Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM). Tampilkan semua postingan

Cara Menentukan Usia Kehamilan

Menentukan usia kehamilan

• Mempergunakan rumus naegle

Umur kehamilan berlangsung selama 288 hari
Perhitungan kasar menggunakan HPHT
Dapat menetapkan perkiraan kelahiran (TP/HPL)

TP : Hari + 7 , Bulan – 3, Tahun + 1

Contoh : HPHT 15 mey 2008

maka TP : 22 februari 2009

• Gerakan pertama fetus
Perkiraan terjadinya gerakan pertama fetus pada 16 minggu ( akan tetapi perkiraan ini tidak tepat)

• Perkiraan tingginya fundus uteri
Tepat pada kehamilan pertama
Tidak tepat pada kehamilan kedua
Penentuan umur hamil dengan ultrasonografi dengan mengukur bagian janin :

Diameter kantong gestasi
Jarak kepala-bokong
Jarak tulang biparietal
Lingkaran perut
Panjang tulang femur

Menghitung dengan cara Spiegelberg

dengan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, maka diperoleh tabel :

Usia Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri

22-28 minggu

24-25 cm di atas simfisis

28 minggu

26,7 cm di atas simfisis

30 minggu

29,5-30 cm di atas simfisis

32 minggu

29,5-30 cm di atas simfisis

34 minggu

31 cm di atas simfisis

36 minggu

32 cm di atas simfisis

38 minggu

33 cm di atas simfisis

40 minggu

37,7 cm di atas simfisis


• Menghitung dengan cara Mac Donald : adalah modifikasi Spegelberg, yaitu jarak fundus – simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan

• Menurut Ahfeld : yaitu dengan mengukur kepala-bokong = 0,5 panjang anak sebenarnya

Con : jarak kepala-bokong janin adalah 20 cm maka tua kehamilan adalah 8 bulan

• Rumus Johnson-Tausak :

BB = (mD-12)x155

BB= Berat badan ; mD = jarak simfisis – fundus uteri

• Dengan menggunakan lingkaran kehamilan

• Dengan Menggunakan rumus :

Con : Hpht 15 – 01 - 2009

Tgl Pemeriksaan : 20-6-2009

20 – 6 – 2009

15 – 1 – 2009 –

5 5 5 hari dan 5 bulan

5 bulan dijadikan dalam satuan minggu

5 bulan dijadikan dalam satuan minggu

= 5 x 4 (1/3)

= 5 x 4 , 5 x 1/3

= 20 minggu, 1 minggu 2/3

= 20 minggu + 1 minggu + 5 hari

Maka usia kehamilan sekarang adalah :

20 minggu + 1 minggu + 5 hari + 5 hari

= 21 minggu + 10 hari

= 22 minggu + 3 hari / 22-23 minggu
Baca Selengkapnya - Cara Menentukan Usia Kehamilan

Pengaruh Konsumsi Obat Terhadap Janin

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun letal, tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomik pada petumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam, sesuai dengan fase-fase berikut,
1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain,
  • Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa).
  • pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
  • pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ, seperti misalnya fokolemia karena talidomid.
3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami janin, meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik; atau terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin.

Dalam upaya mencegah terjadinya yang tidak diharapkan dari obat-obat yang diberikan selama kehamilan, maka oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA-USA) maupun Australia Drug Evaluation Commitee, obat-obat dikategorikan sebagai berikut (Australian Drug Evaluation Commitee).
  • Kategori A:

Yang termasuk dalam kategori ini adalah obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Obat-obat yang termasuk dalam kategori A antara lain adalah parasetamol, penisilin, eritromisin, glikosida jantung, isoniazid serta bahan-bahan hemopoetik seperti besi dan asam folat.
  • Kategori B:

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin. Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian pada wanita hamil, maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan, yaitu:
B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin (fetal damage). Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
B2: Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya kejadian kerusakan janin, tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini.
B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Sebagai contoh adalah karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim, dan mebendazol.
  • Kategori C:

Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomik
semata-mata karena efek farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel (membaik kembali). Sebagai contoh
adalah analgetika-narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, antiinflamasi non-steroid dan diuretika.
  • Kategori D

Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali). Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin, klonazepam, valproat, steroid anabolik, dan antikoagulansia.
  • Kategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan. Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol.

PEMAKAIAN BEBERAPA OBAT SELAMA PERIODE KEHAMILAN
1. Antibiotika & antiseptika
Infeksi pada saat kehamilan tidak jarang terjadi, mengingat secara alamiah risiko terjadinya infeksi pada periode ini mlebih besar, seperti misalnya infeksi saluran kencjng karena dilatasi ureter dan stasis yang biasanya muncul pada awal kehamilan dan menetap sampai beberapa saat setelah melahirkan. Dalam menghadapi kehamilan dengan infeksi, pertimbangan pengobatan yang harus diambil tidak saja dari segi ibu, tetapi juga segi janin, mengingat hampir semua antibiotika dapat melintasi plasenta dengan segala konsekuensinya. Berikut akan dibahas antibiotika yang dianjurkan maupun yang harus dihindari selama kehamilan, agar di samping tujuan terapetik dapat tercapai semaksimal mungkin, efek samping pada ibu dan janin dapat ditekan seminimal mungkin.

1.a. Penisilin
Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion. Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan, meskipun perlu pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan efek samping yang dapat terjadi pada ibu.
- Ampilisin:
Segi keamanan baik bagi ibu maupun janin relatif cukup terjamin. Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya dalam sirkulasi ibu. Pada awal kehamilan, kadar ampisilin dalam cairan amnion relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin, di samping meningkatnya kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut. Tetapi pada periode akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur, kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu. Farmakokinetika ampisilin berubah menyolok selama kehamilan.
Dengan meningkatnya volume plasma dan cairan tubuh, maka meningkat pula volume distribusi obat. Oleh sebab itu kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50% dibanding saat tidak hamil. Dengan demikian
penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa kehamilan.

- Amoksisilin :
Pada dasarnya, absorpsi amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin. Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral maupun parenteral. Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin relatif rendah dibanding saat tidak hamil. Dalam sirkulasi janin, kadarnya hanya sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu.

1.b. Sefalosporin
Sama halnya dengan penisilin, sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester pertama kehamilan. Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu, tetapi tidak terakumulasi setelah pemberian berulang atau melalui infus. Sejauh ini belum ada bukti bahwa pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester terakhir kehamilan.

1.c. Tetrasiklin:
Seperti halnya penisilin dan antibiotika lainnya, tetrasiklin dapat dengan mudah melintasi plasenta dan mancapai kadar terapetik pada sirkulasi janin. Jika diberikan pada trimester pertama kehamilan, tetrasiklin menyebabkan terjadinya deposisi tulang in utero, yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang, terutama pada bayi prematur. Meskipun hal ini bersifat tidak menetap (reversibel) dan dapat pulih kembali setelah proses remodelling, namun sebaiknya tidak diberikan pada periode tersebut. Jika diberikan pada trimester kedua hingga ketiga kehamilan, tetrasiklin akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna gigi (menjadi kekuningan) yang bersifat menetap disertai hipoplasia enamel. Mengingat kemungkinan risikonya lebih besar dibanding manfaat yang diharapkan maka pemakaian tetrasiklin pada wanita hamil sejauh mungkin harus dihindari.

1.d. Aminoglikosida
Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D, yang penggunaannya oleh wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin yang bersifat ireversibel. Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak dianjurkan. Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan ototoksik pada ibu, dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler pada janin, terutama jika diberikan pada periode organogeneis. Kerusakan saraf kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat aminoglikosida pada kehamilan.

1.e. Kloramfenikol
Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil, terutama pada trimester II dan III, di mana hepar belum matur, dapat menyebabkan angka terjadinya sindroma Grey pada bayi, ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi tampak keabuabuan), hipotermia, muntah, abdomen protuberant, dan menunjukkan reaksi menolak menyusu, di samping pernafasan yang cepat & tidak teratur, serta letargi. Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C, yaitu obat yang karena efek farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomik. Pengaruh ini dapat bersifat reversibel. Pemberian kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari, terutama pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui.

1.f. Sulfonamida
Obat-obat yang tergolong sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin, dalam kadar yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu. Pemakaian sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari, terutama pada akhir masa kehamilan. Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan protein, sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru dilahirkan. Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir.

1.g. Eritromisin
Pemakaian eritromisin pada wanita hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal), tetapi kadar pada janin hanya mencapai 1-2% dibanding kadarnya dalam serum ibu. Di samping itu, sejauh ini belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin. Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik, meskipun bukan menjadi obat pilihan pertama. Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya, pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika lain, misalnya tetrasiklin.

1.h. Trimetoprim
Karena volume distribusi yang luas, trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih tinggi dibanding sulfametoksazol, meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu. Pada uji hewan, trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar. Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin, tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari. Jika terpaksa harus memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan, diperlukan pemberian suplementasi asam folet.

1.i. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin sering digunakan sebagai antiseptik pada saluran kencing. Jika diberikan pada awal kehamilan, kadar nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu, tetapi kadarnya dalam plasma sangat rendah. Dengan makin bertambahnya umur kehamilan, kadar nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat. Sejauh ini belum terbukti bahwa nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin. Namun perhatian harus diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan, di mana pemberian nitrofurantoin pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin.

2. Analgetika
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum dijumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu, karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan, maupun sebab-sebab yang lain. Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang, pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatif pendek. Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses radang, umumnya diperlukan pengobatan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap penyebab nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.

2.a.Analgetika-narkotika
Semua analgetika-narkotika dapat melintasi plasenta dan dari berbagai penelitian pada gewan uji, secara konsisten obat ini menunjukkan adanya akumulasi pada jaringan otak janin. Terdapat bukti meningkatkan kejadian permaturitas, retardasi pertumbuhan intrauteri, fetal distress dan kematian perinatal pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sering mengkonsumsi analgetika-narkotik. Keadaan withdrawl pada bayi-bayi yang baru lahir tersebut biasanya manifes dalam bentuk tremor, iritabilitas, kejang, muntah, diare dan takhipnoe.
Metadon:
Jika diberikan pada kehamilan memberi gejala withdrawal yang munculnya lebih lambat dan sifatnya lebih lama dibanding heroin. Beratnya withdrawal karena metadon nampaknya berkaitan dengan meningkatnya dosis pemeliharaan pada ibu sampai di atas 20 mg/hari

Petidin
Dianggap paling aman untuk pemakaian selam proses persalinan. Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat petidin selama proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik yang lebih rendah dibanding bayi-bayi yang ibunya tidak mendapat obat ini, atau yang mendapat anestesi lokal. Dengan alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya dibenarkan apabila anestesi epidural memang tidak memungkinkan.

2.b. Analgetika-antipiretik
Parasetamol:
Merupakan analgetika-antipiretik yang relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan. Meskipun kemungkinan terjadinya efek samping hepatotoksisitas tetap ada, tetapi umumnya terjadi pada dosis yang jauh lebih besar dari yang dianjurkan.
Antalgin:
Dikenal secara luas sebagai pengurang rasa nyeri derajat ringan. Salah satu efek samping yang dikhawatirkan pada penggunaan antalgin ini adalah terjadinya agranulositosis. Meskipun angka kejadiannya relatif sangat jarang, tetapi pemakaian selama kehamilan sebaiknya dihindari.

2.c. Antiinflamasi non-steroid
Dengan dasar mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis prostaglandin, efek samping obat-obat antiinflamasi non-steroid kemungkinan lebih sering terjadi pada trimester akhir kehamilan. Dengan terhambatnya sintesis prostaglandin, pada janin akan terjadi penutupan duktus arteriosus Botalli yang terlalu dini, sehingga bayi yang dilahirkan akan menderita hipertensi pulmonal. Efek samping yang lain adalah berupa tertunda dan memanjangnya proses persalinan jika obat ini diberikan pada trimester terakhir. Sejauh ini tidak terdapat bukti bahwa antiiflamasi non-steroid mempunyai efek teratogenik pada janin dalam bentuk malformasi anatomik. Namun demikian, pemberian obat-obat tersebut selama kehamilan hendaknya atas indikasi yang ketat disertai beberapa pertimbangan pemilihan jenis obat. Pertimbangan ini misalnya dengan memilih obat yangmempunyai waktu paruh paling singkat, dengan risiko efek samping yang paling ringan.

3. Antiemetik
Meskipun pada uji hewan terdapat bukti bahwa obat-obat antiemetik (meklozin dan siklizin) dapat menyebabkan terjadinya abnormalitas janin, tetapi hal ini belum terbukti pada manusia. Terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian prometazin selama trimester pertama kehamilan dengan terjadinya dislokasi panggul kongenital pada janin. Pemakaian antiemetik selama kehamilan sebaiknya dihindari jika intervensi non-farmakologik lainnya masih dapat dilakukan.

4. Antiepilepsi
Fenitoin (difenilhidantoin) dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin setelah pemberian dosis terapetik secara intravenosa. Dosis tertinggi pada janin ditemukan dalan hepar, jantung, dan glandula adrenal. Pada wanita hamil yang mendapat pengobatan fenitoin jangka panjang, kadar fenitoin dalam sirkulasi janin sama dengan kadarnya dalam sirku janin sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu. Waktu paruh fenitoin pada bayi baru lahir sekitar 60-70 jam dan obat masih didapat dalam plasma bayi, hingga hari ke lima setelah kelahiran. Pemberian fenitoin selama kehamilan dalam jangka panjang ternyata berkaitan erat dengan meningkatnya angka kejadian kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini berupa malformasi kraniofasial disertai penyakit jantung kongenital, celah fasial, mikrosefalus dan beberapa kelainan pada kranium dan tulang-tulang lainnya. Oleh karena itu pemakaian fenitoin selama kehamilan sangat tidak dianjurkan. Obat-obat antiepilepsi lain seterti karbamazepin dan fenobarbiton ternyata juga menyebabkan terjadinya malformasi kongendital (meskipun lebih ringan ) pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengkonsumsi obat-obat tersebut selama masa kehamilannya.
Pemakaian asam valproat selama kehamilan mungkin meningkatkan derajat defek tuba neuralis. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa 1-2 % spina bifida pada bayi baru lahir terjadi karena ibu mengkonsumsi asam valproat selama masa kehamilannya.

5. Antihipertensi
Dalam praktek sehari-hari tidak jarang kita menjumpai seorang wanita yang dalam masa kehamilannya menderita hipertensi. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah apakah wanita tersebut memang penderita hipertensi atau hipertensi yang dialami hanya terjadi selama masa kehamilan. Meskipun pendekatan terapi antar keduanya berbeda, tetapi tujuan terapinya adalah sama yaitu mencegah terjadinya hipertensi yang lebih berat agar kehamilannya dapat dipertahankan hingga cukup bulan, serta menghindari kemungkinan terjadinya kematian maternal karena eklamsia atau hemoragi serebral terutama saat melahirkan. Sejauh mungkin juga diusahakan agar tidak terjadi komplikasi atau kelainan pada bayi yang dilahirkan, baik karena hipertensinya maupun komplikasi yang menyertainya. Berikut akan dibahas pemakaian obat-obat antihipertensi selama masa kehamilan.
- Golongan penyekat adrenoseptor beta
Obat-obat golongan ini seperti misalnya oksprenolol dan atenolol dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin dengan memberi efek blokade beta pada janin. Oksprenolol dan atenolol relatif aman dan tidak terbukti meningkatkan kejadian kejadian malformasi janin, meskipun terdapat beberapa kasus bayi dengan bradikardi temporer setelah pemberian atenolol pada ibu selama kehamilannya.
- Vasodilator
Pada kehamilan, diazoksid, dan hidralazin umumnya digunakan untuk mencegah kelahiran prematur akibat eklampsia, dimana efeknya tidak saja berupa relaksasi otot vaskuler tetapi juga berpengaruh terhadap otot uterus. Jika digunakan selama masa kehamilan aterm dapat mengakibatkan lambatnya persalinan. Pada pemakaian jangka panjang, diazoksid dapat menyebabkan terjadinya alopesia dan gangguan toleransi glukosa
pada bayi baru lahir.
- Golongan simpatolitik sentral:
Metildopa relatif aman selama masa kehamilan. Obat ini mampu melintasi barier plasenta dengan kadar yang hampir sama dengan kadar maternal. Pemberian metildopa hanya efektif untuk hipertensi yang lebih berat. Klonidin juga relatif aman untuk ibu dan janin, tetapi pada dosis besar sering memberi efek samping seperti sedasi dan mulut kering. Secara lebih tegas, obat-obat antihipertensi yang tidak dianjurkan selama kehamilan meliputi:
  1. Pemakaian obat-obat golongan antagonis kalsium seperti verapamil, nifedipin, dan diltiazem selama kehamilan ternyata menunjukkan kecenderungan terjadinya hipoksia fetal jika terjadi hipotensi pada maternal.
  2. Diuretika sangat tidak dianjurkan selama masa kehamilan karena di samping mengurangi volume plasma juga mengakibatkan berkurangnya perfusi utero-plasenta.
  3. Obat-obat seperti reserpin sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan hilangnya termoregulasi pada neonatal jika dikonsumsi selama trimester III.
  4. Obat-obat penyekat neuroadrenergik seperti debrisokuin dan guanetidin sebaiknya juga tidak diberikan selama kehamilan karena menyebabkan hipotensi postural dan menurunkan perfusi uteroplasental.
  5. Pemakaian obat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor seperti kaptopril dan enalapril sangat tidak dianjurkan selama kehamilan karena meningkatkan kejadian mortalitas janin.

DAFTAR PUSTAKA (Ada di Bagian Farmakologi Klinik FK-UGM)
Australian Drug Evaluation Committee (1989) Medicine in Pregnancy. Australian Goverment Publishing Service, Canberra.
Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology,3rd edition. Lange Medical Book, California.
Speight TM (1987) Avery’s Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical Pharmacology and Therapeutics, 3rd edition.ADIS press,Auckland.
Suryawati S et al (1990), Pemakaian Obat pada Kehamilan.Laboratorium Farmakologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta
Baca Selengkapnya - Pengaruh Konsumsi Obat Terhadap Janin

waspada Anemia pada Kehamilan

HAMIL WASPADAI ANEMIA


A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan kekurangan zat besi yang biasa diderita oleh wanita hamil pada dasarnya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. How Swie Tjioeng menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di Bogor. Bakta menemukan 50,7% di Puskesmas kota Denpasar sedangkan Sindu menemukan 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi.
Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan; dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.
B. PENGERTIAN
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hmil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
Penyebab anemia umumnya adalah :
1. Kurang gizi ( malnutrisi )
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan daerah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dll
5. Penyakit-penyakit kronik : tbc, paru, cacing usus, malaria, dll
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah ( hiperemia / hipervolumia )karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tersebut adalah :
• Plasma darah bertambah : 30%
• Sel-sel darah bertambah : 18%
• Hemoglobin bertambah : 19%

Secara fisiologis, pengeceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
a.1.1. Bentuk-bentuk Anemia
1. Anemia defresiasi besi (62,3%)
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta banyak dijumpai. Penyebabnya sebagai penyebab anemia umumya.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita hamil, non-hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg-15mg-15mg
LIPI Indonesia (1968) : 12mg-17mg-17mg
Kemsan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral
Peroral : sulfas ferasus ata glukonas ferosus denan dosis 3-5x0,20 mg
Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atan intravera. Kemasan ini antara : imferon, jectofer dan ferrigen.
Hasil lebih cepat dari pada peroral.
a.1.2. Anamia Megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa penyebab:
Kekurangan asam folik
Kekurangan Vit B12
Malnutrisi dan infeksi yang kronit
Pengobatan
Asam Folik 15 – 30 mg per hari
Vit B12 3x1 tablet per hari
Sulfas Ferosus 3x1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban maka dapat diberikan tanfusi darah.
a.1.3 Anemia hipoplasti (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang belakang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :
Darah tepi lengkap
Pemeriksaan fungsi sternal
Pemeriksaan retikulosh
Penyebab belum diketahui pasti, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi
Pengobatan :
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan mungkin pengobatan yang paling balik yaitu transfusi darah yang yang perlu sering diulang.
a.1.4. Anemia Hemolitik ( sel sickle )(0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Ini dapat disebabkan oleh :
a) faktor intrakorpuskoler : dijumpai pada anemia hemolitik, heriditer, talasemia, anemia sel sitkle (sabit), hemoglobinopati C,D,G,H,I dan paraksimal noktural hemoglobinuria.
b) Faktor ekstrakorpuskoler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam dan dapat beserta obat-obatan : leukimia, penyakit hodgkin,dll.
Gejala utama :
Anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah
Kelelahan dan kelemahan
Gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Pengobatan
Bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita.
B. Pengaruh Anemia pada Kehamilan
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a. Bahaya selama kehamilan
• Dapat terjadi abortus
• Persalinan prematuritas
• Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
• Mudah terjadi infeksi
• Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)
• Mola Hidatidosa
• Hiperemesis Gravidarum
• Pendarahan antepartum
• Ketuban pecah dini ( KPO )
b. Bahaya saat persalinan
• Gangguan his – kekuatan mengejan
• Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai
• Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
• Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan postpartum karena atonia uteri
• Kala keempat dapat terjadi pendarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c. Pada Kala nifas
• Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
• Memudahkan infeksi puerpertum
• Pengeluaran ASI berkurang
• Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
• Anemia kala nifas
• Mudah terjadi infeksi mainmae
2. Bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
• Abortus
• Terjadi kematian intro uterin
• Persalinan prematuritas tinggi
• Berat badan lahir rendah
• Dapat terjadi cacat bawaan
• Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal
• Intelegensi lemah

SUMBER PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede.1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid I, EGC Jakarta.
Baca Selengkapnya - waspada Anemia pada Kehamilan

PERDARAHAN ATONIA UTERI

Pendarahan Karena Atonia Uteri

Masalah :

Perdarahan post partum akibat atonia uteri, apakah juga dipengaruhi oleh psikologis ibu?

Sarie

Jawaban :

Salam Sehat Sarie, Semoga kita selalu diberikan ni'mat sehat dari Allah SWT.

Semoga ditahun depan kita selalu diberikan kekuatan untuk merubah diri menjadi lebih sehat. Amin.

Perdarahan post partum akibat atonia uteri yang diutarakan Mba Sarie, merupakan penyebab terbanyak perdarahan setelah melahirkan. Secara garis besar penyebabnya perdarahan pasca bayi lahir adalah karena tonus, tissue, trauma dan thrombin. Agar lebih mudah mengingat kita singkat jadi 4T.

Pada kasus ini, atonia uteri (di mana uterus atau rahim tidak ada kontraksi sama sekali) disebabkan tonus dari rahim yang tidak adekuat. Beberapa faktor yang mempengaruhi tonus dari rahim:

1. Over-distensi (peregangan yang berlebihan dari otot dinding rahim)
2. Kelainan dari rahim itu sendiri (Misalnya: pada bekas sectio)
3. Lamanya pembukaan saat akan melahirkan
4. Persalinan yang terlalu dipercepat (Misalnya: pemberian obat pemercepat lahir)
5. Radang pada cairan ketuban

Di sini tidak disebutkan faktor psikologis dari sang Ibu. Namun tetap saja persiapan melahirkan secara psikis dari sang ibu harus ditekankan sebelum dan selama persalinan. Layaknya seorang mujahidah yang bertempur, semangat tetap dibutuhkan, terutama dari suami.
Baca Selengkapnya - PERDARAHAN ATONIA UTERI

Apakah Emosi Ibu Hamil Mempengaruhi Janin?

Para ahli dan fakta menganjurkan pentingnya pikiran sehat selama masa kehamilan, karena dapat membantu pembentukan jasmani, penyembuhan internal, bahkan mempengaruhi nutrisi bagi kesehatan bayi.

Apa yang ada dalam pikiran seorang ibu hamil memiliki hubungan fisik terhadap anak dalam kandungan. “Semua yang dirasakan dan dipikirkan akan tersalurkan melalui hormon syaraf kepada bayinya, sama halnya dengan alkohol dan nikotin,” jelas Dr. Thomas Verny, sebagaimana para penerbit buku, penyelenggara profesional, pencetus Yayasan Kesehatan dan Psikologi Prenatal dan Perinatal (APPPAH) serta Jurnal Kesehatan dan Psikologi Prenatal dan Perinatal, telah menobatkan dirinya sebagai salah seorang pengemuka dunia bidang penanganan dampak lingkungan pra-lahir terhadap pengembangan kepribadian.

Kamus pengobatan mendefinisikan emosi sebagai suatu kondisi mental dan fisik, yang ditimbulkan oleh hormon dan senyawa lain yang terkait dengan emosi. Lebih jauh, Deepak Chopra, M.D menjabarkan kondisi mental dan fisik dalam sebuah karya tulisannya, “Pemikiran yang kita rasakan disebut emosi.”

Emosi seorang ibu tercipta melalui cara ia merasakan kehamilannya, rencana memandikan bayi, dekorasi kamar bayi, perkawinan, pekerjaan, kesehatan atau apa pun. Pemikiran dari seorang wanita hamil merupakan titik awal dari emosinya. Dan emosi adalah titik awal bereaksinya hormon syaraf yang dimaksud oleh Dr. Thomas Verny tadi.

Dalam bukunya Magical Beginnings, Enchanted Lives, Dr. Deepak Chopra dengan jelas mengemukakan hasil yang ditunjukkan oleh penelitian atas kehamilan. Saat seorang ibu hamil merasakan kegelisahan, tertekan atau ketakutan, hormon stress dengan sendirinya akan mengalir melalui aliran darah dan mengenai plasenta sang bayi. Ratusan studi memastikan bahwa zat kimia yang dikeluarkan oleh tubuh ibu hamil ditransportasikan ke dalam rahim dan bisa mempengaruhi kondisi janin.

Pemikiran negatif seringkali merupakan akar penyebab dari reaksi stress yang disebabkan karena perasaan takut. Ditegaskan oleh Deepak Chopra bahwa, “Stres bisa mengaktifkan sistem kelenjar endokrin dari tubuh sang cabang bayi dan ini akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Seorang anak yang terlahir dari rahim seorang ibu yang mengalami stress berlebihan semasa kehamilan sangat mungkin memiliki kelainan perilaku dalam kehidupannya nantinya.”

Selebihnya Verny mengatakan, “Studi menunjukkan bahwa seorang ibu hamil yang mengalami stres yang ekstrim dan tak berkesudahan punya kecenderungan memiliki bayi yang prematur, memiliki berat di bawah rata-rata, hiperaktif, mudah marah dan kolik.”

Ahli biologi sel dan syaraf, Bruce Lipton Ph.D menulis, “Ketika mengalir ke dalam plasenta, hormon dari ibu yang mengalami stres kronis ini akan mengacaukan distribusi aliran darah pada janinnya dan mengakibatkan perubahan karakteristik psikologi sang bayi.”

Di sisi lain, Verny mengatakan, “ Emosi yang positif telah menunjukkan banyak kemajuan bagi kesehatan si cabang bayi.” Selanjutnya ia mengatakan, ”Pemikiran akan hal-hal yang menyenangkan yang disalurkan masuk mampu menghasilkan keseimbangan, kebahagiaan, dan watak yang tenang sepanjang kehidupan si anak kelak.” Deepak Chopra setuju bahwa :”Pada saat Anda merasakan kegembiraan, tubuh Anda akan memproduksi zat kimia alami, endorfin dan encephalin. Pada saat Anda merasakan ketenangan dan kedamaian, tubuh Anda akan menghasilkan reaksi kimia yang serupa dengan resep obat penenang.” Tanpa stress, sistem syaraf kejang dari bayi Anda akan bekerja sangat pelan. Ketika Anda tenang dan terfokus, bayi Anda akan tumbuh dan berkembang dalam keadaan penuh damai,” lanjut Chopra.

Dalam memberikan nutrisi bagi janin, Verny mengajurkan 47 latihan yang bisa dilakukan oleh wanita hamil selama masa kehamilan. Salah satunya adalah dengan visualisasi kreatif. Bentuk pencitraan mental ini dapat mengatur keadaan bawah sadar seseorang, mengubah persepsi dan reaksi dari negatif menjadi positif. Verny menuliskan, ini terbukti telah membantu menyembuhkan penyakit, meningkatkan kinerja dan memperbaiki kondisi otak. Praktek ini diterapkan oleh para tabib kuno, dukun, para yogi selama ribuan tahun, perwujudan merupakan garis pertahanan pertama melawan penyakit.

Penelitian telah membenarkan bahwa pencitraan dapat mengubah aliran darah, menumbuhkan sel-sel yang sehat, dan menghancurkan sel-sel kanker. Lipton bahkan menyatakan bahwa seorang ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan genetika bayinya. Apakah itu disebut pencitraan, visualisasi, meditasi, atau hipnosis, penelitian selama beberapa dekade telah menggunakan proses ini menghasilkan banyak perubahan nyata terhadap mental, emosional, dan tubuh fisik.

Jika Anda sedang mengandung, ada baiknya Anda mencoba cara berikut ini:

1. Carilah tempat yang sepi, tutup mata dan bayangkan Anda sedang melihat, merasakan atau bahkan mendengar suara dan gerakan bayi yang sehat.

2. Ciptakan sebanyak mungkin sentuhan yang hendak Anda rasakan, sebagaimana merasakan mungkin lebih penting daripada melihat.

3. Gunakan imaginasi Anda sekreatif mungkin, dan bayangkan dalam mimpi. Jika pikiran lain masuk ke dalam benak Anda, perlahan-lahan fokuskan kembali ke diri Anda yang diselimuti kebahagiaan dan bayi Anda yang sehat.

4. Seperti seorang aktor yang membangun emosinya dalam sekejap, melatih pikiran dan perasaan yang positif akan mendorong urat syaraf dan sistem otak Anda untuk segera bereaksi. Semakin sering Anda berlatih, semakin cepat dan semakin baik Anda belajar mengembangkan emosi-emosi positif ini.

Panduan tentang perumpamaan yang lebih mendalam:
- Bayangkan bayi yang sedang tumbuh.
- Mungkin dia setinggi satu centimeter atau mungkin sepuluh centimeter.
- Bayangkan bagaimana wujud seorang anak yang sehat.
- Rasakan apa yang dirasakan seorang anak yang sehat.
- Dengar seperti apa kedengarannya anak yang sehat.
- Bagaimana jantungnya memompa darah?
- Bagaimana lengannya bergerak?
- Bagaimana sel-nya tumbuh?
- Melihat senyum si kecil di dalam rahim.
- Mendengar dia tertawa, dan merasakan bahagia bergerak dalam gerakan yang riang.
- Tidak ada benar atau salah. Biarkan selama lima menit, bagaimanapun gambaran tentang anak yang sehat bisa dibayangkan.


Selengkapnya di: http://www.kesehatanbayi.co.cc/2010/09/apakah-emosi-ibu-hamil-mepengaruhi.html
Baca Selengkapnya - Apakah Emosi Ibu Hamil Mempengaruhi Janin?

Travelling Aman dan Nyaman untuk Si Ibu Hamil

SHUTTERSTOCK
Sabuk keselamatan harus dikenakan ibu hamil. Pastikan terpasang dengan nyaman.
Sabtu, 4/9/2010 | 20:50 WIB

KOMPAS.com - Salah satu metode untuk bersantai adalah dengan travelling. Setelah hadirnya si kecil, siapa yang tahu kapan si ibu sempat merencanakan liburan lagi, kan? Libur Lebaran ini si ibu hamil ingin mudik? Hm, jangan lupa perhitungkan beberapa hal ini sebelum berangkat.

Jika ibu hamil sedang menikmati masa kehamilan yang sehat, kuat, dan bebas masalah, sah-sah saja untuk melakukan travelling saat hamil. Namun, jika kehamilannya agak berisiko, disarankan untuk menunda acara jalan-jalannya. Demi kesehatan si bayi dan si calon ibu juga, kan?

Menurut Susan Warhus MD, dalam bukunya, Darn Good Advice on Pregnancy, sebelum perjalanan dimulai, tentu adalah ide yang baik jika Anda memeriksakan ke dokter mengenai kondisi kehamilan serta kesehatan Anda. Bawalah catatan kesehatan tersebut bersama Anda ke tempat yang dituju. Siapa tahu akan dibutuhkan jika terjadi hal-hal yang di luar dugaan di perjalanan maupun di tempat tujuan. Sebagai persiapan agar kelengkapan data riwayat kesehatan Anda cepat di-review dokter yang menangani.

Dua hal yang perlu diwaspadai saat ibu hamil ingin pergi travelling adalah infeksi saluran urin dan penggumpalan darah di kaki. Jika ibu hamil duduk dalam waktu lama dan menahan rasa ingin buang air kecil, maka infeksi saluran urin bisa terjadi. Kurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut dengan banyak berjalan serta persering buang air kecil setiap jam. Ini penting untuk dilakukan dengan kendaraan apa pun Anda pergi, baik mobil, bus, kereta, atau pun pesawat. Berkendara dengan motor dalam jarak jauh sangat tidak disarankan, meski ada beberapa ibu yang nekat melakukan hal ini.

Sementara untuk penggumpalan darah di daerah kaki, ini adalah salah satu kejadian yang paling umum terjadi. Kondisi kehamilan memang membuat tekanan darah di kaki lebih banyak dan penggumpalan pun riskan terjadi. Yang membahayakan dari penggumpalan darah pada pembuluh darah di kaki adalah karena gumpalan tersebut bisa berkelana ke paru-paru dan mengakibatkan masalah di paru-paru. Tentunya, Anda tak ingin ini terjadi. Solusi simpelnya adalah berdiri dan banyak berjalan kaki. Rentangkan kaki Anda dan latih otot kaki Anda agar darah berjalan lancar.

Dengan Mobil
Kasiedikmaslantas Polda Warsinem, dalam suatu acara coaching clinic sempat mengatakan bahwa menggunakan sabuk keselamatan pada ibu hamil adalah keharusan. "Talinya tinggal disampirkan di bawah perut agar tidak menekan kandungan," terangnya. Studi menyatakan, selalu lebih aman untuk ibu hamil mengenakan sabuk pengaman saat kecelakaan terjadi. Jika pun terjadi kecelakaan, meski kecil, lebih baik periksakan kandungan Anda untuk memastikan tidak ada yang terluka atau terganggu. Di perjalanan, upayakan untuk berhenti setiap beberapa jam sekali untuk ke kamar mandi dan meregangkan kaki.

Dengan Pesawat
Pilih perjalanan yang menggunakan pesawat komersil dengan kabin yang pressurized, jangan pilih perjalanan dengan pesawat perintis. Ada beberapa daerah di Indonesia yang masih harus menggunakan pesawat kecil, yang jendelanya masih harus dibuka manual agar ada udara masuk (non-pressurized).

Selama perjalanan, minumlah banyak air dan berjalan kakilah di sekitar lorong setiap beberapa jam sekali. Banyak perusahaan penerbangan akan meminta catatan kesehatan dari dokter untuk bisa mengizinkan Anda menggunakan jasa penerbangan mereka jika usia kandungan Anda lebih dari 32 minggu. Kekhawatiran mereka adalah jika Anda harus melahirkan di pesawat.

Menjelang bulan-bulan terakhir masa kehamilan, dokter tidak akan mengizinkan Anda untuk melakukan perjalanan dan berada dekat rumah senantiasa. Komplikasi bisa terjadi dalam waktu-waktu yang dekat dengan masa kelahiran. Dokter atau bidan akan meminta Anda untuk sering mengecek kehamilan, biasanya 1-2 kali seminggu.

NAD
Editor: Nadia Felicia

Sumber:
http://female.kompas.com/read/xml/2010/09/04/20503078/Travelling.Aman.dan.Nyaman.untuk.Si.Ibu.Hamil-12
Baca Selengkapnya - Travelling Aman dan Nyaman untuk Si Ibu Hamil

Tips Mengatasi Berbagai Keluhan di Saat Hamil

Mengatasi keluhan-keluhan yang terjadi selama kehamilan merupakan suatu hal yang perlu diketahui oleh para ibu hamil. Diharapkan dengan demikian kehamilan yang sedang dijalani bukan menjadi suatu hal yang menyiksa hari-hari ibu hamil, tapi menjadi sesuatu hal yang menyenangkan.

Berikut kami coba sampaikan beberapa keluhan yang terjadi selama kehamilan berikut tips-tipsnya untuk mengatasi keluhan tersebut.

MUAL DAN MUNTAH
Gejala mual dan muntah (morning sickness) adalah hal yang paling sering dialami oleh para ibu hamil, terutama terjadi pada awal-awal kehamilan atau pada trimeseter pertama. Mual dan muntah ini disebabkan oleh adanya perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil. Selain itu mual dan muntah dapat terjadi bila ibu mencium aroma makanan tertentu.

Walaupun mual dan muntah akan hilang dengan sendirinya ketika kehamilan memasuki trimester ke dua, namun mual dan muntah patut diwaspadai. Mual dan muntah dapat menyebabkan kekurangan gizi baik pada ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Trimester pertama merupakan masa kritis di mana janin berada dalam tahap awal pembentukan organ-organ tubuh. Jika janin mengalami kekurangan gizi tertentu, pembentukan organ yang sempurna dapat mengalami kegagalan. Selain itu, janin juga beresiko lahir dengan berat badan lahir rendah.

Tips :
  • Makanlah dalam jumlah sedikit tetapi sering, jangan makan dalam jumlah porsi besar karena justeru akan menambah rasa mual. Tetap berusaha makan ketika kondisi perut terasa enak, usahakan makan 5-6 kali sehari dalam jumlah porsi yang lebih sedikit dan untuk menghindari perut yang kosong.
  • Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, bumbu, terlalu asam atau pedas.
  • Makanlah makanan yang banyak mengandung kadar karbohidrat dan protein. Perbanyak pula konsumsi buah dan sayuran
  • Hindari makanan yang mengandung aroma yang akan membuat anda mual dan muntah.
  • Minumlah segelas teh hangat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah.
  • Perbanyak cairan dengan meminum air putih, susu rendah lemak, atau jus buah untuk mengganti cairan yang dikeluarkan selama muntah dan menghindarkan dari dehidrasi.
  • Perbanyak makanan yang banyak mengandung vitamin B6 seperti pisang, avokad, beras, atau sereal
  • Jika mual dan muntah ini terus berlanjut hingga usia kehamilan memasuki trimester kedua, segera konsultasikan permasalahan ini dengan dokter.
KEPUTIHAN
Peningkatan hormon selama kehamilan menyebabkan produksi carian vagina yang disebut lokore. Cairan ini berwarna putih, encer dan tidak berbau. Keluarnya cairan ini adalah normal selama tidak menjadi banyak, berubah warna, berbau, adanya rasa gatal atau iristasi. Jika cairan ini menjadi demikian, segera konsultasikan ke dokter.

Tips :
  • Jagalah kebersihan dan kelembaban di sekitar vagina.
  • Jangan memakai pakaian dalam terlalu ketat.
  • Gantilah celana dalam sesering mungkin, terutama ketika celana dalam sudah terasa lembab/basah.
  • Gunakan selalu celana dalam yang kering dan bersih
  • Gunakan bahan celana dalam yang terbuat dari bahan katun atau yang paling mudah menyerap keringat
SEMBELIT
Sembelit terjadi akibat peningkatan hormon progesterone. Hormon ini selain mengendurkan otot-otot rahim, juga berdampak pada mengendurnya otot dinding usus sehingga menyebabkan sembelit atau susah buang air besar. Namun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan peyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil.
Sembelit yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan wasir.

Tips:
Perbanyaklah minum air putih
Perbanyaklah konsumsi makanakan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan.
Lakukanlah olahraga teratur seperti berjalan kaki atau jogging

SERING BUANG AIR KECIL
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini karena rahim yang membesar menekan kandung kencing dan perubahan hormonal juga menyebabkan peningkatan volume darah yang menyebabkan ginjal memproduksi cairan.
Keadaan ini akan berkurang pada kehamilan trimester kedua karena pertumbuhan rahim ke arah perut dan mulai lagi pada kehamilan di trimester ketiga karena pertumbuhan janin yang semakin membesar akan kembali menekan kandung kencing

Tips:
  • Jangan pernah menahan keinginan untuk buang air kecil, hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kencing
  • Meskipun anda mengalami sering buang air kecil, namun porsi minum anda jangan sampai dikurangi
  • Sering buang air kecil dapat membuat kondisi daerah vagina anda lembab, jaga kebersihan pada daerah vagina anda
PUSING DAN SAKIT KEPALA
Gangguan pusing dan sakit kepala yang sering dirasakan oleh ibu hamil diakibatkan oleh faktor fisik; rasa lelah, mual, lapar dan tekanan darah, rendah. Sedangkan penyebab emosional yaitu adanya perasaan tegang dan depres. Selain itu peningkatan pasokan darah ke seluruh tubuh juga bisa menyebabkan pusing saat ibu berubah posisi.

Tips:
  • Istirahatlah sejenak jika ibu merasa pusing atau sakit kepala.
  • Hindari perasaan-perasaan tertekan atau masalah berat lainnya yang dapat membuat menjadi depresi
  • Jangan melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tergesa-gesa
  • Usahakan untuk tetap tenang dan santai
Bila sakit kepala terasa semakin berat dan terus menerus, secepatnya hubungi dokter. Sakit kepala yang hebat pada saat kehamilan merupakan tanda bahaya kehamilan.

PERUBAHAN KULIT
Perubahan kulit disebabkan oleh melanosit yang menyebabkan warna kulit menjadi lebih gelap. Kemudian timbul garis kecoklatan mulai dari pusar ke arah bawah yang disebut linea nigra. Selain itu sering juga terjadinya kecoklatan pada wajah yang disebut chloasma atau topeng kehamilan.

Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebih, biasanya terjadi di daerah perut, paha atas dan payudara. Strecth mark ini dapat menimbulkan rasa gatal dan strecth mark ini tidak dapat dicegah
Selain itu, perubahan kulit yang terjadi di wajah adalah kulit muka menjadi lebih berminyak dan sering menimbulkan jerawat

Tips:
Hindari sedapat mungkin menggaruk rasa gatal yang diakibatkan oleh strecth mark
Menjaga kebersihan kulit
Mempertinggi makanan yang mengandung protein dan vitamin C

RASA LELAH DAN MENGANTUK
Rasa lelah dan mengantuk pada ibu hamil selain disebabkan oleh perubahan hormonal, juga akibat kinerja dari beberapa organ vital seperti ginjal, jantung, dan paru-paru, semakin bertambah. Organ-organ vital ini tidak hanya bekerja untuk mencukupi kebutuhan ibu saja, namun juga untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Perut ibu yang semakin membesar seiring dengan bertambahnya usia kehamilan juga memberikan beban tersendiri bagi tubuh ibu.

Tips:
  • Untuk mengurangi rasa lelah, penuhi kebutuhan karbohidrat sebagai pemasok energi utama.
  • Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks yang mudah dicerna
  • Bila terasa ngantuk, dan kalo bisa beristirahat segera lakukan tidur.
  • Jangan memaksakan diri untuk terus beraktivitas, jika tubuh terasa lelah segeralah beristirahat.
Baca Selengkapnya - Tips Mengatasi Berbagai Keluhan di Saat Hamil

12 HAL TAK DIANJURKAN SELAMA HAMIL

Kehamilan memang tak perlu dianggap menghambat. Kendati begitu, ada hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan selama ibu berbadan dua.
Menjaga kondisi janin dan diri sendiri selama hamil perlu dilakukan secara cermat. Terlebih bila kehamilannya tergolong berisiko tinggi, seperti memiliki riwayat hipertensi, preeklampsia, asma, atau kelainan jantung. Berikut adalah penjelasan Dr. Bambang Dwipoyono Sp.OG., dari RS Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, yang mengungkapkan beberapa aktivitas yang perlu dicermati selama kehamilan.

1. NAIK PESAWAT TERBANG
Kalangan penerbangan internasional biasanya menerapkan aturan untuk tidak membolehkan wanita dengan kehamilan di atas 32 minggu ikut penerbangan jarak jauh. Contohnya, Jakarta-New York yang perjalanannya memakan waktu hingga 22 jam.
"Dalam penerbangan seperti ini, posisi penumpang, kan, hanya duduk dan ini yang akan memperbesar risiko terjadinya perdarahan, ketuban pecah, kontraksi, dan sebagainya," papar Dwipoyono. "Apalagi perubahan tekanan dalam pesawat juga bisa ikut merangsang kontraksi, hingga berkemungkinan mempercepat persalinan."
Penerbangan jarak jauh juga tidak dianjurkan bila ibu yang sedang hamil muda mengalami gangguan morning sickness. Terlalu lama berada dalam pesawat terbang akan memperberat kondisinya. Kecuali kalau penerbangannya hanya makan waktu 1-2 jam, dari Jakarta ke Surabaya atau dari Jakarta ke Bali, misalnya.
Bila usia kandungan masih di bawah 32 minggu dan kehamilannya normal, boleh-boleh saja, ibu bepergian dengan pesawat terbang. Itulah mengapa umumnya perusahaan penerbangan meminta surat keterangan mengenai kondisi dan usia kehamilan yang bersangkutan dari dokter kandungan. Malahan, beberapa perusahaan penerbangan tetap melakukan pemeriksaan medis terhadap ibu yang sudah membawa surat keterangan dokter.

2. NAIK ANGKUTAN UMUM
Selama hamil, boleh saja ibu menumpang angkutan umum. Toh, guncangan-guncangan kecil tak perlu kelewat dikhawatirkan karena rahim memiliki air ketuban yang berfungsi menetralisir guncangan biasa. Yang justru perlu dihindari adalah posisi berdiri terlalu lama, apalagi dalam kondisi harus berdesak-desakan.
Masalahnya, kondisi jantung ibu hamil umumnya tidak terlalu bagus. Terlalu lama berdiri akan menyebabkan oksigen tak sampai ke jaringan otak yang pada akhirnya dapat membuat ibu pingsan. Di sinilah pentingnya pengertian dan kesediaan penumpang lain memberikan tempat duduknya pada ibu hamil yang kebetulan berdiri.

3. TAMBAL GIGI
Tindakan medis terhadap ibu hamil harus dilakukan hati-hati, termasuk pencabutan gigi. Salah satu sebabnya karena kondisi geligi ibu hamil umumnya mudah berdarah lantaran adanya pelebaran pembuluh-pembuluh darah, disamping perubahan hormonal. Lain hal jika pencabutan gigi terpaksa dilakukan, karena kalau dibiarkan malah akan menyebabkan infeksi yang akan memicu kontraksi dan memperbesar kemungkinan terjadinya kelahiran prematur.
Tak cuma pencabutan gigi, pemberian obat-obatan pun harus dengan pertimbangan matang karena dikhawatirkan berdampak buruk pada pertumbuhan janin, terutama pada kehamilan usia muda.

4. MENGEMUDI
Yang satu ini, bukannya tidak boleh, melainkan harus hati-hati dan lihat kondisi. Soalnya, akibat perubahan hormon terutama saat hamil muda, ibu kerap merasa akan pingsan. Padahal mengemudi haruslah dalam kondisi siaga/konsentrasi penuh. Nah, kalau tiba-tiba dunia terasa gelap, sangat mungkin terjadi kecelakaan, kan?
Di luar itu, para ahli kandungan sepakat, ibu hamil boleh mengemudi hingga usia kehamilan sekitar 7 bulanan atau saat perut masih relatif kecil dan posisi janin masih bebas bergerak dalam air ketuban.
Meski usia kehamilan belum mencapai 7 bulan, mengemudi sama sekali tidak dianjurkan bagi ibu hamil yang sering mengalami perdarahan atau pernah melakukan aborsi. "Kecuali sangat terpaksa, mengendarai mobil boleh saja sepanjang ibu dengan kondisi itu tidak merasakan sakit, nyeri, mual, atau kontraksi berlebihan pada otot perut dan panggul."
Jenis mobil yang dikendarai pun sebaiknya bersuspensi lembut, hingga getaran yang ditimbulkannya tidak terlampau hebat. Hindari mobil-mobil "kelas berat" dari kategori jip. Jauhi jalan yang berlubang-lubang atau bergelombang dan pilihlah yang relatif mulus. Kalaupun mengalami kontraksi ringan, sebaiknya istirahat dengan merebahkan posisi jok sampai kondisi normal kembali. Namun bila kontraksi berulang dan terasa cukup berat, segera konsultasikan ke dokter.

5. OLAHRAGA
Meskipun hamil, olahraga tetap diperlukan. Pilih mana yang cocok. Dengan begitu, selain tetap segar, ibu pun bisa mempersiapkan staminanya untuk persalinan. Yang pasti, jangan lakukan gerakan cepat, menghentak, maupun sambil mengangkat beban. Inilah olahraga lain yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil:
* Seluncur (sepatu roda, ski, ice skating)
Selama hamil, baik yang sudah atau malah belum mahir berseluncur, sangat tidak dianjurkan melakukan permainan ini. Risiko terjatuh sangat tinggi. Belum lagi bila dilakukan di ruangan dingin yang kurang baik bagi daya tahan tubuh.
* Menyelam
Ada yang membolehkan olahraga ini dilakukan di masa kehamilan jika kedalaman airnya tidak mencapai 10 meter. Yang ditakutkan adalah ibu mengalami kram, tenggelam, kecelakaan atau terluka terbentur karang dan kehabisan tenaga di kedalaman air.
* Tenis Meja
Olahraga ini tidak dianjurkan karena memerlukan gerakan-gerakan menghentak. Namun kalau dilakukan sekadarnya dengan gerakan ringan, boleh saja. Jaga agar jangan sampai perut menabrak meja permainan.
* Tenis
Boleh saja dilakukan asalkan tidak disertai hentakan dan gerakan berlari. Lamanya juga tidak lebih dari 30-40 menit. Untuk ibu yang hamil tua, sebaiknya pilih olahraga lain. Terlebih mereka yang mempunyai riwayat penyakit atau kelainan.
* Lompat Tali
Meski tampak ringan, olahraga ini sebetulnya sangat berat dan menguras tenaga, karenanya sangat tidak dianjurkan. Alasan lain, olahraga ini menimbulkan getaran vertikal ke tubuh yang sangat kuat. Belum lagi bertambahnya berat badan wanita hamil yang amat potensial menimbulkan ketidakseimbangan.
* Hiking
Sangat tidak dianjurkan bila areanya terjal. Tenaga ibu bisa terforsir yang dikhawatirkan merangsang kontraksi. Akan tetapi kalau ringan, tak masalah karena mirip dengan berjalan kaki.
* Boling
Bagi yang tidak terbiasa, sebaiknya tak perlu memainkannya selama hamil. Sedangkan bagi yang sudah terbiasa, sebaiknya pilih bola yang paling ringan dan hindari gerakan-gerakan yang terlalu agresif. Bila badan terasa tak nyaman, segera hentikan.
* Latihan beban
Bila dilakukan dengan beban yang ringan, tidak masalah. Mengangkat beban yang berat pada prinsipnya akan merangsang penegangan otot perut, hingga berpotensi merangsang kontraksi rahim.

6.MENGANGKAT BEBAN BERAT
Ibu hamil pun harus menghindari mengangkat beban-beban berat, termasuk menggendong anak atau mengangkut ember berisi air. Aktivitas ini bisa memicu kontraksi rahim akibat tekanan dari otot-otot perut. Bila terjadi terus-menerus dalam jangka waktu cukup lama bukan tidak mungkin mengakibatkan keguguran atau kelahiran prematur. Meski begitu, mengangkat barang dalam batas-batas normal tidak masalah. Sayangnya, tidak bisa ditentukan sampai berapa kg batas aman bagi setiap orang. Mau tidak mau ibu harus bisa menilai sendiri, apakah yang diangkatnya akan membebani perutnya atau tidak.

7. BERKEMUNGKINAN JATUH
Untuk segala bentuk aktivitas yang berkemungkinan membuatnya terjatuh, ibu hamil mesti ekstrahati-hati. Semisal naik motor, sepeda, berjalan terburu-buru dan sebagainya. Bila benturannya mengarah ke bagian perut bisa menyebabkan kontraksi rahim yang amat berisiko menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur.
Namun kalau benturan tersebut tidak terlalu keras dan tidak disertai gejala pendarahan atau rasa sakit, umumnya tidak perlu terlalu dicemaskan. Meski tentu saja tetap harus diperiksakan ke dokter dampak jatuh tersebut pada kondisi si janin. Terlebih bila sampai menyebabkan perdarahan atau timbul rasa sakit di sekitar bawah perut.
Hindari pula penggunaan sepatu/sandal berhak tinggi yang membuat ibu mudah terpeleset. Berhati-hati pula saat berjalan di tempat licin atau ketika harus naik-turun tangga.
Ada baiknya ubah tata letak barang di rumah dengan menghilangkan bagian-bagian yang berkemungkinan membentur perut agar ibu hamil bisa berlalu lalang dengan leluasa.

8. MEROKOK
Kandungan nikotin dalam rokok bisa memacu gangguan kontraksi. Timbunan nikotin dalam darah bisa menghambat aliran darah dari ibu ke janin melalui tali pusar. Dengan begitu, kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan janin juga akan terganggu. Belum lagi karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan mengikat hemoglobin dalam darah. Akibatnya, kerja hemoglobin untuk mengikat oksigen sekaligus menyalurkannya ke seluruh tubuh, akan terhambat.
Dengan begitu, rokok meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan berat badan rendah, di bawah 2500 gram. Terutama mereka yang merokok lebih dari 20 batang sehari. Risiko keguguran dan lahir prematur juga meningkat 2-4 kali lipat dibanding wanita bukan perokok. Belum lagi risiko perdarahan yang juga mengalami peningkatan.
Selama hamil, hindari asap rokok, karena bila ibu hamil menjadi perokok pasif ia bisa menyalurkan efek negatif itu kepada janinnya. Tingkat keparahannya hampir sama dengan yang dialami perokok sejati. Jadi, usahakan menjauhi tempat-tempat yang terpolusi.

9. KOPI DAN TEH
Kopi dan teh mengandung kafein yang memiliki efek merangsang syaraf serta memacu kerja jantung dan otot. Bila dikonsumsi berlebihan bisa merangsang aktivitas syaraf yang pada akhirnya akan membebani kerja jantung, pembuluh darah dan ginjal. Meski begitu, konsumsi normal 2-3 cangkir sehari, umumnya tidak sampai berpengaruh ke janin karena prosentasenya sangat kecil. Toh, beberapa jam setelah diminum, umumnya segera dikeluarkan tubuh bersama air seni, hingga tidak tertimbun dalam tubuh.
Namun bila dikonsumsi secara berlebih dengan kadar kekentalan tinggi, janin bisa terkena gangguan epilepsi. Risiko ini tentu saja mesti diperhitungkan. Hasil sebuah penelitian menunjukkan, kafein yang terkandung pada kopi berkaitan dengan proses pelepasan muatan listrik yang berlebihan dan tak teratur dari sel otak bayi mamalia yang kekurangan oksigen. Nah, kejadian serupa bisa dibayangkan bakal terjadi kalau kafein masuk terlalu banyak ke dalam tubuh wanita hamil lalu menembus otak janin.

10. PENGARUH ALKOHOL
Melalui tali pusatnya, alkohol yang dikonsumsi ibu hamil bisa berpengaruh terhadap janin. Bayi yang lahir dari ibu peminum memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan perkembangan mental maupun otak. Itulah mengapa, sangat dianjurkan untuk menghindari konsumsi minuman beralkohol selama kehamilan. Bahkan yang kecanduan pun, lebih baik menghentikan kebiasaan buruk ini sebelum memutuskan untuk hamil. Alkohol yang diminum sebelum kehamilan tidak berpengaruh sama sekali pada janin lantaran akan dikeluarkan dari tubuh sehari kemudian.

11. SANGGAMA SELAMA KEHAMILAN
Pada prinsipnya, hubungan seks yang dilakukan selama kehamilan berjalan normal tak jadi masalah. Yang patut dipertanyakan, seberapa jauh sanggama aman dilakukan? Sulit sekali menegakkan aturan yang berlaku umum karena setiap pasangan memiliki standar yang berbeda.
Kendati begitu, di awal dan akhir kehamilan (setelah usia kehamilan mencapai 36 minggu atau lebih), intensitas hubungan suami-istri sebaiknya dikurangi. Saat ini, risiko keguguran relatif lebih tinggi dibanding masa pertengahan kehamilan. Selama sanggama dimungkinkan, atur posisi tubuh agar penis tidak masuk terlalu dalam. Usahakan pula agar tubuh suami tidak terlalu menekan bagian perut istri. Selain itu hindari sanggama dalam waktu yang lama dan orgasme berulang-ulang karena saat orgasme adakalanya terjadi peregangan rahim dan kontraksi sesaat. Juga, aliran darah ke janin saat itu akan berkurang.

12. BEPERGIAN SENDIRIAN
Kalaupun ingin bepergian, usahakan jangan sendirian, terutama di usia kehamilan muda dan menjelang persalinan, ataupun wanita yang memiliki riwayat kehamilan bermasalah. Di usia kehamilan muda, biasanya ibu mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan mual, muntah, pusing, bahkan bisa saja tiba-tiba terjadi blackout yang mengarah pada ketidaksadaran. Bila hal itu terjadi saat tak ada orang yang bisa dimintai pertolongan, tentu riskan jadinya. Demikian pula saat hamil tua, bukan tidak mungkin tahu-tahu muncul perdarahan, kontraksi, atau lemas. Kalau ada yang menemani, keluhan-keluhan seperti itu tentu akan lebih mudah diatasi.
Baca Selengkapnya - 12 HAL TAK DIANJURKAN SELAMA HAMIL

Kondisi Psikologi Ibu Hamil

Kehamilan pertama yang dialami oleh setiap wanita pasti akan menimbulkan banyak efektifitas baik fisik maupun psikologis. Bagi setiap wanita kehamilan yang dialaminya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri yang mana dengan kehamilan tersebut secara psikologis memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa ia adalah memang benar-benar telah menjadi wanita sejati. Secara sosial pun ia akan merasa lebih percaya diri dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi di sisi lain kehamilan apalagi kehamilan pertama membawa efektifitas yang tidak bisa begitu saja disepelekan. Secara fisik ibu hamil akan merasa letih, lesu payah dan sebagainya. Sedang secara psikologis ibu hamil akan dibayangi dan dihantui rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.
Dra. Risa Kolopaking, Msi., seorang psikolog pada RSIA Hermina Bekasi menjelaskan bahwa : “Selama hamil, sangat normal apabila calon ibu mengalami mood swing, emosi dan suasana hati yang naik-turun secara fluktuatif. Sebagian besar ibu hamil mengalaminya, hanya saja ada yang ringan, dan ada yang ekstrim. Penyebab secara internal, perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil. Di samping itu tentu ada faktor psikologis yang juga bisa mencetus.
Meskipun mood swing adalah hal umum bagi sebagian besar ibu hamil, namun 1 dari 10 ibu hamil yang mengalaminya, dapat mengalami fluktuasi ekstrim dan mengalami masalah yang signifikan.
Berikut beberapa tanda yang perlu dicermati:
Kehamilan tak diinginkan
Kehamilan berisiko
Jarak kehamilan yang terlalu dekat
Riwayat keguguran

Kehamilan normal tapi punya pengalaman anak pertama sakit berat atau pengalaman mengasuh anak pertama sulit

Benarkah semakin calon ibu banyak tahu dan kritis dengan berbagai perkembangan, prevalensi terjadinya pre-baby blues makin besar? “Memang belum ada

Beberapa Kiat untuk Menyeimbangkan Kondisi Psikologis Ibu Hamil
Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang hamil tiba-tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang lazim dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil. Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya. Berikut beberapa kiat yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang mengandung:


1. Informasi Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.

Komunikasi dengan suami
Bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi pada diri Anda. Tidak jarang jika Anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.

2. Rajin chek up

Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.

3. Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.

4. Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan Anda yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.

5. Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.

6. Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.

7. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.

8. Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.

Trauma Kehamilan dan Pengaruhnya pada Janin
Mengingat dampaknya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, sebisa mungkin hindari trauma. Beban fisik dan mental biasa dialami oleh ibu hamil karena perubahan fisik dan hormonalnya, seperti bentuk tubuh yang melebar dan kondisi emosi yang naik turun. Beban ini sering diperparah dengan munculnya trauma-trauma kehamilan, sehingga masalah yang dihadapi ibu pun makin kompleks.
Trauma masa hamil, bisa datang dari banyak faktor. Hal sepele seperti menyaksikan film horor bisa saja mendatangkan trauma padahal sebelumnya tidak masalah bila ibu menyaksikan film jenis apa pun: horor, laga, atau thriller. Namun di saat hamil, adegan yang menyeramkan, mengerikan, atau menyedihkan bisa sangat membekas dan berujung menjadi trauma. Ibu jadi takut pergi ke kamar mandi sendirian, takut menyetir mobil, khawatir bakal terjadi sesuatu yang mengancam jiwanya, cemas kalau sendirian di malam hari, dan sebagainya. Ketakutan ini menjadi sangat berlebihan, sehingga sangat mengganggu kondisi psikologisnya.
Menurut Dra. Shinto B. Adelaar MSc. dari RS Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, bila beban trauma ini terus berlanjut, dampaknya akan berbekas pada janin. Terlebih jika ibu sampai mengalami stres. “Untuk itu, ibu hamil tidak boleh memperhatikan kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan psikologisnya. Salah satunya dengan menghindari trauma masa hamil yang dapat berujung pada stres, yakni timbunan permasalahan yang tidak bisa diatasi dengan baik.”
Tidak semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang terkait erat, saling pengaruh-mempengaruhi, atau hampir tidak terpisahkan. Jika kondisi fisiknya kurang baik, maka proses berpikir, suasana hati, kendali emosi dan tindakan yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas negatifnya. Antara lain, suasana hati atau keadaan emosi cepat berubah, kepekaan meningkat, dan perubahan pola atau pilihan makanan yang juga akan berpengaruh pada konsep diri sang ibu.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, mau tidak mau ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
Biasanya, masa paling berat bagi beban psikis ibu hamil terjadi di trimester pertama, yakni ketika perubahan aktivitas hormonal ibu sedang besar-besarnya. Perubahan inilah yang dapat dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu, selain menyebabkan keluhan mual-muntah, terutama di pagi hari (morning sickness) selama dua bulan pertama. Akibatnya, beban psikologis pun semakin bertambah. Makanya, wajar bila di usia kehamilan ini banyak ibu rentan terhadap trauma.
Bukan cuma itu. Ibu hamil pun sering mengalami kecemasan berkaitan dengan penampilan fisiknya. Bagi istri yang hubungannya dengan suami relatif rapuh atau memiliki konsep diri rendah, kehamilan kerap dipersepsikan sebagai keadaan yang mengancam. Cukup banyak ibu yang merasa khawatir bahwa kehamilan akan menurunkan daya tariknya dan membuat pasangan melirik pada perempuan lain. Hal inilah yang terkadang menambah beban trauma.
Apalagi semakin tua usia kehamilan, bentuk tubuh perempuan semakin jauh dari patokan ideal. Bagi yang mendewakan keremajaan, kehamilan mereka dapat menjadi sumber kecemasan terhadap berbagai perubahan atau “kerusakan” bagian tubuh sejalan dengan perkembangan kehamilan. Berbagai upaya pun dilakukan untuk memperkecil risiko agar tubuh dapat segera kembali ke kondisi sebelum hamil. “Hal ini menjadikan kehamilan tidak selamanya disambut dengan rasa bahagia, cukup banyak juga yang kurang percaya diri, sehingga dengan berbagai alasan dan cara berusaha menyembunyikannya,” sesal Shinto.
Pengaruh trauma terhadap perkembangan janin, menurutnya, sangat terasa jika kejadiannya berlangsung di trimester pertama. Pada masa ini pertumbuhan awal baru dimulai, sehingga janin sangat rentan terhadap pengaruh dari luar, didukung susunan syaraf pusat dan jantung yang sudah bertumbuh. Dari luar, pada janin juga sudah tampak mata, hidung, mulut yang mini, dan tunas bakal tangan serta kaki. Kemudian, di akhir trimester pertama, janin mulai bergerak, bernapas dan mencerna makanan. Itulah mengapa fase ini rentan terhadap gangguan, apalagi yang bersifat traumatis.
Sebenarnya, beban trauma terhadap janin bisa ditepis jika ibu cepat menenangkan diri. Justru yang lebih dikhawatirkan adalah bila trauma tersebut membuat ibu tidak memperhatikan kehamilannya, jatuh sakit, minum obat-obatan sembarangan, apalagi mengonsumsi zat berbahaya yang akan berdampak fatal pada janin.
Apabila ibu sudah sampai mengonsumsi zat berbahaya, terkadang kehamilan tidak bisa dipertahankan. Bilapun dipertahankan, janin akan terpapar pada risiko tinggi berupa kelainan pada susunan saraf pusat, jantung, panca indra dan anggota tubuh.
Menurut Shinto, janin yang dikandung oleh para ibu yang mengalami stres berat dan tidak memperhatikan kehamilannya banyak yang mengalami kelainan perkembangan

pada kedua belahan otaknya. Misalnya, otak kiri tidak dapat memproses informasi lebih cepat daripada belahan otak bagian kanan, sehingga mengakibatkan hambatan dalam perkembangan kemampuan berbahasa anak di kemudian hari. Penelitian lain menunjukkan, ibu hamil yang mengalami trauma dan stres berkepanjangan karena masalah rumah tangga cenderung melahirkan anak hiperaktif. “Dampak yang terjadi pada anak-anak memang tidak mudah diramalkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara yang terbaik adalah melakukan pemeliharaan diri secara fisik dan psikologis selama masa kehamilan,” tandas Shinto.
Usai trimester pertama, biasanya beban kehamilan sudah bisa diantisipasi lebih baik. Selain perubahan hormonal lebih stabil, ibu pun sudah mulai terbiasa dengan kondisi tubuhnya. Sementara, janin pun sudah lebih kuat dari sebelumnya. Namun demikian, ibu tetap perlu berhati-hati mengingat di akhir trimester kedua janin mulai mampu mendengar dan dapat bereaksi terhadap sentuhan dari luar. Dia pun sudah bisa merasakan kondisi psikologis orang tuanya. Kondisi ibu yang selalu menyenangkan bisa membuat pertumbuhan janin optimal. Sedangkan bila tidak, mungkin saja ada gangguan-gangguan yang nantinya bisa berpengaruh pada kondisi psikologis anak setelah lahir.
Direncanakan atau tidak, calon ibu perlu mempersiapkan diri secara psikologis sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan. Calon ayah dan ibu perlu bersiap-siap menyesuaikan diri terhadap perubahan peran, tanggung jawab, pembagian waktu, maupun perhatian yang berkaitan dengan kehadiran sang bayi 9 bulan mendatang.
“Di awal masa kehamilan, baik calon ibu maupun ayah, harus memiliki pengetahuan mengenai perubahan yang terjadi di dalam diri ibu, hingga lebih percaya diri dan tidak mudah mengalami kecemasan menghadapi gejala-gejala umum kehamilan,” tutur Shinto.
Calon ayah perlu tahu bahwa ada kemungkinan sang isteri akan menunjukkan tingkah laku yang “luar biasa” selama masa kehamilan. Dengan demikian calon ayah pun harus belajar memahami dan meningkatkan toleransi terhadap “ketidaklaziman” tingkah laku istrinya. Dengan kata lain, calon ayah juga mesti bersedia menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada sang istri, baik fisik maupun psikologis.

Menurut penelitian di Amerika, 10% dari ibu hamil yang depresi akan menularkan secara biokimia kesedihannya pada janinnya, yang akan meningkatkan hormon stress dan aktivitas otak sang janin. Untuk menghindarinya, ibu hamil harus mempersiapkan diri dalam hal berikut:

Kesiapan menghadapi perubahan bentuk fisik
Ibu hamil pastinya akan mengalami perubahan luar biasa terhadap bentuk tubuhnya. Ia akan merasa tidak menarik dan tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya yang baru. Ini akan mempengaruhi suasana hati ibu hamil. Yakini, perubahan ini sifatnya hanya sementara. Setiap ibu hamil pasti mengalaminya.

Kesiapan menghadapi perubahan peran Seorang ibu akan menyandang peran yang sangat berbeda daripada sebelumnya. Ini perlu dipersiapkan dengan baik, antara keinginan menggebu untuk segera menimang bayi dan ketakutan luar biasa terhadap peran yang awam bagi dirinya.

Peninjauan kembali motivasi hamil
Sikap ibu hamil yang paling positif terhadap kehamilan adalah mereka yang memandang peran orang tua sebagai kesiapan untuk mengembangkan diri.
Dengan sikap positif dan dukungan dari suami, maka ibu hamil akan lebih siap menghadapi hari-hari sulit selama kehamilan.
Berikut beberapa saran bagi ibu hamil agar kehamilan menjadi optimal :
Menjalani konseling prahamil
Menyembuhkan penyakit yang ada
Menghentikan minum pil KB
Hindari rokok dan alcohol
Menjaga berat badan, usahakan berat badan normal.
Perhatikan lingkungan kerja, apakah berdampak negative atau tidak.
Sering berolahraga
Terus merawat diri dan menjaga kesehatan dengan baik, terutama pada periode 3 bulan pertama.
Perbanyak membaca, mempelajari segala sesuatu sesuatu tentang kehamilan, melahirkan, bayi dan perawatan, serta proses pengasuhan anak.
Lakukan pemeriksaan secara berkala.

Hal lain yang perlu ibu hamil perhatikan adalah masalah gizi. Menurut penelitian, seorang wanita yang sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan selama hamil keadaan gizinya selalu baik akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat, tanpa komplikasi. Sedangkan ibu hamil yang berat badannya sebelum hamil di bawah batas normal, maka akan melahirkan bayi yang berat badannya juga kurang, atau bahkan tidak berumur panjang.
Baca Selengkapnya - Kondisi Psikologi Ibu Hamil

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber