Cari Blog Ini

Solusio Plasenta

Solusio Plasenta

Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam, pada usia kehamilan ³ 20 minggu.

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis

Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor predisposisi solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi paritas, preeklampsia, hipertensi kronik, ketuban pecah pada kehamilan preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain, riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya penyakit, berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat kontraksi uterus atau rangsang peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya gerakan janin.

Pemeriksaan Status Generalis

Periksa keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital. Hati-hati adanya tanda pra renjatan (pra syok) yang tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar pervaginam.

Pemeriksaan Status Obstetri

Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau pertumbuhan janin terhambat.

Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina. Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.

Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala, usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di daerah serviks dan vagina.

Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan usia gestasi ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram.

Klasifikasi Solusio Plasenta

a. Ringan : perdarahan kurang dari 100 – 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%.

b. Sedang : perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%.

c. Berat : uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.

DIAGNOSIS BANDING

Plasenta praevia, Vasa praevia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG : menilai implantasi plasenta dan seberapa luas terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya, biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan bawaan dan derajat maturasi plasenta.

Kardiotokografi : pada kehamilan di atas 28 minggu.

Laboratorium : darah perifer lengkap, fungsi hemostasis, fungsi hati, atau fungsi ginjal (disesuaikan dengan beratnya penyulit atau keadaan pasien). Lakukan pemeriksaan dasar : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu pembekuan darah, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan elektrolit plasma.

Pemeriksaan Lain : atas indikasi medik.

KONSULTASI

Spesialis Anak, Spesialis Anestesi dan Spesialis Penyakit Dalam.

Baca Selengkapnya - Solusio Plasenta

Tips Supaya Tidak Digunting

Tindakan menggunting jalan lahir wanita pada saat melahirkan di namakan episiotomi. Dulu tindakan ini rutin dilakukan untuk mencegah robekan spontan yang biasanya compang-camping bahkan dapat menyebabkan robekan yang sampai mengenai lubang anus (robek total). Gambar jenis episiotomi KLIK DISINI

Sekarang tindakan ini tidak harus selalu dilakukan. Hanya akan dilakukan jika : PERTAMA terlihat akan adanya ancaman robekan yang luas seperti perineum (= daearah antara vagina dan anus) yang kaku, KEDUA posisi bayi nggak normal (sungsang atau letak kepala selain letak belakang kepala) KETIGA bayi harus dilahirkan secepat mungkin (denyut jantung mulai memburuk atau pada janin yang kurang bulan)

Dari ketiga hal diatas mana yang masih dibawah kontrol kita ? Jelas yang pertama. Yang lain mungkin sudah takdir. Perineum yang kaku sebetulnya dapat dihindari dengan melakukan beberapa kegiatan menjelang bayi lahir seperti melakukan olah raga jalan kaki. Ibu hamil sebagian besar malas melakukan kegiatan ini, padahal manfaatnya besar. Disamping memberi efek tidak kakunya perineum, juga membuat otot2 dasar panggul ibu menjadi kuat/terlatih sehingga nanti saat mengedan menjadi kuat dan efesien.


Tehnik massage perineum

Cara lain agar perineum tidak kaku adalah dengan melakukan massage dengan mempergunakan minyak (baby oil atau yang lain) pada daerah perineum. Ibu jangan malu untuk minta bantu bapak-nya untuk melakukan massage tersebut, jika memang sulit melakukannya sendiri.( Kalau dilihat gambar diatas sepertinya tidak dilakukan sendiri)

Baca Selengkapnya - Tips Supaya Tidak Digunting

Tanda-tanda si Kecil Lahir ke Dunia

TANDA-TANDA SI KECIL LAHIR KE DUNIA

Persalinan pertama selalu membuat panik sebagian besar kaum wanita. Kenali tanda-tanda kelahiran sebelum dimulai proses sesungguhnya. Hal itu akan mempermudah calon ibu menjalaninya. Jangan lupa, kekuatan mental berpengaruh cukup besar.

Kehadiran seorang bayi bagi pasangan muda merupakan hal yang amat membahagiakan. Apalagi bagi wanita. Setelah mengandung selama sembilan bulan, ia berharap proses kelahiran bayinya bisa berjalan lancar. Sayangnya harapan itu kadang tak sesuai kenyataan. Tapi Anda tak perlu khawatir. Percayalah, hanya sedikit kehamilan yang persis sama dengan buku-buku teori.

Kelahiran bayi dibagi (dengan sendirinya oleh alam dan secara resmi oleh ilmu pengetahuan) dalam beberapa tahap. Tahap pertama, proses persiapan persalinan dengan fase awal, aktif, dan transisi. Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh. Selanjutnya, tahap kelahiran sampai bayi keluar dengan selamat. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta. Tahap berikut, pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama satu jam usai plasenta keluar.

KONTRAKSI

Ini biasanya fase paling lama. Untungnya tingkat nyerinya masih sangat rendah atau belum terlalu terasa. Pembukaan leher rahim (dilatasi) sampai 3 cm, juga disertai penipisan (effasi). Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa hari, bahkan beberapa minggu, tanpa kontraksi berarti (kurang dari satu menit). Tapi pada sebagian orang mungkin saja terjadi hanya 2-6 jam (atau juga sepanjang 24 jam) dengan kontraksi lebih jelas.

“Perubahan lain ditandai turunnya kepala janin ke rongga panggul,” kata dr. Nasdaldy, DSOG dari RSIA Hermina, Jakarta. Penurunan dapat terjadi beberapa kali, beberapa minggu menjelang kelahiran. Atau hanya terjadi sekali saja saat menjelang persalinan sesungguhnya.

Reaksi pada ibu pun macam-macam. Ada yang merasakan mulas, nyeri di bagian punggung atau pinggang. Bisa juga sudah mengeluarkan lendir bercampur bercak darah dari vagina. “Tapi pengeluaran bercak tak selalu lengket di celana. Kadang hanya tertahan di bagian dalam saja,” ujar dr. Nasdaldy.

Jika kontraksi masih jarang, calon ibu tak perlu segera ke rumah sakit. Kegiatan rutin sehari-hari masih bisa dilakukan sepanjang masih bisa merasakan kontraksi tak bertambah kencang. Jika kemudian kontraksi bertambah kencang dan makin teratur, segera ke rumah sakit. Tentu dengan perlengkapan yang sudah disiapkan sebelumnya, seperti kain panjang, baju ganti, makanan kecil, buku bacaan, dan sebagainya.

Satu hal yang patut diingat, perkiraan persalinan yang disebutkan dokter, tak selamanya benar. Bisa saja maju atau mundur dua minggu dari jadwal yang telah diperkirakan dokter.

LEHER RAHIM MAKIN TERBUKA LEBAR

Umumnya fase ini lebih pendek dari fase sebelumnya, berlangsung sekitar 2-3 jam. Kontraksi kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya lebih teratur dengan jarak 4-5 menit. Leher rahim membuka sampai 7 cm. Jika sudah mencapai keadaan ini, sebaiknya calon ibu sudah berada di rumah sakit. Paling tidak, prosedur pendaftaran sudah harus dilakukan. Lebih baik malah urusan pendaftaran dan pesan kamar sudah dilakukan saat kehamilan memasuki usia 7 bulan. Soalnya, kerap kali rumah sakit (terutama yang beken), kehabisan kamar.

Serangkaian pemeriksaan rutin akan dilakukan menjelang kelahiran. Mengenakan baju yang disediakan pihak rumah sakit sudah menjadi kebiasaan di banyak rumah sakit, terutama di kota-kota besar. Perawat akan meminta contoh air kemih, memeriksa denyut nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh. Juga akan memeriksa adanya cairan ketuban, perdarahan atau pengeluaran lendir dari vagina.

Kondisi janin pun akan dipantau. Misalnya dengan mendengarkan denyut jantung bayi melalui stetoskop. Di beberapa rumah sakit yang lebih modern, digunakan alat pantau janin. Sedangkan bagaimana posisi janin, merupakan pemeriksaan berikutnya yang akan dilalui calon ibu.

Pemeriksaan dalam bagi calon ibu akan dilakukan secara rutin. Gunanya untuk memantau perkembangan pembukaan leher rahim, sehingga bisa segera dilakukan tindakan tepat jika tak terjadi kemajuan. “Umumnya dokter akan menunggu pembukaan ini secara alamiah. Kecuali jika memang terjadi kelainan pada rahim yang diketahui sebelumnya semisal adanya kista atau mioma,” terang dr. Nasdaldy, yang mengambil spesialisasi masalah kanker rahim. Kondisi tersebut memang akan mempengaruhi kontraksi pada rahim sehingga tak mendorong leher rahim untuk membuka. Akibatnya jalan rahim tetap menutup padahal ibu sudah merasakan mulas cukup lama.

Secara umum dan normal, pembukaan leher rahim akan terus meningkat berbarengan dengan kontraksi yang makin kuat. Terjadi 2-3 menit sekali selama 1,5 menit dengan puncak kontraksi sangat kuat, sehingga ibu merasa seolah-olah kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.

Pembukaan leher rahim dari 3 cm sampai 10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15 menit sampai 1 jam. Saat ini calon ibu akan merasakan tekanan sangat kuat di bagian bawah punggung. Begitu pula tekanan pada anus disertai dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa panas dan berkeringat dingin.

Pengeluaran lendir dan darah makin bertambah karena makin banyak pembuluh kapiler yang pecah. Mungkin juga terjadi kejang kaki. Kadang mengantuk di antara waktu kontraksi karena oksigen dipindahkan dari otak ke daerah persalinan, sehingga seolah ibu sudah kehabisan tenaga sebelum ‘pertarungan’ benar-benar terjadi.

Secara emosional, calon ibu mengalami perasaan tak berdaya dan pasrah. Bingung, gelisah, dan sulit memusatkan perhatian, apalagi istirahat. Tak jarang pula ia frustrasi karena belum ada instruksi untuk mengejan, sementara dorongan ke arah sana sudah muncul. Dokter memang akan melarang ibu mengejan sebelum pembukaan sempurna betul agar tak terjadi kesulitan saat pengeluaran bayi.

DORONG SEIRAMA INSTRUKSI DOKTER

Proses persalinan, seperti dipaparkan dr. Nasdaldy, mengandung 3 komponen. Pertama, passanger yaitu bayi itu sendiri. Kedua, passage, yaitu jalan lahir. Ketiga power, yaitu kontraksi atau yang disebut his.

“Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen itu harus dalam kondisi baik,” kata dr. Nasdaldy. Bayi tak terlalu besar ukurannya agar bisa melalui jalan lahir dan powernya pun harus teratur serta efektif hingga mampu membuka jalan lahir sampai penuh dan sempurna.

Dengan begitu, partisipasi aktif ibu dalam proses kelahiran tak kalah penting. Dorongan kuat dari ibu akan membantu bayi keluar melalui jalan lahir dengan baik. Proses mendorong bayi keluar biasanya sangat singkat, 10 menit. Tapi ada kalanya perlu waktu antara setengah sampai satu jam. Bahkan, jika terjadi berbagai komplikasi, bisa mencapai 3 jam.

Mengejanlah sekuat mungkin tapi tetap seirama dengan instruksi dokter. Makin efisien dorongan dari ibu, makin memudahkan bayi keluar. Dorongan yang panik dan tak teratur hanya akan menghamburkan tenaga dan hanya sedikit kemajuan yang dicapai.

Tarik beberapa kali nafas dalam, sementara kontraksi terjadi. Tarik nafas sekali lagi dan tahan. Saat kontraksi mencapai puncaknya, doronglah (mengejan) sekuat mungkin. Lebih baik mengikuti irama dorongan dengan baik ketimbang menahan nafas terlalu lama, karena akan menambah risiko pecahnya pembuluh darah di mata dan wajah Anda. Selain itu, menambah risiko berkurangnya suplai oksigen ke janin. Saat mengejan, lemaskan seluruh tubuh. Ketegangan akan melawan usaha mengejan.

Posisi calon ibu saat melahirkan turut membantu lancarnya persalinan. Posisi setengah duduk atau setengah jongkok mungkin posisi terbaik karena posisi ini memanfaatkan gaya berat dan menambah daya dorong ibu.

PENGELUARAN PLASENTA

Rasa lelah ibu adalah hal yang tersisa ketika bayi sudah keluar, tapi tugas belum berakhir. Plasenta yang selama ini menunjang bayi untuk hidup dalam rahim harus dikeluarkan.

Mungkin ibu tak akan merasakannya lagi. “Tapi kontraksi masih akan tetap ada, kendati tak sekuat sebelumnya,” kata dr. Nasdaldy. Masing-masing berlangsung sekitar satu menit. Mengerutnya rahim akan memisahkan plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya turun ke bagian bawah rahim atau ke vagina. Ibu hanya tinggal mendorongnya seperti halnya mengejan saat mengeluarkan bayi. Hanya saja tenaga yang dikeluarkan tak sehebat proses pengeluaran bayi.

Bila plasenta telah keluar, dokter akan segera menjahit robekan atau episiotomi. Bersabarlah untuk beberapa saat. Usai itu ibu bisa menggendong bayi dan menyusuinya.

BERBAGAI KOMPLIKASI

Umumnya dokter akan membiarkan bayi keluar dengan normal selama tak ada indikasi kelainan dari ibu maupun bayi. Tapi, cukup banyak kejadian di mana seorang calon ibu harus merasakan mulas selama berjam-jam tanpa ada kemajuan berarti.

Kemajuan proses persalinan diukur melalui adanya pembukaan leher rahim dan turunnya janin ke rongga panggul. Proses persalinan normal akan didukung oleh tiga unsur utama: kontraksi rahim yang kuat yang secara efektif membuka leher rahim, bayi dapat melewati jalan lahir, dan panggul yang cukup luas untuk memudahkan keluarnya janin. Bila salah satu unsur tadi tak ada maka memungkinkan untuk terjadi kelahiran yang tak normal.Berikut sejumlah komplikasi yang mungkin saja terjadi:

1.Fase Laten Terlalu Lama

Ini terjadi bila tak ada kemajuan pada pembukaan leher rahim yang terjadi setelah 20 jam pada kelahiran pertama, dan 14 jam pada ibu yang pernah melahirkan. Penyebabnya, bisa karena terlalu banyak obat sebelum persalinan dimulai. Kadang, penyebabnya bisa psikologis. Seorang ibu yang panik mengakibatkan dilepaskannya bahan kimia pada sistem saraf yang menghambat kontraksi rahim.

Umumnya dokter memberikan rangsangan lewat suntikan atau infus. Dokter pun akan mempertimbangkan kemungkinan adanya ketidaksesuaian ukuran kepala janin dengan rongga panggul ibu (disproporsi caphalopelvic). Dokter akan mengambil langkah pembedahan caesar setelah melewati waktu 24 jam.

2.Disfungsi Primer

Bila fase aktif berjalan sangat lamban, pembukaan per jam kurang dari 1-1,2 cm untuk ibu dengan kelahiran pertama dan 1,5 cm untuk ibu yang pernah melahirkan. Kerja rahim pada proses ini bisa dipercepat dengan cara calon ibu berjalan-jalan dan tetap mengosongkan kantong kemih. Maksudnya agar tak menghambat turunnya janin ke rongga panggul.

3.Berhentinya Pembukaan Sekunder B

Dalam fase aktif tak ada kemajuan pembukaan selama dua jam atau lebih. Ibu dapat membantu proses dengan aksi gaya berat, yaitu duduk tegak, jongkok, berdiri, atau berjalan. Jika diketahui penyebabnya disproporsi cephalovic, dokter akan melakukan bedah caesar.

4.Turunnya Janin Secara Tak Normal

Bila bayi bergerak menuruni jalan lahir dengan kecepatan kurang dari 1 cm pada kelahiran pertama, dan 2 cm pada kelahiran berikutnya. Biasanya dokter akan menggunakan cunam atau forcep (alat bantu persalinan). Tapi ini sangat jarang dilakukan. Kebanyakan dokter akan memberikan suntikan rangsangan.

5.Tahap Kelahiran Bayi Yang Terlalu Lama

Yaitu tahap pengeluaran bayi lebih dari dua jam untuk kelahiran pertama. Jika kondisi ibu dan bayi masih dalam keadaan baik, dokter akan tetap menunggu dengan persalinan normal. Tapi jika ada kondisi yang mengarah pada harus segera dilahirkan, dokter akan melakukan bedah caesar.

Riesnawiati Soelaeman.Foto:Rohedi(nakita)

Tanda-Tanda Persalinan Palsu

Beberapa tanda persalinan palsu adalah:

* Kontraksi berlangsung sementara. Terjadi dengan jarak waktu tak teratur dan lama. Juga tak bertambah kuat dan cepat.

* Nyeri pada perut bagian bawah.

* Banyak berjalan, kontraksi malah menghilang.

* Kontraksi terhenti dengan memberi rasa nyaman, misalnya usapan.

* Rasa sakit menghilang jika mengubah sikap tubuh.

Riesnawiati

Faktor-Faktor Resiko Nyeri

Nyeri Meningkat Karena

Nyeri Berkurang Karena

Sendirian

Ditemani dan didukung oleh suami atau orang-orang terdekat. Juga oleh paramedis yang berpengalaman.

Keletihan

Cukup istirahat dan rileks diantara waktu kontraksi.

Haus dan lapar saat persalinan dini

Telah makan makanan kecil atau terus menghisap serpihan es/air, jika diperbolehkan.

Berpikir tentang nyeri

Mengalihkan perhatian pada hal lain . Berpikir tentang seberapa jauh kemajuan yang sudah dicapai ketimbang merasakan nyeri.

Stress

Menggunakan teknik relaksasi di antara waktu kontraksi.

Takut akan hal-hal yang tidak diketahui

Jauh sebelumnya belajarlah tentang kelahiran, menghadapi kontraksi satu per satu dan tidak cemas pada apa yang akan terjadi.

Mengasihani diri sendiri

Berpikir tentang betapa beruntungnya karena akan memiliki seorang bayi

Baca Selengkapnya - Tanda-tanda si Kecil Lahir ke Dunia

Tetesan Oksitosin pada Persalinan

TETESAN OKSITOSIN PADA PERSALINAN
Oleh : dr. Rahmany Djamil & dr. IMS. Murah Manoe, Sp.OG.

Tetesan oksitosin pada persalinan adalah pemberian oksitosin secara tetes melalui infus dengan tujuan menimbulkan atau memperkuat his. (1)

Indikasi pemberian oksitosin : (1)
1. Mengakhiri kehamilan.
2. Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.

Kontraindikasi pemberian oksitosin : induksi persalinan.

Cara pemberian oksitosin :
1. Oksitosin tidak diberikan secara oral karena dirusak di dalam lambung oleh
tripsin.
2. Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskuler, dan intravena. (2,3)
3. Pemberian oksitosin secara intravena (drips/tetesan) banyak digunakan karena
uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara kontinyu dan bila perlu infus dapat
dihentikan segera.
4. Pemberian tetesan oksitosin harus dibawah pengawasan yang cermat dengan
pengamatan pada his dan denyut jantung janin.

Cara pemberian oksitosin dengan janin hidup : (4)
1. 5 IU oksitosin dalam 500 ml dekstrose 5%. Ini berarti 2 tetesan mengandung 1
mIU.
2. Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) per menit.
3. Dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per menit setiap 30 menit.
4. Dosis maksimal 20-40 mIU (40-80 tetes) per menit.

Untuk meningkatkan keberhasilannya bisa dilakukan amniotomi, striping of the membrane atau menggunakan balon kateter.

Cara pemberian oksitosin dengan janin mati : (5)

Teknik I :
1. Menggunakan 500 cc ringer laktat (1 botol).
2. Mula-mula dipakai 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
3. Kecepatan tetesan 20 tetes per menit.
4. Bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 10 IU tiap 30 menit
tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat dan
ini dipertahankan.
5. Dosis tertinggi yang dipakai 140 IU.
6. Bila dengan jumlah cairan tersebut (500 cc ringer laktat) tidak berhasil maka
induksi dianggap gagal.

Teknik II :

Botol I:
1. Mulai dosis 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
2. Kecepatan 20 tetes per menit.
3. Bila tidak timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 10 IU setiap habis 100
CC tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat
dan ini dipertahankan.
4. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol I 50 IU oksitosin. Bila belum timbul
kontraksi adekuat, langsung dilanjutkan dengan botol II.

Botol II :
1. Mulai dengan dosis 50 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
2. Bila belum timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 20 IU setiap habis
100 cc tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang
adekuat dan ini dipertahankan.
3. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II adalah 130 IU oksitosin. Bila setelah
ke-2 botol tersebut kontraksi belum adekuat, induksi dianggap gagal.

Untuk meningkatkan keberhasilan maka dianjurkan :
1. Pemasangan laminaria sebelumnya (dilatasi serviks).
2. Melakukan amniotomi (bila memungkinkan).

Bila gagal, penderita diistirahatkan dan induksi diulangi lagi keesokan harinya.

Tetesan oksitosin dosis rendah : persiapan maupun cara pemberian sama dengan tetesan oksitosin dosis tinggi (teknik I), hanya disini dimulai dengan dosis oksitosin 5 IU dan bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 5 IU setiap 30 menit, maksimal 70 IU.

Bila ditemukan water intoxication dengan gejala-gejala seperti kebingungan, stuporous, kejang dan koma maka tindakan-tindakannya :
- Tetesan segera dihentikan.
- Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyaak mungkin.

Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitosin terutama pada janin mati perlu dilakukan pemeriksaan proses pembekuan darah.

Daftar Pustaka
______________

1. Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
RSUP dr. Hasan Sadikin. Pemberian Tetes Oksitosin dalam Pedoman Diagnostik
dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. 1996 : 25-
26.
2. Petrie RH, William Am. Induction of Labor, in : Knuppel RA, Drukker JE, High Risk
Pregnancy : Obstetrical Decision Making. 2nd ed. Philadelphia, WB. Saunders
Company. 1996. 223-235.
3. Subhari S. Tinjauan Pustaka Klinis Farmakologis tentang Uterotonika. Bagian Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar 1970.
4. Satin AJ, Hankins GD. Induction of Labor in the Post Date Fetus, Clin Obstet and
Gynecol, 1989 : 269-276.
5. Tesno F, Djasmadi N. Penatalaksanaan Kematian Fetus dalam Kandungan (FKDK)
Prepartum. Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Update : 6 Maret 2006

Sumber :

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

Baca Selengkapnya - Tetesan Oksitosin pada Persalinan

Seputar Persalinan

PERLENGKAPAN

Jikalau anda berencana melahirkan di rumah, bidan akan menyarankan apa saja yang perlu disiapkan.

Apabila berencana melahirkan di rumah sakit atau di rumah bersalin, anda perlu mengetahui seluk beluk fasilitas tersebut beberapa minggu sebelum persalinan dan merencanakan transportasi yang akan digunakan. Sangat dianjurkan untuk menyiapkan terlebih dahulu segala keperluan selama rawat inap di rumah sakit. Berikut ini beberapa saran perlengkapan perlu disiapkan.

Perlengkapan Anda

1. Beberapa baju tidur atau baju kasual dengan bukaan depan (bila anda memilih tidak menyusui), sebuah jubah-mandi serta sepasang sandal. Jangan lupa memilih pakaian-pakaian longgar karena selangkang dan perut anda mungkin masih peka.
2. Beberapa bra untuk menyusui dan breast pad
3. Celana dalam katun dan pembalut wanita, termasuk pembalut wanita dengan kapasitas menyerap maksimal secukupnya untuk beberapa hari pertama.
4. Satu tas kecil perlengkapan kosmetika dan barang-barang lain untuk kenyamanan pribadi.
5. Obat-obatan yang biasa diminum sebelum masa kehamilan (berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter pribadi anda)

Perlengkapan Bayi

1. Popok (untuk pulang ke rumah)
2. Singlet
3. Baju tidur

PERSIAPAN

Persiapan Diri

Beberapa minggu sebelum melahirkan, anda mungkin akan mempunyai banyak pertanyaan mengenai persalinan baik kepada diri sendiri maupun kepada dokter pribadi anda. Ada banyak sekali topik pilihan dalam proses melahirkan.

Pastikan hal-hal berikut ini anda bicarakan bersama dokter pribadi anda:

1. Persalinan jenis apakah yang anda inginkan? Persalinan vaginal atau operasi cesar (mengeluarkan bayi melalui bedah perut)?
2. Posisi melahirkan seperti apa yang anda ingin?
3. Siapa saja dokter yang akan hadir menangani persalinan anda? Berapa banyak wanita bersalin yang akan mereka tangani pada saat yang sama?
4. Berapa banyak orang yang boleh mengunjungi anda selama dirawat?Sebelum melahirkan apakah anda bisa mendiskusikan tentang perlu-tidaknya episiotomi (sebuah operasi kecil yang tujuannya untuk memudahkan persalinan)?

Anda barangkali ingin berbagi mengenai obat penawar rasa sakit dan metode penawar sakit yang dipilih. Apakah anda menginginkan penanganan seperlunya atau penanganan maksimal? Anda sebaiknya memberitahukan dokter pribadi anda mengenai prosedur apa yang tidak anda inginkan, baik untuk anda maupun bayi.

Peran Suami

Sewaktu mempersiapkan kelahiran perlu sekali mempertimbangkan peran suami anda. Suami biasanya ingin turut berpartisipasi dalam kelahiran anak mereka. Sekalipun suami tidak terlibat dalam proses kelahiran, ia dapat:

1. Melakukan hal-hal yang mengalihkan perhatian anda selama proses persalinan.
2. Mengukur waktu kontraksi.
3. Mengusap-usap punggung anda
4. Menjadi titik fokus dan bernapas bersama anda pada saat kontraksi
5. Menghibur dan memberi dorongan semangat

Proses Awal

Persalinan dimulai ketika leher rahim (serviks) mulai membuka atau melebar. Uterus berkontraksi dalam jarak waktu teratur, dan perut menjadi keras. Disela-sela kontraksi uterus melemas dan perut melunak

Proses Kelahiran

Waktu kelahiran yang tepat cukup sulit untuk diprediksi. Masa pra-kelahiran disebut “pembukaan”, yaitu saat dimana posisi bayi turun menuju leher rahim. Dalam periode ini, kandung kemih tertekan sehingga frekuensi buang air kecil anda semakin meningkat. Masa pra-kelahiran ini berlangsung selama beberapa hari atau minggu.

Kontraksi yang anda alami selama fase pra-kelahiran dapat menimbulkan dugaan bahwa waktu untuk melahirkan sudah dekat. Hitunglah jarak waktu antara awal satu kontraksi dengan awal kontraksi berikutnya. Kalau frekuensi atau panjangnya tidak teratur, ada kemungkinan anda sedang dalam periode “kelahiran palsu”; jika kontraksi makin sering dan berlangsung lebih dari satu jam, mungkin anda sudah mendekati proses kelahiran. Pada tahap awal melahirkan, kontraksi berlangsung antara 30 sampai 60 detik.

Pada saat cukup bulan untuk melahirkan, anda dapat mengalami hal-hal berikut:

1. Awal pembukaan leher rahim agar bayi bisa melewatinya dengan mudah. Ketika leher rahim mulai melonggar, akan keluar sebuah gumpalan lendir berdarah yang telah menyumbat leher rahim sepanjang masa hamil.
2. Pecahnya membran ketuban yang biasanya terjadi pada waktu kontraksi berlangsung. Pecahnya membran menyebabkan air ketuban menyembur keluar tanpa rasa sakit sedikitpun. Membran ini tidak akan pecah sebelum anda betul-betul akan melahirkan, tetapi bila hal tersebut terjadi, segeralah panggil dokter anda.

Fase Awal Kelahiran

Baik di rumah ataupun di rumah sakit, dokter akan bertanya tentang kondisi anda, bagaimana kontraksi berlangsung serta apakah air ketuban sudah pecah. Juga akan ditanya apakah sudah buang air besar. Kalau belum, mungkin anda akan menerima enema (pemasukan cairan ke dalam rektum dan kolon) atau diberikan supositoria. Contoh air seni anda akan diambil untuk pemeriksaan kadar protein dan gula.

Selama pemeriksaan, posisi dan detak jantung bayi terus dipantau. Tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh serta seberapa besar leher rahim anda telah membuka juga akan diperiksa. Pemeriksaan vaginal dilakukan secara berkala, demikian juga dengan detak jantung janin.

Pada tahap ini, apabila dokter anda tidak selalu hadir, dia akan terus menerima informasi tentang kemajuan anda dan segera mendapat laporan apabila terjadi permasalahan. Tetapi pada tahap akhir, dokter anda disarankan untuk selalu hadir.

Pada tahap awal persalinan, bayi menurun kearah leher rahim, biasanya kepala bayi berada dibawah. Apabila membran ketuban masih juga belum pecah, mungkin inilah saatnya. Pembukaan leher rahim menyebabkan uterus berkontraksi, yang pada gilirannya mendorong bayi kebawah sehingga leher makin membuka. Begitulah siklusnya berulang-ulang. Pada pembukaan awal, kontraksi terjadi sekali setiap 30 menit.

Setiap kali terjadi kontraksi, anda diharapkan tenang dan jangan mengejan. Mengejan pada fase ini tidak membantu jalannya persalinan.

Lama waktu persalinan bayi pertama rata-rata berlangsung antara 12 sampai 14 jam; persalinan berikut biasanya sekitar 7 jam.

Mempercepat Kelahiran

Bila kesehatan anda atau bayi beresiko, persalinan mungkin harus diinduksi/ dimulai oleh dokter. Ada banyak alasan dilakukannya induksi, antara lain:

1. Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan
2. Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi
3. Anda seorang penderita diabetes
4. Sudah terlambat 2 minggu dari tanggal yang diperkirakan

Kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak. Persalinan karena induksi cenderung memerlukan obat penawar rasa sakit.

Jika induksi diperlukan, dokter akan memberitahu waktu anda harus masuk rumah bersalin/sakit.

MASA TRANSISI

Menuju Fase Transisi

Pada saat proses persalinan berlanjut, tanda-tanda vital anda (denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah) akan lebih sering diperiksa. Dokter akan terus memantau perubahan posisi bayi, suhu tubuh anda, serta lama dan kekuatan kontraksi. Pada fase ini, kontraksi berlangsung lebih lama.

Lebarnya pembukaan leher rahim akan diukur melalui pemeriksaan vaginal. Setiap kontraksi akan memperlebar bukaan. Bila anda bertanya kepada dokter tentang proses persalinan anda, maka dia akan menjawab bahwa anda dalam tahap pembukaan. Pada saat leher rahim hampir terbuka penuh—selebar 10 cm (sekitar 4 in)—berarti tahap pertama sudah selesai dan anda kini memasuki fase transisi.

Fase transisi mungkin adalah periode yang cukup berat. Anda barangkali merasa tidak dapat bertahan tanpa bantuan penawar rasa sakit. Timbul dorongan yang semakin kuat untuk mengejan, tetapi anda diminta tidak melakukannya sampai dokter yakin bahwa leher rahim telah membuka penuh.

Fase ini hanya berlangsung sekitar satu jam atau kurang.

Penanganan Rasa Sakit Selama Persalinan

Biasanya anda tidak akan mendapatkan obat penawar rasa sakit kecuali diminta atau sangat menderita. Anda dapat mengatasi rasa sakit selama proses persalinan melalui relaksasi, pernapasan, serta tehnik-tehnik lain yang bisa dipelajari di kelas ibu hamil.

Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menawarkan rasa sakit adalah epidural block. Epidural, yang diinjeksikan kedalam tuba dan ditempatkan di belakang punggung sangat efektif mengatasi rasa sakit. Akan tetapi, bila dilakukan terlalu awal justru meningkatkan kemungkinan dilakukannya operasi caesar, yaitu mengeluarkan bayi melalui bedah perut daripada persalinan vaginal yang normal.

Anestesi sumsum tulang belakang biasanya tidak dilakukan sampai menjelang kelahiran, kecuali dokter memutuskan perlu melakukan pembedahan. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan anda mendorong bayi keluar.

Anda dan dokter anda dapat memilih bentuk anestesi lokal lain yang mengatasi rasa sakit tanpa resiko besar melahirkan dengan cara pembedahan. Untuk persalinan itu sendiri, anda dan dokter dapat memilih anestesi lokal yang mampu mengontrol ketidaknyamanan tanpa mempengaruhi kemampuan melahirkan secara alami.

Berkonsultasilah dengan dokter anda tentang cara penanganan rasa sakit selama proses melahirkan.

PERSALINAN

Fase Turun dalam Persalinan

Sekarang posisi bayi sudah di bawah, masuk ke kanal kelahiran, biasanya dengan kepala di bawah mengarah ke leher rahim yang sudah terbuka. Anda akan merasakan uterus berkontraksi untuk membantu bayi membuka jalan menuju dunia luar. Pada waktu kontraksi terasa, itulah saatnya mengejan. Dengarkanlah desakan hati anda. Menunggu sinyal dari tubuh untuk mengejan akan sangat membantu kelahiran. (Jika anda mendapat epidural untuk mengurangi rasa sakit, desakan hati untuk mengejan akan berkurang.)

Mengejan adalah kerja keras, wajah anda akan memerah dan tubuh basah oleh keringat. Dengan setiap kontraksi dan setiap kali mengejan maka kepala bayi keluar sedikit demi sedikit melalui liang vagina. Kepala bayi mungkin masuk kembali antara setiap kontraksi tetapi segera menyembul kembali. Di tahap ini, kontraksi dapat terjadi setiap 1 sampai 3 menit dengan waktu sela yang pendek untuk “istirahat”.

Munculnya kepala bagian atas secara penuh disebut permahkotaan (crowning). Setelah permahkotaan, kelahiran akan terjadi setelah beberapa kali kontraksi dan mengejan. Bayi lahir dengan kepala lebih dulu terjadi pada 19 dari 20 kelahiran. Siasanya lahir dengan pantat terlebih dulu.

Bersalin

Pada awal persalinan ada rasa yang menusuk atau panas sekali sebagai tanda bahwa bayi sedang melonggarkan jalan di kanal kelahiran. Pada saat anda merasakannya, berhentilah mengejan, tarik napas pendek-pendek dan cepat, dan biarkan kontraksi uterus yang mendorong bayi keluar. Hal ini berlangsung singkat, dan anda akan mengalami mati rasa pada saat kepala bayi melonggarkan liang vagina dan memblokir syaraf-syaraf yang sangat halus disekitarnya.

Staf medis akan memastikan tali pusar tidak melilit leher bayi. Bila diperkirakan jaringan vagina bisa koyak, mereka akan melakukan episiotomi—sayatan untuk menghindarkan koyak. Perlu diketahui bahwa vagina sangat elastis dan mampu merenggang, sehingga pada kelahiran tanpa komplikasi biasanya tidak memerlukan episiotomi.

Bila episiotomi dianggap perlu, anda akan diberikan anestesi lokal lalu area antara vagina dan rektum disayat sedikit agar liang lebih lebar untuk kelahiran. Area ini akan dijahit kembali setelah melahirkan. Para bidan biasanya sudah terlatih melakukan episiotomi.

Kepala bayi akan memutar dari sisi ke sisi untuk memudahkan perjalanannya. Ketika seluruh kepala sudah keluar, leher akan menegak dan kepala memutar untuk menyesuaikan dengan posisi pundaknya. Tubuh bayi akan terus berputar, mula-mula menggerakkan salah satu pundak lalu disusul pundak lainnya sepanjang kanal lahir. Bagian tubuh lainnya menyusul keluar dengan cepat, dan lahirlah sang bayi!

Komplikasi

Fetal distress adalah istilah yang dipakai untuk masalah yang dialami bayi. Bayi seharusnya sudah lahir dalam waktu tertentu setelah membran air ketuban pecah. Dokter dapat mengukur tingkat fetal distress dengan cara memantau detak jantungnya. Apabila detakannya tidak segera membaik, dokter tidak akan mengikuti cara persalinan pilihan anda melainkan memilih cara lain yang lebih cepat. Episiotomi, operasi cesar, atau penggunaan forsep (tang jepit) mungkin diperlukan untuk memastikan bayi lahir dengan selamat.

Masalah yang membahayakan ibu dapat terjadi selama persalinan, tetapi dengan adanya fasilitas modern, hal ini sudah cenderung berkurang. Kondisi anda akan terus dipantau selama persalinan untuk mewaspadai munculnya tanda-tanda komplikasi.

Tahap Akhir Persalinan

Persalinan belum sempurna sebelum plasenta keluar. Biasanya hal ini terjadi antara 5 sampai 45 menit setelah bayi lahir. Dinding uterus berkontraksi beberapa kali untuk melepaskan plasenta.
Baca Selengkapnya - Seputar Persalinan

Proses Persalinan Sectio Caesar

Berikut video proses persalinan cesar:

Bayi Sungsang atau yang dalam bahasa medis disebut Mal Presentasi, adalah keadaan di mana bokong bayi berada di posisi terendah janin di dalam panggul. Posisi tidak lazim, karena seharusnya posisi terendah di dalam panggul adalah kepala.

Posisi bayi sungsang umumnya ditemukan pada kehamilan kurang bulan (preterm) atau di usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kondisi banyi sungsang prosentasenya ternyata cukup tinggi, yakni mencapai 33 persen.

Namun jumlah ini akan menurun saat usia kehamilan bertambah dan mendekati cukup bulan, yaitu sekitar minggu ke 36-37 menjadi sekitar 2-3 persen.

“Angka itu secara gradual menurun drastis. Pada usia kehamilan muda, air ketuban cukup banyak sehingga memungkinkan janin untuk bergerak dan berputar di dalam rahim,” ungkap dr. UF Bagazi, Sp.OG, dari rumah sakit Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta.

Menurut pria yang akrab dipanggil Dr. UF ini, kelainan letak bayi terjadi akibat beberapa sebab. Misalnya panggul ibu yang sempit, letak plasenta yang berada di bawah (placenta previa), kelainan janin akibat Hydrocephalus, kehamilan kembar dan adanya tumor seperti Myoma di daerah panggul yang menyebabkan kepala bayi tidak berada di bawah.

Tapi tak perlu panik, sebab bayi sungsang masih dapat dikembali ke posisi normal dengan beberapa cara. Seperti dengan melakukan pemutaran external cephalic version atau versi luar.

Menurut dr. UF, tindakan ini baru bisa dilakukan bila kehamilan telah mendekati waktu kelahiran (full term). Sebelumnya, dokter tentu harus melakukan serangkaian pengecekan terlebih dulu guna mengetahui beberapa indikasi.

Letak plasenta yang tidak normal, air ketuban yang tak mencukupi serta usia kehamilan sang ibu sangat mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan. “Bila terjadi gawat janin yang harus dilarikan ke rumah sakit segera, maka tindakan bedah cesar harus siap dilakukan,” terangnya.

Ibu juga bisa melakukan pemutaran posisi bayi secara alamiah, yaitu dengan melakukan Knee Chest Position atau posisi layaknya tengah bersujud. Manuver ini, terang dr. UF, dapat memutar posisi bayi secara alamiah.

Operasi cesar alternatif terakhir

Bila kedua cara di atas tak juga memberi hasil, maka jalan satu-satunya adalah dengan melakukan persalinan melalui operasi cesar, karena dapat menurunkan risiko yang dialami janin saat lahir.

Bayi yang lahir secara normal dalam kondisi sungsang, memiliki risiko komplikasi yang cukup besar dibanding bayi yang letaknya normal. Karena itu dokter umumnya cenderung memilih proses persalinan bedah cesar, meski tetap bukan ‘harga mati’.

Persalinan secara normal bayi yang letaknya sungsang, harus dilakukan oleh dokter kandungan yang memang telah ahli dan terbiasa menangani persalinan bayi sungsang.

Beberapa literatur menyebutkan, dokter yang membantu persalinan normal bayi sungsang harus berpacu dengan waktu. Sebab, jeda waktu antara keluarnya tali pusat dengan kepala bayi hanya sekitar tiga atau delapan menit saja untuk menghindari risiko tingginya kematian janin.

Selang waktu antara ketuban pecah dengan persalinan pun tak boleh lebih dari delapan jam, ini untuk menghindari terjadinya kemacetan dan kepala bayi yang tengadah (Hyperekstersi) yang menyebabkan sang bayi tak dapat lahir atau after coming head dystocia.

Kedua kondisi inilah, yang menurut dr. UF, menyebabkan angka kematian dan kesakitan bayi meningkat. “Dari dasar itu semua, maka beberapa penelitian menyebutkan bahwa persalinan yang terbaik adalah dengan Cesar,” ujarnya.

Bagi bayi yang sungsang akibat dipicu adanya tumor atau placenta previa, maka operasi cesar adalah keharusan. Sebab tak ada penanganan yang bisa dilakukan, selain dengan melakukan operasi.

Menurut dr. UF, untuk mengetahui posisi bayi yang dikandung mengalami sungsang atau tidak, sebaiknya jangan hanya berdasarkan hasil USG. “Saat kontrol, sebaiknya ibu aktif bertanya perihal letak janin di dalam kandungan. Begitu juga dengan umur kehamilan, perkiraan berat janin, letak plasenta serta volume air ketuban,” sarannya.

Janin kembar beresiko sungsang

Untuk menduga apakah janin Anda berposisi sungsang atau tidak, sebenarnya ibu hamil dapat mengetahuinya dengan merasakannya melalui gerakan janin atau dengan meraba perutnya.

Untuk ibu yang tidak memiliki panggul sempit, atau bobot bayi di dalam rahim tak lebih dari 4000 gram, maka persalinan konvensional sebenarnya masih dapat ditempuh.

Posisi bayi sungsang paling besar terjadi pada kehamilan kembar, sebab rahim mengalami over distended atau teregang. Kondisi rahim yang terbatas, membuat janin saling berdesakan tanpa bisa dihindari.

“Saran saya, setiap kontrol ke dokter di usia kehamilan 28 minggu, jangan lupa untuk menanyakan letak janin Anda,” tandas dr. UF.

Baca Selengkapnya - Proses Persalinan Sectio Caesar

Persalinan Normal

PERSALINAN / PARTUS

Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.

Partus normal / partus biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.


berikut gambar persalinan normal 3D


Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.

Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
(pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)

Two theories on the onset of human parturition.
A. Corticotropin-releasing hormone prouduced by the placenta is secreted into the fetal circulationand stimulates corticotropin secretion from the anterior pituitary of the fetus. Placental CRH, through fetal ACTH, stimulates the fetal adrenal to produce cortisol, which binds to the placental glucocorticoid receptors to block the inhibitory effect of progesterone, further stimulating CRH production in stimulative fashion.
B. The fetal hypothalamic-pituitary-adrenal axis is quiescent during the first half of gestation because of its suppression by the maternal influx of cortisol, but during the second half of gestation, the rise in oestrogen gives rise to the placental enzyme 11b- hydroxysteroid dehydrogenase, causing cortisol to be converted into its inactive metabolite, cortisone. The resulting negative glucocorticoid feedback on the fetal pituitary gland (less cortisol passes from mother to fetus) would result in increased secretions of fetal ACTH, cortisol and DHEA sulfate, resulting both in fetal maturation and stimulation of parturition.

PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR “P” UTAMA

Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
Passage
Keadaan jalan lahir
Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN

Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

HIS

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.

Terjadinya his, akibat :
1. kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :
1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.
3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).
4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

Pengukuran kontraksi uterus
1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

PERSALINAN KALA 1 :
FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS

DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.

Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Peristiwa penting pada persalinan kala 1

1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan pada multipara :
1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan – pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) – pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.

PERSALINAN KALA 2 :
FASE PENGELUARAN BAYI

DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Peristiwa penting pada persalinan kala 2

1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).

Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala

1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

PERSALINAN KALA 3 :
FASE PENGELUARAN PLASENTA

DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap.
BERAKHIR dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae – keadaan gawat darurat obstetrik !!).

KALA 4 :
OBSERVASI PASCAPERSALINAN

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.

7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.
Baca Selengkapnya - Persalinan Normal

Pedoman Asuhan Persalinan Normal

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana untuk membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

b) Asuhan Antenatal Terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c) Asuhan Pascakeguguran untuk menatalaksana gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Pergeseran Paradigma

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:

=C2=B7 Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

=C2=B7 Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

=C2=B7 Retensio plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.

=C2=B7 Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.

=C2=B7 Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal

Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dengan bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan. Dasar pelatihan klinik asuhan persalinan normal ini adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir.

Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan

Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.

Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam buku acuan ini adalah:

a. Secara konsisten dan sistematis menggunaka= n praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tang= an, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.

b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.

c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.

d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.

e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.

f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.

g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai.

i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir

j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Pada akhir pelatihan, peserta latih harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan sehingga mampu untuk memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir, baik di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi maupun pada awal masa nifas. Peserta latih adalah petugas kesehatan yang akan menjadi pelaksana pertolongan persalinan, juga harus mampu untuk mengenali (sejak dini) setiap komplikasi yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan dan sesuai dengan standar yang diinginkan. Praktik terbaik asuhan persalinan normal terbukti mampu mencegah terjadinya berbagai penyulit atau komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir sehingga upaya perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup kelompok rentan risiko ini dapat diwujudkan.

UNTUK LEBIH JELASKAN SILAHKAN DOWNLOAD MATERI BERIKUT

1. PENDAHULUAN

2. DAFTAR ISI

3. BAB I, BAB 2, BAB3, BAB4, BAB5, BAB6, DAN BAB6B
Baca Selengkapnya - Pedoman Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dengan Teknik ILA

bu hamil selalu menantikan saat-saat membahagiakan melahirkan seorang bayi, akan tetapi rasa senang itu dapat mendadak menjadi saat-saat yang mengerikan karena terbayang kesakitan yang sangat saat melahirkan. Hal ini memerlukan pengertian, bantuan dan dukungan bagi ibu hamil yang akan melahirkan tersebut. Dan berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan dalam keadaan yang tidak terlalu sakit dan nyaman. Salah satu yang dikembangkan saat ini adalah Suntikan Analgesia Epidural ( Intrathecal Labour Analgesia ) atau Persalinan Tanpa Rasa Sakit ( Painless Labor ).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :

Kala I : dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm) . Proses ini berlangsung antara 18-24 jam terbagi dalam 2 fase, fase laten ( ± 8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif ( ± 7jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm dengan kecepatan ± 1 cm perjam. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.

Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.

Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahir sampai lahirnya plasenta , yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Kala IV : dimulai pada saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

Persalinan Tanpa Rasa Sakit

Tiga hal penting dan perlu diperhatikan untuk menghilangkan rasa sakit persalinan adalah : Keamanan, kemudahan dan jaminan terhadap homeostasis janin.

Ibu bersalin yang diberikan analgesia harus dimonitor dengan baik. Menurut Read ( 1944 ) intensitas nyeri persalinan berhubungan dengan tingkat emosional. Beberapa faktor yang berhubungan dengan meningkatnya intensitas nyeri persalinan dan kelahiran adalah : Nuliparitas, Induksi Persalinan, Usia Ibu yang masih muda, Riwayat ‘Low Back Pain’ yang menyertai menstruasi dan peningkatan berat badan ibu ataupun janin. Dari semua ini, prediktor yang paling penting adalah nuliparitas dan induksi persalinan ( Pacuan ). Nyeri persalinan ini dapat diantisipasi dengan latihan / senam hamil.
NYERI PERSALINAN & I L A

Kontraksi ritmik uterus dan dilatasi servik yang progresif pada kala I menyebabkan sensasi nyeri selama kala I persalinan. Impuls saraf aferen dari servik dan uterus ditransmisikan ke medula spinalis melalui segmen Thorakal 10 – Lumbal 1. Hal ini biasanya akan menyebabkan nyeri pada daerah perut bagian bawah dan daerah pinggang serta sakrum. Berbeda dengan kala I, pada kala II transmisi melalui segmen Sakral 2 – 4, dan nyeri disebabkan oleh regangan pada vulva/vagina dan perineum yang juga bertumpang tindih dengan nyeri akibat kontraksi uterus.

Keuntungan I L A :

1. Efektif menghilangkan nyeri persalinan selama kala I dan II persalinan.

2. Memfasilitasi kooperasi ( Kerjasama ) pasien selama persalinan dan kelahiran.

3. Anestesi untuk tindakan episiotomi atau Persalinan Pervagina dengan Tindakan Operatif ( PPTO ).

4. Dapat untuk anestesi operasi sesar ( Time Related ).

5. Tidak menyebabkan depresi napas baik pada janin maupun ibu yang disebabkan oleh opioid.

Tindakan I L A ini seharusnya hanya dilakukan oleh seorang yang ahli dan ditempat yang memiliki fasilitas, alat dan obat-obatan untuk resusitasi. Termasuk didalamnya adalah oksigen, suction dan alat-alat / obat-obatan resusitasi kardioplulmonar. Dan tindakan I L A dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap ibu dan janin serta kemajuan persalinannya. I L A tidak diberikan sebelum diagnosa persalinan sudah ditegakkan dan sebelum ibu bersalin meminta untuk meredakan nyeri persalinannya.

kontraindikasi dari I L A

Ada beberapa kontraindikasi dari I L A yaitu :

1. Persangkaan Disproporsi Kepala Panggul ( Resiko Ruptura Uteri ).

2. Penolakan oleh pasien.

3. Perdarahan Aktif

4. ‘Maternal Septicemia’

5. Infeksi disekitar lokasi suntikan.

6. Kelainan Pembekuan darah.

Efek I L A pada persalinan diantaranya adalah dapat memperpanjang kala I dan II persalinan, dan meningkatkan penggunaan oksitosin untuk akselerasi persalinan serta penggunaan instrumentasi pada kelahiran dengan menggunakan tarikan vakum atau forsep. I L A tidak signifikan meningkatkan angka operasi sesar.

Yang perlu disadari disini bahwa penggunaan I L A untuk ‘Painless Labor’ adalah untuk mengatasi nyeri persalinan, sedangkan perjalanan proses persalinan itu sendiri adalah tetap. Jadi tidak berarti bahwa dengan I L A akan pasti dapat lahir pervaginam. Tindakan sesar adalah atas dasar indikasi Obstetri.

Tindakan ILA ini dilakukan setelah pembukaan serviks 3-5 cm , kecuali bila dilakukan induksi dengan oksitosi tindakan dapat diakukan lebih awal. Akan tetapi secara umum tindakan ILA dilakukan setelah diagnosa persalinan telah ditegakkan dan pasien telah meminta untuk meredakan nyeri persalinannya .

KOMPLIKASI ILA

Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering adalah hipotensi. Untuk itu diperlukan pemberian cairan elektrolit isotolus sebelum tindakan . Komplikasi yang lain adalah sakit kepala, retensio urin ,meningitis ,kejang ,akan tetapi ini adalah komplikasi yang jarang terjadi. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah Hipotensi dan sakit kepala.

Crawford ( 1985) dari Birmingham Maternity Hospital, Inggris melaporkan mulai dari 1968 –1985 lebih dari 26.000 pasien mendapatkan ILA dan tidak ditemukan adanya kematian., jadi tindakan ini cukup aman.
PEMANTAUAN PERSALINAN

Persalinan harus dipantau baik dari status umum maupun kemajuan persalinannya. Yang perlu dievaluasi adalah : Denyut Jantung Janin, His ( Kontraksi Uterus ), Penurunan bagian terendah janin, Lingkaran retraksi Bandl. Kemajuan persalinan dievaluasi sesuai dengan pembukaan servik dengan penurunan bagian terendah janin ( kepala ) sesuai partograf atau kurva Friedman.

Penting juga untuk diketahui bahwa karena nyeri persalinan telah hilang, maka reflek ingin mengejan pada kala II pun akan berkurang sensasinya, sehingga diperlukan edukasi pada ibu dan diberitahu kapan harus mengejan.

Kesimpulan

1. I L A adalah tindakan untuk meredakan nyeri persalinan, dan proses persalinan berjalan seperti biasa.

2. Tindakan hanya dilakukan bila diagnosis persalinan telah ditegakkan dan pasien telah meminta untuk dilakukan prosedur meredakan nyeri persalinan.

3. Pemantauan status umum dan kemajuan persalinan harus dilakukan dengan baik selama tindakan I L A dilakukan.

4. Komunikasi, informasi dan Edukasi untik pasien sangat penting terutama dalam kerjasama pimpinan persalinan.

5. Walaupun memiliki beberapa resiko tampaknya Intrathecal Labour Analgesia untuk Persalinan tanpa Rasa Sakit memiliki banyak keuntungan dan membawa kenyamanan tersendiri bagi ibu melahirkan dengan keamanan yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG et al, Analgesia and Anesthesia in : Williams Obstetrics, 21st edition, Mc.GrawHill, 1997, p. 361 – 383.

2. Baskett PJF et al, Epidural Anesthesia and Analgesia in : Practical Procedures in Anesthesia and Critical Care, Mosby, 1995, p. 240-251.

3. Vincent RD, Chestnut DH, Epidural Analgesia During Labor, The American Academy of Family Physicians, November, 15,1998.
Baca Selengkapnya - Persalinan dengan Teknik ILA

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL NORMAL

S (subject)

I. Pengkajian Data
Tanggal : 13 April 2008
Tempat : BPS Bidan Asti
Waktu : JAM BERAPA?

DATA SUBJEKTIF
1. Biodata Istri
Nama : Ny. Rita
Umur : 23 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jln. Ki Ageng Selo No.15 Purwokerto
Suku Bangsa : Jawa

Biodata Suami
Nama : Tn. Zainal
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Ki Ageng Selo No.15 Purwokerto
Suku Bangsa : Jawa
2. Alasan datang ingin memeriksakan kehamilan
3. Riwayat perkawinan : kawin 1x selama 1 tahun
4. Riwayat Medis :
A. Masa lalu : belum pernah dirawat di rumah sakit, belum pernah menderita penyakit menular/menahun seperti kencing manis, tekanan darah tinggi, asma, dll.
B. Sekarang : tidak sedang menderita sakit tertentu
C. Keluarga : Tidak ada yang menderita penyakit
5. Riwayat Obstetri :
a. Menarche umur 14 tahun
b. Lama haid 7 hari ( volume normal ), ganti pembalut 2x sehari ( teratur tiap bulan, tidak ada keluhan ).
c. HPHT : 11 Desember 2007
HPL : 18 Desember 2008

6. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu : ibu belum pernah hamil ( – )
7. Riwayat kehamilan sekarang :
Ibu umur 23 tahun G1PoAo hamil………..ANC 1 x TTo
Hcg ( + ) 11 Januari 2008 keluhan mual muntah setiap pagi tidak lebih dari 5x. tidak mengkonsumsi jamu.
8. Riwayat kontrasepsi : belum pernah menggunakan alat kontrasepsi ( – )
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi : tidak ada gangguan
Makan : selama 1 minggu kurang nafsu
Makan 1-2 2x sehari porsi kecil
Minum : 9 gelas/hari
b. Eliminasi : BAB 1 X/hari, BAK 4-5X/hari
c. Aktivitas : pekerjaan rumah tangga biasa
d. Istirahat : Ibu tidur malam 8 jam/hari
e. Kebersihan : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu
10. Persepsi dan Konsep Diri
- Suami dan keluarga sangat mengharapkan kehamilan ini
- Aadat istiadat tidak ada yang menentang kehamilan
- Ibu tidak mengetahui tentang kehamilan dan perawatan kehamilan
11. Psikologi : Ibu merasa nyaman dengan kehamilannya

O ( object )

Data Objektif
1. Keadaa umum : baik, sadar
TB : 160 cm
BB sebelum : 48 kg BB sesudah : 48 kg
Lingkar lengan :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 oC
2. Status present
Kepala : normal, simetris
Rambut : hitam, lurus, bersih
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik
Hidung : bersih,……………..
Telinga : …………………
Mulut : bibir lembab,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe / vena jugularis
Dada : tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : pinggang tidak ada nyeri lepas ………..
Genetalia : bersih, keputihan, darah, varises
Kaki : ……………
Reaksi patella :

3. Status Obstetri
Inspeksi :
Palpasi :

A ( Assasement )

II. Intepretasi Data
? Diagnosis :
? Dasar :
a) Anamesa
Ny. Rita menyatakan umur 23 tahun, primigravida, belum pernah abortus, HPHT 11 Januari 2007.
b) Tes Urine
Hasil tes urine positif ( + )
c) Palpasi
LI : TFU ½ dari simphisis phubis ke pusat, teraba bokong
LII : Punggung kanan
LIII : Teraba kepala
LIV : Belum masuk PAP
d) Auskultasi
DJJ ( + ) dengan stetoskop laennec
e) Masalah
Mual, muntah tiap pagi tidak lebih dari 5X
f) Kebutuhan

III. Merencanakan Asuhan
- Kaji keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
- Kaji nutrisi ibu
- Anjurkan ibu banyak istirahat
- Anjurkan chek up 2 minggu lagi

IV. Pelaksanaan Asuhan
- Mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
- Kaji nutrisi ibu
- Anjurkan ibu banyak istirahat
- Anjurkan chek up 2 minggu lagi

V. Evaluasi
- Keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu baik
- Nutrisi ibu cukup baik
- Ibu memahami anjuran bidan

Sumber : Mahasiswa Poltekes Semarang Kebidanan D3 Purwokerto
Baca Selengkapnya - Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

KARSINOMA OVARIUM

KARSINOMA OVARIUM

KARSINOMA OVARIUM




I. Anatomi dan Fisiologi Ovarium


Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause.


Ovarium memiliki dua fungsi yaitu:


1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.


2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.





II. Kanker ovarium



Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.


Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu.


Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.




III. Faktor resiko kanker ovarium


Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:


· Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara


· Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial


· Wanita diatas usia 50 – 75 tahun


· Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara)


· Wanita yang memiliki anak > 35 tahun


· Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2


· Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid


· Ras kaucasia > Afrika-Amerika


· Dll



IV. Jenis kanker ovarium



1. Tumor epitelial


Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).


Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih.



2. Tumor germinal


Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10 - 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.



3. Tumor stromal


Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.






Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics(1,13,14).























Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium



I A



Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)



I B



Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)



I C



Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :


1. Mengenai permukaan luar ovarium


2. Kapsul ruptur


3. Ascites (+)










































Stadium II perluasan pada rongga pelvis



II A



Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya



II B



Mengenai organ pelvis lainnya



II C



Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :


1. Mengenai permukaan ovarium


2. Kapsul ruptur


3. Ascites (+)



Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal



III A



Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium


Mikroskopis : mengenai intraperitoneal



III B



Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)



III C



1. Meluas mengenai KGB dan /


2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm





Derajat keganasan kanker ovarium(13,14)


1. Derajat 1 : differensiasi baik


2. Derajat 2 : differensiasi sedang


3. Derajat 3 : differensiasi buruk


Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.



Tanda dan keluhan kanker ovarium(13,14)


Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:


· Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)


· Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll


· Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri



· Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis


· Menstruasi tidak teratur


· Lelah


· Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)


· Nyeri saat berhubungan seksual


· Penurunan berat badan


· Dll



Deteksi dini kanker ovarium(13,14)


Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:


Ø Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium.


Ø Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah.


Ø Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125.







Diagnosis kanker ovarium(13,14)


· Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik


· Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI


· Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)


· Laparoskopi


· Laparotomi


· Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium


- Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.


- Foto rontgen dada dan tulang.


- Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)


- Scan traktus urinarius



Penatalaksanaan kanker ovarium(1,13,14)


1. Operasi


2. Radioterapi


3. Kemoterapi



Kanker ovarium epitelial :


· Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium IC pilihan terapi berupa:


· Radioterapi


· Kemoterapi sistemik


· Histerektomi total abdominal dan radioterapi



· Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.


· Stadium III dan IV:


Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi.



Kanker ovarium germinal :


· Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi.


· Tumor sel germinal lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.



Kanker ovarium stromal :


· Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.



Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin).


Sejak tahun 1993 perkumpulan ginekologi onkologi (GOG) melaporkan bahwa paclitaxel dengan kombinasi cisplatin kini merupakan terapi lini pertama untuk kanker ovarium.

Baca Selengkapnya - KARSINOMA OVARIUM

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber