Cari Blog Ini

Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Suami tentang Berhubungan Seks Selama Kehamilan

ABSTRAK
Judul : Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Suami
Tentang Berhubungan Seks Selama Kehamilan Di BPS Desa Kecamatan Kabupaten
Tahun : 2010

Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seks. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hubungan seks selama kehamilan tidak berbahaya. Sampai saat ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah mengalami perubahan hormonal, 1 1%-50% diantaranya mengalami penurunan gairah dan mengalami kecemasan karena tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi. Pemahaman tentang mengapa berhubungan seks selama kehamilan menjadi berbeda dengan biasanya, akan dapat meredakan ketakutan dan kecemasan.
Penelitian dilaksanakan tanggal 13-20 Juli 2010 dengan tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan. Desain dalam penelitian ini yaitu korelasi cross sectional dengan populasinya yaitu suami dari ibu hamil yang mengantar periksa dengan teknik accidental sampling diperoleh sampel sebanyak 16 responden dan variabel yang digunakan yaitu variabel bebas adalah pengetahuan suami dan variabel tergantung adalah kecemasan suami. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan Spearman.
Hasil analisa dari 16 responden didapatkan hasil bahwa harga ρ hitung 0,901 dan harga ρ tabel 0,506 maka terlihat bahwa ρ hitung lebih besar dari ρ tabel yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan. Sebagai petugas kesehatan (bidan) khususnya diharapkan lebih aktif memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan seks selama kehamilan sehingga dapat mengurangi kecemasan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Hubungan seks, Kecemasan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seks. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hubungan seks selama kehamilan tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Hubungan seks dapat dilakukan dengan aman sejak terbentuknya janin sampai dengan mulainya saat persalinan asalkan kehamilan berjalan normal. (Close, Sylvia, 1998:1)
Beberapa situasi yang menyarankan untuk menghentikan hubungan seks yaitu jika terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas, terjadi perdarahan saat berhubungan seks, terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak, pernah mengalami keguguran, terjadi plasenta previa, kehamilan kembar. (Manuaba, 1998:139)
Secara fisiologis pada saat istri hamil suami tidak terganggu, tetapi keinginan berhubungan seks dengan istri akan terganggu secara emosi. Oleh karena itu, keinginan berhubungan seks dengan istrinya yang sedang hamil berbeda. Pada kebanyakan pasangan akan timbul kecemasan karena perubahan saat istri hamil antara lain rasa takut pada keguguran sehingga suami memilih untuk menghentikan hubungan seks. Suami menjadi terlalu sensitif dan menyesuaikan perasaan istri pada masa hamil dengan maksud bertanggung jawab untuk melindungi sang ibu, janin dan kehamilan atau karena menuruti peraturan agama atau adat setempat. (Close, Sylvia, 1998: 10)
Pada satu kelompok wanita, hanya 21% yang tidak mengalami atau sedikit mengalami kenikmatan seksual sebelum kehamilan. Hal tersebut meningkat menjadi 41% pada trimester I kehamilan, dan 59% pada trimester III. Hampir setiap pasangan selama kehamilan akan mengalami beberapa perubahan seperti tidak berhubungan seks sama sekali atau menjadi sedikit tidak nyaman. (Eisenberg, Arlene, 1998:184)
Keengganan berhubungan seks saat istri sedang hamil juga dipengaruhi oleh perubahan hormon yang terjadi pada wanita. Banyak istri saat hamil yang kurang bergairah, bahkan ada yang tidak mau disentuh sama sekali. Disisi lain, begitu suami mengetahui istri hamil, suami juga akan mengalami perubahan hormon. Pada saat itu, produksi hormon estradiol dan estrogen lebih tinggi, sedangkan testoteron sedikit berkurang. Hal ini menyebabkan penurunan gairah dan kecemasan pun meningkat (problemseks.blogspot.com).
Berdasarkan penjelasan seorang psikiater di Jakarta mengatakan bahwa beberapa pria mengalami perubahan hormonal selama kehamilan istrinya. Sampai saat ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah mengalami perubahan hormonal, 1 1%-50% diantaranya mengalami penurunan gairah dan mengalami kecemasan karena tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi. (Bibilung, 2007)
Pemahaman tentang mengapa berhubungan seks selama kehamilan menjadi berbeda dengan biasanya, akan dapat meredakan ketakutan dan kecemasan sehingga pasangan dapat merasa tenang dengan keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan hubungan seks. (Eisenberg, Arlene, 1998:185)
Berdasarkan studi pendahuluan di 4 BPS Kabupaten ....... yaitu di BPS Ny. Ida Fariati Desa Tugurejo Kecamatan Gurah Kabupaten ....... didapatkan 1 suami yang mengantar periksa dan tidak merasa khawatir tentang berhubungan seks selama kehamilan, di BPS Ny. Agustin Desa Doko Kecamatan Gampengrejo Kabupaten ....... ada 2 suami ibu hamil yang mengantar periksa, dari 2 suami ini 1 merasa khawatir dan 1 tidak mengalami kekhawatiran tentang berhubungan seks selama kehamilan. Dan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ....... didapatkan 5 suami ibu hamil yang mengantar periksa. Dari 5 suami ibu hamil 3 diantaranya khawatir untuk melakukan hubungan seks karena tidak mengerti tentang hubungan seks selama kehamilan dan 2 diantaranya tidak khawatir, sedangkan di BPS Ny. Ninik Desa Plemahan Kecamatan Plemahan Kabupaten ....... didapatkan 1 suami yang mengantar periksa dan mengalami kekhawatiran mengenai hubungan seks selama kehamilan.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Suami Tentang Berhubungan Seks Selama Kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten .......”.

1.2 Rumusan Masalah
“Adakah hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ....... ?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ........
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengetahui pengetahuan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ........
1.3.2.2 Mengetahui tingkat kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kabupaten ........
1.3.2.3 Menganalisa hubungan pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan di BPS Ny. .... ... Desa .............. Kecamatan .... Kabupaten ........

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menerapkan riset kebidanan tentang hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan suami tentang berhubungan seks selama kehamilan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya.
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care.

Menuju Link:
Baca Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Suami tentang Berhubungan Seks Selama Kehamilan

Hubungan Paritas dengan Kejadian Prolaps Uteri di BKIA RSUD

ABSTRAK
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolaps Uteri Di BKIA RSUD .......... Kota .......
Periode 1 Januari – 31 Desember 2010 Tahun 2010

Prolaps uteri adalah salah kelainan yang tidak banyak diungkap, penderitanya malu berobat karena dianggap sebagai penyakit kutukan. Prolaps uteri adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang vagina. Penyakit ini tidak hanya terjadi pada wanita yang memiliki tingkat paritas tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada wanita yang belum pernah melahirkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUD .......... Kota ....... pada tanggal 17-19 Juli 2009. Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.
Hasil penelitian didapatkan terdapat 24 kejadian prolaps uteri selama periode 1 Januari-3 1 Desember 2010. Kejadian paling banyak diderita oleh grande multipara (66,67 %). Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman dengan α = 0,05, diperoleh ada hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri. Dengan adanya fenomena diatas maka perlu adanya peningkatan pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang pembatasan jumlah anak dan KB.
Kata Kunci : Paritas, Prolaps Uteri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak dulu turunnya peranakan di dunia medis disebut dengan prolaps genetalia telah banyak dikenal orang. Keadaan ini disamakan dengan suatu hernia yaitu dimana bagian organ bagian dalam tubuh turun ke rongga kemaluan atau bahkan mungkin keluar dari liang kemaluan tersebut. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun.
Prolaps uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga kemaluan (Arsep Pajario. 2004).
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang keregangannya. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot panggul yang tidak baik (Hanifa Wikjosastro. 1999 : 429).
Diprediksi hampir setengah dari seluruh wanita yang pernah melahirkan akan mengalami penurunan organ peranakan (Mazna, Shafinaz Sheikh. 2007). Menurut dokter R Muharam SpOG, ahli kebidanan dan kandungan dari bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Jakarta wanita yang baru saja melahirkan atau wanita yang sudah berkali-kali melahirkan tergolong dalam kelompok wanita yang beresiko tinggi menderita gangguan prolaps uteri. Tapi patut pula dicatat peranakan turun tidak hanya di derita oleh wanita yang pernah melahirkan saja, artinya wanita yang belum pernah melahirkan pun dapat mengalami gangguan ini, tapi kemungkinannya kecil (http://www.anakku.net).
Faktor lain yang dapat menyebabkan turunnya rahim adalah peningkatan tekanan di perut menahun. Misalnya, obesitas, batuk berbulan-bulan, adanya tumor dalam rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar berkepanjangan (http://www.jawapos.com/index.php).
Meskipun sudah dikenal sejak lama, kelainan ini tidak banyak terungkap. Penderitanya masih malu untuk berobat, karena dianggap sebagai penyakit kutukan. Karena dianggap memalukan, maka penderitanya terutama wanita Indonesia sangat jarang berobat. Fenomena penyakit ini seperti layaknya gunung es , yang terungkap hanya permukaannya saja. Jumlah penderitanya lebih banyak dari yang datang berobat. Mereka yang datang berobat setelah kondisinya sangat parah, misalnya sudah perdarahan atau organ dalamnya turun (http://sumeks.co.id)
Penyakit ini berpotensi menurunkan kualitas hidup. Pada stadium yang berat, prolaps uteri membuat seorang wanita sulit melakukan aktivitas sehari¬hari karena sakit yang dirasakan (http://www.anakku.net).
Dari study lapangan pada tanggal 26 Febuari 2009 di BKIA RSUD .......... Kota ....... pada bulan November sampai Desember 2010 ditemukan kasus prolaps uteri sebanyak 9 kasus dan 7 diantaranya dialami oleh ibu grandemultipara.
Dengan adanya fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian “Adakah hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010 ?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi jumlah kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat paritas penderita prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya, juga menjadi bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bekerja di lapangan nantinya.
1.4.2 Bagi Lahan Penelitian
Dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan tentang kejadian prolaps uteri terutama dengan hubungan dengan paritas sehingga tenaga kesehatan dapat mengupayakan pencegahan dengan penyuluhan bahwa wanita yang berparitas tinggi memiliki resiko terjadinya prolaps.
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber informasi dan data dasar khususnya tentang kejadian prolaps uteri, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.


Menuju Link:
Baca Selengkapnya - Hubungan Paritas dengan Kejadian Prolaps Uteri di BKIA RSUD

Gambaran Pengetahuan Remaja Usia 17-20 tahun tentang Hak-hak Reproduksi di SMK 2

ABSTRAK
Gambaran Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun
Tentang Hak-hak Reproduksi di SMAN 3 ......

Pada masa remaja informasi mengenai hak reproduksi sudah seharusnya mulai diberikan agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas. Faktor utama yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak reproduksi remaja adalah karena tingkat pengetahuan yang kurang bisa menyebabkan misalnya kasus perdagangan prostitusi, kehamilan tidak dihendaki pada remaja. Pada remja akhir usia 17-20 tahun sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh seperti orang dewasa,mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkan dalam bentuk pacaran. Pada fenomena yang ditemukan di SMAN 3 ...... terdapat 15 orang pernah mengalami pelecehan seksual, 2 orang pernah seks pranikah, 8 orang tidak mengetahui apa infeksi menular seksual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahun remaja usia 17-20 tahun tentang hak-hak reproduksi di SMAN 3 .
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. Populasi yang dgunakan adalah semua remaja usia 17-20 tahun di SMAN 3 ...... sebanyak 500 orang.Sedangkan sampel yang digunakan adalah 15% dari seluruh remaja didapatkan 75 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik sampling yang digunakan yaitu sampling. Untuk pengambilan datanya yaitu menyebar kuesioner pada 75 responden, setelah diisi pada saat itu juga lansung diambil oleh peneliti
Data hasil didambil dengan kuesioner. Setelah itu ditabulasi dan dianalisis kemudian didapatkan hasil penelitian yaitu sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang kurang tentang hak-hak reproduksi.
Kata kunci: Pengetahuan, remaja, hak-hak reproduksi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada masa remaja, informasi mengenai hak reproduksi sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas. Dengan banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja jadi sangat penting. Sebut saja, misalnya, kasus-kasus yang banyak dialami remaja saat ini, perdagangan (trafficking) remaja perempuan, prostitusi remaja, kehamilan tidak dihendaki (unwanted pregnan), aborsi tidak aman (unsave abortion), pelecehan seksual, perkosaan remaja, dan penganiayaan anak ( Child Abuse). ( Efrie Christanto, 2005)
Informasi tentang hak-hak reproduksi sangat sedikit sekali yang didapatkan remaja padahal seharusnya sudah didapat dari lingkungan rumah atau keluarga.(Erni N, 2008) Perlunya menyadari hak-hak reproduksi agar kita menyadari bahwa pemegang kendali utama tubuh kita ya seharusnya kita sendiri, bukan orang tua, pacar, atau teman. Dengan menyadari hal itu kita tidak mudah menjadi korban berbagai paksaan yang menyangkut tubuh dan jiwa kita. Remaja sulit mendapat hak atas informasi, hak atas pemberdayaan, hak atas pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga menderita infeksi, hamil, mengalami pelecehan atau kekerasan seksual (Ilyani A S, 2002).
Dari survey yang dilakukan Yuoth Center Pilar PKBI Jawa Tengah (2004) pada remaja di Semarang tentang pengetahuan proses terjadinya bayi, keluarga berencana, cara-cara pencegahan HIV/AIDS, anemia, cara-cara merawat organ reproduksi dan pengetahuan fungsi organ reproduksi,diperoleh informasi bahwa 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuannya cukup, sedangkan 19,50% pengetahuan nya memadai. ( Farid Husni, 2005)
Pada tahun 2007 di Surabaya Jawa Timur menurut catatan LSM kelompok Pro Demokrasi (KPPD) Samitra Abhaya terdapat 181 (27,3%) kasus pemerkosaan, 25 (3,8%) kasus pelecehan seksual, 88 (13,3%) kasus kekerasan masa pacaran, 44 (6,6%) kasus trafficking.
Faktor-faktor utama yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak reproduksi remaja adalah karena tingkat pengetahuan yang kurang terhadap seksualitas, terbatasnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan ketidak terjangkauan remaja terhadap akses pelayanan kesehatan reproduksi, disamping pelayanan tidak memadai, serta sikap negatif terhadap anak perempuan dan tentu saja tindakan diskriminatif terhadap mereka. Remaja perlu menyadari hak-hak reproduksinya agar tidak mudah menjadi korban atas berbagai paksaan yang menyangkut tubuh dan jiwa, sehingga kita bisa memperjuangkan dan membela diri dari orang lain yang akan melanggar hak kita. (Ilyani A S, 2002)
Tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan reproduksi remaja pada akhirnya tidak saja mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam menangani masalah seksualitas tetapi juga mengahadapi para pelanggar hak-hak reproduksi. Pemerintah harus merancang program informasi yang terjangkau, melalui kampanye kesehatan umum, media, membuka konsultasi-konsultasi dan mengembangkan pendidikan karena pemerintah mempunyai kewajiban untuk memudahkan semua orang memperoleh informasi dan pelayanan yang memadai agar mereka dapat melaksanakan fungsi reproduksinya secara sehat, aman dan terjangkau. (Kartono M, 1998)
Dari fenomena yang ada di SMAN 3 Muhamadiyah pada 20 orang terdapat 8 (40%) pernah mengalami pelecehan seksual, 6 (3 0%) tidak mengerti IMS (Infeksi Menular Seksual),dan tidak ada seks pranikah,untuk yang di SMK Taman Siswa terdapat 9 (45%) pernah mengalami pelecehan seksual, 1(5%) seks pranikah, 3(15%) tidak mengetahui IMS (Infeksi Menular Seksual), di SMK 1 terdapat 10(50%) mengalami pelecehan seksual, tidak ada seks pranikah, 6(30%) tidak mengetahui IMS (Infeksi Menular Seksual), di SMAN 3 terdapat 15(75%) mengalami pelecehan seksual, 2(10%) seks pranikah, 8(40%) tidak mengetahui IMS. Pada remaja akhir usia 17-20 tahun sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkan dalam bentuk pacaran. Perkembangan moral masa ini telah mencapai dimana seseorang individu dalam mengambil keputusan akan disadarkan pada pengertiannya tentang norma-norma dalam masyarakatnya dan pengetiannya tentang hak- haknya. (Soetjiningsih, 2004)
Dari masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun Tentang Hak-hak Reproduksi di SMAN 3 ......”

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah Pengetahuan Remaja Tentang Hak-Hak Reproduksi Remaja Usia 17-20 Tahun di SMAN 3 ?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pegetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang hak-hak reproduksi di SMAN 3 .......
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang hak-hak reproduksi di SMAN 3 ...... yang meliputi :
1. Hak untuk mendapat informasi kesehatan reproduksi.
2. Hak untuk mendapat perlindungan dalam kesehatan reproduksi.
3. Hak untuk merencanakan keluarga.
4. Hak atas kebebasan dari diskriminasi.

1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Peneliti
Untuk memberi motivasi dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang benar sesuai dengan hak-hak reproduksi remaja.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa kebidanan tentang hak-hak reproduksi yang harus diketahui remaja dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam lingkup kebidanan.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan kehidupan remaja dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi
1.3.3 Bagi Instansi Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi instansi atau tempat penelitian untuk lebih mengarahkan pendidikan pada kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi remaja.
1.3.4 Bagi Pembaca
Memberi wawasan dan informasi mengenai pengetahuan tentang hak-hak reproduksi.

Menuju Link:
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Usia 17-20 tahun tentang Hak-hak Reproduksi di SMK 2

Gambaran Kekerasan dalam Pacaran pada Remaja Usia 17 – 21 tahun di Program Studi Kebidanan

ABSTRAK
Gambaran Kekerasan dalam Pacaran Pada Remaja Usia 17 – 21 Tahun di
Program Studi Kebidanan

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya dan mulai pacaran. Banyak orang tidak sadar bahwa dibalik indahnya pacaran ternyata tidak lepas dari hal-hal yang mengarah pada kekerasan yang populer disebut kekerasan dalam pacaran.
Kekerasan dalam pacaran (KDP) atau dating violence adalah perilaku atau tindakan seseorang yang dapat digolongkan sebagai tindakan kekerasan dalam percintaan atau pacaran bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kekerasan dalam pacaran yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Kebidanan ....... Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan angket, setelah data terkumpul diberi kode responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 116 responden yang diteliti didapatkan hasil 28,4 % mengalami kekerasan fisik dalam pacaran, 50,9 % mengalami kekerasan seksual dalam pacaran, 86,2 % mengalami kekerasan emosional dalam pacaran dan 22,4 % mengalami kekerasan ekonomi dalam pacaran.
Kata kunci :Remaja, pacaran, kekerasan dalam pacaran.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, Elizabeth B. 1999 : 206). Banyak hal yang terjadi dalam masa remaja salah satu yang menarik adalah trend pacaran (http://www.cumacewe.com). Pacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan sebagai persiapan sebelum menikah, untuk menghindari terjadinya ketidakcocokkan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa (http://www.balipost.com). Indahnya romantika pacaran sudah menghipnotis remaja sampai mereka lupa bahwa dibalik indahnya pacaran, kalau tidak hati – hati justru akan terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan atau bahkan akan menjadi cerita yang tidak akan terlupakan seumur hidup (http://www.cumacewe.com). Karena dalam pacaran, ternyata tidak lepas dari hal-hal yang berbau kekerasan (http://www.balipost.com).
Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal – hal yang indah, dimana setiap hari diwarnai oleh
manisnya tingkah laku dan kata – kata yang dilakukan dan diucapkan pacar (http://situs.kespro.info/gendervaw). Orang sering tidak sadar sebuah hubungan pacaran dapat berubah menjadi tidak sehat dan dipenuhi kekerasan. Jika dalam kehidupan berumah tangga dikenal ada KDRT, dalam pacaran istilah itu disebut dengan KDP (Kekerasan Dalam Pacaran) (http: //www.balipost.com).
KDP atau dating violence adalah perilaku atau tindakan seseorang yang dapat digolongkan sebagai tindakan kekerasan dalam percintaan atau pacaran, bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya (http://immunnes.blogspot.com). Kekerasan yang terjadi terdiri dari beberapa jenis, misalnya serangan terhadap fisik, emosional, ekonomi dan seksual (http://situs.kespro.info/gendervaw). Terlepas akibat kekerasan itu dapat terlihat langsung atau baru tampak kemudian, tetapi yang jelas dampak kekerasan seperti gangguan kesehatan, hilangnya konsep diri dan rasa percaya diri akan menghambat perempuan korban kekerasan untuk berpartisipasi secara optimal dalam masyarakat. WHO memperkirakan perempuan yang mengalami kekerasan akan kehilangan 50 % produktivitasnya (http://www.rahima. or. id).
Salah satu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dari 77 remaja, 66 % dari mereka mengaku mengalami kekerasan saat sedang berpacaran (http://situs.kespro.info/gendervaw). Dalam sebuah diskusi mengenai KDP, 70% remaja putri melaporkan mendapatkan pelecehan waktu pacaran, sedangkan remaja putra dalam kesempatan yang sama mengaku mendapat pelecehan dari pacarnya adalah sebesar 27% (http://situs.kespro.info/gendervaw). Kemudian menurut data yang terkumpul di Komnas perempuan selama kurun waktu tiga tahun, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia mengalami pertambahan yang sangat memprihatinkan menjadi 20,391 kasus (2005). Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2004 (14.020 kasus), 2003 (5.934 kasus), dan 2002 (5.163 kasus) (http://www.rahima.or.id). Sepanjang tahun 2005 tercatat sebanyak 20.39 1 kasus, 3,82 % di antaranya atau sekitar 635 kasus adalah KDP (http://immunnes.blogspot.com).
Menurut catatan LSM Kelompok Perempuan Pro Demokrasi (KPPD) Samitra Abhaya, kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Timur selama 2007 sebesar 664 kasus, 88 (13,3%) adalah kasus kekerasan dalam pacaran (http://www.d-infokom-jatim.go.id). Berdasarkan hasil wawancara tanggal 23 April 2010 dengan bapak Mudjiadi selaku Kanit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Polresta ......, pada awal tahun 2010 ini saja sudah ada 1 kasus kekerasan dalam pacaran yang berupa kekerasan seksual. Jumlah sebenarnya bisa jadi lebih banyak sebab korban KDP enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya (http://immunnes.blogspot.com). Kasus yang tampak hanya kasus – kasus yang dilaporkan atau tanpa sengaja terbukti dan diketahui. Dalam hal ini yang tampak berupa fenomena gunung es (iceberg), dimana kasus sebenarnya masih jauh lebih besar lagi, namun banyak hal yang membuatnya tidak muncul ke permukaan (http://indomcusa.com).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 03 April 2010 di Program Studi Kebidanan ...... terhadap 20 mahasiswa yang berada pada rentang usia 17 – 21 tahun, didapatkan 19 mahasiswa mengaku pernah mengalami kekerasan dalam pacaran dan hanya 1 mahasiswa yang tidak pernah mendapat kekerasan saat sedang pacaran. Dari pendataan tanggal 29 April 2010 di Universitas Kadiri Jurusan Kebidanan, dari 20 mahasiswa, ada 14 mahasiswa yang pernah mendapatkan kekerasan dalam pacaran, 6 mahasiswa tidak pernah. Sedangkan di Akademi Kebidanan Dharma Husada, dari 20 mahasiswa, 16 mahasiswa mengaku pernah mengalami kekerasan saat pacaran dan 4 diantaranya mengaku tidak pernah mendapatkan kekerasan dalam pacaran.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kekerasan dalam pacaran yang dialami remaja usia 17 – 21 tahun di Program Studi Kebidanan .......

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana gambaran kekerasan dalam pacaran pada remaja usia 17 – 21 tahun di Program Studi Kebidanan ......?“.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran kekerasan dalam pacaran yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Kebidanan .......
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui bentuk kekerasan fisik dalam pacaran.
1.3.2.2 Mengetahui bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. 1.3.2.3 Mengetahui bentuk kekerasan emosional dalam pacaran. 1.3.2.4 Mengetahui bentuk kekerasan ekonomi dalam pacaran.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan memperluas cakrawala pandang tentang gambaran kekerasan dalam pacaran yang dialami mahasiswa Program Studi Kebidanan .......
1.4.2 Bagi Mahasiswa
1.4.2.1 Mahasiswa menyadari bentuk kekerasan dalam pacaran yang pernah di alaminya.
1.4.2.2 Mahasiswa mampu mengambil tindakan yang tepat jika mengalami kekerasan dalam pacaran.
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan informasi sehingga dapat dikembangkan pada penelitian – penelitian selanjutnya.

 silahkan download dalam bentuk dokumen word
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN KEKERASAN DALAM  PACARAN PADA REMAJA USIA 17 – 21 TAHUN DI PROGRAM STUDI KEBIDANAN
(isi: abstrak, Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, kuesioner)
Menuju Link:
Baca Selengkapnya - Gambaran Kekerasan dalam Pacaran pada Remaja Usia 17 – 21 tahun di Program Studi Kebidanan

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber