Cari Blog Ini

10 Tempat Yang Asyik Untuk Bercinta

Banyak tempat yang sangat pribadi dan menyenangkan untuk bercinta dengan sang kekasih pasangan Anda. Sebuah majalah wanita di Amerika Serikat melakukan riset penelitian tentang tempat bercinta yang mengasyikkan. Jajak pendapat itu dilakukan terhadap lebih dari 1.500 responden. Akhirnya didapatlah 10 tempat paling asyik untuk bercinta. Barangkali saja, salah satunya merupakan tempat favorit Anda. Berikut sepuluh tempat peringkat teratas, seperti dilansir Cosmopolitan, yang menurut mereka suasananya bisa diubah hingga "senakal" mungkin.

1. Kamar mandi atau bak mandi: 82 %
Cobalah bergantian saling mengusap busa di tubuh dengan pasangan Anda. Lakukan sembari saling menggoda pasangan sebelum terjun ke aksi sesungguhnya. Siapkan dua handuk berbulu hangat atau satu handuk besar yang dapat membungkus tubuh Anda. Handuk-handuk ini sangat bermanfaat untuk menjaga kenyamanan setelah melakukan pemanasan tersebut.

2. Mobil: 80 %
Orang sering berpikir bahwa jok belakang adalah tempat terbaik untuk melakukan hubungan seks di dalam mobil. Namun tempat ini sangat sempit dan tidak cukup ruang untuk kaki Anda. Cobalah berbaring di kursi penumpang dan terapkan posisi girl on top. Dijamin akan terasa sangat nakal dan sensual.

3. Kamar tidur masa kecil: 65%
Jika orang tua Anda sedang ada di kamar sebelah, jaga suara-suara atau bunyi-bunyi yang mencurigakan. Jangan sampai mereka mendengar jeritan-jeritan nikmat Anda atau pasangan. Di samping itu, gunakan posisi seks yang tetap bisa memuaskan tapi tidak terlalu keras mengguncang papan kepala kasur. Jadi, coba "goyang" si dia dengan lembut namun tetap menggoda.

4. Kolam renang: 54%
Ironisnya, berhubungan seks di air sebenarnya dapat mengakibatkan pelumas alami Anda mengering. Solusinya adalah dengan menggunakan pelumas berbasis silikon yang tahan air dan ban renang. Minta pasangan laki-laki Anda duduk di atas ban renang. Kemudian timpa pasangan Anda dengan cara duduk di atasnya. Lakukan aksi Anda dengan gerakan maju ke depan dan belakang secara perlahan-lahan. Biarkan sang lelaki membantu gerakan dengan memegang pinggul Anda. Posisi dan gerakan ini biasa disebut "Tawdry Tube" dalam kamus Kama Sutra Aqua ala Cosmopolitan.

5. Hutan: 49%
Terdapat dua risiko terbesar saat memanfaatkan hutan sebagai tempat bercinta, yakni serangga dan tanaman beracun. Untuk menangkis serangga, semprotkan tubuh dengan antiserangga terlebih dahulu. Tapi jangan semprotkan di daerah leher, payudara atau di mana pun yang sekiranya mungkin akan dicium atau dijilati pasangan Anda. Sedangkan untuk tanaman beracun, hindari saja.

6. Meja dapur: 48%
Sendok goreng spatula atau yang berbentuk seperti garpu yang ujungnya bersambungan itu tak hanya bisa digunakan untuk membolak-balik masakan. Anda juga bisa memanfaatkan spatula untuk memukul bokong pasangan laki-laki Anda agar permainan terasa semakin nakal.

7. Taman bermain: 42%
Gunakan wahana bermain apa pun yang tersedia di tempat yang satu ini. Hanya saja, perhatikan sekitar. Jangan sampai Anda tertangkap basah sedang "bermain" oleh anak-anak kecil yang juga ingin bermain di taman tersebut. Dan jangan lupa bersihkan "sisa-sisa permainan" di wahana-wahana itu jika Anda sudah selesai.

8. Tenda: 37%
Dinding tenda memang sangat tipis dan membayang. Untuk itu, Anda yang memilih tenda sebagai tempat bercinta disarankan untuk menggunakan posisi seks sederhana namun tetap menggoda. Di antaranya gaya "Saucy Spoon" di mana Anda berbaring menyamping menghadap ke arah yang sama dengan pasangan. Kemudian dorong bokong Anda ke arah "senjatanya" dan mainkan. Atau bisa juga dengan gaya "Backup Boogie" di mana pasangan pria Anda berbaring terlentang. Sedangkan Anda mengangkang di atas dia dengan wajah menghadap kakinya. Bantu tubuh Anda bergoyang nakal dengan meletakkan telapak tangan di lantai. Jangan lupa berikan si dia bantal di kepala agar bisa menyaksikan pemandangan menarik itu dengan leluasa.

9. Kamar orang tua: 34%
Sedikit aneh memang. Tapi memilih kamar orang tua untuk melakukan hubungan seks bisa memberikan sensasi yang berbeda. Bagi yang ingin punya anak, siapa tahu lokasi ini bisa membantu. Pasalnya, kemungkinan di sanalah orang tua berusaha membuat Anda. Tapi ingat! Jangan sampai tertangkap basah oleh mereka.

10. Ruang cuci: 29%
Cobalah duduk di mesin pencuci, bukan mesin pengering. Ketika mesin berputar, bergerak bebaslah dengan pasangan Anda di sana.
Baca Selengkapnya - 10 Tempat Yang Asyik Untuk Bercinta

13 Bagian Tubuh Wanita Penggoda Pria

Dari data yang dilansir oleh datingsas.com banyak pria membuka mulutnya alias `curhat`, mengenai bagian dari tubuh wanita yang membuat mereka tergoda. Hasilnya, hmmm...... mungkin bisa dipelajari para wanita untuk memikat para pria.

1. Tubuh Atletis
Pria menyukai wanita yang bertubuh atletis karena dalam pandangan mereka pasti wanita tersebut mampu menjadi ibu yang baik. Dengan tubuh yang fit, si wanita tentu akan mampu menjalani hari-harinya sebagai ibu dan mengerjakan berbagai tugas rumah tangga. Wanita bertubuh atletis juga diyakini mampu melindungi dirinya dari bahaya.

2. Payudara Padat Berisi
Bagi para pria, payudara wanita paling indah ada pada rentang usia awal 20 tahunan. Favorit mereka adalah payudara padat berisi persis yang ada di majalah-majalah pria atau iklan-iklan pakaian dalam. Jika Anda tidak memiliki payudara padat berisi jangan sedih dulu. Menurut hasil penelitian, pria menyukai payudara tanpa mempedulikan bentuknya. Tidak masalah apakah payudara tersebut berukuran kecil ataupun besar, pria pasti tertarik pada payudara wanita. Satu lagi fakta tambahan mengapa pria menyukai payudara wanita adalah karena di sekitar puting wanita ada bagian bernama aerola. Pada saat berhubungan seks, aerola akan mengeluarkan bau yang menggoda pria. Itulah sebabnya, pria senang bermain-main dengan payudara ketika berhubungan seks.

3. Kaki Jenjang
Ketika seorang wanita beranjak remaja, kaki mereka akan bertambah jenjang. Nah, di mata pria, kaki yang panjang menandakan kedewasaan wanita. Banyak wanita berkaki panjang menyadari kelebihan tersebut. Biasanya mereka menggunakan sepatu hak tinggi atau rok mini untuk semakin menonjolkan keseksian kakinya. Pria juga senang ketika wanita menggunakan hak tinggi. Sepatu yang mudah bikin kaki pegal tersebut menurut pria membuat kaki wanita tambah seksi, membuat bokong dan bagian belakang wanita semakin menarik. Lucunya, ketika masa subur atau menstruasi, wanita secara instingtif merasa ingin menggunakan rok mini atau pakaian-pakaian yang menggoda pria.

4. Pinggang yang Ramping
Bentuk tubuh jam pasir sejak dulu memang menjadi idola wanita. Sejak lima abad silam, wanita berusaha keras mewujudkan bentuk tersebut lewat bentukan korset, diet ketat, sampai operasi plastik. Semakin segaris pinggul dengan pinggang membuat pria semakin tertarik. Terkesan wanita tersebut banyak menimbun lemak sehingga secara reproduktif kurang subur.

5. Bokong yang Bulat
Bokong bulat yang penuh dipastikan membuat mata pria tak bisa berpaling. Bokong wanita memiliki banyak fungsi, seperti menyimpan lemak untuk menyusui dan tempat menumpuk energi untuk saat-saat tertentu. Inilah mengapa banyak orang menganggap semakin besar bokong semakin menarik wanita tersebut. Zaman dahulu wanita berusaha keras membuat bokongnya terlihat semakin besar. Tapi tidak demikian kini, bokong besar malah seperti menandakan tubuh yang kurang sehat.

6. Perut Ramping
Pastinya ini bukan kejutan lagi, perut ramping akan membuat pria jatuh cinta. Mengapa ? Pertama, karena jelas perut ramping menandakan wanita tersebut tidak hamil. Lalu apalagi? Menurut para pria perut ramping menandakan wanita tersebut pandai merawat diri dan peduli akan kesehatannya. Perhiasan di perut, seperti tindik di perut atau rantai di sekitar perut menurut pria membuat perut semakin seksi. Rantai tersebut membuat pinggul wanita tampak lebih besar sekaligus merampingkan pinggang. Itu saja ? Tentu tidak, masih ada tujuh hal lagi yang pasti membuat pria langsung jatuh hati.

7. Leher Jenjang
Leher pria umumnya pendek, lebar, dan kokoh. Secara historis, leher semacam itu berguna untuk membawa benda-benda berat, seperti binatang hasil buruan. Nah, karena itu leher jenjang wanita membuat pria terpesona. Leher jenjang dianggap sebagai tanda kewanitaan yang sangat menggoda, membuat pria senang mencium dan menghiasinya dengan perhiasan.

8. Wajah Ramah
Diam-diam pria mengidolakan wanita yang berwajah sedikit kekanak-kanakan dan penuh senyum. Wajah mungil, dagu kecil, rahang yang elegan, tulang pipi tinggi, bibir penuh, dan mata besar merupakan ciri-ciri wajah favorit pria. Wajah seperti ini membuat pria secara instingtif ingin melindungi dan memberi kasih sayang. Wajah yang lebih muda memang akan membuat pria tergoda. Karena itu tak heran jika jasa facelift dan operasi plastik cukup sering digunakan oleh wanita-wanita yang mulai keriput.

9. Mulut yang Sensual
Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang bibirnya berada di bagian luar. Ketebalan bibir wanita sama dengan vaginanya. Kedua bagian tubuh ini akan bereaksi dan dipenuhi oleh aliran darah ketika dalam keadaan terangsang. Pria menyukai wanita yang berbibir penuh dan sensual. Untuk wanita yang tidak memiliki bentuk bibir demikian jangan khawatir. Dengan bantuan lipstick merah menyala, para pria juga bisa tergoda. Tapi penggunaan make-up yang berlebihan juga berbahaya karena bisa membuat pria-pria berebutan menggoda dan memicu permusuhan dengan wanita lainnya.

10. Daun Telinga
Telinga wanita juga memiliki peran penting dalam menggaet pria. Bagian telinga tempat wanita memasang anting-anting adalah bagian favorit pria. Panjangnya bagian tersebut menurut beberapa pria membuat wanita makin seksi. Beberapa wanita primitif bahkan dengan sengaja memperpanjang bagian tersebut untuk menarik hati pria. Sekarang wanita sudah lebih pandai untuk mengakali bagian tersebut. Anting-anting model panjang dan menarik perhatian jadi pilihan wanita untuk membantu membuat bagian tersebut terlihat lebih menarik. Tapi hati-hati anting-anting yang terlalu besar malah akan merusak telinga.

11. Mata Besar
Pria umumnya mengagumi mata besar. Karena itu tak heran jika penata rias selalu menonjolkan bagian mata pada tata rias seseorang. Pria bukannya menyukai mata besar wanita tanpa alasan yang jelas. Menurut mereka mata semacam itu membuat para pria merasa terlindungi.

12. Hidung Mungil
Secara umum, pria menyukai wajah wanita yang imut seperti anak-anak. Wajah tersebut membuat pria merasa ingin melindungi. Begitu juga dengan hidung, pria sangat menyukai wanita yang berhidung mungil.

13. Rambut Panjang
Sehelai rambut bisa hidup hingga enam tahun, setiap harinya seseorang bisa kehilangan 80-100 helai rambut. Untuk pria bule, rambut pirang dianggap menarik karena wanita terkesan feminim dan subur. Namun apapun warnanya, pria menyukai rambut yang bersih dan berkilat. Rambut tersebut menandakan wanita tersebut bersih dan rajin merawat diri. Selain bersih, menurut sebuah survey, 75% pria lebih tertarik pada wanita yang berambut panjang.
Baca Selengkapnya - 13 Bagian Tubuh Wanita Penggoda Pria

Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit otoimun yang ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. LES terutama terjadi pada usia reproduksi antara 15-40 tahun dengan rasio wanita dan laki laki 5 : 1, dengan demikian terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan LES ini. Dari berbagai laporan kejadian LES ini tertinggi didapatkan di negara Cina dan Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia, RS Dr Soetomo Surabaya melaporkan 166 penderita dalam 1 tahun (Mei 2003 - April 2004). Dari 2000 kehamilan dilaporkan sebanyak 1-2 kasus LES.

PATOGENESIS
Sampai saat ini belum jelas mekanisme terjadinya LES ini, interaksi antara faktor lingkungan, genetik dan hormonal yang saling terkait akan menimbulkan abnormalitas respon imun pada tubuh penderita LES. Beberapa faktor pencetus yang dilaporkan menyebabkan kambuhnya LES adalah, stress fisik maupun mental, infeksi, paparan ultraviolet dan obat-obatan. Obat-obatan yang diduga mencetuskan LES adalah, procainamine, hidralasin, quidine dan sulfazalasine. Pada LES ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam otoantibodi pada penderita LES. Peran antibodi antibodi ini dalam menimbulkan gejala klinis belum jelas diketahui, beberapa ahli melaporkan kerusakan organ/sistem bisa disebabkan oleh efek langsung antibodi atau melalui pembentukan komplek imun. Kompleks imun akan mengaktifasi sistem komplemen untuk melepaskan C3a dan C5a yang merangsang sel basofil untuk membebaskan vasoaktif amin seperti histamin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler yang akan memudahkan mengendapnya kompleks imun. Pembentukan kompleks imun ini akan terdeposit pada organ/sistem sehingga menimbulkan reaksi peradangan pada organ/sistem tersebut Sistem komplemen juga akan menyebabkan lisis selaput sel sehingga akan memperberat kerusakan jaringan yang terjadi. Kondisi inilah yang menimbulkan manifestasi klinis LES tergantung dari organ/sistem mana yang terkena. Pada plasenta proses tersebut akan menyebabkan terjadinya vaskulitis desidua.

MANIFESTASI KLINIS
Penderita LES umumnya mengeluh lemah, demam, malaise, anoreksia dan berat badan menurun. Pada penyakit yang sudah lanjut dan berbulan bulan sampai tahunan barulah menunjukkan manifestasi klinis yang lebih spesifik dan lengkapserta cenderung melibatkan multiorgan. Manifestasinya bisa ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa.

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis LES hendaknya dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang diagnosis yang cermat sebab manifestasi LES
sangat luas, dan seringkali mirip dengan penyakit lainnya. Diagnosis LES dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan laboratorium. American College of Rheumatology (ACR) pada tahun 1982, mengajukan 11 kriteria untuk klasifikasi LES, dimana bila didapatkan 4 kriteria saja maka diagnosis LES sudah dapat di tegakkan. Kriteria tersebut adalah:
  1. Ruam malar
  2. Ruam Diskoid
  3. Fotosensitifitas
  4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
  5. Artritis
  6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis
  7. Kelainan ginjal, proteinuria persisten > 0,5 gram/hari
  8. Kelainan nerologik, yaitu kejang kejang atau psikosis
  9. Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik, atau lekopenia atau limfopenia atau trombositopenia
  10. Kelainan imunologik, yaitu sel LE positif atau anti DNA positif atau anti Sm positif atau tes serologic untuk sifilis yang positip palsu
  11. Antibodi antinuklear (ANA, anti nuclear antibody) positif.
PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP LES
Masih belum dapat dipastikan apakah kehamilan dapat mencetuskan LES, eksaserbasi LES pada kehamilan tergantung dari lamanya masa remisi LES keterlibatan organ organ vital seperti ginjal. Penderita LES yang telah mengalami remisi lebih dari 6 bulan sebelum hamil mempunyai risiko 25% eksaserbasi pada saat hamil dan 90% luaran kehamilannya baik. Tetapi sebaliknya bila masa remisi LES sebelum hamil kurang dari 6 bulan maka resiko eksaserbasi LES pada saat hamil menjadi 50% dengan luaran kehamilan yang buruk. Apabila kehamilan terjadi pada saat LES sedang aktif maka risiko kematian janin 50-75% dengan angka kematian ibu menjadi 10%. Dengan meningkatnya umur kehamilan maka resiko eksaserbasi juga meningkat, yaitu 13% pada trimeseter I, 14% pada trimester II, 53% pada trimester III serta 23% pada masa nifas.

PENGARUH LES TERHADAP KEHAMILAN
Nasib kehamilan penderita LES sangat ditentukan dari aktifitas penyakitnya, konsepsi yang terjadi pada saat remisi mempunyai luaran kehamilan yang baik. Beberapa komplikasi kehamilan yang bisa terjadi pada kehamilan yaitu, kematian janin meningkat 2-3 kali dibandingkan wanita hamil normal, bila didapatkan hipertensi dan kelainan ginjal maka mortalitas janin menjadi 50%. Kelahiran prematur juga bisa terjadi sekitar 30-50% kehamilan dengan LES yang sebagian besar akibat preeklamsia atau gawat janin. Infark plasenta yang terjadi pada penderita LES dapat menigkatkan risiko terjadinya Pertumbuhan janin Terhambat sekitar 25% demikian juga risiko terjkadinya preeklamsia . eklamsia meningkat sekitar 25-30% pada penderita LES yang disertai lupus nepritis kejadian preeklamsia menjadi 2 kali lipat.
Membedakan preeklamsia dengan lupus nepritis sulit karena keduanya mengalami hipertensi, protenuria, edema dan perburukan fungsi ginjal. Kriteria dibawah ini dapat dipakai untuk membedakan kedua keadaan diatas.

SINDROMA LUPUS ERTEMATOSUS NEONATAL (LEN)
LEN, merupakan komplikasi kehamilan dengan LES yang mengenai janin dimana sindroma tersebut terdiri dari, blok jantung kongenital, lesi kutaneus sesaat, sitopenia, kelainan hepar dan berbagai manifestasi sistemik lainnya pada neonatus yang lahir dari seorang ibu yang menderita LES pada saat hamil. Untuk menegakkan diagnosa LEN, The Research Registry for Neonatal Lupus memberikan dua kriteria sebagai berikut :
1. Adanya antibodi 52 kD SSA/Ro, 60 kD SSA/Ro atau 48 kD SSB/La pada serum ibu.
2. Adanya blok jantung atau ras pada kulit neonatus. Kelainan konduksi jantung/blok jantung kongenital ditemukan 1 diantara 20 000 kelahiran hidup (0,005%), tergantung dari adanya anti SSA/Ro atau anti SSB/La.
Apabila antibodi tersebut ditemukan pada penderita LES maka risiko bayi mengalami blok jantung kongenital berkisar antara 1,5% sampai 20% dibandingkan bila antibodi tersebut tidak ada yaitu sekitar 0,6% dengan distribusi yang sama antara bayi laki dan wanita. Patogenesis blok jantung kongenital neonatus pada penderita LES dengan anti SSA/Ro dan Anti SSB/La positip belum jelas diketahui. Mekanisme yang dipercaya saat ini adalah adanya transfer antibodi melalui plasenta yang terjadi pada trimester ke dua yang menyebabkan trauma imunologik pada jantung dan sistem konduksi jantung janin. Sekali terjadi tranfer
antibodi ini maka kelainan yang terjadi bersifat menetap dan akan manifes pada saat bayi lahir. Usaha untuk menghentikan transfer antibodi ini ke janin seperti pemberian kortiokosteroid, gammaglobulin intravenous atau plasmaparesis telah gagal mencegah kejadian blok jantung kongenital neonatal. Oleh karena itu pemeriksaan antibodi ini sangat penting untuk seorang ibu yang menderita LES dan ingin hamil.

PENATALAKSANAAN
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan LES dengan kehamilan yaitu:
1. Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan penyakit LES
2. Plasenta dan fetus dapat menjadi target dari otoantibodi maternal sehingga dapat berakhir dengan kegagalan kehamilan dan terjadinya lupus eritemtousus neonatal. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara obsterikus dan ahli penyakit dalam dalam merawat penderita LES yang hamil.
Pada umumnya penderita LES mengalami fotosensitifitas, sehingga disarankan untuk tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari. Mereka disarankan untuk menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang, topi atau payung bila akan berjalan dibawah sinar matahari. Karena infeksi mudah terjadi
maka penderita juga dinasehatkan agar memeriksakan diri bila mengalami demam. Pada penderita yang akan menjalani prosedur infasif diberikan antibiotika profilaksis. Modalitas utama pengobatan LES adalah pemberian kortikosteroid, anti inflamasi non steroid, aspirin, anti malaria dan imunosupresan. Pemberian kostikosteroid memiliki peran yang sangat penting pada kehamilan dengan LES karena tanpa kortikosteroid sebagian besar penderita LES yang hamil akan mengalami eksaserbasi. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang seperti prednison, prednisolon, hidrokortison pada kehamilan umumnya aman, oleh karena glukokortikoid itu segera akan mengalami inaktifasi oleh ensim 11-beta-hidroksidehidrogenase menjadi metabolik 11-keto yang inaktif, sehingga hanya 10% dari dosis yang dipakai dapat memasuki janin. Pada manifestasi klinis LES yang ringan umumnya diberikan prednison oral dalam dosis rendah 0,5 mg/kgBB/hari sedangkan pada manifestasi klinis yang berat diberikan prednison dosis 1 mg- 1,5 mg/kgBB/hari. Pemberian bolus metilprednisolon intravena 1 gram atau 15 mg/kgBB selama 3-5 hari dapat dipertimbangkan untuk mengganti glukokortikoid oral dosis tinggi atau pada penderita yang tidak memberikan respon pada terapi oral. Setelah pemberian glukokortikoid selama 6 minggu, maka harus mulai dilakukan penurunan dosis obat secara bertahap, 5-10% setiap minggu bila tidak timbul eksaserbasi akut. Bila timbul eksaserbasi akut dosis harus dikembalikan seperti dosis sebelumnya. Pemakaian glukokortikoid yang berkepanjangan pada waktu hamil dalam dosis tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini, diabetes gestasional, hipertensi,dan osteoporosis.

Pemberian imunosupresan diberikan pada penderita yang tidak respon terhadap terapi glukokortikoid selama 4 minggu. Siklofosfamid diberikan bolus intravena 0,5 gr/m2 dalam 150 cc NaCL 0,9% selama 60 menit diikuti dengan pemberian cairan 2-3 liter/24 jam. Indikasi pemberian siklofosfamid adalah :
  1. Penderita LES yang membutuhkan steroid dosis Tinggi
  2. Penderita LES yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tingg
  3. Penderita LES yang kambuh setelah terapi steroid jangka panjang/berulan
  4. Glomerulonefritis difus awal
  5. LES dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid
  6. Penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin tanpa disertai dengan faktor ekstra renal lainnya
  7. LES dengan manifestasi susunan saraf pusat.
Pemberian siklofosfamid pada wanita hamil tersebut tidak dianjurkan secara rutin kecuali benar benar atas indikasi yang kuat dan dalam keadaan diamana keselamatan ibu merupakan hal yang utama. Dilaporkan bahwa pemakaian siklofosfamid dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kegagalan ovarium prematur dan kelainan bawaan pada janin. Obat imunosupresan lainnya yang cukup aman diberikan pada wanita hamil adalah azatioprin dan siklosporin. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya eksaserbasi pada saat persalinan atau pembedahan maka sebaiknya penderita dipayungi dengan metil prednisolon dosis tinggi sampai 48 jam pasca persalinan, setelah itu dosis obat diturunkan. Hampir semua obat untuk penderita LES diekskresikan bersama air susu dalam jumlah yang bervariasi antara 0,1%-2% dosis obat, kecuali Imunosupresan yang dikontraindikasikan untuk ibu menyusui. Pemberian aspirin dalam dosis besar (>3 gr/hari) berhubungan dengan peningkatan kejadian kehamilan posterm dan perdarahan selama persalinan.
Dosis tinggi salisilat juga dilaporkan telah menyebabkan oligohidramnion, penutupan prematur dari duktus arteriosus dan hipertensi pulmonal pada neonatus. Pemakaian NSAID atau aspirin dihindari beberapa minggu sebelum persalinan. Hidroksiklorokuin juga sering dipakai dalam pengobatan LES dan sampai saat ini pemakaian obat ini cukup aman untuk wanita hamil.

Kehamilan yang direncanakan merupakan pilihan yang paling baik untuk penderita LES yang masih menginginkan kehamilan. Kehamilan direkomendasikan setelah 6 bulan remisi. Pada kunjungan pertama antenatal dilakukan pemeriksaan lengkap tanpa memandang kondisi klinis pasien yang meliputi, pemeriksaan darah lengkap, panel elktrolit, fungsi liver, fungsi ginjal, urinalisis, antibodi anti DNA, anti bodi anti kardiolipin, antikoagulan Lupus, C3, C4 dan Anti SSA/R0 dan Anti SSB/La. Pemeriksaan laboratorium tersebut diulang tiap trimester, apabila antti SSA/Ro dan Anti SSB/La positif maka dilakukan pemeriksaan ekokardiograpi janin pada usia kehamilan 24-26 minggu untuk mendeteksi adanya blok janin kongenital. Apabila ditemukan adanya blok jantung janin kongenital maka diberikan dexametason 4 mg per-oral/hari selama 6 minggu/sampai gejala menghilang kemudian dosis diturunkan sampai lahir. Pemilihan kontrasepsi yang efektif dan aman merupakan hal yang sangat penting dalam penanganan penderita LES pasca persalinan. Kadar estrogen dalam kontrasepsi oral yang melebihi 20-30 ugr/hari dapat mencetuskan LES. Risiko tromboemboli pada penderita LES yang memakai kontrasepsi oral juga meningkat terutama apabila aPLnya positif. Kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestogen dan depot progestogen merupakan alternatif yang lebih aman untuk penderita LES pasca persalinan. Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) kurang baik karena dapat meningkatkan risko infeksi terutama pada penderita yang memakai imunosupresan yang lama.
Baca Selengkapnya - Lupus Eritematosus Sistemik

Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus

Mark all as read
Refresh
Feed settings...

Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus

Di Indonesia, prevalensi sementara Abortus pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 450.000-900.000 kejadian abortus (DepKes RI 2005). Data yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa prevalensi abortus di Lampung tahun 2009 sebesar 11,58% yaitu 19.711 kejadian abortus dari 170.192 jumlah kelahiran bayi. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di ruang bersalin RSUD Pringsewu, Tanggamus selama tahun 2009, terdapat 934 seluruh pasien yang dirawat dan 235 diantaranya adalah kasus abortus.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran karakteristik ibu hamil yang mengalami abortus di RSUD Pringsewu tahun 2009, dengan subjek penelitian adalah ibu hamil dengan abortus dan objek penelitian karakteristik ibu hamil.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi adalah populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang bersalin RSUD Pringsewu yang mengalami abortus pada tahun 2009 sejumlah sebanyak 235 orang dan pengambilan sampel dengan tehnik metode total sampling sehingga sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yaitu ibu yang dirawat diruang bersalin RSUD Pringsewu dengan abortus selama tahun 2009 yaitu sebanyak 235 orang. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan data sekunder berupa rekam medik RSUD Pringsewu dan alat ukur berupa lembar checklist.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil kejadian abortus yang paling banyak terjadi di RSUD Pringsewu tahun 2009 paling banyak terjadi dengan jenis abortus inkomplit (80,43%), karakteristik ibu dengan abortus berdasarkan umur paling banyak pada umur 20-35 tahun yaitu 73,62%, berdasarkan paritas paling banyak pada paritas 2-5 yaitu 65,53%, berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan dasar 66,39%, berdasarkan pekerjaan paling banyak bekerja sebagai petani dan buruh tani yaitu 88,94%
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah kejadian abortus yang paling banyak terjadi di RSUD Pringsewu tahun 2009 paling banyak terjadi dengan jenis abortus inkomplit dengan karakteristik ibu berumur 20-35 tahun, dengan paritas multipara, dengan pendidikan dasar dan bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Abortus

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.2.1 Definisi Abortus
2.2.2 Gambaran Klinis
2.2.3 Diagnosis
2.2.4 Klasifikasi Abortus
2.2.5 Komplikasi
2.2.6 Prognosis
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.8 Etiologi
2.2.9 Patologi
2.2.10 Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus

BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
3.3 Jenis Penelitian
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
3.5 Waktu dan Lokasi Penelitian
3.6 Pengumpulan Data
3.7 Alat Ukur
3.8 Variabel Penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
3.10 Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.2. Pengolahan Data
4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
A. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS .......
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI SINI >>>>>



Add starShareShare with noteKeep unreadSend to
Baca Selengkapnya - Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber