Cari Blog Ini

Cara Pakai Kondom Lelaki

Cara Pakai Kondom Lelaki: "

Efektifitas pemakaian kondom akan tinggi, apabila pengguna kondom dapat menggunakan kondom dengan baik dan benar setiap kali akan berhubungan seksual. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah kehamilan, juga mencegah penyakit menular seksual.


Di bawah ini, adalah cara pemakaian kondom pria.




  • Tahap 1


Gambar cara pakai kondom pria 1Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.



  • Tahap 2


Gambar cara pakai kondom pria 2Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.



  • Tahap 3


Gambar cara pakai kondom pria 3

Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.



  • Tahap 4


Gambar cara pakai kondom pria 4

Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.



  • Tahap 5


Gambar cara pakai kondom pria 5

Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan Anda.



  • Tahap 6


Gambar cara pakai kondom pria 6


Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.


Video cara pakai kondom lelaki



Referensi

avert.org/condom.htm diunduh 4 Maret 2010, 10:17 PM.

kondomku.com/page_3 diunduh 28 Feb. 2010, 10:25 PM.

plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/condom-10187.htm diunduh 4 Maret 2010, 1:52 PM.

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 17- MK 21).

youtube.com/watch?v=tcpfZKvOFZ4&feature=player_embedded

http://askep-askeb.cz.cc/

Baca Selengkapnya - Cara Pakai Kondom Lelaki

Kondom

Kondom

Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS.


Pengertian Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.


Jenis Kondom

Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:



  1. Kondom biasa.

  2. Kondom berkontur (bergerigi).

  3. Kondom beraroma.

  4. Kondom tidak beraroma.


Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer.


Cara Kerja Kondom

Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:



  1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.

  2. Sebagai alat kontrasepsi.

  3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS.


Efektifitas Kondom

Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.


Manfaat Kondom

Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi.


Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:



  1. Efektif bila pemakaian benar.

  2. Tidak mengganggu produksi ASI.

  3. Tidak mengganggu kesehatan klien.

  4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

  5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.

  6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.

  7. Metode kontrasepsi sementara


Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:



  1. Peran serta suami untuk ber-KB.

  2. Mencegah penularan PMS.

  3. Mencegah ejakulasi dini.

  4. Mengurangi insidensi kanker serviks.

  5. Adanya interaksi sesama pasangan.

  6. Mencegah imuno infertilitas.


Keterbatasan Kondom

Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:



  1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.

  2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.

  3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.

  4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

  5. Perasaan malu membeli di tempat umum.

  6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.


Penilaian Klien

Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:





































Kondom



Baik digunakan



Tidak baik digunakan


Ingin berpartisipasi dalam program KBMempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsiAlergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementaraMenginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahanTidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi saat berhubunganTidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi
Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS

Kunjungan Ulang

Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.


Penanganan Efek Samping

Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.


























Efek Samping Atau Masalah



Penanganan


Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaianBuang dan pakai kondom yang baru atau gunakan spermisida
Kondom bocor saat berhubunganPertimbangkan pemberian Morning After Pil
Adanya reaksi alergiBerikan kondom jenis alami atau ganti metode kontrasepsi lain
Mengurangi kenikmatan berhubungan seksualGunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain

Referensi

Bambangguru. 2008. AIDS. bambangguru.wordpress.com/2008/12/01/aids/#more-301 diunduh 28 Feb. 2010, 08:45 PM

kondomku.com/page_3 diunduh 28 Feb. 2010, 10:25 PM.

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 17- MK 21).

swish.org.uk/?q=sex_info/condoms diunduh 28 Feb. 2010, 08:40 PM.

thebody.com/content/art12636.html diunduh 28 Feb. 2010, 10:21 PM

http://askep-askeb.cz.cc/

Baca Selengkapnya - Kondom

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.


Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.



Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.


Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.


Referensi

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 85-86).

Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM.

scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS

diunduh 12 Feb 2010, 04:30 PM.

scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.

scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.

http://askep-askeb.cz.cc/

Baca Selengkapnya - Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler

Diafragma

Diafragma

Pengertian

Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.


Diafragma dan spermisida

Diafragma dan spermisida


Jenis

Jenis diafragma antara lain:



  1. Flat spring (flat metal band).

  2. Coil spring (coiled wire).

  3. Arching spring (kombinasi metal spring).




Flat spring (Diafragma pegas datar)

Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.


Coil spring (Diafragma pegas kumparan)

Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.


Arching spring

Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina.


Cara Kerja

Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:



  1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi).

  2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.


Manfaat

Alat kontrasepsi diafragma memberikan dua manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi.


Manfaat kontrasepsi



  1. Efektif bila digunakan dengan benar.

  2. Tidak mengganggu produksi ASI.

  3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.

  4. Tidak mengganggu kesehatan klien.

  5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.


Manfaat non kontrasepsi



  1. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.

  2. Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.


Keterbatasan

Meskipun alat kontrasepsi diafragma ini mempunyai manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi, tetapi alat ini juga mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:



  1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).

  2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.

  3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.

  4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.

  5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.

  6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.


Penilaian Klien

Sebelum alat kontrasepsi diafragma digunakan oleh klien, sebaiknya petugas kesehatan mengkaji klien terlebih dahulu. Sehingga alat kontrasepsi ini sesuai atau tidak digunakan oleh wanita tersebut.





































Diafragma



Sesuai untuk klien yang:



Tidak sesuai untuk



klien yang:


Tidak mau atau tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi hormonal (perokok, wanita di atas 35 tahun)Mempunyai umur dan paritas serta masalah kesehatan yang menyebabkan kehamilan resiko tinggi
Tidak menyukai metode yang diberikan oleh petugas kesehatan (AKDR)Terinfeksi saluran uretra
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukungTidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina)
Jarang melakukan hubungan seksual dengan pasangannyaMempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
Ingin melindungi dari penyakit menular seksualIngin metode KB efektif
Memerlukan metode sederhana sebelum memilih metode lain

Penanganan Efek Samping

Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi diafragma.






























Efek Samping Atau Masalah



Penanganan


Infeksi saluran uretraPemberian antibiotik, sarankan mengosongkan kandung kemih pasca senggama atau gunakan metode kontrasepsi lain
Alergi diafragma atau spermisidaBerikan spermisida bila ada gejala iritasi vagina pasca senggama dan tidak mengidap PMS atau bantu memilih metode lain
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektumNilai kesesuaian ukuran forniks dan diafragma. Bila terlalu besar, coba ukuran yang lebih kecil. Follow up masalah yang telah ditangani
Timbul cairan vagina dan berbauPeriksa adanya PMS atau benda asing dalam vagina. Sarankan lepas segera diafragma pasca senggama. Apabila kemungkinan ada PMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi
Luka dinding vagina akibat tekanan pegas diafragmaHentikan penggunaan diafragma untuk sementara dan gunakan metode lain. Bila sudah sembuh, periksa kesesuaian ukuran forniks dan diafragma

Hal yang Perlu Diperhatikan

Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per oral dan analgesik.


Referensi

plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/diaphragm-4244.htm diunduh 2 Maret 2010, 07:45 PM.

Ridha, W. 2008. Metode Barier Intravaginal. one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kesehatan/metode-barier-intravaginal diunduh 2 Maret 2010, 07:48 PM.

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 21- MK 24).

Stacey, D. 2008. Diaphragm.. contraception.about.com/od/prescriptionoptions/a/Diaphragm.htm diunduh 2 Maret 2010, 10:18

http://askep-askeb.cz.cc/

Baca Selengkapnya - Diafragma

Menuju hari Tua Sehat & Bahagia

Menuju hari Tua Sehat & Bahagia
MENUJU HARI TUA SEHAT & BAHAGIA



APA LANSIA ITU ?

Lansia adalah setiap orang yang telah berumur 65 tahun atau lebih, jika lebih dari 70 tahun dikatakan lansia resiko tinggi


PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA ?

- Rambut uban
- Kulit keriput
- Penglihatan berkurang
- Daya tahan menurun
- Badan bungkuk
- Gigi ompong
- Peredaran darah mudah terganggu
- Tulang dan otot mulai rentan
- Fungsi perut sering terganggu
- Fungsi perkencingan sering terganggu
- Emosi mudah berubah-ubah
APA YANG PERLU DIWASPADAI JIKA ANDA SUDAH MENJADI LANSIA ?


Jika ada benjolan di tubuh yang sebelumnya tidak ada.
- Mata kabur seperti berkabut
- Sering sakit-sakitan
- Sering sempoyongan
- Pikun bertambah
- Sering kencing,haus dan cepat lapar
- Jaga berat badan jangan sampai gendut
- Susah buang air besar
- Batuk lama
- Sulit kencing
- Sering anyang-anyangan
- Sering pusing
- Dada berdebar
- Kaki bengkak
- Ingin menyendiri/cepat marah
- Badan terasa dingin
- Badan dan persendian terasa nyeri

TEKANAN DARAH TINGGI PADA LANSIA

Tekanan darah tinggi merupakan penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia. Lansia dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tekanan darah > 140/90 mmHg

APA SIH TANDA DAN GEJALA TEKANAN DARAH TINGGI ?
- Sakit kepala
- Bingung
- Badan terasa panas
- Dada berdebar-debar
- Tekanan darah > 140/90 mm Hg

APA PENYEBAB TEKANAN DARAH TINGGI ?
- Keturunan
- Kekakuan pembuluh darah
- Pengapuran pembuluh darah
- Makanan tinggi garam/lemak
- Sakit ginjal
- Stress

APA DAMPAK TEKANAN DARAH TINGGI BAGI LANSIA ?

- Bisa mengalami stroke
- Bisa jantung lemah
- Sakit kepala
- Sulit tidur
- Emosi meningkat

APA SIH YANG HARUS DILAKUKAN JIKA SUDAH MENDERITA TEKANAN TINGGI ?
o Batasi makan makanan yang mengandung garam
o Batasi makan ikan laut/daging
o Banyak makan sayur dan buah
o Periksa ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur
o Perhatikan jika tiba-tiba terasa “munyer” cepat ke tempat pelayanan kesehatan
o Minum obat secara teratur
o Rajin beribadah ‘Tabah”
o Terbuka dengan keluarga
o Tetap aktif beraktivitas kecuali jika pusing
o Jangan minum kopi.

BAGAIMANA CARA MENCEGAH TIMBULNYA HIPERTENSI ?

o Rubah pola gaya hidup
o Penurunan berat badan
o Diet asupan rendah garam
o Hindari faktor resiko : merokok, alkohol, makanan berlemak, stress
o biasakan aktifitas fisik/ jalan sehat
o Lakukan pemeriksaan yang teratur pada fasilitas kesehatan yang ada

from ns.harmoko
Baca Selengkapnya - Menuju hari Tua Sehat & Bahagia

PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN

PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN
Sebelum proses keperawatan berkembang, perawat bekerja secara /berdasarkan instruksi dokter dan fokus utama pada penyakit serta belum ilmiah.
Tahun 1955., awal mula istilah keperawatan digunakan, Linda Hall mengembangkan proses keperawatan.
Tahun 1967, Univercity Catholic di Amerika mengemukakan tentang empat tahap proses keperawatan, yaitu; pengkajian, perencanaan, peleksanaan, dan evaluasi.
Tahun 1973, ANA, standar umum praktek keperawatan mengemukakan lima tahap proses keperawatan, yaitu; pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Tahun 1980, ANA,mengemukakan keperawatan adalah diagnosa dan pengobatan respon manusia yang aktual dan potensial pada masalah-masalah kesehatan.
Tahun 1982, The National Council of State Board of Nursing, mengemukakan lima tahap proses keperawatan, yaitu; pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pada tabel 9-1 banyak perawat dan kelompok yang mengkontribusi perkembangan proses keperawatan dan kemajuan diagnosa keperawatan, yaitu selain yang telah diuraikan di atas dan beberapa tokoh lainnya.
Jonson,D.E, 1959, proese keperawatan sebagai pengkajian, pengambilan keputusan, pelaksanaan adalah serangkaian tindakan untuk pemecahan masalah-masalah kesehatan dan evaluasi.
Knowlles, 1967 memberikan kesan pada “5 D” yaitu; menemukan , menyelidiki, menentukan/memutuskan, pelaksanaan dan membedakan.
Roy, Sr.C, 1976, menggunakan enam tahapan proses keperawatan yaitu; pengkajian pada perilaku pasien, pengkajian pada faktor-faktor yang mempengaruhi, identifikasi masalah, tujuan, pelaksanaan, memilih pendekatan, dan evaluasi.

KOMPONEN DARI PROSES KEPERAWATAN.
Proses adalah serangkaian tindakan yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan adalah suatu sistem, metode rasional, yang direncanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tujuannya adalah identifikasi masalah-masalah status klien, aktual dan potensial masalah-masalah perawatan kesehatan, membuat rencana pertemuan untuk identifikasi kebutuhan dan memberikan tindakan perawatan yang khusus pada kebutuhan tersebut.
Aplikasi pada proses keperawatan memerlukan bermacam-macam ketrampilan perawatan antara lain;
Hubungan interpersonal meliputi; komunikasi, mendengar, memberikan perhatian, terbaru, pengetahuan dan informasi.
Ketrampilan tehnik, ditunjang dengan penggunaan peralatan dalam pelaksanaan prosedur.
Ketrmpilan intelektual, yaitu problem solving, pemikir, dan pendapat.
Proses keperawatan yang sering digunakan adalah empat atau lima langkah. Komponen-komponen ini sering digunakan untuk mencapai tujuan dari proses. Dalam proses keperawatan, interaksi antara klien dan perawat adalah penting, seperti yang digambarkan sebagai berikut;




Assm.
Diagnosa
KLIEN Planing PERAWAT
I. EVAL.

Teori keperawatan berbeda penggunaannya dalam setiap langkah. Meskipun berbeda dalam aktifitas perawatan menggunakan proses yang berbeda.
Untuk contoh diagnosa perawatan menggunakan analisa, dan implementasi atau intervensi
Gambaran dalam lima langkah proses keperawatan memeakai beberapa buku sumber.
Komponen-komponen dalam proses keperawatan didiskusikan secara mendalam sebagai berikut:
1. Pengkajian: adalah pengumpulan data, membuktikan data tentang status kesehatan seorang klien. Data tentang fisik,emosi,pertumbuhan,sosial,kebudayaan, intelektual,dan aspek spiritual. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
2. Diagnosa : merupakan sebuah proses yang menghasilkan suatu pernyataan atau diagnosa keperawatan. Dalam fase ini, perawat mengelompokkan data, apakah masalah yang aktual atau potensial dimana klien membutuhkan pertolongan perawatan? Untuk menguatkan diagnosa adalah analisa. Analisa adalah mengidentifikasi macam-macam sistem tubuh. Suatu masalah kesehatan yang aktual adalah kehadiran faktor-faktor beresiko yang disembunyikan untuk klien dan keluarga terhadap masalah-masalah kesehatan.
3. Perencanaan ; Mencakup sekelompok langkah-langkah dimana perawat dan klien menyusun prioritas, tujuan , hasil yang diharapkan dan menetapkan suatu rencana untuk memecahkan atau mengurangi masalah klien.
4. Pelaksanaan: Menerapkan rencana pelayanan keperawatan dalam tindakan. Selama fase ini perawat meneruskan pengumpulan data, melakukan perawatan untuk pendekatan perseorangan dan mengarahkan rencana tindakan. Untuk mengarahkan rencana keperawatan perawat menentukan :
• Prioritas klien dipertimbangkan
• Rencana kegioatan keperawatan terlaksana dan menolong klien mencapai hasil yang diinginkan.
• Rencana tersendiri untuk memenuhi kebutuhan klien.
5. Evaluasi : adalah pengkajian respon klien terhadap penerapan keperawatan dan membandingkan respon standar yang ditentukan. Standar ini sering disebut dengan kriteria hasil. Perawat bertujuan memperluas hasil atau tujuan perawatan yang telah ditentukan telah tercapai, tercapai sebaian, atau tak tercapai. Kalau tidak tercapai, dibutuhkan pengkajian kembali, perencanaan, dan bisa mencakup perubahan dalam beberapa fase proses keperawatan, karena setiap langkah mempengaruhi langkah lainnya karena saling berkaitan.
Proses perawatan adalah adaptasi pada tehnik pemecahan ,masalah dan sitem-sistem teori. itu dapat dibandingkan dengan proses kedokteran/medik. Lihat tabel.
II.
III. TABEL PERBANDINGAN PROSES KEPERAWATAN DAN PROSES KEDOKTERAN

Nursing Proses Medical Proses
Assessing
Mengumpulkan data dari
• Cerita perawat
• Pemeriksaan kesehatan
• Meninjau catatan
• Konsultasi dengan anggota team lain
• Meninjau literatur Assessing
Pengumpulan data dari
• Cerita dokter
• Pemeriksaan fisik
• Test diagnosa
• Meninjau literatur
Diagnosing
• Analisa dan sintesis dari data
• Identifikasi dari problem kesehatan
• Penugasan diagnosa perawat Medical diagnosis
• Mengorganisasi data
• Analisa dan interpretasi data
• Perumusan sebuah diagnosa
Planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan
• Perkembangan sasaran
• Menuliskan rencana perawat (NCP)
• Penyerahan kegiatan keperawatan Medical planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan untuk terapi
• Menuliskan perencanaan terapi
Implementing
• Preimplementasi intervensi
• Pelaksanaan
• Sesudah pelaksanaan strtegi; memperbaharui data yang jelek, meninjau dan merevisi rencana.
Therapi
Pesanan dokter
Therapi dokter
Penyerahan

Evaluating
• Pengumpulan data tentang respon pasien
• Perbandingan data obyek yang tidak dapat dipungkiri dan tujuan
• Determinasi effektifan rencana keperawatan
• Analisa akibat pengaruh variabel
• Modifikasi care plan Evaluating
• Pembuatan keefektifan terapi dokter dalam hubungan tujuan
• Analisis pada variabel
• Merevisi rencana kebutuhan terapi

IV. KEUNTUNGAN PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan sangat penting untuk perawat dan klien. Manfaat berikut dijelaskan dalam Atkison dan Murray, 1986, pp 5-7.

Keuntungan bagi klien
• Kualitas asuhan keperawatan klien
• Asuhan keperawatan yang kontinue
• Partisipasi klien dalam merawat kesehatannya.

Keuntungan bagi perawat
• Pendidikan bertambah
• Kepuasan kerja
• Pengembangan profesional
• Mneghindari tindakan illegal (Philpott, 1985,p.79)
• Penemuan standar profesional keperawatan
• Penemuan standat dan akreditasi rumah sakit.


KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
• Merupakan sistem yang terbuka, fleksibel, dan dinamis
• Dilakukan melalui pendekatan secara individual pada pemenuhan kebutuhan klien
• Direncanakan
• Diarahkan untuk mencapai tujuan
• Fleksibel untuk menemukan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat
• Memerlukan kreatifitas perawat dan klien dalam menemukan cara-cara mengatasi atau memecahkan masalah kesehatan.
• Merupakan hubungan interpersonal yang membutuhkan perawat untuk berkomunikasi secara langsung dan konsisten dengan pasien/klien untuk menemukan kebutuhannya.
• Merupakan suatu siklus, semua tahap saling berhubungan dan bukan merupakan awal atau akhir yang absoulut.
• Menekankan hubungan timbal balik yang dilakukan untuk mengkaji ulang masalah rencana keperawatan.
• Dapat diterapkan secara universal. Proses keperawatan digunakan sebagai kerangka kerja asuhan keperawatan berbagai tipe pelayanan kesehatan.

KERANGKA KERJA SEBAGAI SUATU PERTANGGUNGJAWABAN
Tanggung jawab adalah suatu kondisi yang dapat dijawabkan dipertanggungjawabkan pada seseorang atas perilaku khusus yang merupakan bagian dari peran perawat profesional. Proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk mempertanggungjawabakan dan mempertanggung gugat keperawatan serta memaksimalkan tanggung jawab dan tanggung gugat standar pelayanan. (Law, 1983). Perawat bertanggung jawab pada klien, organisasi profesi, kolega, tempat kerja, dan dirinya sendiri. Selain itu proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk pertanggungjawaban pada kegiatan-kegiatandi lima fase, yaitu: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.


V. PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN
Isi Pembahasan
Sejarah persepektif proses keperawatan
Komponen proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan bagi perawat dan bagi klien
Ini mempunyai tujuan untuk dapat :
• Menggambarkan komponen proses keperawatan
• Mengidentifikasikan sumbangan perawat-perawat yang terpilih terhadap pengembangan proses keperawatan
• Mengidentifikasikan aktifitas-aktifitas keperawatan yang terlibat pada masing-masing komponen proses keperawatan
• Mengidentifikasi kerekterisrik esensial proses keperawatan
• Membuat daftar manfaat proses keperawatan bagi perawat
• Membuat daftar manfaat proses keperawatan bagi klien
• Menggambarkan proses keperawatan sebagai kerangka bagi pertanggungjawaban dan tanggung gugat.
VI.
Persepektif sejarah proses keperawatan.

Sebelum proses keperawatan berkembang para perawat cenderung memberikan perawatan berdasarkan pesan tertulis secara fisik dan difokoskan pada keadaan penyakit tertentu dari orang yasng dirawat.
Praktek keperawatan yang diberikan secara independent tantang keadaan fisik yang sering didukung oleh intuisi dan pegalaman dari pada metode ilmiah.
Kerangka proses keperawatan merupakan implikasi yang relatif baru. Pda tahun 1955 Hall mendapoat gagasan istilah proses keperawatan. Sejak saat itu bebrbagai perawat telah menggambarkan proses keperawatan dengan cara yang berbeda-beda.
Wiendeubach (1963), menggambarkan tiga langkah dalam keperawatan : observasi, melayani serta membantu dan validasi.
Knowle (1967,pp. 248-72), menyarankan “ 5 D “ perlu bagi penerapan keperawatan; discaver, delve, decide, do, dan discriminate (penemuan, penyelidikan, menentukan, melaksanakan, dan memisahkan).
Pada tahun 1967 Western Interstate Commission of Higher Education (WICHE), mengidentifikasikan proses keperawatan dengan lima langkah: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi, dan evaluasi.
Juga pada tahun yang sama Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Katholik Amerika mengusulkan empat komponen proses keperawatan; Assessment, planing, intervention, dan evaluation.
Pemakaian proses keperawatan dipraktek klinik didapat legitimasi tambahan dalam tahun 1973, ketika Perkumpulan Perawat Amerika (ANA) menerbitkan standar praktek keperawatan; pengkajian, diagnosa, rencana, intervensi, dan evaluasi.
Selanjutnya sejumlah negara merevisi undang-undang praktek keperawatan serta aspek-aspek keperawatan, proses pearwatan berkembang secara teori dan secara klinik, istilah diagnosa keperawatan mendapat pengakuan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam literatur ilmu keperawatan.

Komponen dari prakterk keperawatan.
Proses adalah serangkain tindakan atau perilaku yang yang teratur yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses keperawatan merupakan perencanaan pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. Tujuannya mengidentifikasi status kesehatan klien, masalah kesehatan aktual atau potensial, untuk membuat rencana sesuai kebutuhan dan memberikan tindakan perawatan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya.

Proses perawatan adalah suatu siklus dimana komponen-komponen praktek keperawatan mengikuti urutan yang logis tetapi lebih dari satu komponen dapat berlangsung bersamaan(dalam satu waktu)
Untuk dapat menggunakan proses keperawatan secara effektif bagi kebutuhan klien, perawat harus bekerja sama dengan klien. (Individu, keluarga, dan masyarakat). Jika klien tidak dapat ambil bagian dalam perencanaan dan pengambilan keputusan anggota keluarga dapat diajak untuk mewakili klien.
Dalam penerapan praktek keperawatan memerlukan bermacam-macam ketrampilan dari perawat, meliputi; ketrampilan interpersonal, tehnik dan intelektual. Adapun proses keperawatan terdiri atas empat atau lima tahap. Ynag empat tahap terdiri dari; pengkajian, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi. Pada sistem ini diagnosa termasuk dalam pengkajian. sedangkan pada sistem lima tahap terdiri dari; pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Penjelasan singkat tentang kelima komponen praktek keperawatan adalah;
Pengkajian
adalah pengumpulan data, pembuktian dan pengorganisasian data mengenai status kesehatan klien.
Data tentang fisik , emosional, perkembangan, sosial budaya, intelektual, dan spiritual didapatkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya. Ketrampilan observasi komunikasi dan wawancara serta pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam tahap ini.

Diagnosa
adalah pernyataan mengenai gangguan kesehatan klien baik yang aktual maupun potensial, dimana perawat berhak dan mampu untuk mengatasinya. Pada fase ini perawat memilih dan mengelompokkan data status kesehatan, akan masalah aktual dan potensial yang mana dari klien memerlukan bantuan dan faktor-faktor penyebab masalah tersebut. Respon terhadap jawaban tersebut menjadi diagnosa keperawatan. Proses membuat diagnosa disebut; analisa.

Perencanaan
Merupakan serangkaian langkah dimana perawat dan klien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan dan membuat rencana tertulis mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi dan untuk mengkoordinasikan pemberian asuhan dari seluruh tim kesehatan. Dalam berkolaborasi dengan klien, perawat menentukan intervensi yang specifik untuk tiap diagnosa keperawatan.


Implementasi
adalah pelaksanaan dari tindakan yang direncanakan serta memvalidasi perencanaan yang dibuat atau mendelegasikannya kepada orang yang tepat. Melanjutkan pengumpulan data tidak hanya untuk mengetahui perubahan data (kondisi pasien) yang terjadi, tetapi juga untuk mendapatkan kejadian (data) untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pda tahap berikutnya. Untuk mengvalidasi perencanaan perawat menentukan;
Apakah prioritas klien sudah dipertimbangkan
Apakah rencana tindakan yang direncanakan realistis dan dan dapat membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Apakah rencana sudah individual untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien.

Evaluasi
Adalah mengkaji respon klien terhadap tindakan-tindakan dan membandingkannya dengan standar yang ditetapkan. Standar ini sering disebutu kriteria hasil. Perawat menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai, sudah tercapai semua, sebagian, atau belum tercapai. Jika belum tercapai , perawat melakukan pengkajian ulang mengenai rencana asuhan. Pengkajian ulang dapat merubah sebagian atau seluruh langkah-langkah dari proses keperawatan.

Kegunaan proses keperawatan.
Praktek keperawatan penting bagi perawat dan klien.
Bagi klien
• Asuhan yang berkualitas. Proses keperawatan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang unik. Evaluasi dan pengkajian berulang/berkelanjutan mengenai kelayakan asuhan keperawatan.
• Asuhan berkelanjutan. Rencana perawatan yang tertulis dapat dikaji oleh seluruh anggota tim pemberi asuhan dan dapat mencegah pengulangan informasi bagi klien dan pemberi asuhan.
• Partisipasi klien dalam pemeliharaan kesehatan. Proses tersebut dapat membantu klien mengembangkan ketrampilan yang terkait dengan asuhan kesehatannya dan lebih memperhatikan tujuan asuhan.

Bagi perawat
• Pendidikan perawatan yang sistematis dan konsisten.
The National Legue for Nursing (NLN) yang mengatur akreditasi program pendidikan keperawatan menghendaki sarjan yang kompoten dalam menggunakan proses keperawatan.
• Kepuasan kerja yang tertulis baik memberikan kepercayaan diri perawat, yang mana tindakan keperawatan didasarkan pada identifikasi yang akurat dari masalah klien, sehingga mencegah terjadinya tak terorganisir, mencoba dan salah. Perencanaan memberikan kepuasan jika tujuan tercapai.
Pertumbuhan profesional :Dengan mengevaluasi efektifitas tindakan, perawat belajar mengenai tindakan keperawatan mana yang efektif dan mana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses tersebut meningkatkan ketrampilan dan pengalaman perawat.
• Menghindari aspek tindakan legal (hukum)
Ketika setiap tahap dari proses keperawatan digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat mempunyai tanggung jawab hukum terhadap klien. Kegagalan dalam melaksanakan pengkajian atau membuat perencanaan akan membawa kosekuensi legal.
• Mendapatkan standar keperawatan profesional.
Kriteria dalam standar praktek keperawatan yang dikembangkan ANA didasarkan pada langkah-langkah dari proses keperawatan.
• Mendapatkan/memenuhi standar akreditasi rumah sakit.: Joint Comition af Acreditation Healt Organitation American menginginkan penerapan proses pearwatan dan rencana tertulis harus disediakan untuk setiap klien yang dirawat di rumah sakit. “Registered Nurse” bertanggung jawab atas hal ini.

Karakteritik proses keperawatan
• Sistem terbuka, fleksibel, dan dinamis
• Merupakan pendekatan yang individual untuk tiap-tiap bagian kebutuhan klien
• Terencana
• Terarah untuk tujuan
• Fleksibel untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat.
• Memungkinkan kreatifitas bagi perawat dan klien dalam menentukan tindakan untuk memecahkan masalah yang ditetapkan.
• Merupakan interpersonal. Menuntut perawat untuk berlangsung dan konsisten berkomunikasi dengan klien untuk memenuhi kebutuhannya.
• Siklikal. Tak ada awal dan akhir secara absoulut.
• Menekankan pada feed back (umpan balik)
• Dapat digunakan secara universal, diberbagai tempat pelayanan dan pada klien semua kelompok umur.

VII. TABEL 9.3 PILIHAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PROSES KEPERAWATAN

KOMPONEN PENGETAHUAN KEMAMPUAN
Assessing Sistem Biopsikososial dan Spiritual manusia.
Kebutuhan perkembangan manusia.
Kesehatan
Kesakitan
Patofisiologi
Sistem keluarga
Budaya dan nilai pribadi dan klien
Lingkungan Menilai secara sistematis
Komunikasi secara efektif
Menetapkan haubungan suatu pertolongan
Mendapatkan sejararh kesehatan
Melakukan penilaian perawatan fisik




Diagnosing Kategori diagnosa perawat bahwa perawat dapat mengenali dan mengobati.
Faktor etiologi diagnosa keperawatan
Tanda atau karakteristik diagnosa keperawatan.
Faktor resiko teman sejawat dengan potensial dignosa keperawatan.
Standar ukuran normal
Mekamisme koping individual
Membedakan isyarat dan kesimpulan
Berpikir secara kritik
Dapat berfikir secara induktif dan deduktif
Mengorganisasi data
Mengenali isyarat dan hubungan
Menghasilkan dan test hipotesis sementara
Membuat suatu diagnosa perawat.
Planning Nilai-nilai dan kepercayaan klien lapangan praktek keperawatan sumber yang ada gunanya pelaksanaan keperawatan
Intervensi (campur tangan) peran dari personil kesehatan lain



Memecahkan masalah
Membuat keputusan
Menulis tujuan klien yang menceritakan pada diagnosa keperawatan dalam kolaborasi dengan klien.
Memprioritaskan tempat
Menulis akibat tindakan yang menceritakan untuk tujuan.
Memilih dan membuat strategi keperawatan yang melindungi dan cocok untuk menjumpai tujuan klien.
Menulis keperawatan lainnya
Mendapatkan kerja sama dan partisipasi klien dan personil kesehatan lainnya.

Implementing Bahasa fisik dan keselamatan
Asepsi
Prosedur
Menggunakan peralatan
Organization
Management
Learning
Perubahan teori
Sokongan anjuran
Kebenaran klien
Perkembangan level klien Observasi secara sistematik
Komunikasi secara efektif
Memelihara suatu hubungan saling menolong
Melakukan tehnik psikomotor
Membicarakan cara menolong diri sendiri
Menyampaikan caring.
Perbuatan menganjurkan klien.
Mengrurus
Supervisi dan evaluasi pekerjaan lyang lain.
Melaksanakan medikan yang lain.

Evaluating Tujuan klien dan hasil kriteria
Respon klien untuk intervensi nursing. Mendapatkan data yang relevan untuk membandingkan dengan hasil kriteria.
Menarik kesimpulan mengenazi tujuan yang dicapai.
Menceritakan perbuatan keperawatan untuk hasil kriteria.
Menaksir rencana asuhan keperawatan.

VIII.
IX.
X. TABEL PERBANDINGAN PROSES KEPERAWATAN DAN PROSES
XI. KEDOKTERAN

Nursing Proses Medical Proses
Assessing
Mengumpulkan data dari
• Cerita perawat
• Pemeriksaan kesehatan
• Meninjau catatan
• Konsultasi dengan anggota team lain
• Meninjau literatur Assessing
Pengumpulan data dari
• Cerita dokter
• Pemeriksaan fisik
• Test diagnosa
• Meninjau literatur
Diagnosing
• Analisa dan sintesis dari data
• Identifikasi dari problem kesehatan
• Penugasan diagnosa perawat Medical diagnosis
• Mengorganisasi data
• Analisa dan interpretasi data
• Perumusan sebuah diagnosa
Planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan
• Perkembangan sasaran
• Menuliskan rencana perawat (NCP)
• Penyerahan kegiatan keperawatan Medical planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan untuk terapi
• Menuliskan perencanaan terapi
Implementing
• Preimplementasi intervensi
• Pelaksanaan
• Sesudah pelaksanaan strtegi; memperbaharui data yang jelek, meninjau dan merevisi rencana.
Therapi
Pesanan dokter
Therapi dokter
Penyerahan

Evaluating
• Pengumpulan data tentang respon pasien
• Perbandingan data obyek yang tidak dapat dipungkiri dan tujuan
• Determinasi effektifan rencana keperawatan
• Analisa akibat pengaruh variabel
• Modifikasi care plan Evaluating
• Pembuatan keefektifan terapi dokter dalam hubungan tujuan
• Analisis pada variabel
• Merevisi rencana kebutuhan terapi

Medical diagnosa mempunyai lima fase;
1. Suspected diagnosis mengikuti inisial (awal) keluhan pasien
2. Tentative diagnosis mengikuti sejarah kedokteran
3. Provisional diagnosis mengikuti pemeriksaan fisik
4. Devinitive diagnosis diagnosa test
5. Anatomic diagnosis mengikuti suatu post mortem.
A. HUBUNGAN DI ANTARA KLIEN DAN PERAWAT. MENGIKUTI DAN MENDALAMI KOTAK RANGKUMAN KARAKTERISTIK PROSES NURSING.
B. .PENTINGNYA PROSES NURSING
Proses keperawatan penting pada klien dan perawat. Mengikuti Benefits telah diceritakan pada ( Atkinson dan Murray, 1986, PP 5 - 7 )
XII. PENTING UNTUK PERAWAT
• Kualitas perawat klien.
Asuhan keperawatan dibutuhkan untuk menemukan bermacam kebutuhan individu, keluarga, atau masyarakat. Evaluasi selanjutnya dan menaksirkan perubahan klien. Menjamin kebutuhan level asuhan yang cocok.
• Asuhan selanjutnya.
Menuliskan rencana asuhan dapat diperoleh pada semua orang meliputi perawatan kliendan pencegahan klien serta penemuan untuk memperbaiki informasi dan preferens pada setiap pemberian asuhan.
• Partisipasi oleh klien dalam perawatan kesehatannya. Proses keperawatan dapat menolong klien untuk menumbuhkan kemempuan usaha perawatan kesehatannya, dan menjadi lebih komitmen pada tujuan keperawatan.

C. EVOLUSI PROSES KEPERAWATAN
Orlando, I.J. (1961)
Mengemukakan bahwa proses keperawatan sebagai interaksi dan proses tersebut terdiri dari tiga tahap: peri laku klien, reaksi perawat, dan tindakan perawat.
Henderson, V. (1965)
Menyatakan bahwa proses keperawatan seperti langkah-langkah metode ilmiah.
Wiedenbach, E. (1963-1970)
Memperkenalkan tiga langkah proses keperawatan : Identifikasi bantuan yang diperlukan, mengatur bantuan, validasi bahwa bantuan telah diberikan
Knowes, L (1967)
Memperkenalkan teori “Five Ds” dari proses keperawatan ; discover, delve, decide, do.
Catholic Univercity of America (1967)
Mengajukkan empat komponen proses keperawatan; pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Orem, D. (`1971)
Menyatakan bahwa ada tiga langkah dalam asuhan perawatan; penentuan kebutuhan asuhan awal dan berkelanjutan, mendesain tindakan keperawatan yang dapat mencapai tujuan klien, memulai, mengarahkan, dan mengontrol tindakan.
AN (American Nursing Asociation, 1973)
Mengemukakan lima langkah proses keperawatan; pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Roy, SrC. 91976)
Menggunakan enam langkah proses keperawatan; pengkajian, tingkah laku klien, pengkajian faktor yang mempengaruhi, identigikasi massalah, penentuan tujuan, entervensi, seleksi pendekatan, dan evaluasi. Mengajukan istilah diagnosa perawatan.
D. KOMPONEN PROSES KEPERAWATAN
Suatu proses adalah serangkaian tindakan atau perilaku yang terencana yang ditujukan yntuk mecapai tujuan. Proses keperawatan merupakan metode perencanaan, dan pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, masalah aktual dan potensial dari kesehatan klien, untuk membuat perencanaan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasikan, dan untuk memberikan tindakan keperawatan tertentu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Proses keperawatan bersifat siklikal, dimana komponen-komponen proses keperawatan mengikuti urutan yang logis tetapi lebih dari satu komponen dapat berlangsung bersamaa(dalam satu waktu).
Untuk menggunakan proses keperawatan secara sangat efektif dan individual bagi tiap kebutuhan klien, perawat harus kerja sama dengan klien. Individu, keluarga, atau masyarakat dapat dipertimbangkan sebagai klien. Jika klien tidak dapat ambil bagian dalam perencanaan dan mengambil keputusan, anggota keluarga dapat diajak untuk berpartisipasi mewakili klien.
Penerapan proses keperawatan memerlukan berbagai macam ketrampilan dari perawat, meliputi ; ketrampilan interpersonal, tehnik, dan itelektual. Ketrampilan interpersonal termasuk komunikasi, mendengar, menarik perhatian, membina hubungan saling percaya, memberi pengertian/informasi dan perhatian. Ketrampilan tehnik dimanifestasikan dalam kemampuannya menggunakan alat dan melaksanakan prosedur. Ketrampilan intelektual yang diharapkan perawat termasuk pemecahan masalah, berfikir kritis, dan membuat keputusan keperawatan. Pembuatan keputusan terlibat dalam setiap tahap proses keperawatan (Yura and Wallsh, 1988, p. 108)
Proses keperawatan terdiri atas rangkaian empat atau lima tahap. Kempat tahap tersebut adalah; pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada sistem ini diagnosa termasuk dalam pengkajian. Pada sistem lima langkah, terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, intervensi, dan evakuasi.
Kedua sitem, empat dan lima langkah tersebut memberikan struktur yang terorganisasi dalam mencapai tujuan proses. Dalam kedua proses keparawatan tersebut antara perawat klien sangat penting terlihat dalam diagram berikut;
Penjelasan singkat megenai kelima komponen p[roses keperawatan tersenut adalah sebagai berikut;
• Pengkajian
Adalah pengumpulan, verifikasi, dan pengorganisasian data mengenai status kesehatan klien. Data tentang fisik, emosional, perkembangan, sosial budaya, intelektual, dan spiritual didapatkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar tindakan dan pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya. Ketrampilan observasi, komunikasi, dan wawancara serta pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam tahap i
• Diagnosa
Yaitu proses yang menghasilkan sesuatu pernyataan diagnostik. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai gangguan kesehatan klien baik yang aktual atau potensial, dimana perawat berhak dan mampu untuk mengatasinya. Pada fase ini perawat memilih/meringkas dan mengelompokkan data dan kemudian bertanya “ masalah aktual dan potensial apa dari status kesehatan yang mana klien memerlukan bantuan” dan “faktor-faktor pentebab masalah” tersebut. Respon terhadap jawaban tersebut menjadi diagnosa keperawatan. Proses untuk membuat diagnosa dinamakan analisa. Menganalisa adalah memecah keseluruhan mejadi bagian=bagian. Masalah aktual adalah masalah yang ada pada saat ini. Masalah poitensial adalah adanya resiko atau faktor-faktor yang merupakan predisposisi seseorangh atau keluarga untuk mengalami masalah kesehatan.
• Perencanaan
Merupakan serangkaian langkah dimana perawat danklien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan membuat rencana tertulis mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi, dan untuk mengkoordinasikan pemberian asuhan dari seluruh tim kesehatan. Daam berkolaborati dengan klien, perawat menentukan intervensi yang spesifik untuk tiap diagnosa keperawatan.
• Implementasi
Adalah pelaksanaan dari tindkan perencanaan. Selama tahap ini perawat melanjutkan pengumpulan data, melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan atau mendelegasikannya kepada orang yang tepat, serta mengvalidasikan perencanaan yang dibuat.Kelanjutan pengumpulan data tidak hanya untuk megetahui perubahan data (konsisi klien) yang terjadi tetapi juga untuk mendapatkan kejadian (data) untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pada tahap berikutya. Untuk memvalidasi perencanaan perawat menentukan ; (a) Apakah prioritas klien sudah diperhitungkan, (b). Apakah rencana yang direncankan realitas dan dapat membantu mecapai tujuan yang telah ditetapkan. ©. Apakah rencana sudah individual untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien.
• Evaluasi
Adalah mengkaji respon klien terhadap tindakan dan membandingkannya dengan standart yang ditetapkan. Standar ini sering disebut juga kriteria hasil. Perawat menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai, sudah tercapai semua, sebagian, atau belum tercapai. Jika belum tercapai perawat memerlukan pengkajian ulang mengenai rencana asuhan. Pengkajian ulang dapat merubah sebagian atau seluruh langkah-langkah dari proses keperawatan.
Perbandingan Proses Keperawatan dengan Proses Medis
Proses Keperawatan Proses Kedokteran
Pengkajian
• Pengumpulan data dari
• Riawayat perawatan
• Pemeriksaan kesehatan
• Reviw catatan
• Konsultasi dengan anggota team yangh lain
• Review literatur

Diagnosa
• Analisa dan sintesa data
• Mengidentifikasi masalah kesehatan
• Formulasi diagnosa keperawatan

Perencanaan
• Penulisan rencana asuhan Penetapan prioritas
• Penetapan tujuan
• Pengembangan objektif
• keperawatan
• Pendelegasian tindakan perawatan

Implementasi
• Tindakan preimplementasi
• Implentasi
• Strategi postimplementasi update data dasar, review dan memperbaiki perencanaan.

Evaluasi
• Pengumpulan tetang respon klien
• Perbandingan data dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan
• Menetapkan efektifitas rencana asuhan
• Menganalisa faktor yang mempengaruhi hasil
• Modifikasi rencana asuhan Pengkajian
• Pengumpulan data dari
• Riwayat medis
• Pemeriksaan fisik
• Test diagnosa
• Review literatur



Diagmosa
• Organisasi data
• Analisa dan interpretasi data
• Formulasi satu diagnosa

Perencanaan
• Menetapkan prioritas
• Penetapan tujuan tera
• Penulisan rencana terapi




Therapi
• Perintah dokter
• Terapi medis
• Referrals



Evaluasi
Mnentukan efektifitas terapi medis
Analisa variabel
Revisi rencana pengobatan seperlunya.





1. KEGUNAAN PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan penting bagi perawat dan klien.
Bagi Klien
• Asuhan yang berkualitas, proses keperawatan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang unik. Evaluasi dan reasesmen yang berulang-ulang/berkelanjutan mengenai perubahan kebutuhan klien menjadi tingkat kelayakan asuhan.
• Asuhan berkelanjutan, rencana perawatan yang tertulis dan dapat dikaji oleh seluruh anggota team pemberi asuhan dan dapat mencegah pengulangan informasi bagi klien dan preference pada tiap pemberi asuhan.
• Partisipasi klien dalam asuhan kesehatanya. Proses tersebut dapat membantu klien mengembangkan ketrampilan yang terkait dengan asuhan kesehatannya dan lebih memperhatikan asuhan.

a. Bagi Perawat
• Pendidikan perawatan yang sistematis dan kosisten.
The National Legue for Nursing (NLN) yang mengatur akreditasi program pendidikan perawatan, menghendaki sarjana yang kompoten dalam menggunakan proses keperawatan.
• Kepuasan kerja
Rencana keperawatan yang tertulis baik memberikan kepercayaan diri perawat yang mana tindakan keperawatan didasarkan pada identifikasi yang akurat dari masalah pasien, sehingga mencegah terjadinya tak terorganisir, trial, and error. Perencanaan memberikan kepuasan jika tujuan tercapai.
• Pertumbuhan profesional
Dengan mengevaluasi efektifitas tindakan perawat mengenal tindakan keperawatan mna yang efektif dan mana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses tersebut meningkatkan ketrampilan dan pengalaman perawat.
• Menghindari aspek ligal (hukum)
Ketika setiap tahap dari proses keperawatan digunakan untuk m,emberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat mempunyai tanggung jawab hukum kepada klien. Kegagalan dalam melaksanakan pengkajian atau pembuatan perencanaan akan membawa koksekuensi legal (hukukm).
• Mendapatkan standart keperawatan profesional
Kriteria dalam standart keperawatan praktis (praktek keperawatan) yang dikembangkan ANA didasarkan pada langkah-langkah dari proses keperawatan.
• Mendapatkan atau memenuhi standart akreditasi rumah sakit
Joint Comition on Acreditation Healt Organisation American menginginkan penerapan proses keperawatan dan rencana asuhan harus disediakan untuk setiap klien yang dirawat di rumah sakit. “Registered nurse” bertanggung jawab atas hal ini.
1) Kriteria Proses Keperawatan
• Sistem terbuka, fleksibel, dan dinamis
• Merupakan pendekatan yang individual untuk tiap-tiap bagian kebutuhan klien
• Terencana
• Terarah untuk tujuan
• Fleksibel untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat
• Memungkinkan kreatifitas bagi perawat dan klien dalam menentukan masalah yang ditetapkan.
• Merupakan interpersonal. Menurut untuk secara langsung dan konsisten berkomunikasi dengan klien untuk memenuhi kebutuhannya.
• Siklikal. Tidak ada awal dan akhir secara absolut.
• Menekankan pada feed back (umpan balik)
• Dapat digunakan secara universal. Dapat digunakan diberbagai tempat pelayanan dan pada klien semua kelompok umur.

2. KERANGKA KERJA UNTUK TANGGUNG GUGAT
Tanggung gugat adalah dimana seseorang dapat menjawab dan bertanggung jawab atas perilaku tertentunya yang merupakan bagian dari peran perawat profesional. Perawat bertanggung jawab kepada klien, profesi, kolega, instansi tempat kerja, dan kepada diriya sendiri.
Perawat profesional bertanggunga jawab gugat terhadap aktifitas terhadap setiap tahap proses keperawatan.
2) Pengkajan
Perawat bertanggung gugat untuk mengumpulkan informasi, mendukung partisipasi klien, dan keputusan validasi data. Ketika mengkaji perawat bertanggung jawab gugat atas adanya kesenjangan, ketidakakuratan, dan kekaburan Ubias data.
3) Diagnosa
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan masalah klien (diagnosa keperawatan). Apakah masalah kesehatan tersebut dikenali oleh klien atau hanya perawat saja ?
Apakah dalam menetapkan asalah tersebut perawat sudah memperhatikan seluruh aspek (bio-osiko-sosial-spiritual).
4)
5) Perencanaan
Perawat bertanggung gugat atas penentuan prioritas, menetapkan tujuan klien , memperkirakan hasil, dan perencanaan tindakan keperawatan.
6) Implementasi
Perawat bertanggung gugat atas semua tindakannya dalam memberikan asuhan keperawatannya. Tindakan tersebut baik yang dilaksankan secara madiri atau berkolaborasi dengan yang lain. Sering kali perawat mendelegasikan suatu tidakan kepada yang lain, dalam hal ini perwat masih bertanggung gugat atas apa yang didelegasikan, dan bagaimana delegasi tersebut dilaksanakan. Tindakan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, sehingga memberikan rekaman tertulis.
7) Evaluasi
Dengan menetapkan tingkat pencapaian tujuan, perawat bertanggung gugat terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam tindakan keperwatan. Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan tidak tercapa, dan tahap-tahap mana yang perlu diadakan perubahan dan mengapa perlu dirubah.
Untuk dapat menerapkan proses keperawatan, perawat bertanggung jawab kepada dirinya sendiri untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan.

from ns.harmoko
Baca Selengkapnya - PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN

MERAWAT PENDERITA HALUSINASI

MERAWAT PENDERITA HALUSINASI

PENGERTIAN

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata. Misalnya klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara










PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu :
1. Fase Pertama
Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
3. Fase Ketiga
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

4. Fase Keempat.
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan.

TANDA-TANDA HALUSINASI:
Menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku, bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, gelisah.

JENIS HALUSINASI

1. Halusinasi dengar.
Mendengar suara membicarakan, mengejek, mentertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumber disekitar.

2. Halusinasi lihat.
Melihat pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapi klien yakin ada.

3. Halusinasi penciuman.
Mengatakan mencium bau bunga, kemenyan dan lain-lain yang tidak dirasakan oleh orang lain dan tidak ada sumber.

4. Halusinasi Kecap.
Merasa mengecap sesuatu rasa dimulut, tetapi tidak ada.

5. Halusinasi Raba.
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.









PERAN SERTA KELUARGA DALAM MERAWAT HALUSINASI:

1. Bantu Mengenal Halusinasi.
- Bina saling percaya.
- Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekuensi.

2. Meningkatkan Kontak Dengan Realita.
- Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi.
- Bicara dengan klien secara sering dan singkat.
- Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian.
- Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi.
- Diskusikan hasil observasi anda.















3. Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan.
- Temani, cegah isolasi dan menarik diri.
- Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: “Saya percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar”.
- Beri kesempatan untuk mengungkapkan.
- Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.

4. Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain.
- Lakukan perlindungan.
- Kontak yang sering secara personal.

5. Tingkatkan Harga diri.
- Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai.
- Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien.
- Dorong berespon pada situasi nyata.
from ns.harmoko
Baca Selengkapnya - MERAWAT PENDERITA HALUSINASI

PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN GANGGUAN JIWA

PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN GANGGUAN JIWA

I. Pendahuluan

Gangguan Jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggunya dalam fungsi sehari-hari.
Gangguan ini sering juga disebut sebagai gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai gangguan saraf.
Gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan/berbicara dengan orang lain dan tidak mau makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas. Mulai dari yang diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Dan adapula yang dapat diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan lingkungannya.

II. Penyebab Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa bukanlah suatu keadaan yang mudah untuk ditentukan penyebabnya. Banyak faktor yang saling berkaitan yang dapat menimbulkan gangguan jiwa pada seseorang. Faktor kejiwaan (kepribadian), pola pikir dan kemampuan untuk mengatasi masalah, adanya gangguan otak, adanya gangguan bicara, adanya kondisi salah asuh, tidak diterima dimasyarakat, serta adanya masalah dan kegagalan dalam kehidupan mungkin menjadi faktor-faktor yang dapat mnimbulkan adanya gangguan jiwa. Faktor-faktor diatas tidaklah dapat berdiri sendiri; tetapi dapat menjadi satu kesatuan yang secara bersama-sama menimbulkan gangguan jiwa.
Karena banyak sekali faktor yang dapat mencetuskan gangguan jiwa; maka petugas kesehatan kadangkala tidak dapat dengan mudah menemukan penyebab dan mengatasi masalah yang dialami oleh pasien. Disamping itu tenaga kesehatan sangat memerlukan sekali bantuan dari keluarga dan masyarakat untuk mencapai keadaan sehat jiwa yang optimal bagi pasien.

A. Dampak Gangguan Jiwa

Adanya gangguan jiwa pada seorang pasien dapat menimbulkan berbagai kondisi antara lain :
1. Gangguan Aktivitas Hidup Sehari-hari
Adanya gangguan jiwa pada seseorang dapat mempengaruhi kemampuan orang tersebut dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti kemampuan untuk merawat diri : mandi, berpakaian, merapikan rambut dan sebagainya; atau berkurangnya kemampuan dan kemauan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya; seperti tidak mau makan, minum, buang air (berak dan kencing) serta diam dengan sedikit gerakan. Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut; maka akhirnya dapat juga menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit; atau timbul penyakit yang lainnya.

2. Gangguan Hubungan Interpersonal
Disamping berkurangnya kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari; seorang pasien gangguan jiwa juga kadang mengalami penurunan kemampuan melakukan hubungan (komunikasi) dengan orag lain. Pasien mungkin tidak mau berbicara, tidak mau menapat orang lain atau menghindar dan memberontak manakala didekati orang lain. Disamping itu mungkin juag pasien tidak mau membicarakan dengan terang-terangan apa yang difikirkannya.
3. Gangguan Peran/Sosial
Dengan adanya gangguan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain; maka tentu saja berakibat pada terganggunya peran dalam kehidupan; baik dalam pekerjaannya sehari-hari, dalam kegiatan pendidikan, peran dalam keluarga (sebagai ayah, ibu, anak) dan peran dalam kehidupan sosial yang lebih luas (dalam masyarakat).
Berbagai keadaan yang timbul akibat gangguan jiwa akhirnya dapat merugikan kepentingan keluarga, kelompok dan masyarakat; sehingga peran serta aktif dari seluruh unsur masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi gangguan jiwa.

PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN GANGGUAN JIWA

Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan jiwa adalah :
1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan pasien
2. Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi pasien
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh yang kurang sesuai bagi pasien
4. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi pasien.
6. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan

Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga dalam perawatan Gangguan Jiwa :
1. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama dengan orang lainnya; mempunyai martabat dan memerlukan perlakuan manusiawi
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh”
3. Pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang lain (dan keluarga)
4. Tujuan perawatan adalah :
a. Meningkatkan Kemandirian pasien
b. Pengoptimalan peran dalam masyarakat
c. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
5. Pasien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan optimal. Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ini sesuai tahap-tahap kemandirian pasien
6. Kegiatan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan rumah (ringan), membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang normal lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin berguna bagi pasien.
7. Berilah peran secukupnya pada pasien sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai dapat meningkatkan harga diri pasien.
8. Berilah motivasi pada pasien sesuai dengan kebutuhan (tidak dibuat-buat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri.
9. Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh pasien pada waktu yang lalu. Kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan meningkatkan fungsi klien sedapat mungkin.




























PERAN KELUARGA
DALAM PERAWATAN
GANGGUAN JIWA


from ns.harmoko
Baca Selengkapnya - PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN GANGGUAN JIWA

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber