Cari Blog Ini

PROFESINALISLE PETUGAS KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

PROFESINALISLE PETUGAS KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

PROFESIONALISME

Profesinalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya yang terdapat pada atau dilakukan sesorang profesional.
Profesionalisme juga merupakan suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Sedangkan yang dimaksud dengan profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian dan kemampuan juga keterampilan yang tinggi dan dapat mempengaruhi pada penampilan dalam melakukan pekerjaan di profesinya.
Mengapa orang perlu profesionalisme dalam menjalankan pekerjaan? Yaaa..Karena tuntutan masyarakat inign mendapatkan pelayanan yang semakin meningkat mutunya untuk hasil yang lebih baik. Setiap profesi harus bisa menyesuaikan dengan permintaan masyarakat agar tidak “ditinggalkan”.
Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).
Ciri-ciri profesionalisme
Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesionalisme didokong oleh ciri-ciri sebagai berikut :
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.
Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
2. Meningkatkan dan memelihara imej profesion
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesion melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
4. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion
Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesionnya.


II. PETUGAS KESEHATAN

Petugas/Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI No : 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1, pasal l ayat 3)

Sebagai tenaga profesional, petugas kesehatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
• anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan
• memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
• anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang berlaku
• bebas -mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
• wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan
• memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas palayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya
• pekerjaan/sumber utama seumur hidup
• panggilan dan komitmen mantap
• berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif
• otonomi dalam melakukan tindakan
• melakukan ikatan profesi
• lisensi, jalur karier, mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik serta altruisme.


III. KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu . Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll.
Mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi harapan atau melebihi harapan

PELAYANAN KESEHATAN : Upaya yg diselenggarakan sendiri atau scr bersama-sama dlm suatu organisasi untuk memelihara & meningkatkan kesehatan, mencegah & menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, klg, klp, & ataupun masy. (Lovey & Loomba)

Dimensi mutu/kualitas :
• Bagi pemakai jasa pelayanan yaitu yang berkaitan dengan ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keramahan petugas dsb.
• Bagi penyelenggara pelayanan kes. Yaitu berkaitan dengan kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi ked.mutakhir, dan/atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
• Bagi penyandang dana yaitu berkaitan dengan efesiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kes. Dan atau kemampuan mengurangi kerugian.
Dimensi yang dipakai untuk pelayanan kesehatan adalah dimensi no. 1 dan 2

Pelayanan kesehatan yang bermutu/berkualitas :
• Yankes yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa yankes sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
• Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Oleh karena itu, maka tingkat kepuasan adalah perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan pelanggan, maka pelanggan dapat merasakan hal-hal sebagai beriku :
1) Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa.
2) Kalau kinerjanya sesuai haapan, pelanggan akan merasa puas.
3) Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan pasien, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.
Salah satu definisi kulaitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit/puskesmas memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima pasiennya.
Aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 1997) adalah :
a. Keandalan (reliability)
b. Ketanggapan (responsiveness)
c. Jaminan (assureance)
d. Empati atau kepedulian (emphaty)
e. Bukti langsung atau berujud (tangibles)



IV. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI PROFSIONALISME PETUGAS KESEHATAN

Untuk mewujudkan profesi kesehatan sebagai profesi yang utuh. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap petugas kesehatan harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan dari Universitas di Indonesia, mengemukakan bahwa setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas.
Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban).
Kemampuan atau kompetensi, menurut Budi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Kewenangan itu, ungkap Budi, memang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
Dijelaskan Budi, kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.
Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi, sebagai contoh registered nurse yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.
Sedangkan kewenangan formal adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Hal yang tidak kalah penting, kata Murni, adalah penyelenggaraan pendidikan yang bertanggung jawab. Dalam pengabdiannya, petugas kesehatan dituntut bekerja secara profesional, memiliki sifat ”caring”, bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Setiap petugas kesehatan harus berusaha selalu meningkatkan kemampuannya baik dari segi keterampilan di mana era globalisasi diharapkan kemampuan profesionalisme petugas kesehatan dengan basis kompetensi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. (tom)


Sumber:
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html
Sutopo, Drs,MPA, Suryanto, Adi, Drs,M.Si, 2003, Pelayanan Prima Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi I), Jakrata : Lembaga Administrasi Negara RI
www.keperawatankomunitas.blogspot.com/jaminan-mutu
www.keperawatankomunitas.blogspot.com/sistem-pelayanan-kesehatan
www.keperawatankomunitas.blogspot.com/Jaminan-mutu-dalam-keperawatan-komunitas
http://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme
http://id.wikipedia.org/wiki/kualistas
http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan

http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - PROFESINALISLE PETUGAS KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

STOMATITIS

STOMATITIS

Anatomi Fisiologi

Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum, dan dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jaringan mukosa yang licin, halus, fleksibel, dan berkeratin atau tidak berkeratin. Jaringan lunak mulut berfungsi melindungi jaringan keras di bawahnya; tempat organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap, dan alat pengunyah.
Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.
2. Membrana basalis, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastis.
3. Lamina propria, Pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita rasa.
Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan elemen-elemen penghasil sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil. Kelenjar ludah yang halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar. Disamping itu lamina propria ini sebagian besar terdiri dari serabut kolagen, serabut elastin dan sel-sel fibroblast serta sel-sel daerah yang penting untuk pertahanan melawan infeksi. Jadi mukosa ini menghasilkan sekret, bersifat protektif dan sensitif.
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi), dsb.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut “stomatitis”.


Pengertian
Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan atau dalam bahasa kerennya oral thrush merupakan penyakit yang diakibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang kebih dikenal dengan sebutan Candida albicans bukanlah jamur yang aneh dan berbahaya. Hampir di setiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa mulut dan alat kelamin, namun adanya jamur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Dulu jamur ini lebih dikenal dengan sebutan Jamur Monilia. Jamur ini sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya tubuh manusia (imuno) yang menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang. Keadaan seperti ini biasanya terjadi setelah pemberian antibiotic dalam jangka panjang, infeksi virus pada saluran pernapasan, iritasi pada mulut akibat adanya pemasangan gigi palsu, kawat gigi; diabetes, HIV, kanker serta pemberian pengobatan dengan kortikosteroid dan penyakit imunodefisiensi (berkurangnya daya tahan tubuh). Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa mengindikasikan penyakit yang lebih berat, oleh karena itu jangan pernah meremehkan penyakit sariawan ini. Meski penyakit ini tidak begitu berat namun tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Stomatitis adalah peradangan pada mukosa (lapisan lendir) mulut yang bisa mengenai mukosa pipi, bibir dan langit-langit. Stomatitis merupakan infeksi yang dapat terjadi secara tersendiri atau bisa merupakan bagian dari penyakit sistemik.

Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah lesi mukosa rongga mulut yang paling sering terjadi, ditandai dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut pasien dengan tanpa adanya gejala dari penyakit lain.

Tipe Penyakit
Ada dua tipe utama: stomatitis herpetik akut dan stomatitis aphtosa. Stomatitis tipe herpetik akut biasanya sembuh sendiri, tetapi bisa parah dan pada bayi baru lahir bisa berakibat fatal. Stomatitis aphtosa biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 10-14 hari tanpa bekas.
Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.
2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.
Secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:
1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS). Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Minor RAS (MiRAS), terjadi lebih dari 80% dari semua kasus RAS yang ditandai oleh ulser bulat atau oval, dangkal dengan diameter < 10 mm dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. MiRAS biasanya mengenai daerah-daerah non-keratin seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut, tetapi tidak mengenai daerah keratin seperti gingiva, palatum atau dorsum lidah. Sebagian besar terjadi pada masa anak-anak. Lesi berulang dengan frekuensi yang bermacam-macam, dalam beberapa waktu 1-5 ulser bisa muncul dan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas.
2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS). Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi. Major RAS (MaRAS), biasa juga disebut periadenitis mucosa necrotica recurrens yang diderita oleh kira-kira 10% penderita RAS. Bentuk lesi serupa dengan minor RAS, tetapi ulser berdiameter > 10 mm, tunggal atau jamak dengan menimbulkan rasa sakit. Demam, disfagia dan malaise terkadang muncul pada awal munculnya penyakit. Sering terdapat pada bibir, palatum molle dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut. Ulser berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan sembuh dengan meninggalkan jaringan parut.
3. Herpetiform RAS (HuRAS), terdapat hanya 5-10% dari semua kasus RAS. Nama ini digunakan karena mirip dengan lesi intraoral pada infeksi virus herpes simplex primer (HSV), tetapi HSV tidak mempunyai peran etiologi pada HuRAS atau dalam setiap bentuk ulser RAS lainnya. Bentuk lesi ini ditandai dengan ulser-ulser kecil, berbentuk bulat, sakit, penyebarannya luas dan dapat menyebar di rongga mulut. 100 ulser kecil bisa muncul pada satu waktu, dengan diameter 1-3 mm, bila pecah bersatu ukuran lesi menjadi lebih besar. Ulser akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas Ulserasi herpetiformis (HU) Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.
Tanda-tanda dan Gejala
Gejala pada umumnya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Lesi pada mukosa oral didahului dengan timbulnya gejala seperti terbakar (prodormal burning) pada 2-48 jam sebelum ulser muncul. Selama periode initial akan terbentuk daerah kemerahan pada area lokasi. Setelah beberapa jam, timbul papul, ulserasi, dan berkembang menjadi lebih besar setelah 48-72 jam. Lesi bulat, simetris, dan dangkal, tetapi tidak tampak jaringan yang sobek dari vesikel yang pecah. Mukosa bukal dan labial merupakan tempat yang paling sering terdapat ulser. Namun ulser juga dapat terjadi pada palatum dan gingiva.
Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak. Pada stomatitis aphtosa yang berat, dapat digunakan suatu alat pelindung mulut yang bersih dengan pengolesan anestetik lokal dibawah alat tersebut.
Stomatitis herpetik akut diawali dengan mulut yang nyeri tiba-tiba, ludah berlebih, bau mulut, menolak makan, dan demam kadang-kadang tinggi (40-40,6ÂșC). Puncak terjadinya adalah demam dan rewel yang ditunjukkan dengan lesi (ujud kelainan) mulut dalam 1-2 hari. Lesi awal berupa gelembung isi cairan yang jarang terlihat karena cepat pecah. Lesi sisa berdiameter 2-10 mm dan ditutupi dengan lapisan kuning keabuan. Pada saat lapisan terkelupas, yang tersisa adalah luka. Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening sekitar mulut. Fase akut terjadi 4-9 hari dan sembuh sendiri. Nyeri biasanya hilang dalam dua sampai empat hari sebelum luka sembuh sempurna. Jika bayi yang menderita stomatitis menghisap jempolnya, luka bisa menjalar ke tangan.
Pada stomatitis aphtosa luka tunggal atau multipel yang nyeri pada mukosa bibir, pipi lidah dan bawah lidah, langit-langit, dan gusi. Lesi awal ditunjukkan dengan ke-merahan, tonjolan (papul) keras yang cepat erosi menjadi bentuk yang berbatas jelas, luka nekrotik dengan dikelilingi daerah merah. Luka aphtosa kecil berdiameter 2-10 mm dan sembuh spontan dalam 7-10 hari. Luka aphtosa yang besar berdiameter lebih dari 10 mm, sembuh dalam 10-30 hari. Bentuk ke tiga luka stomatitis aphtosa tampak seperti herpes. Bentuk ini ditunjukkan dengan beberapa kelompok lesi 1-2 mm yang bergabung menjadi plak yang sembuh dalam 7-10 hari. Pasien dengan stomatitis aphtosa secara khas mengeluh terbakar, teriritasi dan sedikit bengkak pada lapisan mukosanya. Biasanya daerah yang paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) ini pada daerah mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga mulut.
Faktor Penyebab

Infeksi virus herpes simpleks primer merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak-anak, umumnya di bawah usia 3 tahun. Infeksi virus ini menyebabkan demam, lemah dan lesu selama 48 jam, dan ditandai dengan kemerahan pada gusi, gusi dan bibir berdarah, serta sariawan yang banyak dan berkelompok
Selain infeksi herpes primer, infeksi virus lain yang menyebabkan timbulnya sariawan di rongga mulut adalah hand, foot and mouth disease serta herpangina. Seperti halnya infeksi herpes primer, infeksi virus ini dimulai dengan demam dan rasa lemah serta lesu, kemudian muncullah sariawan di langit-langit dan tenggorokan. Umumnya gejala pada anak tidak separah infeksi herpes primer. Pada hand, foot and mouth disease, dapat ditemukan juga bulatan cembung berisi cairan di tangan dan kaki anak. Penanganannya sama dengan infeksi virus herpes primer, dan umumnya sembuh sendiri setelah 10 hari.
Beberapa faktor penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya stomatitis aphtosa , diantaranya:
1. Hal pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan gigi bagi si pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
2. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
3. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
4. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut
5. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
6. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.
7. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di dalam tubuh.
8. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
9. Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. Pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok, bebas simtom ketika kebiasaan merokok dihentikan.
10. Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal. Abnormalitas immunologis atau hipersensitif terhadap organisme oral seperti Streptococcus sanguis
11. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
12. Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
13. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun kondisi seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan sayur-sayuran. Penyakit yang menjangkit ini biasanya dapat menyerang siapa saja dan tidak mengenal umur maupun jenis kelamin, termasuk pada bayi yang masih berusia 6-24 bulan.
Pada bayi dan anak terjadinya stomatitis atau sariawan sering disebabkan/dipicu oleh :
• Makanan/Minuman Panas
Mulut bayi belum sekuat orang dewasa. Jadi hati-hati saat membuatkan
makanan/minuman bagi si kecil. Selalu periksa keadaan suhunya; masih kepanasan atau sudah cukup hangat untuk diterima mulut mungilnya. Justru anggapan bahwa susu yang memancar terlalu kencang dari botol bisa memicu terjadinya sariawan ternyata tidak tepat. Kecuali jika susu tersebut bersuhu tinggi. Jadi penyebabnya bukan kekuatan pancarannya tapi, sekali lagi, karena suhu yang panas.
• Traumatik
Yang dimaksud traumatik di sini, mulut anak terluka oleh sesuatu; entah karena gusinya tergigit atau terkena gesekan dot yang terlalu keras. Seperti yang sudah disinggung, kejadian luka pada gusi bayi bisa berkaitan dengan ketidaknyamanan bayi akibat giginya yang baru tumbuh. Antisipasinya, coba berikan ia teether (mainan khusus untuk digigit-gigit) sehingga rasa tidak nyamannya dapat berkurang. Gesekan dot yang berkontur agak kasar dan terbuat dari karet yang keras juga memungkinkan munculnya sariawan. Jadi sebaiknya gunakan dot yang dibuat dari bahan lunak dan lentur seperti dari silikon.
• Zat kimia
Pemakaian obat-obatan yang terlalu lama umpamanya pada bayi yang harus mengonsumsi obat untuk menyembuhkan vlek pada paru-parunya bisa memunculkan sariawan. Zat kimia yang dikandung dalam obat bersifat asam. Bila tersisa di mulut bisa memicu sariawan karena proses pengasaman akan mengundang datangnya bakteri. Untuk itu, sedapat mungkin, setelah meminumkan obat, minumkan bayi air putih sehingga sisa-sisa obat tidak menempel di gusi maupun dinding mulut.
Yang perlu dicermati, faktor makanan/minuman terlalu panas, traumatik, ataupun
zat kimia, merupakan pemicu bukan penyebab. Penyebab utama sariawan adalah virus yang menempel di mulut yang sedang terluka. Ini sangat mungkin terjadi karena banyak virus bertebaran di udara. Nah ketika masuk ke dalam mulut kemudian menempel di luka akan memunculkan sariawan.
Sebenarnya dalam rentang 10-14 hari biasanya sariawan akan sembuh dengan
sendirinya. Namun pada bayi perlu pena- nganan segera karena sariawan dapat
menimbulkan gejala- gejala penyerta (simtomatis) yang membuatnya tidak nyaman.
Bila tidak diobati, memang relatif tidak ada bahaya yang mengancam jiwa bayi.
Masalahnya, sariawan menimbulan nyeri dan rasa yang tidak nyaman. Kalau tidak ditangani, bayi jadi tidak mau makan. Belum lagi ia akan terus-menerus rewel karena nyeri dan perut kosong. Nah, efek lanjutan inilah yang harus diantisipasi.
Jadi jika si kecil menderita sariawan, bawalah ia ke dokter. Biasanya dokter
akan meresepkan beberapa obat untuk menghilangkan gejala-gejala simtomatis.
Misalnya, obat penghilang nyeri yang dirasakan, obat penurun panas untuk mengurangi demam yang bisa muncul akibat rasa nyeri yang diderita, dan lainnya. Yang jelas tidak ada obat untuk menyembuhkan sariawannya karena hingga kini memang belum ada obat untuk itu.
Patofisiologi
Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.
Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak.
Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri.
Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.
Pencegahan
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari terjadinya stomatitis aphtosa (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, anda juga dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan berkonsultasi dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya.
Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut, menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress, menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi; serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
Penyakit stomatitis yang disebabkan virus herpes simplek seperti ini biasanya musiman, anak mungkin mendapatkan infeksi dari teman bermain atau teman sekolah. Sebaiknya jauhkan si kakak atau adik supaya tidak tertular.
Pengobatan/Terpi dan Perawatan
Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).
Ada beberapa jenis obat yang dikenal di masyarakat dan bisa membantu meredakan keluhan akibat sariawan. Ada jenis obat berbentuk salep dengan kandungan kortikosteroid yang dioleskan pada luka sariawan. Ada juga obat tetes yang digunakan untuk meredakan sariawan ini dengan gentien violet, perak nitrat, atau obat kumur yang dapat membantu mengurangi rasa sakit pada penderita sariawan. Dan juga pemberian vitamin C atau zat besi dalam dosis tinggi pada penderita sariawan yang kekurangan zat-zat tersebut sering dapat menolong. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, akan lebih baik bila diperoleh dari sayuran dan buah-buahan yang merupakan vitamin natural. Mengonsumsi vitamin natural lebih efetif dibandingkan dengan mengonsumsi suplemen. Bila dikonsumsi berlebihan tidak akan merusak tubuh, karena kelebihannya akan dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu juga lebih mudah diserap oleh tubuh. Pada penderita sariawan kambuhan yang disertai kecemasan obat (faktor psikologis), pemberian obat dapat disertai dengan obat anticemas untuk mengatasi masalah psikologisnya. Dan jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (ja¬ngan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan peng¬hilang rasa sakit topikal. Pe¬ng¬¬o¬batan stomatitis aphtosa teru¬tama peng¬hilang rasa sakit topikal. Peng¬obatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.
Perlu diperhatikan pula jangan sampai anak dehidrasi yang antara lain ditandai dengan mulut dan bibir kering, mata cowong, tidak keluar air mata pada saat menangis, tidak kencing dalam enam jam. Terapi penunjang termasuk makanan yang dihaluskan atau cair. Pada kasus yang berat diperlukan cairan intravena dan istirahat tirah baring.
Perawatan yang dilakukan untuk stomatitis antara lain cuci tangan anak dan yang memegang anak sebelum makan atau memberi makan. Beri anak cukup cairan di¬ngin untuk mengurangi rasa sakit, minum susu dapat dengan menggunakan sedotan. Minuman asam misalnya, jus jeruk dan minuman bersoda sebaiknya tidak diberikan. Minuman ini mengakibatkan rasa terbakar di mulut. Makanan lunak mempermudah anak makan, bisa diberikan antara lain yogurt, puding, dan makanan bayi. Bersih¬kan mulut, atau bila bisa kumur sesudah makan.
Perawatan RAS biasanya berupa perawatan suportif. Tujuan utama dari perawatan ini adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Obat-obat yang biasa digunakan adalah kortikosteroid topikal, analgesik, dan antimikroba. Untuk kasus ringan dapat diaplikasikan obat topikal seperti orabase. Sebagai pereda rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi.
Kasus berat dapat diaplikasikan preparat kortikosteroid topikal, seperti triamcinolon atau fluorometholon (2-3 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur). Tetrasiklin obat kumur dan gel dapat mempersingkat waktu penyembuhan ulser. Pada pasien ulser major atau multiple ulser minor yang parah yang tidak responsif terhadap terapi topikal, diberikan terapi sistemik.
Untuk menghindari terjadinya RAS, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, dianjurkan juga untuk menghindari stres.
Vitamin B12 (kobalamin) adalah vitamin larut air yang sangat penting. Berbeda dengan vitamin larut air lainnya tidak cepat dikeluarkan dalam urin, tetapi dikumpulkan dan disimpan dalam hati, ginjal dan beberapa jaringan tubuh lainnya. Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang. Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi B12. Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi vitamin C
Banyak sekali fungsi kobalamin dalam tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel, defisiensi kobalamin bisa mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah merah. Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, dan murung
Defisiensi berat vitamin B12 potensial menyebabkan bentuk anemia fatal yang disebut Pernicious anemia. Vitamin B12 hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, timbulnya gejala defisiensi berat itu perlu waktu lima tahun atau lebih. Ketika gejalanya muncul ke permukaan, biasanya pada usia pertengahan, defisiensi itu lebih karena penyakit pencernaan atau gangguan penyerapan daripada karena menu yang miskin B12, kecuali bagi yang vegetarian berat
Vitamin B12 berfungsi sebagai pendonor metil dan bekerja sebagai asam folat untuk sintesa DNA dan sel darah merah serta mencegah kerusakan sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin pada urat saraf.
Karena berperan dalam melindungi fungsi saraf, defisiensi kobalamin bisa menimbulkan pembentukan sel saraf terganggu, dan mengakibatkan kerusakan sistem saraf. Gejalanya, kehilangan daya ingat dan orientasi, gampang bingung, delusi (berkhayal), kelelahan, kehilangan keseimbangan, refleks menurun, mati rasa, geli di tangan dan kaki, serta pendengaran terganggu.
Sumber utama kobalamin antara lain daging beserta produk olahannya, ginjal, hati, kerang, ketam, kepiting, ikan (salmon, tuna), berbagai makanan laut (seafood) lain, unggas, dan telur. Termasuk susu dan produk olahannya. Sumber lainnya adalah miso (produk fermentasi kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama yang dibuat secara tradisional). Pada tempe buatan pabrik tidak ditemukan kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan meningkatkan jumlah vitamin B12, dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan mineral.
Berdasarkan penelitian dari Ilia Volkov, Inna Rudoy, Roni Peleg dan Yan Press, diperoleh hasil bahwa vitamin B12 dapat digunakan untuk perawatan RAS. Pada penelitian ini, 15 pasien penderita RAS dirawat dengan vitamin B12 selama 4 tahun. Pasien ditanya apakah ulser berulang. Sebelum dilakukan terapi vitamin B12 telah dilakukan penilaian terhadap jumlah darah dan vitamin B12 plasma serta asam folat dapat diperkirakan. Digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan yaitu: (1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah. (2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.
Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
Hasil dari penelitian tersebut : Sembilan pasien (60%) adalah laki-laki. Usia rata-rata umur 15-86 tahun. Populasi pasien berasal dari etnik heterogen yaitu 8 bangsa Yahudi dan 7 suku Badui.Sebelas dari 15 pasien (73%) dirawat dengan injeksi IM, dalam banyak kasus dihubungkan dengan pertimbangan sosial ekonomi. Hasil dari perawatan dilihat pada tabel 1 dan gambar 4. Sebelas pasien dilaporkan sembuh cepat dari RAS selama perawatan dan empat dilaporkan terjadi pengurangan frekuensi dan keparahan RAS. Dua dari empat pasien tidak melaporkan kesembuhan perawatan dengan vitamin B12 sublingual. Dua pasien lainnya yang dirawat dengan vitamin B12 IM, mempunyai periode waktu sembuh lama (lebih dari 2 bulan). Apabila dua pasien ini mendapat injeksi IM maka ulser tersebut akan hilang sepenuhnya.
Penanganan infeksi virus herpes primer ditujukan untuk menghilangkan gejala dan mengurangi rasa sakit pada anak, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Infeksi virus ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 10-14 hari .Yang dapat Anda lakukan antara lain :
 Memberikan obat penurun panas dan penghilang sakit (misalnya parasetamol yang tersedia di pasaran sesuai berat badan anak, tiap 4 jam),
 Anak yang lebih besar dapat menggunakan obat kumur klorheksidin sedangkan anak yang masih kecil dapat dibantu dengan mengoleskan obat kumur dengan cotton bud.
 Yang paling penting adalah mempertahankan asupan cairan dan makanan anak. Anak umumnya sangat sulit untuk makan. Pastikan untuk sering memberi minum pada anak untuk mencegah dehidrasi, serta memberik makanan berbentuk cair atau sangat lembut.
 Dokter gigi mungkin meresepkan topikal anestesi (obat oles yang menghasilkan rasa baal) untuk dioleskan pada bagian-bagian yang sangat sakit. Jangan berikan salep steroid untuk infeksi virus herpes.
 Apabila anak menolak untuk makan/minum dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, bawalah segera ke dokter.
 Istirahat cukup

Sumber :
http://rsiabunda.blogspot.com/2009/05/stomatitis-pada-anak
http://dokmud.wordpress.com/2009/11/03/stomatitis/
http://nadanashita.multiply.com/revies/item/16
http://www.e-smartschool.com/uot/001/U0T0010117.asp
http://wrm-indonesia.org/content/view/1138/2/
http://id.wikipedia.org/wiki/sariawan
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - STOMATITIS

INDONESIA SEHAT TAHUN 2010, APAKAH HANYA MIMPI ?

INDONESIA SEHAT TAHUN 2010, APAKAH HANYA MIMPI ?
Kita telah memasuki tahun 2010, tahun yang penuh tantangan bagi pembangunan kesehatan di Indonesia karena pada tahun ini telah ditetapakan sebagai suatu bentuk perwujudan yang nyata dari pembangunan kesehatan yaitu Indoneseia Sehat.V isi pembangunan kesehatan yang direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi “Indonesia Sehat Tahun 2010”, diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya yang (1) hidup dalam llingkungan yang sehat, (2) mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta (3) mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan keehatan yang bermutu, sehingga (4) memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Sedangkan misi yang telah dirumuskan adalah (1) menggerakan pembangunan nasionala berwawasan kesehatan; (2) mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat ; (3) memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatn yang bermutu, merata dan terjangkau; serta (4) memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya.



Pembangunan kesehatan yang telah berjalan sejak dicanangkannya visi Indonesia Sehat Tahun 2010 pada tahun 1999 mengacu pada 50 indikator sebagai indikator dari kretaria keberhasilan pencapaian cita-cita Indonesia Sehat tahun 2010 yang lengkat dengan target-target. Indikator tersebut adalah indikator minimal yang diterapkan untuk tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan desa.
Pertanyaannya, apakah semua indikator telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan ? Sudahkah terwujud harapan dari Visi dan misi Indonesia Sehat ?
Selama ini pemerintah Indonesia telah melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan dengan bergagai upaya guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Berbagai model pembiayaan kesehatan, sejumlah intervensi pada berbagai program teknis bidang kesehatan, serta perbaikan organisasi dan berbagai model manajemen telah diperkenalkan.
Walaupun demikian, kalau dibanding dengan Negara lain maka Indonesia masih tertinggal dalam pembangunan kesehatan. Masih tingginya angka kematian bayi merupakan contoh nyata bahwa Indonesia berada pada urutan atas di antara Negara-negara anggota South East Asia Medical Information Center (SEAMIC). Pada sebagaian besar masyarakat Indonesia masih sulit mendapkan pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh berbagai fektor, seperti faktor teknis, keadaan geografi, soial dan ekonomi.
Permasalahan kesehatan yang muncul tampaknya terletak pada kenyataan bahwa pembangunan kesehatan belum berada pada jalur utama pembangunan Nasional. Anggaran pembangunan kesehatan masih sangatlah kecil disbanding dengan yanglainnya. Akibatnya banyak program-program pembangunan kesehatan yang harus tertunda atau bahkan dibatalkan dan sebagian yang telah dilaksanakan tidak mendapat pembiayaan yang mencukupi.
Hal lain yang juga mempengaruhi adalah tidak adanya/kurang adanya dukungan sektor-sektor lain dalam mendukung terwujudnya peningkatan derajat kesehatan yang lebih baik. Kadangkala kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan sektor lain berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.
Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang bermakna. Hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB), dari 46 (SDKI 1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003), dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dari 334 (SDKI 1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Meskipun sudah menurun, namun bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka angkaangka tersebut masih belum menggembirakan.
Umur Harapan Hidup (UHH) waktu lahir dalam tiga dekade cenderung meningkat dari 41 tahun pada (1960) menjadi 66,2 tahun (Susenas 2003). AKB, AKI, dan UHH tersebut masih terdapat ketimpangan, terutama di wilayah KTI, serta penduduk dengan strata ekonomi dan pendidikan rendah.
Prevalensi gizi kurang pada balita juga mengalami penurunan dari 37,5% (1989) menjadi 24,6% (2000) dan meningkat kembali menjadi 31% pada tahun 2001. Saat ini kasus gizi buruk (busung lapar) sedikit merebak, karena lemahnya sistem kewaspadaan pangan dan gizi, serta menurunnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat.
Saat ini di setiap kecamatan telah ada paling sedikit sebuah Puskesmas, data tahun 2000 terdapat 7.237 Puskesmas, 21.267 Puskesmas Pembantu, dan 6.392 Puskesmas Keliling. Hampir di setiap ibu kota provinsi dan kabupaten/kota telah tersedia rumah sakit milik pemerintah. Permasalahan yang dirasakan tentang sarana kesehatan tersebut terutama di daerah-daerah pemekaran. Namun demikian pelayanan kesehatan masih dirasakan belum mencukupi, baik dari segi keterjangkauan, maupun kualitasnya.
Keadaan geografi negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar, merupakan salah satu tantangan dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam pembangunan kesehatan.
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Selain itu pembangunan Kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
1. Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan dalam GBHN 1999–2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan antarlembaga.
Lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas. Faktor-faktor keasyarakatan tersebuit antara lain struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat kan tercipta perilaku dan sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan upaya kesehatan. Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi ;
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang masih belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular.
Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih cenderung bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur produktif yang makin besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan datang
3. kondisi kesehatan lingkungan masih rendah;
Pencemaran lingkungan dewasa ini selain terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan buangan industri, limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara karena kenderaan bermotor.
Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi karena hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan tambahan, pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi pangan dan keadaan lingkungan yang makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.

4. perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah;
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok.
Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
5. Keterbatasan pelayanan kesehatan ;
Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-Pusat Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan sudah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas Keliling dan Polindes untuk membantu memberiakan pelayanan kepeda penduduk. Namun belum semua desa bisa terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang mmenyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.,
6. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan mutunya serta pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan sebagian besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih jauh dari memuaskan. Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan latihannya masih perlu dimantapkan.
Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja.
Dengan meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka panjang.
7. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal ;
Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih menunjang upaya kesehatan Puskesmas. Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium , kantor, perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.
8. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
9. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal.
Di antara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan antara lain adalah kertja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah kerja sama berbagai sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas
Kerja sama lintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
Selain dari permasalahan di atas mungkin banyak hal lain lagi yang menjadi masalah kalau dilihat dari faktor-faktor lain seperti budaya, dan keberagaman masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai pulau dan daerah yang berbeda. Permasalahan di atas adalah permasalahan yang pada umumnya kita temukan di dalam melaksanakan pembangunan kesehatan.
Permasalahan-permasalah tersebut menjawab apakah sudah terwujud harapan dari Visi dan misi Indonesia Sehat. Tentunya dari kenyataan yang ada harapan tersebut masih belumlah tercapai dan barangkali perlu waktu lagi untuk mewujudkannya serta upaya yang lebih optimal dari kita semua insan kesehatan dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Menjawab apakah semua indikator telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan, maka dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian indikator. Mungkin akan terlihat cukup jelas bahwa target-target yang telah ditentukan dari ke lima puluh indikator pencapaian Indonesia Sehat Tahun 2010 hanya sebagian yang tercapai dan mungkin sebagian besar tidak tercapai karena adanya berbagai macam permasalahan di atas.
Pembangunan Kesehatan terus berjalan, dan Indoneseia Sehat Tahun 2010 masih menyisakan kurang lebih 1 tahun lagi, namun permasalahan yang dihadapi teruslah ada dan berkembang. Hal tersebut tidak lepas dari geografis Indonesia itu sendiri dan era globalisasi dunia yang sangat mempengaruhinya. Memang dilihat dari permasalahan tersebut kita seakan pesimis bahwa Indonesia sehat 2010 akan tercapai dan barangkali hanya menjadi mimpi saja, tetapi diharapkan dengan semangat dan tanggungjawab kita semua maka tujuan tersebut bisa tercapai.
Sumber :
www.keperawatankomunitas.blogspot.com
Depkes RI, Jakarta, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1202/ Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - INDONESIA SEHAT TAHUN 2010, APAKAH HANYA MIMPI ?

UPAYA PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN STRATEGI GLOBAL DAN STRATEGI PIAGAM OTTAWA

UPAYA PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN STRATEGI GLOBAL DAN STRATEGI PIAGAM OTTAWA

"Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :
“Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment“. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai berikut : “Health promotion is programs are design to bring about “change”within people, organization, communities, and their environment”.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.
Konsep Promosi Kesehatan
• Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)

• Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.


Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Misi Promosi Kesehatan
• Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

• Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

• Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

Strategi Promosi Kesehatan Global (WHO, 1984)
• Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin)

• Dukungan Sosial (social support)
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.

• Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat (Tawi, 2008):
1. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat
2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses. Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran serta dari masyarakat ketika kita melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan kader yang telah dilatih atau anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.

Strategi Promkes (Piagam Ottawa, 1986)
WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari Piagam Ottawa pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means. Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy)
Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan di semua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan.
Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan. Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah untuk pembuat keputusan. Kebijakan Berwawasan Kesehatan artinya setiap keputusan pimpinan selalu memandang atau mempunyai cara pandang tentang kresehatan. Contoh sederhana ketika camat mengeluarkan ijin mendirikan bangunan maka harus ada ketentuan bahwa yang membuat bangunan harus membangun bangunan dengan didukung sarana kesehatan seperti jamban keluarga..
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik —untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.—terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi–- sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang Mendukung adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang mempunyai lingkungan yang sehat.
3. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas –-kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu partisifasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
4. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan (mendemostrrasikan). Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosii kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan bias mencontohkannya.
5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah.
Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas.
Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya. Reorientasi Pelayanan Kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau. Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.
6. Bergerak ke masa depan (moving into the future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya.
Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan utama.


Sasaran Promosi Kesehatan
• Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misal : kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak sekolah

• Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama

• Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah


Sumber :
www.yulidadewioktafina.blogspot.com/2009/10/sejarah-promosi-kesehatan-masy
www.bermenscholl.wordpres.com/2009/01/04/promosi.kesehatnan.
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - UPAYA PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN STRATEGI GLOBAL DAN STRATEGI PIAGAM OTTAWA

PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN

HYGIENE
USAHA KESEHATAN PREVENTIF ATAU PENYEGAHAN PENYAKIT YANG MENITIK BERATKAN KEGIATANNYA BAIK PADA USAHA KESEHATAN PERORANGAN MAUPUN KEPADA USAHA KESEHATAN LINGKUNGAN FISIK DIMANA ORANG BERADA. ( Drs. Soebagio Reksosoebroto,1990 )

SANITATION
THE CONTROL OF ALL THOSE FACTORS IN MAN’S PHYSICAL ENVIROMENT WHICH EXERCISE OR MAY EXERCISE A DELETERIOUS EFFECT ON HIS PHYSICAL DEVELOPMENT, HEALTH, SURVIVAL. ( W.H.O., 1965 )

KESEHATAN-SEHAT
• ADALAH SUATU KEADAAN KESEMPURNAAN FISIK, MENTAL DAN SOSIAL YANG TIDAK HANYA BEBAS DARI PENYAKIT ATAU KELEMAHAN. (WHO)
• ADALAH KEADAAN SEJAHTERA BADAN, JIWA DAN SOSIAL YANG MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG HIDUP PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMI.




LINGKUNGAN
• LINGKUNGAN : MEDIA
1.ATMOSFER
2. HIDROSFER
3.LITHOSFER
4. BIOSFER
5. SOSIOSFER
• LINGKUNGAN MIKRO
• LINGKUNGAN MESO
• LINGKUNGAN MAKRO

Hubungan Host Agent Environment ( The Epidemiologi Triangle)
• Sehat : keadaan seimbang antara host, agent dan lingkungan tidak berubah
• Sakit, bila :
1. Agent meningkat
2. Daya tahan tubuhmenurun
3. Lingkungan berubah

KESEHATAN LINGKUNGAN
Adalah ILMU & SENI dalam mencapai KESEIMBANGAN KESELARASAN KESERASIAN lingkungan hidup melalui upaya PENGEMBANGAN BUDAYA PERILAKU SEHAT dan PENGELOLAAN LINGKUNGAN sehingga dicapai kondisi yang BERSIH, AMAN, NYAMAN, SEHAT dan SEJAHTERA terhindar dari gangguan PENYAKIT, PENCEMARAN dan KECELAKAAN, sesuai dengan HARKAT dan MARTABAT manusia Bogor. ( SS.210894 )

KESEHATAN LINGKUNGAN
• KESEIMBANGAN EKOLOGIS YANG HARUS ADA ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA AGAR DAPAT MENJAMIN KEADAAN SEHAT DARI MANUSIA SECARA UTUH TIDAK HANYA KESEHATAN SECARA FISIK TETAPI JUGA KESEHATAN MENTAL DAN SOSIAL DENGAN LINGKUNGANNYA (WHO)
• ENVIRONMENTAL HEALTH
ENVIRONMENTAL HEALTH IS THAT ASPECT OF PUBLIC HEALTH THAT IS CONCERNED WITH THOSE FROM OF LIVE, SUBSTANCES, FORCES AND CONDITIONER IN THE SURROUNDINGS OF MAN WAY EXERT AN INFLUENCE OF HUMAN HEALTH WELL BEING (W.PURDOM)

HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN




Ruang lingkup perhatian ilmu kesehatan lingkungan
• Penyediaan air, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah serta mutu dari air tersebut.
• Pengelolaan air bekas dan pengelolaan pencemaran terhadap air, termasuk masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan air bekas dari rumah tangga dan sampah lain yang dibawa air, serta kontrol terhadap kwalitas air permukaan dan air tanah.
• Pengelolaan sampah padat.
• Kontrol vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat
• Pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah oleh kotoran manusia atau substansi lain yang berpengaruh buruk terhadap kehidupan manusia hewan dan tumbuhan.
• Sanitasi makanan dan susu.
• Pengotoran udara.
• Kontrol terhadap radiasi.
• Kesehatan kerja terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis.
• Kontrol terhadap kebisingan.
• Perumahan dan lingkungan sekitar terutama aspek kesehatan masyarakat pada tempat pemukiman umum ataupun gedung-gedung.
• Perencanaan kota dan regional.
• Pencegahan terhadap kecelakaan.
• Aspek kesehatan lingkungan dari udara laut dan transportasi.
• Tempat rekreasi dan tourisme, aspek kesehatan lingkungan dari pantai, kolam renang tempat berkemah dan lain sebagainya.
• Tindakan sanitasi yang dihubungkan dengan epidemi. keadaan darurat (seperti banjir dan sebagainya) serta imigrasi penduduk.
• Tindakan pencegahan lain yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa lingkungan telah bebas dari bahaya yang dapat mengancam kesehatan.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan (WHO)
• Masalah air .
• Masalah barang/benda sisa/bekas seperti air limbah, sampah, tinja.
• Masalah makanan dan minuman.
• Masalah perumahan dan bangunan.
• Masalah pencemaran terhadap udara, tanah dan air.
• Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia.
• Masalah kesehatan kerja.









PRINSIP-2 PENGENDALIAN PENYAKIT GANGG KESEH
• PENGOBATAN MEDIS-> KURATIF &REHAB
• IMUNISASI
• PENINGKATAN VITALITAS FISIK
• PENGENDALIAN LINGKUNGAN

PENGENDALIAN LINGKUNGAN
• ISOLASI -> PEMISAHAN DNG JARAK TTT
• SUBSTITUSI-> MENGGANTI BAHAN
• SHEILDING-> PELINDUNG
• TREATMENT-> PERAWATAN/PENGOLAHAN
• PENCEGAHAN

TREATMENT
• DESTRUKSI-> BINASAKAN KESELURUHAN SUMB.BIOLOGIS.
• KONVERSI -> GANTI B3-> <<< BAHAYA
• REMOVAL-> MEMBERSIHKAN DARI KOTORAN.
• INHIBISI-> MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
• PENCEGAHAN-> MENCEGAH TERJADINYA PENYAKIT.





















MASALAH2 KES.LING DAN DAMPAKNYA THD KESMAS(WHO)
• RATUSA JUTA ORANG MENDERITA PENYAKIT SAL.PERNAFASAN AKIBAT POLUSI UDARA DI DALM DAN LUAR RUMAH
• RATUSAN JUTA ORANG TERPAJAN PADA GANGGUAN FISIK MAUPUN KIMIAWI DI TEMPAT KERJA ATAU LINGKUNGAN (TERMASUK 0,5 JUTA MENINGGAL AKIBAT KECELAKAAN LALIN)
• 4 JUTA ANAK DAN BAYI MATI /TAHUN AKIBAT PENYAKIT DIARE, PD UMUMNYA PENCEMARAN MAKMIN DAN AIR MINUM.
• RATUSAN JUTA ORANG MENDERITA AKIBAT INFESTASI PARASIT YANG MELEMAHKAN.
• DUA JUTA ORG MENINGGAL AKIBAT MALARIA SETIAP TAHUN DAN 267 JUTA ORG SAKIT MALARIA
• TIGA JUTA ORG MENINGGAL AKIBAT TBC/TAHUN DAN 20 JUTA MENGALAMI INFEKSI AKTIF TBC.
• RATUSAN JUTA MENDERITA KURANG GIZI.


Sebagian besar masalah kesehatan berada di luar sektor kesehatan
Oleh karenanya dalam pembangunan kesehatan, perlu upaya untuk:
• Meminimalkan underlying causes, yaitu berbagai penyebab tak langsung (pendidikan, perumahan, dan lain-lain)
• Menangani cause of the the causes, yaitu penyebab fundamental (masalah sosial ekonomi, budaya dan lingkungan)













MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN (SURKESNAS)

• Fisik rumah (lantai 85 , 3 % > 8 m2) ; lantai tanah 17,6 %.;
• ventilasi 84,9 %; cahaya ckp 85,4 %.
• Sanitasi dasar ( sumber air terlindung 75 %;)
• jamban leher angsa 62 %. Cemplung 19,7 %, tidak pakai 7 %.
• Spal 25 % tertutp; 45,5 terbuka; 29,4 % tanpa saluran )
• Peng. Sampah 44 % Dibakar; ditimbun 10,5 %, dibuang ke sungai 7,2 %, sembarangan 9,3 %.
• Sumber penerangan PLN 83,4 %; Listrik non PLN 3 %, petromak 2,5 %; pelita 10,0 % lainnya 0,6 %.
• Bahan Bakar (listrik 2,9 %Gas 8,2 %; M.Tanah 43,2 %; Arang Batu bara 0,3 %, Kayu bakar 43,2 %, tidak memasak 1,2 %)



PENGERTIAN KOTA-KAB. SEHAT
• Kota yang terus menerus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosialnya melalui pemberdayaan potensi masyarakat dengan memaksimalkan seluruh potensi kehidupan baik secara bersama-sama maupun mandiri, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat hidup di lingkungan yang aman, nyaman sehat.

• Kabupaten sehat adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang terdiri dari desa/kelurahan yang masyarakatnya secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat yang didukung oleh lingkungan , prasarana wilayah akses, pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan yang memadai, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat yang hidup dilingkungan yang aman, nyaman sehat.

MODEL KOTA/KAB SEHAT
KOTA SEHAT
a. Lingkungan yang sehat. terciptanya udara yg bersih, PAM
b. Prasarana kota yang aman dan Sehat.-> Ruang kota serasi
c. Perilaku hidup sehat-> meniadakan perilaku tdk sehat
d. Kehidupan sosial yang sehat->JPKM, penanggulangan anjal
e. Kawasan Industri yang sehat-> Industri aman & tdk polusi
f. Kawasan Pariwisata yang sehat> akomodasi& mkn aman
g. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan.

KABUAPTEN SEHAT.
a. Lingkungan yang sehat.
b. Prasarana Kab/Kec/desa yang aman dan sehat.
c. Kehidupan sosial yang sehat.
d. Tersedianya pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
e. Kesediaan pangan dan jaminan gizi

INDIKATOR KOTA/KAB.SEHAT
• Untuk melihat dan mengukur kemajuan kegiatan dibutuhkan indikator sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.
• Setiap daerah dapat memilih sesuai kemampuannya.
• Indikator: proses dan out put.

Contoh Indikator
• Indikator Proses
Adanya penyusunan rencana peningkatan gerakan kota/kab.sehat dibagian tsb dan perluasan ke wilayah lain dalam kota/kab.tab
• Indikator Hasil
Tersusunnya pelaksanaan peningkatan gerakan kota/Kab.dan desa/kel.sehat dibagian lain kota itu serta upaya peningkatannya di wil. Yg sudah ada kegiatannya.
• Indikator out put (contoh)
Fisik,
Udara Bersih
1. Ada dan dilaksanakan
2. Ventilasi memadai
3. Baku mutu emisi kendaraan
4. Monitoring baku mutu emisi kend.bermotor
5. Baku mutu Udara
6. Penggunaan unleaded bensin(tanpa Pb).
Penyediaan Air Bersih
1. Pengadaan air minum perpipaan
2. Rumah dng air bersih
3. Rumah dng air minum PAM
4. Air tdk tercemar Coli tinja.
NON FISIK
Perilaku Td Sehat
1. Kel./desa dengan kegiatan anti rokok, narkotik, penanggulangan kekerasan dan kenakalan remaja.
2. Penurunan kasus narkotika dan penggunaan obat-obatan terlarang.
JPKM
1. Adanya pendekatan JPKM yang dikordinir masyarakat.
2. Adanya JPKM yang mempunyai badan hukum.



Sumber :
Catatan Kuliah Pengantar kesling STIKes. MUHAMMADIYAH Banjarmasin PROGRAM S1Kep( NERS A/B) Dosen : Hardiono, SKM
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN

KELAINAN YANG DISEBABKAN OLEH BAHAN KIMIA DAN OBAT

KELAINAN YANG DISEBABKAN OLEH BAHAN KIMIA DAN OBAT

Pendahuluan
• Hampir semua bahan kimia, termasuk obat-obatan mempunyai kemampuan menimbulkan jejas, kadang kematian.
• Beberapa diantaranya sangat toksik dan bereaksi cepat,dianggap sbg racun ttpi lebih sering berpengaruh scr samar-samar, dan baru nyata setelah beberapa waktu.

A. Efek samping agen terapi
• Lebih sering dikenal sebagai efek samping obat (ADR)
• Menjadi resiko yang paling diketahui oleh penderita, keluarga dan dokter.
• Setiap obat suatu saat dapat mengakibatkan ADR
• Konsensus luas bahwa 4 kategori pengobatan terlibat dalam ADR yang paling serius – agen radioaktif, antibakteri, antineoplastik, dan imunosupresan.
Kategori ADR
• Dapat diperkirakan, terkait dosis
- kelebihan dosis. Cth:toksisitas digitalis
- efek samping. Cth:toksisitas
• streptomisin yang terkenal pada telinga
• bgn dlm.
• Reaksi yang tidak terduga, tidak terkait dosis
• Efek ekstensi
• Reaksi idiosinkrasi

1.Analgesik
• Berton-ton aspirin dan analgesik terjual bebas setiap tahunnya(cth.fenasetin, asetaminofen)
• Kelebihan dosis aspirin yang tidak begitu tinggi walau tdk menimbulkan kematian, dpt menyebabkan reaksi hipersensitivitas (eritematosa, eksim, angioedema, urtikaria, asma, bahkan anafilaksis)
• Pemakaian dosis terapi aspirin selama penyakit virus ikut menyebabkan sindrom Reye
• Pemakaian aspirin yg menahun merupakan faktor penting pada perkembangan gastritis dan dapat menimbulkan tukak peptik gastrikum


2. Barbiturat
• Tahun 1977 di Britania disebutkan bahwa 70% kematian akibat bunuh diri disebabkan oleh akibat agen terapi barbiturat
• Dosis berlebihan yang tidak disengaja dan tidak dikehendaki, menjadi penyebab lebih dari 15.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat
• Semua jenis barbiturat mempunyai efek farmakologik yang serupa, tetapi bervariasi dalam kecepatan kerja
• Bila dosis total analgesik(campuran aspirin,fenasetin, dan asetaminofen) mencapai kadar dlm kilogram selama bertahun-tahun, dpt terjadi lesi ginjal yg dpt menimbulkan kematian
• Di Amerika Serikat Fenasetin telah ditarik dari peredaran, karna penggunaan fenasetin yang lama dan besar dianggap dapat menyebabkan kanker kandung kemih
• Akibat kliniko anatomi toksisitas barbiturat bervariasi dari depresi CNS yang menyolok dengan koma yang mematikan dlm waktu beberapa jam sampai dengan reaksi lambat non fatal yg mungkin berkaitan dengan kepekaan obat
• Bila kadar barbiturat darah cukup tinggi (mulai 2 mg/100ml utk agen kerja singkat), semua neuron di CNS tertekan termasuk yg paling penting pusat pengaturan pernapasan/suhu dibatang otak
• Diagnosis intoksikasi barbiturat, baik secara klinis, maupun anatomis, tergantung sekali pada identifikasi agen secara klinis, maupun anatomis, tergantung sekali pada identifikasi agen secara kromatografik gas, dalam darah atau isi lambung, karena perubahan klinis, dan anatomis tidak jelas

3. Estrogen Eksogen, dan Kontrasepsi Oral (OC)
• Estrogen eksogen tergantung pada dosis total dan lama penggunaan, akan meningkatkan risiko karsinoma pada organ sasaran tertentu, lebih besar dari organ lain
• Disamping sifat onkogenitas yang tampak, estrogen eksogen juga melipatgandakan risiko perjalanan penyakit empedu pada wanita
• Kontrasepsi oral masih menimbulkan pertentangan yang luas, tentang efek jangka pendek dan panjang

4. Obat Kemoterapi Kanker
• Pada kebanyakan kasus, neoplasma yang disebabkan obat adalah leukimia nonlimfositik akut.
• Neoplasma akibat obat terjadi terutama pd penderita noplasma yang peka terhadap pengobatan , termasuk penyakit Hodkin, limfoma non-hodkin, mieloma multipel, dan Ca.ovarium, tetapi kadang-kadang terjadi pada keadaan yang tdk terobati juga(mis. Ca.payudara, Ca.gastrointestinal dan polisitemia vera.
• Berdasarkan bukti yang ada sekarang, maka agen alkilator (seperti melfalan,dan siklosfosfamid) menghadapi risiko terbesar karena obat-obatan ini mempunyai kemampuan untuk mencetuskan mutasi

5. Antibiotik dan Imunosupresan
• Beberapa efek antibiotik utama:
a. Reaksi sensitivitas terkait antibiotik, bervariasi mulai anafilaksis, sampai ruam kulit
b. Srain baru kuman kebal obat telah timbul, terutama yang dapat dicatat seperti stafilokokus, gonokokus, dan enteropatogen gram negatif. Kuman-kuman ini dan strain-strain lain yg juga kebal, menimbulkan masalah yang berat dan dapat mencetuskan epidemik yang serius, baik dalam masyarakat maupun RS
c. Penghancuran mikroflora tubuh sering memberikan kesempatan bagi proliferasi kuman oportunistik yang mempunyai kemampuan untuk mencetuskan penyakit hanya pada tuan rumah yang rentan.
• Imunosupresan telah memungkinkan era pencangkokan organ, dan kadang-kadang penyelamatan hidup pada penderita penyakit diperantai imun, tetapi obat ini juga dapat mencetuskan risiko
• Yang paling jelas, ialah reaktivasi tuberkulosis yang telah tenang dengan pengobatan dosis tinggi steroid jangka panjang, yang kadang-kadang dapat menyebabkan diseminasi milier fatal infeksi.

B. EFEK SAMPING AGEN NON-TERAPEUTIK
Substansi non-terapeutik yang dapat menyebabkan penyakit, diantaranya yaitu:

1. Etil Alkohol
Konsumsi etanol yang berlebihan merupakan salah satu masalah utama medis, dan kemasyarakatan didunia. Konsumsi alkohol dpt dianggap berlebihan, bila alkohol menimbulkan efek samping pada kondisi intelektual, kejiwaan, dan jasmani sesorang.
Diantara efek-efek patofisiologis berkaitan dengan CNS lah yang paling peningkatan kadar alkohol darah, adalah yang penting. Etanol merupakan suatu depresan CNS.
Diantara efek-efek alkohol yang lain, adalah toksisitas pada sel hati.
Beberapa implikasi tambahan alkoholisme yaitu kepekaan terhadap infeksi meningkat, miopati otot lurik yang analog dgn keadaan pada kardiomiopati, gastritis, ulkus peptikum, pankreatitis akut/kronik


2. Timbal
Terdapat banyak sumber timbal dari lingkungan. Timbal mempunyai banyak efek metabolik yang merusak. Timbal menghambat penggabungan besi menjadi hem, mengganggu sintesis globin, dan menghambat asam delta-aminolevulenat dehidratase dalam sel darah merah.

3. Adiksi Obat
• Mariyuana (cannabis/ganja),
substansi psikoaktif yang terkandung dalam resin daun, dan pucuk bunga tanaman adalah tetrahidrokanabinol (THC). Walaupun tidak ada efek fisik yang nyata, pemakaian ganja selama usia dini sering menjadi permulaan bagi penggunaan obat lain. Lebih baik kita memberi judul pada bagian ini, “ Jangan Dekat Tanaman Itu”
• Heroin
Suatu derivat morfin, opoid yang sering disalah gunakan. Obat ini dapat dihirup atau dilarukan dalam cairan, dan disuntikkan subkutan atau secara intravena

• Kelebihan dosis merupakan penyebab kematian paling sering, karena dihubungkan dengan hambatan pusat-pusat pengaturan dimedula.

4. Karsinogen Industrial
Menurut Biro Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, kira-kira 50.000 substansi pada penggunaan komersial masa kini, hanya sekitar seperlimanya saja yang diuji, dan 20% diantaranya dianggap karsinogenik.Walaupun begitu tidak ada sanggahan terhadap kenyataan bahwa pemaparan karena pekerjaan telah mencetuskan kira-kira 1 sampai 5 % kanker manusia.

5.Agen Non Terapeutik Lain
Disamping substansi-substansi sebelumnya,banyak substansi lain yang diketahui menyebabkan penyakit dan kematian.
• Metil alkohol (dipakai dalam solven, penghapus cat, anti es dan sterno) Penyerapan setelah termakan, atau terhirup. Tempat utama jejas adalah neuron retina, keterlibatan otak menyebabkan depresi CNS
• Karbon Monoksida (CO)
Merupakan penyebab langka kematian tidak disengaja. Afinitas. COpada hemoglobin 200 kali lebih besar daripada afinitas oksigen. Afinitas yang meningkat ini menghasilkan karboksihemoglobin, yang mengganggu transpor oksigen,dan menyebabkan hipoksi sistemik.
• Merkuri, dengan berikatan pada gugus sulhidril, dapat meracuni enzim, dan merusak membran.



Sumber :

Materi Kuliah Patologi Klinik
Dosen : dr.Hatta Antemas
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - KELAINAN YANG DISEBABKAN OLEH BAHAN KIMIA DAN OBAT

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber