan berdampak pada pemiskinan dan pembodohan. Selanjutnya, bila segera didiagnosa dini, maka ratusan orang terlindungi.

Melalui penggalangan dana sesama medis serta organisasi atau swadaya, pengecekan ke pelosok dusun membuahkan hasil. Terdata, ada 278 penderita dari suspect 4495 orang tahun 2009. Angka itu naik dibanding tahun sebelumnya akibat kesulitan penanggulangan dan penjaringan. Tahun 2010 triwulan I dan II tercatat 162 orang terkena dari 4448 suspect nasional. Sebagai awam, andai dijejerkan warga pengidap tersebut, masih sanggupkah anda makan bersama? Masih sudilah bersanding di acara pesta atau agenda lainnya? Tetapi, bagi Nita, panggilan akrab dokter, ia dan rekan lainnya menjadikan time itu buat mencoba berbuat terbaik melalui "Pencanangan Aksi Sayang Dahak" di Desa Sulumboyah Kecamatan Siempat nempu hulu, Senin (6/9). Ia konsisten meneruskan perjuangan.

Sarang Gizi Buruk

Bupati Dairi, KRA Johnny Sitohang Adinegoro didampingi Wakil Bupati, Irwansyah Pasi pun tak sungkan mengungkap bahwa wilayah binaannya adalah sarang gizi buruk. Warga di pedesaan jamak didera busung lapar dan TB paru. Ini realitas yang tak dapat dipungkiri. Mungkin, dulu petugas enggan melaporkan kondisi sesungguhnya sebab kalau saja terdeteksi, bakal terkena sanksi sebab dianggap kurang produktif. Sebenarnya, kepahitan itu mesti ditransparansikan. Buka saja dan terangkan apa adanya.

Buat apa berkata bohong jika akhirnya mencederai masyarakat. Sekarang, carilah penderita sebanyak-banyaknya sebab pencapaian itu adalah bagian dari wujud kerja nyata. Pencacahan juga bukti pembangunan. Ketika terdata, tentu solusi penyembuhan mudah diterapkan. Jadi, anda-anda jangan lagi lebih banyak di belakang meja menghitung ini-itu. Tiada waktu berleha sebab pengentasan kemiskinan sudah mendesak.

Johny pun memberi applaus atas langkah pro aktif Dinas Kesehatan di tangan dr Abner Silalahi. Ia berharap, terobosan sedemikian diikuti unit kerja lain. Akhir tahun 2011, daerah ini diproyeksikan bebas TBC. Berkreasilah, motivasi diri bahwa kita bekerja untuk rakyat. Kepala daerah ini pun memberi sinyal, bakal memberi promosi kepada mereka yang bijak.

Kepada warga ditegaskan, jangan takut memeriksakan diri. Jangan terpengaruh issu bahwa TB paru adalah penyakit akibat guna-guna. Itu murni gangguan kesehatan yang dapat disembuhkan. Apalagi, tiada beban berat dimana pengobatan tanpa pengenaan biaya. Kalau patuh, enam bulan pasti pulih.

Guna memberi spirit kepada penderita seratusan lebih, Ketua Tim penggerak PKK Nyonya Sitohang Dumasi Sianturi menyumbangkan sejumlah susu bubuk guna dinikmati keluarga.

St TB Sitorus mantan pengidap penyakit tersebut asal Desa Lae Ambat Kecamatan Silima Pungga-pungga memaparkan metode penyembuhan kala ia mengikuti petunjuk perawatan di Puskesmas Bakal Gajah. Ketakutannya akibat muntah darah membuatnya cemas pada kelangsungan hidup. Setelah menuruti nasehat bidan desa Boru Butar, kini ia leluasa beraktivitas sebagai petani ulet. Menjaga kesehatan, disebut sebagai syarat utama. Seterusnya harus teratur minum obat dan cukup istirahat.

Jam delapan wajib masuk kamar, ketusnya disambut gelak tawa hadirin. Sekarang, ia beralih menggantikan beban istri yang selama tiga tahun terpaksa banting stir buat memenuhi biaya hidup.

Sumber: http://www.analisadaily.com/

Baca Selengkapnya - Mengetuk Nurani Mendengar Tangis Penderita TB Paru

Korban DBD di Jakarta Pusat Menurun

Pemkot Jakarta Pusat (Jakpus), berhasil menekan kasus demam berdarah dengue (DBD), meski curah hujan sepanjang 2010, terbilang tinggi.

"Dalam seminggu terakhir ini hanya ada dua kasus. Total kasus sepanjang September 2010 hanya 131," kata Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Jakpus, dr Angliana Dianawati.

Ini menandakan, walaupun cuaca tidak mendukung, Sudin Kesmas Jakpus tetap dapat menekan lonjakan kasus DBD, dan keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari partisipasi warga.

Menurut Angliana, keberhasilan itu juga terlihat jumlah kasus DBD di Jakpus sepanjang 2010 ini hanya mencapai 1.565 orang, dan tidak ada yang meninggal dunia.

"Dibanding dengan kasus yang terjadi pada 2009, yang mencapai 3.000 lebih, angka ini masih dalam katagori rendah, dan tak mencapai kondisi luar biasa (KLB) atau mengkhawatirkan," tegas dr Angliana.

Sesuai catatan Sudinkesmas, dari jumlah keseluruhan kasus sejak Januari hingga 20 September 2010, angka kasus tertinggi terjadi di wilayah Kecamatan Kemayoran mencapai 461 penderita.

Menyusul Kecamatan Johar Baru dengan jumlah penderita mencapai 230 kasus. Sementara Kecamatan Senen menduduki posisi ketiga dengan angka 181 penderita.

Sedangkan wilayah kelurahan yang termasuk daftar merah untuk September 2010 ini, kata Angliana, relatif kecil yaitu ada di tiga kelurahan, Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat, dan Rawasari, semunya di Kecamatan Cempaka Putih.Pada tahun 2009, kelurahan yang masuk zona merah mencapai 10 kelurahan.(*/Re)

Sumber: http://berita8.com/
Baca Selengkapnya - Korban DBD di Jakarta Pusat Menurun

Puluhan Desa di Klaten Endemis DBD

Penulis : Djoko Sardjono

KLATEN--MI: Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengingatkan warga masyarakat untuk mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) pada musim pancaroba saat ini. Di Klaten, 94 desa/kelurahan dinyatakan endemis penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti itu.

"Pengaruh anomali cuaca itu harus diwaspadai. Kalau tidak, DBD bisa meledak dan sulit dikendalikan. Karena itu, kebersihan lingkungan menjadi faktor penting untuk pencegahan," kata Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Dinas Kesehatan Klaten Herry Martanto, Kamis (23/9).

Penderita DBD di Klaten yang dirawat di rumah sakit hingga minggu ke-36 tahun ini mencapai 502 orang, 10 diantaranya meninggal dunia. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 476 orang dan tiga penderita yang tewas.

Terkait penyimpangan musim yang terjadi saat ini, Dinas Kesehatan Klaten telah menugasi seluruh 34 puskesmas di wilayahnya untuk menggiatkan sosialisasi tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). "Untuk pencegahan, PSN lebih efektif ketimbang dengan cara pengasapan," ujar Herry. (JS/OL-04)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/
Baca Selengkapnya - Puluhan Desa di Klaten Endemis DBD

seluk beluk penyakit sifilis si raja singa

Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.

cara penularan penyakit sifilis : Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
pencegahan penyakit sifilis: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.

Selain cara pencegahan sifilis, dapat pula dengan pengobatan yaitu:
Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.

untuk etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis dan penatalaksanaan penyakit sifilis dapat dilihat disini.

sumber:
Baca Selengkapnya - seluk beluk penyakit sifilis si raja singa

Demam Chikungunya

Demam Chikungunya
























DEFINISI

Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini terjadi pada lutut pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
PENYEBAB

Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
GEJALA

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Dalam beberapa kasus didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama sekali atau silent virus chikungunya.

Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tidak akan menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam beberapa waktu kemudian bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.


Meskipun dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.

DIAGNOSA

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
PENGOBATAN

Demam Chikungunya termasuk ?Self Limiting Disease? atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.

Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.


Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.


Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.

PENCEGAHAN

Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih.

Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap.


Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.


Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.


Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.


Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.


Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.

Baca Selengkapnya - Demam Chikungunya

Rubella

Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

Infeksi rubela hampir dapat ditemukan di setiap tempat, tetapi akhir-akhir ini jarang ditemukan di AS. Sejak upaya imunisasi pada masa kanak-kanak diwajibkan dan surveilens imunitas pada populasi berisiko tinggi diting¬katkan, jumlah kasus CRS menurun. Imunisasi menjangkau hampir semua wilayah Amerika Serikat, tetapi tidak demikian di negara-negara lain. Akibatnya, upaya pem¬basmian tidak mudah dilakukan. Perhatian terhadap kelompok berisiko tinggi serta pemberian vaksin yang berkelanjutan bagi anak-anak, remaja, dan mereka yang diketahui belum mendapat imunisasi merupakan upaya perlindungan yang memadai.

Kebanyakan kasus rubella di AS dialami oleh dewasa muda kelompok Hispanik yang lahir di luar AS, dan kebanyakan bayi dengan CRS lahir dari ibu yang bukan orang asli AS. Pemeriksaan kekebalan tubuh pada wanita usia subur, khususnya mereka yang berisiko tinggi terpajan rubela, akan membantu pencegahan CRS.

Tempat-tempat dengan risiko pajanan dan penularan penyakit harus memiliki dua komponen program perawatan kesehatan, yakni memastikan status kekebalan wanita usia subur terhadap rubela dan ketersediaan vaksin rubela. Tempat tersebut antara lain: fasilitas rawat satu hari, sekolah, kampus, penjara, dan pemukiman padat lain.

ACIP telah merekomendasikan supaya vaksin MMR diberikan kepada semua wanita usia subur (misal, remaja puteri dan wanita premenopause) _yang diketahui tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman rubela. Upaya harus digalakkan guna memastikan bahwa semua wanita usia subur yang reRata Penuhntan, khususnya mereka yang dibesarkan di wilayah yang tidak memungkinkan pemberian vaksin rubela, dapat divaksinasi dengan MMR atau dapat menunjukkan bukti bahwa mereka sudah diimunisasi.

Penapisan Dalam Kehamilan
Pemeriksaan titer antibodi rubela (penghambatan hema¬glutinasi) harus dilakukan secara rutiri sebagai bagian pemeriksaan antepartum awal. Titer antibodi 1:10 atau lebih menunjukkan adanya kekebalan. Sedangkan titer di bawah 1:10 bermakna sebaliknya, dan bidan harus mencatatnya pada rekam medis wanita tersebut serta membuat jadwal pemberian imunisasi setelah ia melahirkan. Titer antibodi yang tinggi, 1:64 atau lebih, menunjukkan adanya penyakit karena ketika begitu terjadi infeksi, segera muncul respons antibodi. Pada situasi ini, bidan harus mencari tanda dan gejala penyakit, memprogramkan serangkeian pemeriksaan titer antibodi, lalu melakukan konsul dengan dokter.

Pemberian vaksin rubela selama kehamilan pada wanita yang tidak kebal tidak direkomendasikan sebab vaksin adalah suatu virus hidup yang telah dilemahkan, yang secara teoretis dapat menyebabkan malformasi janin. Wanita yang tidak mengetahui bahwa mereka hamil dan menerima vaksin rubela dapat diberi penjelasan bahwa tidak akan timbul efek teratogenik akibat pemberian vaksin.

Untuk menghindari risiko, sangat bijaksana jika bidan menawarkan vaksin rubela kepada wanita yang tidak kebal terhadap rubela pada awal pascapartum. Apabila bukan pada periode pascapartum, tanyakan apakah ia hamil, jelaskan risiko yang berpotensi muncul, dan sarankan menunda kehamilannya selama satu bulan setelah mene¬rima vaksin. Jelaskan pula bahwa menyusui bukan kontraindikasi terhadap pemberian vaksin.

Diagnosis
Tanda dan gejala klinik rubela adalah sebagai berikut:
  1. Demam dengan suhu tubuh tidak terlalu tinggi
  2. Mengantuk
  3. Luka tenggorok
  4. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
  5. Pembengkakan kelenjar leher
  6. Durasinya 3 sampai 5 hari.
Penetapan diagnosis rubela agak sulit karena gejalanya bersifat subklinis sehingga kendati janin sudah terinfeksi, pada pemeriksaan klinis tidak muncul tanda atau gejala pada ibu. Apabila ibu menyadari bahwa ia telah terpajan rubela dan pada pemeriksaan laboratorium titer antibodinya di bawah 1:10 (tidak kebal), maka spesimen darah harus diambil untuk pemeriksaan serologi (IgG dan IgM) untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada dokter. Pada situasi seperti ini, kebijakan tentang pemberian hiperimmune gamma globulin berbeda-beda.

Pencegahan
Sasaran utama program imunisasi rubela ialah mencegah CRS. Komponen utama strategi pemusnahan rubela dan CRS adalah mencapai dan mempertahankan tingkat imuni¬sasi yang tinggi pada anak-anak dan dewasa, terutama pada wanita usia subur, menyelenggarakan surveilens yang akurat untuk rubella dan CRS; dan memutus mata rantai penularannya. Strategi pencegahan ini diketahui cukup efektif sejak digunakan pada akhir tahun 1970-an di Amerika Serikat.

Pemberian vaksin pada wanita usia subur yang rentan terinfeksi rubela harus menjadi bagian rutin untuk pera¬watan medis umum dan rawatjalan ginekologi, dilakukan di semua pelayanan keluarga berencana, dan diberikan rutin sebelum ibu pulang dari rumah sakit, pusat persalinan, atau pelayanan kesehatan lain.

Perhatian juga perlu diberikan kepada wanita atau anggota keluarga yang akan mengadakan perjalanan di luar benua Amerika. Karena vaksin rubela tidak diberikan secara rutin di banyak negara, disarankan agar mereka mendapat imunisasi ini dulu sebelum berangkat. Wanita hamil yang diketahui tidak mempunyai sistem kekebalan terhadap rubela disarankan menunda perjalanan sampai setelah melahirkan

Baca Selengkapnya - Rubella

Penyakit Imunologi HIV AIDS

Pendahuluan

Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.


Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga Maret 2004 terdapat 4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita AIDS dan 493 meninggal dunia. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang. Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari pemeriksaan darah anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya. Karena masa inkubasi HIV/ AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari penderita yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS belum ada vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit infeksi menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun 2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/ meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap virus HIV.


Definisi


AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.


Epidemiologi


Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.


Gejala Infeksi HIV/ AIDS



  • Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.

  • Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.

  • Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.

  • AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.


Stadium Infeksi


AIDS Council of NSW


Stadium 1 Infeksi primer:


Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.


Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:


Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.


Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:


Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.


Stadium 4 Kelainan berat:


Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).


WHO


Stadium I


Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.


Stadium II


Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.


Stadium III


Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.


Stadium IV



  • Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.

  • Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).

  • Toksoplasmosis pada otak.

  • Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.

  • Kriptokokosis di luar paru.

  • Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.

  • Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.

  • PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.

  • Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.

  • Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.

  • Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.

  • Septikemia salmonela bukan tifoid.

  • TB di luar paru.

  • Limfoma.

  • Kaposi’s sarkoma.

  • Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.


Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.


Kelompok Resiko


Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.


Dampak HIV/ AIDS


Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.


Cara Penularan


HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.


Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.


Penularan HIV/ AIDS :



  • Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).

  • Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.

  • Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.

  • Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.


HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.


Cara Pencegahan


Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.


Pemeriksaan HIV/ AIDS


Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko. Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.


Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :


1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.


2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap (whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.


3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana; cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.


4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus terlatih.


5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah; mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk tes darah.


6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan : perlu pelayanan konseling yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.


Pengobatan HIV/ AIDS


Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.


Jenis obat-obat antiretroviral :



  • Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.

  • Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.

  • Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).

  • Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).

  • Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.

  • Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.


Perawatan dan Dukungan


Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.


Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS


1) Makan makanan bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas. 3) Istirahat cukup. 4) Sayangilah diri sendiri. 5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin. 6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan. 7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.


Perawatan di rumah (home care)


1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara penularan, pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian bantuan dan motivasi hidup.


2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan, menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan masalah.


3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.


4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.


5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.


6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik (ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta memperlakukan anak secara normal.


7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.


Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.


8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan, membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).


Referensi

Adobe reader-[challenges-opportunitis_id.pdf]. Laporan Eksekutif Menkes RI Tentang Penanggulangan HIV/ AIDS Respon Menangkal Bencana Nasional Pada Sidang Kabinet Maret 2002. Jakarta.

Adobe reader-[who_ilo_guidelines_indonesian.pdf]. Pedoman Bersama ILO/ WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/ AIDS.September 2005.

Adobe Reader-[HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].

Adobe Reader-[ASHMO3HIVposFactsheetInd.pdf]. Informasi Pasien.

Adobe Reader-[CoveringthoseaffectedbyHIVAIDS.pdf]. Liputan Tentang Mereka Yang Mengidap HIV/AIDS.

BERITA IPTEK ONLINE: Mengamati Pengaruh HIV pada kesuburan pria. Hadhimulya Asmara.10 Mei 2007.

Farida Aprilianingrum, SKM.Pemberdayaan Pekerja Sex Sunan Kuning : Learning Resources Center : Pusat Media Belajar Kesehatan.
Baca Selengkapnya - Penyakit Imunologi HIV AIDS

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber