Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Intranatal Care (INC). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Intranatal Care (INC). Tampilkan semua postingan

Ekstraksi Vakum

Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002).

Etiologi
  1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
  2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
  3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
  • Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia.
  • Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi.
  • Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
Teknik Ekstraksi Vakum
Ekstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang ¬kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).
Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999).

Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial (Mansjoer Arif, 1999).

Syarat dari Ekstraksi Vakum:
a. Janin aterm
b. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
c. Pembukaan serviks sudah lengkap
d. Kepala janin sudah enganged.
e. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
f. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.

Komplikasi Ekstraksi Vakum
Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999).

Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks (Mansjoer Arif, 1999).

Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7 sampai-0,8 kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar, 1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam Mochtar, 1999). Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis (Rustam Mochtar, 1999). Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya.
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala liahir, pentu dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
  1. Tenaga vakum terlalu rendah
  2. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
  3. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik.
  4. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
  5. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.
  6. Traksi terlalu kuat
  7. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
  8. Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
  1. Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
  2. Tidak diperlukan narkosis umum
  3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
  4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
  5. Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999).
Kerugian
  1. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
  2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
  3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).
Baca Selengkapnya - Ekstraksi Vakum

Perubahan Gastrointestinal Pada Kala I

A. Mekanisme Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal
Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus-menerus.
Untuk mencapai ha1 ini dibutuhkan,
  1. pergerakan makan melalui saluran gastrointestinal,
  2. sekresi getah pencernaan dan makanan,
  3. absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit,
  4. sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang di absorbsi, dan
  5. pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal.

Lapisan-lapisan dari dinding usus khas meliputi dari permukaan luar sampai ke dalam:
(1) lapisan serosa,
(2) lapisan otot longitudinal
(3) lapisan otot sirkular,
(4) lapisan submukosa, dan
(5) lapisan mukosa.
Selain itu terdapat selapis tipis serat-serat otot polos, yaitu muskularis mukosa, yang terletak dilapisan paling dalam dari mukosa. Fungsi motorik dari usus diselenggarakan oleh berbagai lapisan otot polos tadi. Kontraksi otot terjadi sebagai respon terhadap masuknya calcium ke dalam serat otot. Seperti yang telah ada, ion-ion calcium bekerja melalui mekanisme kontrol kalmodulin, mengaktifkan filamen-filamen miosin dalam serat, menimbulkan gaya tarik-menarik antara filament miosin dan filamen aktin, dan dengan demikian mengakibatkan otot berkontraksi.
Kontrol Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal
Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut sistem saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus dan memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem enterik ini sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah pada keseluruhan medula spinalis. Hal ini menunjukkan pentingnya sistem entrik untuk mengatur fungsi gastrointestinal. Sistem ini terutama mengatur pergerakan dan sekresi gastrointestinal.
Sistem enterik terutama terdiri atas dua pleksus, (1) satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus mienterikus atau pleksus AUERBACH, dan (2) satu peksus bagian datang yang disebut pleksus submukosa atau pleksus MEISSNER, yang terletak di dalam submukosa. Pleksum mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal.
Terdapat serat-serat simpatis dan para simpatis yang berhubungan deng an kedua pleksus mienterikus dan submukosa. Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya, tidak tergantung dari saraf-saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem simpatis dan para simpatis dapat mengaktifkan atau menghambat fungsi gastrointestinal lebih lanjut.
Ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epiteilium gastrointestinal atau dinding usus mengirimkan serat-serat saraf aferen ke kedua pleksus sistem enterik juga ke ganglia prefertebral dari sistem simpatis, beberapa berjalan melalui saraf simpatis ke medula spinalis dan yang lainnya berjalan di dalam saraf vagus ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan reflek-reflek lokal di dalam usus itu sendiri dan reflek-reflek lain yang disiarkan kembali ke usus baik dari ganglia prevertebral maupun dan daerah basal sistem saraf pusat.
Bila pleksus dirangsang, efeknya yang terutama adalah
(1) pengingkatan kontraksi tonik, atau tonus dinding usus,
(2) peningkatan intensitas kontraksi ritmis,
(3) sedikit peningkatan kecepatan irama kontraksi.

Gastrointestinal Track Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan mineral meningkat. Nafsu makan ibu meningkat sehingga intake makanan juga meningkat. Beberapa wanita hamil mengalami penurunan nafsu makan atau mengalami mual dan muntah. Gejala tersebut mungkin berhubungan dengan peningkatan hormon human Chorionic Gonadotrophin (hCG).
Kavitas Mulut (Oral Cavity) Salivasi meningkat akibat gangguan menelan yang berhubungan dengan mual yang terjadi terutama pada awal kehamilan. Pengeroposan gigi selama kehamilan bukan terjadi akibat kurangnya kalsium dalam gigi namun pengeroposan gigi mungkin terjadi akibat penurunan pH mulut selama kehamilan. Dentalcalciumis bersifat stabil dan tidak berkurang selama kehamilan seperti halnya kalsium tulang. Hipertrophi dan gusi yang rapuh dapat terjadi akibat peningkatan hormon estrogen.
Defisiensi vitamin C juga dapat mengakibatkan gusi bengkak dan mudah berdarah. Keadaan gusi dapat kembali normal pada awal masa puerpurium. Motilitas Gastrointestinal Selama kehamilan motilitas gastrointestinal mengalami penurunan akibat peningkatan hormon progesteron yang dapat menurunkan produksi motilin yaitu suatu peptida yang dapat menstimulasi pergerakan otot usus. Waktu transit makanan yang melewati gastrointestinal melambat/lebih lama dibanding pada wanita yang tidak hamil. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan air dan sodium diusus besar yang mengakibatkan konstipasi. Lambung dan Usofagus Produksi lambung yaitu asam hidroklorik meningkat terutama pada trimester pertama kehamilan. Pada umumnya keasaman lambung menurun. Produksi hormon gastin meningkat secara signifikan mengakibatkan peningkatan volume lambung dan penurunan pH lambung. Produksi gastrik berupa mukus dapat mengalami peningkatan. Peristaltik usofagus menurun, menyebabkan refluks gastrik akibat dari lamanya waktu pengosongan lambung dan dilatasi atau relaksasi cardiac sphincter. Gastric reflux lebih banyak terjadi pada kehamilan lanjut karena elevasi lambung akibat pembesaran uterus. Disamping menyebabkan heartburn, perbahan posisi berbaring seperti posisi litotomi, penggunaan anestesi berbahaya karena dapat meningkatkan regurgitasi dan aspirasi. Usus besar, usus kecil dan Appendik Usus besar dan kecil bergeser keatas dan lateral, apendik bergeser secara superior pada ruang panggul. Posisi organ-organ tersebut kembali ke normal pada awal puerpurium. P
ada umumnya motilitas mengalami penurunan seperti halnya tonus gastrointestinal yang mengalami penurunan. Kandung Empedu Fungsi kandung empedu mengalami perubahan selama kehamilan karena hipotonia pada otot dinding kandung empedu. Waktu pengosongan lebih lambat dan inkomplit. Empedu mengalami penebalan dan empedu yang stasis menyebabkan formasi batu empedu. Liver Tidak terjadi perubahan morfologi pada hati selama kehamilan normal, namun fungsi hati mengalami penurunan. Aktifitas serum alkalin fosfatase mengalami gangguan yang mungkin disebabkan karena peningkatan isoenzim alkalin fosfatase plasenta. Penurunan rasio albumin/globulin terjadi selama kahamilan merupakan suatu keadaan yang normal. Ginjal dan Saluran urinari Dilatasi Renal Selama kehamilan masing-masing ginjal memanjang sekitar 1-1,5cm, dan secara bersamaan bertambah beratnya. Ureter berdilatasi sampai tepi atas tulang pelvis. Ureter juga memanjang, melebar dan lebih melengkung (kurve). Hal tersebut meningkatkan kejadian stasis urin yang menyebabkan infeksi dan tes fungsi renal sulit diinterpretasi. Penyebab absolut hidronefrosis dan hidroureter selama kehamilan tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang berkontribusi :
  1. Peningkatan kadar progresteron yang berkontribusi terhadap hipotoni otot ureter
  2. Vena ovari yang berada pada ligamen yang mengalangi pembesaran ovari membesar dan menekan ureter pada tepi tulang pelvis.
  3. Dekstro rotasi uterus selama kehamilan menyebabkan ureter kanan lebih berdilatasi dibanding ureter kiri.
  4. Hiperplasia pada 1/3 distal otot ureter menyebabkan reduksi ukuran luminal
Fungsi ginjal Glomerular Filtration Rate (GFR) selama kehamilan mengalami peningkatan sampai 50%. Aliran plasma renal meningkat 25-50%. Alran urinary dan sekresi sodium pada akhir kehamilan dapat terganggu karena perubahan posisi, dimana alirannya menjadi dua kali lebih besar pada posisi lateral rekumbent dibanding pada posisi supinasi. Meskipun GFR meningkat secara dramatis selama kehamilan, volume urin yang melewati ginjal perhari tidak mengalami peningkatan. Sistem urinary lebih efektif selama kehamilan. Dengan kenaikan GFR, terjadi peningkatan creatinin clearen endogen. Konsentrasi kreatinin dalam serum menurun proporsinya untuk meningkatkan GFR dan konsentrasi nitrogen urin menurun. Glukosuria selama kehamilan tidak selalu bersifat abnormal. Hal tersebut terjadi karena peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas reabsorbsi tubuler untuk memfiltrasi glukosa. Peningkatan kadar glukosa dalam urin berkontribusi terhadap insiden infeksi saluran perkemihan. Peningkatan proteinuria dianggap abnormal jika lebih dari 500mg/24jam. Kadar enzim renin yang diproduksi ginjal meningkat pada awal trimester pertama dan peningkatan tersebut terjadi sampai kehamilan term. Enzim ini bekerja pada substrat anginotensinogen; dari angiotensin 1, kemudian ke angiotensin 2 yang bekerja sebagai vasokonstriktor. Kehamilan normal resisten terhadap efek peningkatan kadar angiotensin 2 tapi tidak resisten terhadap preeklamsi. Bladder (Kandung Kemih) Uterus yang membesar menyebkabkan kandung kemih terangkat. Penekanan uterus menyebabkan peningkatan frekuensi bak. Vaskularisasi bladder meningkat dan tonus otot menurun. Kapasitas bladder meningkat sampai dengan 1500 ml.
Baca Selengkapnya - Perubahan Gastrointestinal Pada Kala I

Mekanisme Perubahan pada Sistem Hematologi Kala I

Sistem Hematologi Volume darah Perubahan fisiologi yang paling dirasakan selama kehamilan adalah peningkatan volume darah. Peningkatan kejadian varises pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah kehamilan, jumlah bayi yang pernah dilahirkan, bayi yang dikandung tunggal atau multipel.
Peningkatan volume darah berlangsung sampai kehamilan term. Rata-rata peningkatan volume darah pada kehamilan aterm 45-50%. Peningkatan volume darah diperlukan untuk mengkompensasi aliran darah ekstra ke uterus, kebutuhan metabolisme fetus, dan peningkatan perfusi pada organ lain terutama ginjal. Ekstra volume juga diperlukan untuk mengkompensasi kehilangan darah saat persalinan. Rata-rata kehilangan darah pada persalinan pervagina adalah 500-600ml dan kehilangan darah pada persalinan secara saesar sekitar 1000 ml. Sel darah merah Jumlah total leukosit meningkat selama kehamilan.
Jumlah leukosit pada wanita non hamil sekitar 4300-4500/ml dan pada wanita hamil meningkat mencapai 5000-12000/ml pada kehamilan trimester akhir, meskipun jumlah yang tertinggi 16000/ml pernah ditemukan pada wanita hamil trimester tiga. Jumlah sel darah putih yang mencapai 25000-30000/ml merupakan hal yang normal selama persalinan. Jumlah lymphosit dan monosit sangat esensial selama kehamilan. Leukosit polymorphonuclear berkontribusi dalam peningkatan sel darah putih. Faktor pembekuan darah Selama kehamilan, kadar beberapa faktor koagulan meningkat. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan fibrinogen dan faktor VIII. Faktor VII, IX, X, dan XII juga mengalami peningkatan secara perlahan. Aktifitas fibrinotik menurun selama kehamilan dan persalinan namun mekanisme yang tepat belum diketahui.
Plasenta mungkin berperan dalam perubahan status fibrinotik tersebut. Kadar plasminogen meningkat seiring dengan peningkatan kadar fibrinogen yang menyebabkan keseimbangan aktifitas pembekuan dan lisis darah. Sitem Kardiovaskuler Posisi dan Ukuran Jantung Seperti halnya uterus yang membesar dan diafragma yang mengalami elevasi, jentung bergeser keatas dan sedikit kearah kiri dengan rotasi pada aksis jantung, sehingga denyut jantung pada apeks bergerak lateral. Kapasitas jantung meningkat 70-80 ml; hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan volume atau hipertropi otot jantung. Ukuran jantung meningkat 12%. Kardiak Output Kardiak output meningkat kurang lebih 40% selama kehamilan. Kardiak output maksimum dicapai pada usia kehamilan 20-24 mgg dan berlangsung terus sampai kehamilan aterm. Peningkatan kardiak output bisa mencapai 1,5 L/menit diatas kadar orang non hamil. Kardiak output sangat sensitif terhadap perubahan posisi tubuh.
Sensitifitas ini meningkat seiring dengan tuanya kehamilan, sebab uterus menekan vena kava inferior, dengan demikian menurunkan aliran darah balik ke jantung. Tekanan darah Tekanan darah sistemik sedikit menurun selama kehamilan. Ada sedikit perubahan pada tekanan darah sistolik, namun tekanan darah diastolik menurun 5-10 mmHg pada usia kehamilan 12-26 minggu. Tekanan darah diastolik meningkat seperti keadaan prepregnant pada 36 minggu kehamilan. Obstruksi yang disebabkan penekanan uterus pada vena kava inferior dan penekanan bagian presentasi fetus pada vena iliaka dapat menurunkan aliran darah balik ke jantung. Penurunan kardiak output ini menyebabkan turunnya tekanan darah dan menyebabkan edema pada ekstremitas bawah.
Resistensi perifer Resistensi perifer adalah tekanan darah dibagi kardiak output. Peningkatan tekanan balik vena kembali normal jika ibu hamil berada pada posisi lateral rekumbent. Efek persalinan terhadap sistem kardiovaskuler Ketika ibu hamil berada pada posisi supinasi, kontraksi uterus dapat menyebabkan peningkatan kardiak output sebesar 25%, menurunkan heart rate sebesar 15% dan meningkatkan stroke volume sebesar 33%. Saat ibu melahirkan pada posisi lateral rekumbent, keadaan hemodinamik ibu masih dinggap stabil, kardiak output meningkat sebesar 7,6%, heart rate menurun 0,7%, dan stroke volume meningkat sebesar 7,7%.
Perbedaan signifikan ini yang berkontribusi terhadap oklusi vena kava inferior yang disebabkan oleh uterus gravid. Selama kontraksi tekanan nadi meningkat 26% pada posisi supinasi namun hanya 6% pada posisi lateral rekumbent. Tekanan vena sentral meningkat berhubungan langsung dengan intensitas kontraksi uterus dan peningkatan tekanan intra abdomen. Volume tekanan darah pulmoner meningkat 300-500 ml selama kontraksi. Sistem Pulmoner Perubahan anatomi dan fisiologi Kehamilan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi yang berpengaruh terhadap respirasi. Pada awal kehamilan, dilatasi kapiler terjadi pada saluran respirasi ; pembesaran pada nasofaring, laring, trakhea dan bronkus. Hal tersebut menyebbkan perubahan suara dan pernapasan melalui hidung mengalami gangguan. Seperti halnya terus yang membesar, diafragma mengalami elevasi sekitar 4 cm dan tulang rusuk terangkat dan meluas menyebabkan pertambahan diameter toraks bagian bawah sekitar 2 cm, dan lingkar dada meningkat sekitar 6 cm. Elevasi diafragma tidak menghalangi pergerakannya. Tonus otot abdomen mengalami penurunan yang menyebabkan respirasi abdomen lebih sering dibanding respirasi diafragma.
Volume dan kapasitas paru Perubahan terjadi pada volume dan kapasitas paru selama kehamilan. Dead volume (ruang mati) meningkat. Tidal volume meningkat secara bertahap (35-50%) seiring dengan usia kehamilan. Kapasitas paru total menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma. Kapasitas residu fungsional, volume residu, dan volume cadangan respirasi semua mengalami penurunan sekitar 20%. Volume tidal yang lebih besar dan volume residu yang menurun menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar sebesar 65% selama kehamilan. Kapasitas inspirasi meningkat 5-10%. Perubahan fungsi respirasi antara lain : Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40% pada tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15-20% diatas kebutuhan wanita non hamil. Hiperventilasi yang terjadi pada ibu hamil menyababkan penurunan CO2 alveolar. Penurunan CO2 ini menurunkan tekanan CO2 darah; namun tekanan oksigen alveolar dipertahankan pada batas normal. Hiperventilasi maternal melindungi fetus dari paparan CO2 yang terlalu tinggi. Efek persalinan terhadap sistem pulmoner Terjadi penurunan Fungtional Residual Capacity (FRC) selama fase awal tiap kontraksi uterus yang diakibatkan retribusi darah dari uterus ke central venosus pool. Sebab penurunan ini tanpa perubahan ruang mati, terjadi delusi residual menyebabkan pertukaran gas menjadi lebih efisien. Metabolisme Seperti halnya fetus dan plasenta yang tumbuh dan kebutuhan tempat yang meningkat pada maternal, perubahan metabolisme juga terjadi.
Perubahan fisik yang nyata adalah perubahan berat badan dan bentuk tubuh. Pertambahan berat badan tidak hanya karena perubahan uterus namun juga karena pertambahan jaringan payudara, darah dan volume air yang membentuk cairan intraseluler dan ekstraseluler. Deposit lemak dan protein, kenaikan jumlah air seluler menambah deposit pada ibu. Rata-rata pertambahan berat badan selama hamil 12,5kg. Selama kehamilan normal sekitar 1000gr pertambahan protein, setengah darinya fetus dan plasenta dan terdistribusi sebagai protein kontraktil uterus, jaringan glandular payudara, protein plasma dan hemoglobin. Kadar albumin plasenta menurun dan kadar fibrinogen meningkat. Total body fat meningkat selama kehamilan, namun jumlahnya bervariasi dengan total pertambahan berat badan.
Selama pertengahan masa kehamilan, plasma lipid meningkat namun trigliserida, kolesterol dan lipoprotein menurun segera setelah persalinan. Rasio low density lipoprotein dan high density lipoprotein meningkat selama kehamilan.
Baca Selengkapnya - Mekanisme Perubahan pada Sistem Hematologi Kala I

Mekanisme Perubahan Suhu Tubuh Kala I

Sebelumnya sebaiknya kita bahas dulu mengenai mekanisme perubahan suhu tubuh.
1. Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu inti (core temperature)
Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C.

Suhu kulit (shell temperature)
Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.

2. Pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
a. The mercury-in-glass thermometer
b. The electrical digital reading thermometer
c. A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Variasi diurnal
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam.

2. Kerja jasmani/ aktivitas fisik
Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C.

3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.

4. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh. Suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh. Sebagaimana energi tubuh yang mengikuti hukum termodinamika, panas tubuh sebagai salah satu bentuk energi juga mengikuti hukum tersebut (Gambar 2). Suhu tubuh merupakan hasil imbangan antara pembentukan panas dengan kehilangan panas.
Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh 2 jenis termoreseptor, satu di kulit (peripheral thermoreceptors) dan satu lagi di hipotalamus, medula spinalis, dll (central thermoreceptors). Termoreseptor sentral memberi umpan balik yang penting dalam mempertahankan suhu inti tubuh ketika termoreseptor perifer memberi informasi.

Hipotalamus mengintegrasikan refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke kelenjar keringat, arteriola kulit, dan medula adrenal serta melalui saraf motorik ke otot rangka. Suhu tubuh diatur oleh hipothalamus (lihat Gambar 4) untuk mempertahankan suhu tubuh pada suhu lingkungan antara 27,8° - 30°C. Kisaran suhu lingkungan ini disebut thermoneutral zone.
Suhu lingkungan yang lebih dari suhu tubuh dapat dipertahankan dengan mekanisme vasokonstriksi atau vasodilatasi. Suhu lingkungan di bawah atau di atas thermoneutral zone, tubuh harus meningkatkan pembentukan panas dan selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran panas.
Aklimatisasi suhu
Perubahan awal berkeringat, volume dan komposisi keringat menentukan adaptasi terhadap suhu yang tinggi. Kehilangan natrium melalui keringat diturunkan dengan meningkatkan reabsorpsi natrium oleh sekresi aldosteron.

Demam dan hipertermia
Demam ialah peningkatan suhu tubuh karena ‘resetting’ termostat di hipothalamus. Suhu tubuh selalu dipertahankan selama demam. Demam disebabkan oleh infeksi atau stress. Peningkatan termostat tubuh akan menyebabkan sensasi kedinginan. Vasokonstriksi dan menggigil terjadi untuk mengimbangi peningkatan suhu tubuh. Jika termostat dihapus dan demam hilang, seseorang akan merasa kepanasan, terjadi vasodilatasi dan
berkeringat.
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin.
Perubahan termostat dilakukan oleh zat kimia yang disebut endogenous pyrogen (EP), yang berisi interleukin 1 (IL-1) and IL6. Keduanya dilepaskan oleh makrofag yang bekerja di hipothalamus. Peningkatan suhu tubuh menstimulasi respons pertahanan tubuh. Peningkatan suhu tubuh yang bukan disebabkan oleh infeksi disebut hipertermia. Hipertermia terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan panas dengan pengeluaran panas. Hipertermia biasanya terjadi karena latihan fisik. Pada awal latihan fisik, suhu tubuh akan meningkat karena panas yang dibentuk lebih banyak daripada panas yang dilepaskan. Akibatnya suhu inti tubuh meningkat dan terjadi mekanisme heat-lost. (lihat Gambar 17-7; sumber Sherwood, 1993).
Heat exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi berat yang menyebabkan hipotensi akibat: (1) berkurangnya volume plasma karena berkeringat sehingga menyebabkan penurunan curah jantung, dan (2) vasodilatasi pembuluh darah kulit yang berlebihan sehingga menyebabkan penurunan resistensi perifer. Pada keadaan heat exhaustion suhu inti tubuh berkisar 37,5-39°C, terjadi kram otot, mual, sakit kepala, pucat dan banyak berkeringat. Biasanya terjadi pada orang yang aktif secara fisik pada suhu lembab, sehingga tidak teraklimatisasi. Dapat juga terjadi pada lansia yang sudah mengalami kerusakan pada kemampuan pengaturan suhu tubuhnya.
Heat Stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat dengan suhu tubuh yang lebih tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps, delirium, kejang, dan penurunan kesadaran. Biasanya terjadi karena lama terpapar udara/ suhu lingkungan yang panas. Pada keadaan ini terjadi mekanisme umpan balik positif, peningkatan suhu tubuh makin meningkatkan metabolisme dan menghasilkan panas lebih banyak.

3. Perubahan Suhu Pada Kala I
Suhu basal tubuh anda adalah temperatur yang diambil secara oral pada saat anda pertama kali bangun di pagi Hari. Temperatur ini akan sedikit meningkat setelah masa ovulasi dan menetap pada level tersebut sampai anda mendapatkan haid berikutnya. Apabila anda sering mencatat suhu basal tubuh anda untuk menentukan kapan anda mengalami ovulasi, anda akan melihat bahwa peningkatan selama leibh dari dua minggu berarti anda mengalami kehamilan. Pada kenyataannya, suhu basal tubuh akan tetap tinggi selama masa kehamilan anda. Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan.
Baca Selengkapnya - Mekanisme Perubahan Suhu Tubuh Kala I

Mekanisme Perubahan Detak Jantung Kala I

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Jantung adalah organ vital pada manusia yang bertugas memompakan darah beroksigen keseluruh tubuh, kepada janin juga tentunya jika ibu sedang dalam proses kehamilan. Janin yang terus tumbuh menuntut makanan berupa oksigen dan nutrisi dari ibunya dan ini terpenuhi lewat aliran darah yang terus meningkat pada tubuh ibu. Akibatnya, jantung ibu pun akan semakin meningkat daya kerjanya apalagi selama kehamilan juga terjadi proses pengenceran darah (hemodilasi) untuk menjamin lancarnya suplai darah pada ibu dan janin. Kerja keras itu ditandai dengan meningkatnya denyut jantung ibu.
Bagi mereka yang sebelumnya menderita penyakit jantung, tentu kondisi ini akan memperberat sakit jantungnya sehingga mereka yang sebelum hamil tidak ada gejala saskit jantung, pada saat hamil gejala tersebut akan muncul seperti sesak napas, kaki bengkak dan lain sebagainya. Sesak napas saat hamil bisa disebabkan karena dorongan janin pada dinding dada atau diafragma, sehingga rongga paru akan berkurang dan akan menyebabkan sesak napas, atau kadang kala ibu yang sedang hamil aktifitas fisiknya sangat dikurangi, hal ini tentu akan mengurangi kapasitas aerobik atau cadangan oksigen jantung akan berkurang sekitar 30 sampai 40 persen, sehingga hal ini akan menyebabkan sesak napas jika melakukan pekerjaan keseharian. Maka untuk mencegah terjadinya penurunan cadangan oksigen jantung saat hamil dianjurkan tetap melakukan kegiatan olah raga sesuai dengan kondisi saat hamil (olah raga untuk ibu hamil). Kaki bengkak saat hamil dapat terjadi akibat bendungan pembuluh darah balik yang disebabkan karena tertekan oleh janin, otot - otot paha atau daerah selampang paha karena peningkatan berat badan ibu, disamping itu dapat juga oleh karena peningkatan tekanan hidrostatik karena kelebihan cairan saat hamil ditambah lagi terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga cairan akan keluar dari pembuluh darah keruang antar sel (intersisiel), hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan kaki. Walaupun sesak napas dan kaki bengkak saat hamil dapat merupakan keadaan fisiologis, namun keadaan seperti ini tetap harus diwaspadai kemungkinan adanya kelainan jantung, mengingat bahwa wanita dengan penyakit jantung sering tidak mengalami keluhan sebelum hamil, dan keluhan justru baru muncul saat lagi hamil. Diantara penyakit jantung yang mungkin ditemukan pada wanita hamil yaitu penyakit jantung bawaan seperti kebocoran sekat atrium (ASD = atrial septal Defect), kebocoran sekat ventrikel (VSD = ventricle septal defect), PDA = patent ductus arteriosus. Kehamilan sebaiknya jangan diteruskan jika diketahui bahwa ibu hamil menderita penyakit jantung berikut : Gagal jantung derajat 4 apapun penyebabnya, hipertensi pulmonal derajat 3 atau 4, sindrom marfan, penyakit jantung biru, (tetralogy of fallot, Transposition of great arteries, ebstein’s anomaly), penyakit jantung katup derajat 3 atau 4. Jika terdapat kelainan jantung pada ibu hamil maka hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah ke janin dan akan meningkatkan terjadinya kelainan jantung bawaan pada bayi baru lahir. Di Amerika terdapat sekitar 0,8 persen bayi lahir dengan kelainan jantung bawaan, jika salah seorang dari orang tua mempunyai kelainan jantung bawaan maka kejadian meningkat menjadi 15 persen, dan akan meningkat lagi mencapai 50 persen jika kelainan orang tuanya bersifat ” Autosomal Dominant”. Disamping itu yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa kehamilan sendiri dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung yang disebut penyakit jantung kardiomiopati, hal ini tentu akan menambah deretan panjang penyebab tingginya kematian ibu melahirkan dan kematian bayi baru lahir. Mengingat adanya penyakit jantung pada ibu hamil baik oleh karena kelainan jantung ini sudah diderita sebelum ibu itu hamil, atau kelainan jantung timbul akibat kehamilan itu sendiri, hal ini akan menyebabkan resiko kematian baik bagi ibu maupun bagi janin akan meningkat, disamping itu juga akan meningkatkan kelainan jantung bawaan pada bayi baru lahir. Adanya perubahan cairan tubuh, hemodinamik dan hormonal pada ibu hamil akan mengacaukan gejala penyakit jantung dengan keluhan akibat kehamilan itu sendiri, maka jika timbul keluhan sesak napas dan atau kaki bengkak saat hamil, jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa hal itu hanyalah sebuah proses alami saat kehamilan, namun untuk mencegah dan meminimalkan resiko ibu dan janin saat melahirkan sebaiknya dipastikan lebih dahulu bahwa ibu hamil yang bersangkutan tidak menderita kelainan jantung.
1. Beban Jantung Pada Masa Kehamilan
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal : terutama perubahan Hemodinamik maternal, meliputi :
1) retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
2) anemia relatif
3) akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
4) tekanan darah arterial menurun
5) curah jantung bertambah 30-50%, maksimal pada akhir trimester pertama, menetap sampai akhir kehamilan
6) volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
7) volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan

Pada trimester pertama, terjadi :
  1. penambahan curah jantung, volume plasma dan volume cairan ekstraselular, disertai peningkatan aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus
  2. penambahan / retensi air dan natrium yang dapat ditukar di dalam tubuh, peningkatan TBW / total body water
  3. akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan penurunan ambang osmotik untuk pelepasan mediator vasopresin dan stimulasi dahaga.
  4. akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam plasma dan penurunan osmolalitas plasma, sehingga terjadi edema pada 80% wanita yang hamil.

2. Hipotesis Mekanisme Perubahan Kardiovaskular Pada Masa Kehamilan
a. Hipotesis "overfil"
Kehamilan adalah suatu keadaan beban volume ekstra yang ditemukan dengan adanya peningkatan plasma dan volume ekstraselular, laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
Dianggap bahwa hipersekresi primer aldosteron menimbulkan retensi natrium dan air.

b. Hipotesis "underfill"
Kehamilan adalah suatu keadaan berkurangnya volume darah yang efektif, yang disertai dengan hipersekresi aldosteron sekunder.
Menurut hipotesis ini, vasodilatasi arterial adalah penyebab perubahan sirkulasi utama yang menyebabkan "underfilling" sirkulasi, menurunnya tekanan darah, bertambahnya curah jantung sekuder terhadap berkurangnya afterload, stimulasi poros renin-angiotensin-aldosteron, serta dilepaskannya vasopresin.Terjadi retensi natrium dan air dalam ginjal, menyebabkan pertambahan volume cairan ekstraseluler dan plasma.

Penyebab perubahan tahanan vaskular pada kehamilan : belum jelas.
  • Estrogen : efek tidak konsisten terhadap tekanan darah, tetapi memang meningkatkan curah jantung melalui penambahan stroke volume dan volume plasma.
  • Progesteron : meningkatkan denyut jantung, tetapi hanya berperan sedikit pada tekanan darah atau curah jantung.
  • Prostasiklin dan nitrit oksida : vasodilator yang dihasilkan endotel dalam jumlah yang meningkat pada kehamilan, tapi kontribusinya pada vasodilatasi masih diteliti.

3.Keluhan / Gejala Kardiovaskular Yang Menyerupai Tanda-Tanda Penyakit Jantung Pada Kehamilan

Keluhan pasien yang dapat dijumpai pada kehamilan normal
  1. Rasa "sesak napas" (dispnea) bertambah pada trimester pertama, puncaknya pada minggu ke 28-31, dapat menyerupai keluhan pada penyakit jantung.
  2. Keluhan mudah merasa letih, menurunnya toleransi terhadap excercise sering ditemukan.
  3. Sinkop dan pusing pada akhir kehamilan, mungkin akibat kompresi vena cava inferior oleh uterus yang membesar, menyebabkan berkurangnya arus balik vena sehingga terjadi penurunan curah jantung.
  4. Pernapasan agak cepat ("overbreathing") sering ditemukan karena kompresi paru bagian basal oleh uterus yang membesar.
Gejala akibat perubahan kardiovaskular fisiologis yang dapat dijumpai pada kehamilan normal
  1. Tekanan vena jugularis yang meninggi.
  2. Penambahan volume darah menyebabkan kelebihan beban jantung, gambarannya menyerupai regurgitasi mitral.
  3. Frekuensi nadi lebih cepat, terisi penuh atau kolaps.
  4. Aritima, dapat supraventrikular atau ventrikular. Jika jarang terjadi, dianggap normal. Perlu diperhatikan adanya aritmia yang potensial berbahaya (malignant).
  5. Bunyi jantung ke-3 di apeks oleh karena pengisian ventrikel yang cepat, dapat ditemukan pada 90% wanita hamil.
  6. Bising sistolik (flow murmur) pada daerah aorta atau pulmonal juga dapat ditemukan pada 90% wanita hamil.
  7. Bising kontinyu oleh karena venous hum dapat ditemukan pada fossa supraklavikularis atau sela iga ke-2 parasternal kanan / kiri, yang menghilang dengan sedikit penekanan pada stetoskop.
  8. Edema tungkai.
4. Kelainan Jantung Pada Kehamilan
Penyakit jantung merupakan penyebab urutan ke-3 kematian ibu hamil. Kelainan jantung yang sering di Indonesia : penyakit jantung rematik, kelainan jantung bawaan dan kardiomiopati. Penyakit jantung koroner dan hipertensi primer dalam kehamilan jarang dijumpai
Pada ibu hamil dengan kelainan jantung, cadangan jantung (cardiac reserve) berkurang, karena besarnya beban hemodinamik dari kehamilan dan dari penyakit jantungnya.
Faktor-faktor yang dapat memperburuk keadaan jantung ibu : ansietas, aktifitas berlebihan, suhu panas, kelembaban. Sedapat mungkin harus dihindari. Kebiasaan merokok / konsumsi alkohol kalau ada harus dihentikan.Dalam menangani ibu hamil dengan kelainan jantung : pemeriksaan prenatal lebih spesifik, termasuk dalam:
- Klasifikasi derajat kelainan jantung, kelas berapa (NYHA)
- fungsi ventrikel
- tekanan arteri pulmonalis
- elektrokardiografi, ekokardiografi
- koordinasi ahli kebidanan dengan ahli kardiologi
Kehamilan dengan kategori NYHA kelas I atau II dapat diteruskan, tetap dengan pemantauan yang baik. Kelainan dengan kategori NYHA kelas III dan IV sebaiknya dianjurkan tidak hamil. Risiko kematian di atas 50%. Misalnya : hipertensi pulmonal primer, sindrom Eisenmenger, kelainan obstruksi simptomatik, stenosis aorta, stenosis pulmonal, coarctatio aortae, sindrom Marfan, dan gangguan fungsi ventrikel.
Baca Selengkapnya - Mekanisme Perubahan Detak Jantung Kala I

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Pengertian

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten).


Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
  • Serviks inkopeten
  • Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
  • Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
  • Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sepalopelvik disproforsi
  • Kelainan bawaan dari selaput ketuban
  • Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
  • Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
  • Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Penatalaksanaan
  1. Konservatif
    • Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
    • Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
    • Umur kehamilan kurang 37 minggu.
    • Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
    • Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
    • Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
    • Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
    • Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

  2. Aktif
    Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
    • Induksi atau akselerasi persalinan.
    • Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
    • Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.

Daftar Pustaka

Dr. Santosa NI, SKM (1990), “ Perawatan Kebidanan yang Berorientasi Pada Keluarga (Perawatan II) “, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma, (2002), “Perawatan Bayi Risiko Tinggi”, Jakarta : EGC.

Prof. Dr. Abdul Bari Saifudin, SPOG, MPHD ( 2002 ), “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material & Neonatal “, : Jakarta : EGC.

Marilyn E. Doengoes, Mary Frances Mooorhouse (2001), “Rencana Perawatan Maternal/Bayi “, Jakarta : EGC.

Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG (1998), “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”, Jakarta : EGC
"
Baca Selengkapnya - Ketuban Pecah Dini (KPD)

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN TANDA-TANDA GAWAT JANIN

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN TANDA-TANDA GAWAT JANIN

TANDA-TANDA GAWAT JANIN
(DENYUT JANTUNG JANIN > 160 X/MENIT)


A. Definisi Takikardi (Menurut Tucker Martin 1997 Pemantauan Janin)
Takikardi adalah denyut jantung dasar di atas 160 dpm, yang bertahan selama 10 menit atau lebih. Takikardi sulit dibedakan dengan akselerasi, yang merupakan perubahan periodik sementara. Bila takikardi janin terjadi umumnya de hubungkan dengan penurunan variabilitas dasar karena hilangnya aktivitas atomic parasimpatik.

B. Penyebab tanda-tanda gawat janin (Menurut Tuckor Martin 1997 Pemantauan janin)
1. Hipoksia awal pada janin
Janin melakukan kompensasi untuk mengurangi aliran darah dengan meningkatkan stimulasi simpatik atau melepaskan epinefrin dari medulla adrenal atau keduanya.
2. Demam pada maternal
Mempercepat metabolisme dari miokardium janin, meningkatkan aktivitas kardia akselerasi simpatik sampai 2 jam sebelum ibu demam.

Demam dalam kehamilan pada maternal menurut WHO 2005
Diagnosis demam dalam kehamilan

Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang-kadang ada Diagnosis kemungkinan
1. Disuria
2. Frekuensi kencing meningkat 1. Nyeri supra simfisis
2. Nyeri perut Sistitis
1. Disuria
2. Demam
3. Frekuensi
4. Nyeri abdomen 1. Nyeri Pinggang
2. Nyeri Dada
3. Mual / muntah
4. Anoreksia Pielonefritis akut
1. Cairan vagina berbau pada kehamilan < 22 minggu
2. Demam
3. Uterus nyeri 1. Nyeri abdomen bawah


2. Nyeri lapas
3. Perdarahan, nanah di serviks Abortus septic
1. Demam/menggigil
2. Cairan vagina barbau pada kehamilan > 22 minggu
3. Nyeri abdomen 1. Ketuban pecah
2. Nyeri uterus
3. Djj cepat
4. Perdarahan sedikit Amnionitis
1. Demam
2. Sesak nafas

3. Batuk beriak
4. Nyeri dada 1. Lendir (+)
2. Dada/tenggorokan sakit
3. Sesak
4. Rhonkhi Pneumonia
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri kepala
4. nyeri otot 1. Limpa membesar Malaria tanpa komplikasi
1. Gejala demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri kepala, nyeri otot
2. Koma
3. Anemia 1. Kejang
2. Ikterus Malaria dengan komplikasi
1. Demam
2. Nyeri kepala
3. Batuk kering
4. Lemas
5. Anoreksia
6. Limpa besar 1. Meracau
2. Tidak sadar Tifus
1. Demam
2. Lemah
3. Anoreksia
4. Mual
5. Kencing coklat tua
6. Kuning
7. Hati bengkak 1. Nyeri otot
2. Urtikaria
3. Limpa besar Hepatitis
Keterangan :
Di berikan ampisilin 1 gr per oral 4 kali sehari atau amoksilin 1 gr per oral 3 kali sehari

3. Obat-obatan simpatometik beta (ritodrine dan isoksuprin )
Obat-obatan tokolitik ini, di berikan untuk mengontrol persalinan, mempunyai efek jantung yang mirip seperti efenefrin.
4. Obat-obatan parasimpatolitik (antropin, skopolamin, hidroksizin, fenotiazin).
Menghambat bagian parasimpatik dari sistem syaraf otonom.
5. Hiportiroid
Long lackting tyroid stimulating hormone kemungkinan menembus plasenta dan meningkatkan curah jantung dan perfusi jaringan.

C. Intervensi tanda-tanda gawat janin (menurut Sarwono Prawiroharjo 2002 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Intervensi tanda-tanda gawat janin tergantung pada faktor penyebab. Demam pada maternal dapat di kurangi dengan antibiotic, hidrasi, dan tindakan pendinginan. Pemberian oksigen 8-12 L / menit dapat membantu. Takikardi dapat menjadi tanda yang berbahaya bila berhubungan dengan deselorasi lambat, deselorasi berubah-ubah yang berat atau tidak adanya variabilitas. Takikardi persiston dengan variabilitas dasar rata-rata atau tidak adanya perubahan periodik, tidak muncul serius pada kondisi bayi baru lahir, hal ini benar bila takikardi dihubungkan dengan maternal yang demam.
Denyut jantung janin lebih dari 160 dpm dalam kehamilan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontaksi uterus. Bila Hipoksia menetap glikollsis anaerob menghasilkan asam laktat dengan PH janin yang menurun.
Adapun janin yang beresiko tinggi untuk mengalami gawat janin adalah :
a. Janin yang pertumbuhannya terhambat.
b. Janin dari ibu dengan diabetes matitus.
c. Janin Proterm dan Posterm.
d. Janin dengan kelainan letak.
e. Janian kelainan bawahan atau infeksi.

D. Perencanaan
Data diagnostic tambahan menurut Sarwono Prawiroharjo
Pemantauan denyut jantung janin
Pemantauan denyut jantung janin yang segera dan continue dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberikan suatu penilaian\an kesehatan janin yang sangat membantu selama proses persalinan. Akselerasi periodik pada gerakan janin merupakan ketenangan dari reaktivitas janin yang normal. Indikasi-indikasi dari kemungkinan gawat janin:
1. Beradikardia, denyut jantung janin (+) yang kurang dari 120 DPM.
2. Takikardia, akselerasi denyut jantung janin yang memanjang lebih dari 160x/menit. Dapat dihubungkan dengan demam ibu sekunder terhadap infeksi intrauteri. Prematuritas dan atropin juga di hubungkan dengan denyut jantung dasar yang meningkat.
3. Variabililtas denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi sistem syaraf anatomi janin untuk medikasi ibu (atropin, skopopamin, diazepam, fenolbarbitas, magnesium dan analgesic naikotik)
4. Pola deselerasi, deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh isufisiensi uteroplasma. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan uterus adalah lebih sering dan muncul untuk menjalankan kompresi sementara waktu saja dari pembuluh darah umbillikus. Peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan variabilitas, bradikaria yang menetap dan pola gelombang sinus.

E. Penatalaksanaan
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Tergantung faktor penyebab: perubahan posisi lataran dan pemberian O2 8-12 l/menit membantu mengurangi demam pada maternal dengan hidrasi anti piretik dan tindakan pendinginan.
2. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu:
a. Istirahat baring
b. Banyak minum
c. Kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu
3. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
a. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasma.
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan anti biotik untuk amnionitis.
c. Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan penanganan prolaps tali pusat.
4. Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion, rencanakan persalinan).

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN
TANDA-TANDAGAWAT JAININ
TERHADAP Ny. “J” DI BPS Ny. MUsni Hendro

I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 25 Maret 2007 pukul 13.00 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Istri : Ny Jumiati Nama suami : Tn. Danang
Umur : 28 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Jl.Sambiroto IV Semarang Alamat :Jl. Sambiroto IV Semarang
2. Keluhan utama
Ibu datang untuk memeriksakan kandungannya, ibu hamil aterm, mengeluh menderita demam dalam kehamilannya.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
Keluhan : tidak ada
HPHT : 25 Juli 2006
TP : 01 Mei 2007


4. Riwayat Kehamilan
a. Trimester I
ANC : 2 X di bidan
Keluhan : mual, pusing, dan muntah-muntah
Anjuran : banyak istirahat, hindari makanan mengandung minyak dan berbau menyengat
Terapi : B6, B komplek, vocea

Trimester II
ANC : 3 X di bidan
Keluhan : tidak ada
Anjuran : kunjungan ulang makan makanan yang bergizi
Terapi : SF, vitamin C

Trimester III
ANC : 2 X di bidan
Keluhan : pegal-pegal, merasa cepat lelah
Anjuran : banyak istirahat, anjurkan ibu agar rajin melakukan senam hamil
b. Tanda-tanda kehamilan (trimester I)
PP test tanggal 30 Agustus 2006 hasil positif
c. Pergerakan uterus dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu
d. Keluhan yang dirasakan
Mual dan muntah yang lama : tidak ada
Nyeri perut : tidak ada
Demam : ada
Sakit kepala : tidak ada
Penglihatan kabur : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
Rasa gatal : tidak ada
Pengeluaran cairan : tidak ada
Oedema : tidak ada
5. Riwayat kehamilan ibu dan keluarga
a. Data kesehatan ibu
Ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit, penyakit keturunan tidak ada, tidak ada penyakit menular.
b. Data kesehatan keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit dan penyakit turunan.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3x sehari dengan porsi sedang 1 piring nasi, lauk tempe/tahu kadang-kadang ikan, dengan 1 mangkuk kecil sayur, 7-8 gelas air putih/hari.
Saat : Makan 3x sehari, porsi 1 piring nasi, lauk 1 potong tempe/tahu/ikan, dengan 1 mangkuk sedang sayur, kadang-kadang buah dan susu, minum air putih 7-8 gelas tiap hari.
b. Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1 x sehari-hari, BAK 6-7 x tiap hari
Saat hamil : BAB 1-2 x setiap hari, BAK 7-8 x tiap hari
c. Personal hygiene
Saat hamil : mandi 2 x sehari, pagi dan sore
Sesudah hamil : mandi 3 x sehari, pagi, siang dan sore
d. Pola istirahat
Sebelum hamil : tidur malam 7-8 jam / hari, tidur siang 1-2 jam /hari
Saat hamil : tidur malam 6-7 jam / hari, tidur siang 1-2 jam /hari

e. Olah raga
Jalan pagi-pagi 3x seminggu
f. Seksualitas
1-2 x dalam seminggu, tidak ada keluhan
7. Immunisasi
TT Lengkap:
TT 1 pada usia kehamilan 5 bulan di bidan
TT 2 pada usia kehamilan 6 bulan di bidan
8. Kontrasepsi
Ibu belum pernah KB
9. Riwayat sosial
a. Apakah kehamilan ini direncanakan : ya
b. Respon terhadap kehamilan : keluarga senang dengan kehamilan ini
c. Status perkawinan : ibu menikah 1x, usia pernikahan 1 tahun
d. Kepercayaan yang berhubungan : tidak ada

B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : agak lemah
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 nnHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 18 x / menit
Temperatur : 40oC
3. Tinggi badan : 155 cm
4. Berat badan : Sebelum hamil : 49 kg
Sesudah hamil : 59 kg
5. Ukuran lila : 24 cm
6. Inspesi
a. Rambut : Terlihat bersih, tidak ada ketombe
b. Mata : Bentuk mata simetris, tidak ada pembengkakan pada mata konjungtiva merah muda, seklera tidak ikterik Fungsi penglihatan baik.
c. Hidung : bentuk mata simetris, keadaan bersih, tidak ada pembesaran hidung, faktor penciuman normal
d. Gigi dan mulut: tidak ada kelainan bentuk pada mulut, tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak ada caries, pada gigi, tidak ada gigi yang berlubang, jumlah gigi atas dan bawah lengkap
e. Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris tidak ada kotoran, faktor pendengaran normal
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada embesaran kelenjar limpa, tidak ada pembengkakan vena jugularis
g. Dada : bentuk payudara simetris kanan dan kiri, papilla menonjol colostrum belum keluar, keadaan payudara bersih, terdapat hiperpigmentasi pada aerola mamae
h. Abdomen : keadaan pembesaran abdomen sesuai dengan usia kehamilan terhadap linea nigra, tidak ada bekas operasi
i. Genetalia eksternal : tidak ada flour albus, tdak ada oedema, hygiene baik haemoraid tidak ada
j. Ekstremitas :
Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik, turgor kulit baik, tidak ada kecacatan
Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik


7. Palpasi
Leopold I : TFU tiga jari bawah Px, pada fundus teraba lunak dan tidak, melenting yang berarti bokong
Leopold II : perut ibu sebelah kanan lebar dan memberikan tahanan yang besar berarti punggung kanan
Leopold III : bagian terbawah janin teraba keras dan melenting bila digoyang yang berarti kepala
8. Askultasi
DJJ terdengar pada daerah 3 jari bawah pusat sebelah kanan dengan frekuensi 168 x / menit
9. Perkusi : reflek petela positif
10. Pemeriksaan panggul luar
Distantia spinarum : 25 cm
Distantia cristarum : 27 cm
Conjugata eksterna : 19 cm
Lingkar panggul : 80 cm

II. INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN

1. Diagnosa
G1P0A0, ibu hamil aterm, janin tunggal, hidup intra uteri, DJJ 168 x/menit presentasi kepala
Dasar
a. ibu mengatakan hamil anak pertama
b. HPHT : 25 Juli 2006
c. TP : 01 Mei 2007
d. Pada auskultasi: DJJ terdengar jelas pada satu tempat 3 jari dibawah pusat sebelah kanan dengan frekuensi 168 x/menit
e. Pada palpasi
Leopold I : TFU tiga jari bawah Px,
Leopold II : bagian fundus teraba bulat, besar, lunak dan tidak melenting yang berarti bokong
Leopold III : bagian terbawah rahim teraba keras, besar, bulat, dan melenting bila di goyang yang berarti kepala
TBJ : (32-12) x 155 : 3100 gram

2. Masalah:
a. Ibu menderita demam dalam kehamilan
Dasar :Ibu mengatakan mengigil demam dalam kehamilan
b. Gangguan rasa nyaman : badan pegal-pegal dan cepat lelah
Dasar : Ibu mengatakan badannya pegal dan cepat letih
c. Takikardi janin
Dasar : Frekuensi denyut jantung janin 168x/menit

3. Kebutuhan:
a. Menurunkan demam ibu
Dasar : Ibu menggigil demam dalam kehamilan
b. Penyuluhan tentang pola istirahat yang cukup dan rileks
Dasar :Takikardi janin karena ibu lelah dan kurang rileks dalam menghadapi persalinan
c. Penyuluhan tentang senam hamil
Dasar : Ibu mengatakan badannya pegal-pegal
d. Penyuluhan tentang gizi ibu hamil
Dasar :Ibu mengatakan malas makan buah dan minum susu





III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
a. Potensial terjadi hipoksia
Dasar: pemasukan O2 yang tidak adekuat pada janin
b. Potensial terjadi gawat janin
Dasar: DJJ > 160 x/menit
c. Potensial terjadi kematian janin dalam kandungan
Dasar: gawat janin

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN DAN KOLABORASI
Tindakan segera: Perubahan posisi lateral dan pemberian oksigen 8-12 l/menit untuk mengurangi demam pada ibu dengan hidrasi antipiretik, dan tindakan pendinginan/kompres untuk menurunkan suhu
Kolaborasi : Dilakukan bila terjadi gawat janin dan kematian janin dalam kandungan

V. RENCANA MANAJEMEN
1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini
b. Observasi denyut jantung janin saat ini
c. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan ibu
2. Penanganan demam pada ibu
a. Kompres untuk menurunkan suhu ibu
b. Pemberian obat antipiretik
c. Anjurkan ibu untuk istirahat baring dan banyak minum


3. Berikan informasi mengenai gizi ibu hamil
a. Jelasakan pada ibu tentang makanan yang bergizi
b. Ibu diberi vitamin
4. Berikan informasi tentang senam hamil setelah kondisi ibu membaik
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya senam hamil
b. Ajarkan pada ibu tenatang gerakan senam hamil
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan senam hamil secara teratur
5. Beritahu ibu tentang pola istirahat yang baik
a. Jelaskan pada ibu pentingnya istirahat yang cukup
b. Anjurkan pada ibu untuk mengurangi aktivitas sehari-hari
c. Anjurkan pada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat
d. Evaluasi apakah ibu menjalankan yang dianjurkan

VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan keadaan ibu dan kandungannya
a. Menjelaskan kondisi ibu saat ini
b. Mengobservasi denyut jantung janin, setiap 30 menit untuk mengetahui kondisi janin
c. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya setiap minggu
d. Melibatakan keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu dalam menanti kelahiran anaknya.
2. Menangani demam pada ibu
a. Kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh ibu sampai kondisinya membaik
b. Memberikan obat antipiretik paracetamol 500 mg 3x sehari
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat baring secara total 8-9 jam sehari dan banyak minum air putih 1,5-2 liter sehari

3. Memberikan informasi mengenai gizi yang baik pada ibu hamil
a. Menjelaskan pada ibu mengenai makanan bergizi seperti sayur-sayuran hijau, misalnya daun katuk, buah-buahan segar, makanan TKTP seperti ikan, tempe, tahu.
b. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran hijau, misalnya daun katuk, buah-buahan segar, makanan TKTP (ikan, tempe, tahu)
c. Memberi ibu vitamin B12, SF 1x sehari
4. Memberikan informasi tentang senam hamil setelah kondisi ibu membaik
a. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya senam hamil untuk mempersiapkan proses kelahiran bayi
b. Mengajarkan pada ibu tentang teknik senam hamil, yaitu; latihan pemanasan dan peregangan, latihan pernafasan, latihan penguatan, latihan relaksasi, koreksi sikap, latihan pendinginan.
c. Menganjurkan pada ibu untuk melakukkan senam hamil setiap hari Jumat dan Sabtu seminggu sekali di Puskesmas Pekalongan
d. Mengevaluasi kemampuan ibu mengulang yang sudah dajarkan
5. Memberitahu ibu tentang pola istirahat yang baik
a. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya istirahat yang cukup dengan pola istirahat 8-9 jam setiap hari
b. Menganjurkan pada ibu untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan seperti pekerjaan rumah tangga yang berat
c. Mengevaluasi kemampuan ibu untuk mengerti tentang pola istirahat yang baik dan akan menjalankannya.





VII. EVALUASI
1. Ibu mengetahui kondisinya saat ini
Keadaan umum ibu: agak lemah
a. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Pols : 80 x/menit
RR : 18 x/menit Temp : 400C
DJJ : 168 x/menit
b. Palpasi
Leopold I : TFU tiga jari bawah Px, pada fundus teraba besar, bulat, lunak, melenting yang berarti bokong
Leopold II : Perut ibu sebelah kanan lebar dan memberikan tahanan yang besar, seperti punggung kanan
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba besar, bulat, keras, dan melenting bila di goyangkan, yang berarti kepala.
c. Oedema : Negatif
2. Observasi denyut jantung janin dalam 30 menit sekali frekuensi denyut jantung janin 154x/menit
3. Ibu bersedia akan melakukan kunjungan rutin di tempat bidan setiap minggu
4. Keluarga terutama suami bersedia untuk menemani ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu.
5. Keluarga mengerti terutama suami bahwa ibu butuh dukungan psikologis, perhatian yang lebih dan khusus dalam menanti kelahiran anaknya.
6. Kondisi ibu sudah mulai membaik, demam ibu mulai berkurang suhu tubuhnya turun 380C
7. Ibu bersedia untuk minum obat paracetamol 500 mg 3x sehari
8. Ibu mengerti tentang makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran hijau, misalnya: daun katuk, buah-buahan segar, makanan TKTP seperti tahu, tempe, ikan.
9. Ibu bersedia untuk makan makanan bergizi
10. Ibu bersedia minum vitamin B12 SF 1 kali sehari
11. Ibu mengerti tentang pentingnya senam hamil
12. Ibu bersedia akan melakukan senam hamil seminggu sekali
13. Ibu mengerti tentang pola istirahat yang baik 8-9 jam tiap hari
14. Ibu bersedia untuk istirahat baring secara total dan banyak minum air putih 1,5-2 liter dalam sehari


DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Bina Pustaka: Jakarta
Matrin, Tucker Susan. 1997. Pemantauan Janin. EGC: Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Bina Pustaka: Jakarta
Supridi, Teddy. 1994. Kedokteran Observasi Dan Gynekologi. EGD: Jakarta
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN TANDA-TANDA GAWAT JANIN

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

I. PENGUMPULAN DATA
Tanggal: 8 Desember 2007 Pukul: 10.00 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Istri : Ny Sugianto Nama Suami : Tn. Joko
Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Jangli IV Semarang Alamat : Jl. Jangli IV Semarang
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 3 bulan datang untuk memeriksakan kehamilannya, ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celana

3. Riwayat Hidup
Menarche : 13 tahun
Siklus : kurang lebih 28 hari
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
Lamanya : 5-7 hari
Sifat darah : encer bercampur gumpalan
HPHT : 22 September 2008
TP : 29 Januari 2009


4. Riwayat Perkawinan
Ibu menikah I kali, status perkawinan syah sebagai istri pertama, usia perkawinan 1 tahun, usia saat pernikahan 24 tahun. Ibu mengatakan pernikahannya cukup bahagia dan dalam keluarga tidak mengalami masalah.
5. Riwayat hamil bersalin dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. Tanda-tanda kehamilan (trimester I)
PP tes 20 Oktober : hasil positif
b. Pergerakan fetus belum dirasakan
c. Keluhan yang di rasakan
Mual dan muntah : ya
Nyeri perut : ya
Sakit kepala : tidak ada keluhan
Penglihatan : tidak ada keluhan
Rasa nyeri atau panas waktu BAK : tidak ada keluhan
Rasa gatal panas vagina dan sekitarnya : tidak ada keluhan
Pengeluaran pervaginam : ibu mengatakan darah sedikit pada vagina
Oedema : tidak ada oedema
7. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a. Kesehatan ibu
Ibu tidak pernah di rawat di RS, penyakit keturunan tidak ada, penyakit menular tidak ada, dan penyakit menahun tidak ada.
b. Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menular dan penyakit menular dan penyakit keturunan.


8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Sebelum hamil : makan 2 x sehari dengan porsi nasi sedikit dan lauk yang sedikit, tidak di sertai dengan buah-buahan dan jarang mengkonsumsi sayuran, tidak minum susu, ibu minum kurang lebih 7-8 gelas/hari.
2) Saat hamil : ibu makan 2 x sehari, porsi nasi sedikit dan sayuran yang kurang, lauk kadang mau kadang tidak, minum susu tidak setiap hari dan buah-buahan yang kurang. Ibu minum kurang lebih 7-8 gelas/hari
b. Eliminasi
1) Sebelum hamil : BAB : 1-2 x/hari BAK : 5-6 x/hari
2) Saat hamil : BAB : 1 x/hari BAK : 10-11x/hari
c. Istirahat
1) Sebelum hamil : ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam / hari, tidur siang 1-2 jam/hari
2) Saat hamil : tidur malam 6 jam / hari , tidur siang 1-2 jam/hari
d. Personal hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari
e. Aktivitas atau olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu sering jalan-jalan pagi
f. Seksualitas dan kontrasepsi
Seksualitas antara ibu dan suami sedikit terganggu, sebelum hamil, ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
g. Imunisasi
Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan imunisasi TT
B. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit Temp : 370C
c. BB sebelum hamil : 43 kg
BB saat hamil : 45 kg
Kenaikan BB : 2 kg
d. Tinggi badan : 157 cm
e. LILA : 21 cm
2. Pemeriksaan fisik
1) Rambut : keriting, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan bersih
2) Mata : kelopak mata: simetris, tidak ada oedema.
3) Konjungtiva : pucat sklera: tidak ikterus
4) Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman normal
5) Mulut dan gigi: lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries
6) Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan pendengaran baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
8) Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan abnormal
9) Payudara : membesar simetris, puting susu menonjol, colostrum belum keluar.
10) Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, perut bagian bawah sedikit menggembung dan nyeri tekan
a) Palpasi : Leopold I : TFU 20 cm
: Leopold II : tidak di lakukan
: Leopold III : tidak di lakukan
b) TBJ : TFU – 12 x 155
: 20 – 12 x 155
: 1240 gr
c) Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
11) Punggung : keadaan lordosis, michealis simetris
12) Genetalia : dilakukan pemeriksaan genetalia eksterna menggunakan spekulum terlihat adanya darah di kavum douglas dan terdapat sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam ke coklatan
13) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit turgor kulit baik, dapat digerakan dengan baik, tidak ada kecacatan.
Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik
3. Pemeriksaan laboratorium
HB : 9 gr%
Protein uterus : tidak dilakukan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi yang terdapat di lumen tuba.
PP tes : hasil positif
4. Pemerikasaan panggul luar
Distantia cristarum : 27 cm
Distantia spinarum : 26 cm
Konjungtiva external : 20 cm
Lingkar panggul : 89 cm



II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Ibu G1 P0 A0 12 minggu dengan KET
Dasar : ibu mengatakan hamil anak pertama
HPHT : 22 September 2007
TP : 29 Juni 2008
a. Palpasi : tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang.
b. Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
c. Pembesaran uterus
d. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
e. Ibu mengatakan terjadi perdarahan sedikit
f. Hasil pemeriksaan kuldosintesis, terdapat pengeluaran darah
g. Kadar hemoglobin turun hingga 9 gr% karena perdarahan yang banyak di rongga perut
h. Adanya amenorea : amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan
2. Masalah
a. Gangguan pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar : Ibu terlihat tampak lemah
: Ibu terlihat tampak pucat
: Ibu kurang dan makan dan minum atau tidak nafsu
b. Gangguan Psikologi
Dasar : Ibu mengatakan takut dan cemas dengan kehamilannya
c. Keterbatasan beraktivitas
Dasar : Ibu mengatakan cepat lemah bila beraktivitas
: Ibu mengeluh dengan keluarnya darah
: Ibu mengeluh dengan adanya pegal-pegal

d. Kahamilan yang lemah
Dasar : Ibu mengalami perdarahan di perut bagian bawah
Ibu mengalami pengeluaran darah sedikit-sedikit tapi berlangsung continues
3. Kebutuhan
a. Pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar : Ibu tampak lemas dan pucat
Ibu tidak nafsu makan
b. Memberikan dukungan
Dasar : ibu tampak cemas dan takut dengan kehamilannya
c. Pemberian bedres total
Dasar : ibu sulit beraktivitas dan terus mengeluarkan darah dari vagina
d. Segera lakukan tindakan laparatomi
Dasar : pada kehamilannya ibu kehilangan banyak darah karena mengalami perdarahan di rongga perut.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
a. Abortus iminens : terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan
b. Abortus inkomplit : perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah di luar kavum uteri melalui kanalis servikalis
c. Rupture tuba : robekan yang terjadi pada tuba

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN
Rujuk dengan kolaborasi dokter.




V. RENCANA
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2. Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5. Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai

VI. PELAKSANAAN
1. a. Menjelaskan pada dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini, bahwa ketika dilakukan pemeriksaan Leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen. Tinggi fundus 20 cm kemudian pada saat USG ternyata kehamilan berimplantasi dan tumbuh di luar rahim yaitu di tuba.
b. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan di luar rahim, janin tumbuh di tuba kehamilan ini biasanya tidak bertahan berakhir dengan abortus.
c. Anjurkan untuk keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu
2. a. Ibu segera memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter spesialis kandungan agar ibu dan keluarga lebih jelas dengan tindakan lebih lanjut untuk kehamilannya
b. Beritahu ibu tentang tindakan laparatomi yaitu pembedahan di bagian perut dan segera lakukan tindakan laparatomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat
a. Istirahat tidur 8-9 jam / hari
b. Melarang ibu untuk melakukan aktivitas yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang berat.
4. a. Jelaskan pada ibu tentang makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat, bayam, katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati, daging. Buah misalnya; jeruk, apel, melon, pepaya, dan di tambah minum susu.
b. Beritahu ibu agar makan teratur 3x sehari, dan minum 7-8 gelas / hari
5. a. Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan fungsi reproduksinya kelenjar fungsi reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
b. Menjelaskan pada ibu tentang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-14,6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%
c. Memberitahu tentang kontrasepsi yang baik digunakan yaitu dengan menggunakan kondom atau dengan KB kalender.

VII. EVALUASI
a. Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini
b. Ibu mengatakan cukup istirahat
c. Melakukan kolaborasi dengan dokter
d. Ibu dilakukan tindakan laparatomi oleh dokter di rumah sakit.
e. Ibu mengatakan nyeri pada perut hilang
f. Ibu mengerti tentang resiko kehamilan ulang
g. Ibu tahu alat kontrasepsi yang baik digunakan
h. Cemas ibu sudah berkurang

"
Baca Selengkapnya - ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

PLASENTA PREVIA PARSIAL

PLASENTA PREVIA PARSIAL:
1. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di sekitar segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
(Dikutip dari : Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.2005.Jakarta)

Secara klinis ada empat derajat abnormalitas plasenta yang diketahui, yaitu :
a. Plasenta previa totalis adalah plasenta menutupi seluruh osteum uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis adalah osteum uteri internum tertutup sebagian oleh jaringan plasenta.
c. Plasenta previa marginalis adalah tepi plasenta berada disekitar pinggir osteum uteri internum.
d. Plasenta letak rendah adalah plasenta tertanam dalam segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai osteum uteri internum tetapi terletak sangat berdekatan dengan osteum tersebut.
(Dikutip dari : Buku Obstetri Williams edisi 18)
2. Etilologi
Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh :
a. Endometrium difundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada khoiron leave yang persisten
Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi padaa desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa di dapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi.
Menurut Singh, dkk (1981), misalnya menemukan plasenta previa pada 3,9% wanita yang pernah mengalami persalinan sesarea bila dibandingkan dengan angka 1,9% untuk keseluruhan populasi obstetrik. Faktor lainnya adalah plasenta yang besar sehingga membentang dan meliputi daerah uterus yang luas sebagaimana terlihat pada eritoblastosis fetalis dan pada janin yang lebih dari satu.
(Dikutip dari buku Obstetri Williams edisi 18)
Kloosterman di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1973), mengatakan frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira empat kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
(Dikutip dari buku Ilmu Kebidanan edisi 3)

3. Gejala dan Tanda
Gejala utama dan pertama dari plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri, dan biasa terjadi pada kehamilan usia sekitar 28 minggu atau mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya. Perdarahan ini biasanya terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat faal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir-hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.
Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitamaan. Sumber perdarahannya ada sinus uterus yang terobek karana terlepasnya plasenta dari dinding uterus.
(Dikutip dari buku Obstetri Williams edisi 18)



4. Penatalaksanaan
Plasenta dengan plasenra previa dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat kebutuhan yang mendesak untuk melahirkan janin tersebut.
2. Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang aterm
3. Kelompok yang berada dalam proses persalinan
4. Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga uterus harus dikosongkan meskipun janin masih imatur.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur tetapi tahap perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnya bagi ibu maupun bayinya. Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan adalah migrasi. Plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahan utama. Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea dan pervaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :
1. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinkan uterus untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
2. Persalinan sesarea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan pervaginam pada plasenta previa totalis serta parsialis.
Logika untuk melahirkan pervaginam adalah dengan harapan cara ini dapat menekan plasenta yang lepas pada tempat implantasi yang mengalami perdarahan selama persalinan dan dengan demikian menjadi tampan yang cukup baik bagi pembuluh darah yan ruptur sehingga perdarahan hebat bisa dicegah.
Ada empat metode kompresi atau penamponan untuk persalinan pervaginam, meskipun hanya pemecahan ketuban secara sederhana pada kasus plasenta previa parsialis yang kini digunakan secara luas.
"
Baca Selengkapnya - PLASENTA PREVIA PARSIAL

Distosia

Distosia: "

DISTOSIA


Definisi

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.


Etiologi


Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), karena kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak (letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.


1. DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS


Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.


a. Inersia uteri hipotonik


Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.


Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.

Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :



  1. Inersia uteri primer


Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.



  1. Inersia uteri sekunder


Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.


Penanganan :



  1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus

    diperhatikan.

  2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang

    kemungkinan-kemungkinan yang ada.

  3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong

    bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat

    dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan

    dilakukan sectio cesaria.


b. Inersia uteri hipertonik


Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi

normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.

Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya “tetania uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan.


Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.

Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.


Penanganan

Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.


2. DISTOSIA KARENA KELAINAN LETAK


a) Letak Sungsang


Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus

uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.


Macam –Macam Letak Sungsang :



  1. Letak bokong murni ( frank breech )

    Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.

  2. Letak sungsang sempurna (complete breech)

    Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.

  3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech )

    Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.


Etiologi Letak Sungsang :



  1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada ; pada panggul sempit, hidrocefalus, anencefalus, placenta previa, tumor.

  2. Janin mudah bergerak ; pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).

  3. Gemelli

  4. Kelainan uterus ; mioma uteri

  5. Janin sudah lama mati

  6. Sebab yang tidak diketahui.


Diagnosis Letak Sungsang :



  1. Pemeriksaan luar, janin letak memanjang, kepala di daerah fundus uteri

  2. Pemeriksaan dalam, teraba bokong saja, atau bokong dengan satu atau dua kaki.


Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :



  1. Janin tidak terlalu besar

  2. Tidak ada suspek CPD

  3. Tidak ada kelainan jalan lahir


Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.



b) Prolaps Tali Pusat


Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah

ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan.


Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.


Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan panggul, premature, kelainan letak.


Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat keluar dari liang senggama atau bila ada pemeriksaan dalam teraba tali pusat dalam liang senggama atau teraba tali pusat di samping bagian terendah janin.


Pencegahan Prolaps Tali Pusat :


► Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.


Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :

► Usahakan agar ketuban tidak pecah

► Ibu posisi trendelenberg

► Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat

► Reposisi tali pusat


Penanganan Prolaps Tali Pusat :

► Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup


Tunggu partus spontan.

► Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap

Vacum ekstraksi, porcef.

► Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria



  1. DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR

    Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.


a) Distosia karena kelainan panggul/bagian keras

Dapat berupa :



  1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis

    Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.

  2. Kelainan ukuran panggul.

    Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.


Kesempitan panggul bisa pada :



  1. Kesempitan pintu atas panggul

    Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.

  2. Kesempitan midpelvis



  • Diameter interspinarum 9 cm

  • Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.

  • Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.

  • Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.



  1. Kesempitan outlet


Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.

Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,

namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis

sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.


Ukuran rata-rata panggul wanita normal



  1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) :

    Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.

  2. Pintu tengah panggul (midpelvis) :

    Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.

  3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :

    Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.

    Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.


b) Kelainan jalan lahir lunak

Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.


1.Distosia Servisis

Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.


Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri :



  • Servik kaku (rigid cervix)

  • Servik gantung (hanging cervix)

  • Servik konglumer (conglumer cervix)

  • Edema servik


2.Kelainan selaput dara dan vagina



  • Selaput dara yang kaku, tebal

    Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)

  • Septa vagina

    ▪ Sirkuler

    ▪ Anteris – posterior

    Penanganan :

    - Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan

    Lancar

    - Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio

    Cesaria


3.Kelainan – kelainan lainnya

¶ Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma

uteri, dan sebagainya.

¶ Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.

¶ Rectum yang penuh skibala atau tumor.

¶ Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut

gantung.

¶ Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.

¶ Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,

uterus arkuatus dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC


FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi. Bandung : Eleman


FKUI Universitas Padjajaran. 1982. Obstetric Patologi. Bandung : Elstar offset


Cunningham, F. Gary. 1995. Obstetric Williams. Jakarta : EGC


Oxorn, Harry. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia Medica


Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca Selengkapnya - Distosia

Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme Persalinan Normal: "








MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Paramitha Harsary



  • 96 % janin dalam uterus berada dalam presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil kiri depan sebanyak 58 %, kanan depan 23 %, kanan belakang 11 % dan kiri belakang 8 %.

  • Janin dengan presentasi kepala disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat serta bentuk uterus sedemikian rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas di ruang yang lebih luas sedangkan kepala berada dibawah di ruang yang lebih sempit.

  • 3 faktor yang memegang peranan penting pada persalinan :

    1. Kekuatan ibu, seperti kekuatan his dan mengedan

    2. Keadaan jalan lahir

    3. janin.





  • His à kekuatan yang menyebabkan servik membuka dan mendorong janin ke bawah serta masuk kedalam rongga panggul.

  • Kepala masuk melintasi pintu atas panggul dalam sinklitismus à arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat juga terjadi keadaan :

    1. Asinklitismus anterior à arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul

    2. Asinklitismus posterior à arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan pintu atas panggul.





  • Fleksi


Kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil ( diameter suboksipitobregmatika = 9,5 cm) dan didasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.



  • Putar paksi dalam


Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin oleh his yang berulang-ulang Þ kepala mengadakan rotasi Þ ubun-ubun kecil berputar kearah depan dibawah simpisis.



  • Defleksi


Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis ( sebagai hipomoklion), kepala mengadakan fleksi Þ berturut turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.



  • Putaran paksi luar


Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak



  • Ekspulsi


Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring Þ menyesuaikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir, bahu berada dalam posisi depan-belakang Þ bahu depan lahir lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang.


Mekanisme persalinan fisiologis penting dipahami, bila ada penyimpangan –> koreksi manual dapat dilakukan sehingga tindakan operatif tidak perlu dilakukan.


Tindakan – tindakan setelah bayi lahir :



  • Segera bersihkan jalan nafas.

  • Tali pusat dijepit pada 2 tempat, pada jarak 5 dan 10 cm, digunting dan kemudian diikat.

  • Tindakan resusitasi –> membersihkan dan menghisap jalan nafas serta cairan lambung untuk mencegah aspirasi.


Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Partus berada dalam kala III ( kala uri), yang tidak kalah penting dari kala I dan II oleh karena tingginya kematian ibu akibat perdarahan pada kala uri.


Mengecilnya uterus akibat his setelah bayi lahir mengakibatkan terjadi pelepasan perlengketan plasenta dengan dinding uterus. Ada 3 cara lepasnya plasenta yaitu :


1. Tengah (sentral menurut Schultze) à terbanyak


2. Pinggir (marginal menurut Mathew-Duncan)


3. Kombinasi 1 dan 2.


Kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit, dengan tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.


Sumber Dari :


http://ksuheimi.blogspot.com/2008/06/mekanisme-persalinan-normal.html

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca Selengkapnya - Mekanisme Persalinan Normal

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber