Cari Blog Ini

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di SMU

KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2003: 25).
Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada dibawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatanya. Maka tidak aneh jika dikatakan bahwa kitalah orang pertama yang paling mungkin menemukan benjolan pada payudara kita, bagaimanapun juga, kitalah satu-satunya yang paling mengenal tubuh kita. Payudara merupakan estetika kaum wanita dan daya tarik seksual yang utama sejak dahulu kala didalam bermacam-macam masyarakat, payudara wanita merupakan fokus obyek seni. Tetapi dijaman dan kebudayaan beberapa tahun belakangan ini ada sambutan hangat terhadap pemberian ASI dengan segala keuntunganya bagi ibu maupun bayinya. Dengan seluruh aktifitas didalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinanya adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara kira secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk perngobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996: 41).
Di dunia, kematian akibat kanker diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun 2,3 juta diantaranya ditemukan dinegara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun dan terdapat dinegara berkembang sekitar 3 juta (Hidayati, 2001: 195).
Di negara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambunan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor 2 dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. Data terbaru berdasarkan penelitian pada 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menempatkan kanker serviks diurutan pertama dengan per evaluasi 18,62% disusul kanker payudara 11,22% dan kanker kulit 8,03% (Hidayati 2001 : 197). Secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% dari semua tumor / kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri (Ramli, 2000 : 75).
Dewasa ini di Indonesia penyakit kanker dirasakan semakin menonjol, hal ini dapat dilihat dari sebagai laporan rumah sakit yang menyebutkan penyakit kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan proporsi penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 3,4% pada tahun 1980, 4,3% pada tahun 1986 dan 4,8% pada tahun 1992.
Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Di bagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971 – 1978 dari 735 kasus penderita payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi. Selama tahun 1988 sampai dengan 1996 dari 566 kasus kanker payudara 185 (32,6%) masih menunjukan kasus-kasus yang operable. Berdasarkan data pra survei berupa pertanyaan lisan yang dilakukan oleh peneliti dengan 20 siswa perempuan di SMUN1 ............ tentang masalah SADARI terdapat 18 orang siswi perempuan yang belum mengetahuinya. Persoalanya adalah bagaimana cara memasyarakatkan SADARI sejak mulai remaja untuk mendetekasi segala kelainan/keganasan pada payudara. Oleh sebab itu penulis berminat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswi SMU ini yang mempunyai jumlah siswa 610 orang yang terdiri dari siswi perempuan 402 orang dan siswa laki-laki 208 orang dari kelas I sampai kelas III (Data TU SMUN 1 ............, 2009)

1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang teridentifikasi dari prasurvei tesebut diatas adalah :
1.2.1 Dinegara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambuan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. (Ramli, 2000 : 75).
1.2.2 Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker payudara dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Dibagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971-1978 dari 735 kasus penderita kanker payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi.
1.2.3 Dari 20 siswa perempuan di SMU N 1 ............ terdapat 18 siswi perempuan yang belim mengetahui tentang masalah SADARI.

1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU N 1 ............ ............ tahun 2009 ”

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di SMU N 1 ............ ............, 2009.

1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1.5.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tengang SADARI di SMU Nenegri 1 ............ ............ tahun 2009.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.
2. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang tujuan SADARI di SMU Negeri 1 ............ .............
3. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tengang kapan waktu melakukan SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.
4. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.
5. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang hasil pemeriksaan SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Kebidanan Wira Buana Metro.
1.6.2 Bagi Staf Pengajar SMU Negeri 1 ............
Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMU Negeri 1 ............ dengan cara memberikan materi SADARI pada pelajaran biologi.
1.6.3 Bagi siswi perempuan di SMU Negeri 1 ............
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi siswi SMU Negeri 1 ............ agar dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudara.
1.6.4 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian akan membatasi ruang lingkup yang diteliti, yaitu :
1. Subjek
Subjek yang akan diteliti adalah siswi SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009
2. Obyek
Obyek penelitian tentang tingkat pengetahuan siswi / remaja putri SMU Negeri I ............ ............ Tahun 2009 tentang SADARI.
3. Lokasi
Lokasi penelitian di SMU Negeri 1 ............ ............
4. Waktu
Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan …………

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di SMU

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Usia 10-19 Tahun Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di Dusun

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 10-19 TAHUN TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI DI DUSUN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Para remaja dewasa ini generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun dan beranjak dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para orang tua mereka beranjak dewasa. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka (www.situs.kesrepro.info/krr/materi/remaja.htm, 2006)
Peristiwa terpenting yang terjadi pada remaja putri adalah datang haid yang pertama kali, biasanya umur 10-16 tahun. Saat haid yang pertama ini datang dinamakan menarche. Di desa-desa kecil, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan remaja yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita. Sikap semacam itu hingga kini masih dipertahankan di beberapa daerah. Oleh sebab-sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal. Di Inggris, rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun. Dibandingkan dengan keadaan di abad yang lalu, dimana haid pertama pada umumnya datang pada umur 15 tahun. Nampaknya anak-anak remaja putri yang dari orang tua yang lebih berada, mengalami menarche lebih cepat daripada mereka yang mempunyai orang tua kurang berada. Tetapi rata-rata perbedaan itu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan. Anggapan remaja di daerah tropis mengalami menarche lebih awal dari remaja daerah dingin tidak terbukti. Kedatangan haid yang pertama lebih tergantung pada tingkat sosial ekonomi daripada iklim tempat tinggal (Llewelln-Jones, 1997).
Haid pertama bisa menjadi saat yang menyusahkan bagi anak perempuan, seringkali dibarengi perasaan yang campur aduk, takut dan cemas serta membingungkan hal ini umumnya disebabkan karena kurang atau salahnya informasi mengenai haid. Bagi anak perempuan yang telah dipersiapkan, biasanya tidak bingung lagi menghadapi haid pertamanya. Umumnya orang takut melihat darah, apalagi anak-anak. Ketidaktahuannya dapat menyebabkannya secara keliru, mengaitkan haid dengan penyakit atau luka bahkan memandangnya sebagai sesuatu yang memalukan, karena tidak mendapatkan penjelasan yang benar. Menurut penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dari survei tersebut, mereka yang tidak pernah tahu masalah haid, para wanita itu mengatakan hal ini merupakan pengalaman yang sangat buruk dan haid pertama membuat panik, trumatis, malu, dan takut (www.dwp.or.id, 2006)
Dalam masyarakat kita sering menemukan berbagai pandangan, pendapat, persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang dipercaya oleh masyarakat karena dianggap benar, padahal belum tentu benar. Pandangan yang sering muncul dan berkembang dalam masyarakat karena beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang lengkap, penyampaian informasi terlalu berlebihan sehingga menimbulkan sikap diskriminasi dikalangan remaja atau masyarakat terhadap berbagai masalah, salah satu diantaranya mengenai masalah menstruasi. Sangat banyak sekali cerita yang berkembang dikalangan masyarakat sehubungan dengan menstruasi sedangkan kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu mitos yang sering terdengar diantaranya adalah bahwa remaja yang sedang mens dianggap kotor dan sakit. Sebenarnya, menstrusi tidak membuat remaja perempuan menjadi kotor dan sakit. Namun memang benar jika sedang haid remaja putri harus menjaga kebersihan, seperti mengganti pembalut.
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.
Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orangtua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka (Sarwono cit www.gizi.net, 2006)
Dari hasil pra survei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi seperti berapa kali harus mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Jumlah penduduk dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan Tahun 2005.
No Umur Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 0-4 tahun 134 294 428
2 5-9 tahun 196 256 452
3 10-14 tahun 115 123 238
4 15-19 tahun 101 156 257
5 20-24 tahun 391 487 878
6 25-29 tahun 192 286 478
7 30-34 tahun 387 389 776
8 35-39 tahun 265 269 534
9 40-44 tahun 292 295 587
10 45-49 tahun 288 301 589
11 50-54 tahun 197 199 396
12 55-59 tahun 129 131 260
13 >60 tahun 116 383 499
Sumber: Register Pendataan Keluarga (RPK) dusun Serbajadi 2005

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu:
1.2.1 Pada hasil penelitian dari partisipasi 23 negara sepertiga responden mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
1.2.2 Salah satu keluhan yang dirasakan saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang timbul akibat kurangnya kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.2.3 Dari hasil prasurvei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan saat menstruasi seperti: berapa kali harus mengganti pembalut dan tampon dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri usia 10-19 tahun tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?

1.4 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah gambaran tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.
2. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi remaja putri
Untuk memberikan informasi tentang menstruasi khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi kepada remaja putri.
1.6.2 Bagi masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi, sehingga masyarakat khususnya orang tua yang memiliki remaja putri bisa memberikan masukan mengenai kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.6.3 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan AKBID Wira Buana Metro
1.6.4 Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
1.6.5 Bagi peneliti lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut dengan variabel yang belum diteliti.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : deskriptif
Subjek : remaja putri dengan usia 10-19 tahun
Objek : pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi
Lokasi penelitian : dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 29 Juni tahun 2006
Alasan : di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-19 tahun, sedangkan dari hasil pra survei didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi seperti berapa kali harus mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang benar.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 10-19 TAHUN TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI DI DUSUN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

keterangan tambahan:
harap diperhatikan kecepatan koneksi internet anda karena KTI yang anda download sebesar 4,5 M (dengan format file word versi 2007 agar lebih kecil ukuran filenya) jika anda masih memakai versi 2003 dan memerlukan KTI ini maka bisa dikirim via email)
Baca Selengkapnya - Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Usia 10-19 Tahun Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di Dusun

Karakteristik Akseptor Kb Suntik di Puskesmas Kabupaten

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS KABUPATEN

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2002 di sebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Pada tahun 1999, WHO meluncurkan strategi MPS didukung oleh badan-badan internasional seperti UNFAA, UNICEF dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan internasional (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Dalam upaya Safe Motherhood, masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek. Intervensi strategis dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar yaitu KB, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, pelayanan obstetri esensial. Dari keempat intervensi Safe Motherhood, program KB – sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Karen penyebab kematian ibu yang terbesar adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Visi paradigma baru program keluarga berencana nasional adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu dari lima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas (Sarwono Prawirihardjo, 2003).
Jumlah penduduk di propinsi Lampung adalah 6.983.699 jiwa. Penggunaan kontrasepsi oleh peserta KB baru selama tahun 2005 sangat didominasi oleh suntikan 47,54%, pil 36,70%, Implan 10,55%, IUD 2,55%, kondom 2,34%, MOP/MOW 0,33%. Pada tahun 2005 peserta KB baru yang menggunakan kontrasepsi suntik meningkat sebanyak 47,54% yang sebelumnya 45,83% tahun 2004. Cakupan pengguna kontrasepsi oleh peserta KB aktif terhadap PUS (cenderung berfluktuatif) naik turun. Pada tahun 2003 cakupan pencapaian peserta KB aktif mencapai 70,79%. Meningkat pada tahun 2004 sebesar 72,79% dan menurun pada tahun 2005 sebesar 69,64%. Pada tahun 2005 pengguna kontrasepsi oleh peserta KB aktif didominasi oleh pil 35,92%, suntik 35,08%, IUD 13,01%, implan 12,80%, MOP 2,85%, kondom 0,34% (BKKBN, 2009).

Adapun pengguna kontrasepsi peserta KB baru di daerah ................... tahun 2009 mencapai 28.389 orang, untuk jumlah kontrasepsi suntik 14.863 orang. Pengguna kontrasepsi peserta KB aktif di daerah ................... tahun 2009 adalah 113.817 orang, dan untuk jumlah kontrasepsi suntik 45.771 orang (BKKBN, ..................., 2009).
Data yang diperoleh dari Puskesmas ................... pada tahun 2005 akseptor KB suntik berjumlah 99 orang, pil 83 orang, implant 17 orang, kondom 12 orang, dan pada tahun 2009 akseptor KB suntik masih mendominasi berjumlah 156 orang, pil 100 orang, implant 20 orang, kondom 15 orang, dan untuk IUD dan MOW/MOP tidak ada
Berdasarkan hasil pra survey yang penulis lakukan di Puskesmas ................... Kabupaten ................... jumlah akseptor KB suntik pada bulan Januari-Desember 2005 berjumlah 99 orang. Sedangkan untuk bulan Januari-Desember 2009 akseptor KB suntik berjumlah 156 orang.
Mengacu pada hal tersebut di atas, akseptor KB suntik mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke tahun 2009 sebesar 63%, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakteristik ibu akseptor KB suntik di wilayah kerja Puskesmas ................... Kabupaten ....................

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009 ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian : Deskriptif
Subyek : Ibu-ibu akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ...................
Objek : karakteristik ibu akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ....................
Lokasi penelitian : Puskesmas ................... Kabupaten ...................
Waktu : April-Mei 2009
Alasan : Berdasarkan data pra survey ditemukan adanya peningkatan jumlah akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ....................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan usia ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.
b. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan tingkat pendidikan ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009
c. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan tingkat ekonomi keluarga ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009
d. Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB suntik berdasarkan paritas ibu di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan serta pengalaman agar lebih memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan ibu akseptor KB suntik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan mengenai karakteristik akseptor KB suntik yang berada di Puskesmas ................... Kabupaten ................... tahun 2009.
3. Bagi Akademi Kebidanan ............
Sebagai masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan Akbid ............ .............


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS ................... KABUPATEN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakteristik Akseptor Kb Suntik di Puskesmas Kabupaten

Gambaran Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 per seribu penduduk setahnnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian ilmu kesehatan anak FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang airbesar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Ilmu Kesehatan Anak, 2005).
Diare merupakan buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) dengan tinja yang berbentuk cairan setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defeksi yang lebih meningkat (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Diare atau penyakit mencret pada saat ini di Indonesia masih menjadi penyebab kematian yang utama, yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga pada semua umur, penyakit diare terjadi pada 28 dari 100 penduduk (www.geoggle.com)
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
Gastroentritis sering dijuluki sebagai flu perut, pada dasarnya, diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan racun dan patogen yang menyerang saluran pencernaan, dengan kata lain, gastroentritis adalah suatu mekanisme alamiah untuk melindungi saluran cerna. Jadi gastrointeritis itu adalah gejala, bukan penyakit. Gastrointritis merupakan alarm, pertanda ada sesuatu yang tengah menyerang saluran cerna.
Yang pertama harus dilakukan adalah pikirkan penyebabnya, kedua, cegah terjadinya dehidrasi. (Bayiku Anakku dr. Purnawati S. Pujiarto, SPAK, MMPed, 2005)
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronik bagi bayi dan anak adalah diare yang berlangsung lebih dari batas waktu dua minggu.sebagian besar ibu-ibu tidak mengetahui penyebab diare pada anaknya, seperti makanan yang diberikan atau lingkungan yang kotor yang tidak disadari dapat menyebabkan diare disini peneliti mengambil batasan pada faktor-faktor penyebab diare adalah faktor lingkungan, makanan, infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan, malabsorbsi, dan faktor psikologis.
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali pertahun. Dengan dikenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah turun, yang lain dapat merupakan penyakit diare pada anak. Dari hasil prasurvey Puskesmas ............ merupakan urutan kedua paling tinggi kejadian diare pada balita pada tahun 2008 terdapat 91 balita yang menderita diare.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu "Bagaimanakah kejadian diare pada balita di Puskesmas ............ .............."?

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Diskriptif
2. Subjek penelitian : Seluruh balita yang menderita diare di desa ............ ...............
3. Objek penelitian : Kejadian diare
4. Lokasi penelitian : Wilayah ............ ..............
5. Waktu penelitian : Juni 2009
6. Alasan Penelitian : Masih banyaknya ditemukan balita yang menderita diare di Puskesmas ............ .............. tahun 2008 yaitu 91 balita.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kejadian diare di Puskesmas ............ ...............

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi ibu
Menambah pengetahuan ibu tentang penyebab diare.
2. Bagi Petugas kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan dan pencegahan diare.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4. Bagi penelitian
Sebagai pengalaman penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja

KTI KEBIDANAN
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI BPS WILAYAH KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang lamanya kira-kira 6 minggu (Maternal Neonatal, 2002)
Dalam masa nifas diperlukan suatu asuhan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis serta memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Pada asuhan masa nifas yang berhubungan dengan nutrisi, ibu nifas mempunyai kebutuhan dasar yaitu minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
Vitamin A adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi (Depkes RI, 2007). Vitamin A perlu diberikan dan penting bagi ibu selama dalam masa nifas. Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga meningkatkan status vitamin A pada ibu yang disusuinya.
Pada tahun 1998, badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa ibu dan bayi yang disusuinya akan mendapatkan manfaat dari pemberian satu kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) yang diberikan paling lambat 60 hari (8 minggu /2 bulan) setelah melahirkan. Berbagai studi menunjukkan bahwa, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200,000 SI) seperti yang direkomendasikan sebelumnya dirasakan kurang memadai. Pada bulan Desember 2002, The International Vitamin A Consultative Goup (IVCG) mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400,000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan, dan kapsul kedua diberikan sedikitnya satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian.
Pedoman nasional yang ada saat ini merekomendasikan bahwa 100% ibu nifas menerima satu kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Walaupun begitu data NSS di beberapa Propinsi menunjukkan bahwa cakupannya hanya berkisar 15 – 25% saat ini, ibu nifas mungkin mendapatkan kapsul vitamin A bila mereka melahirkan di Puskesmas atau rumah sakit. Walaupun begitu tidak tertutup kemungkinan ibu nifas mendapatkan kapsul vitamin A melalui kader atau bidan di desa saat mereka melakukan kunjungan rumah.
Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, mayoritas ibu masih melahirkan dirumah, sering terjadi bahwa bidan ataupun mereka yang membantu kelahiran tidak selalu memiliki akses akan kapsul vitamin A. Selain itu kunjungan rumah oleh kader untuk memberikan kapsul vitamin A jarang dilakukan. Banyak ibu maupun petugas kesehatan yang tidak tahu mengenai adanya program pemerintah mengenai pemberian kapsul vitamin A ibu nifas (Buletin Kesehatan dan Gizi, 2004).
Menurut Data Dinas Kesehatan Metro Januari 2009, cakupan pemberian vitamin A yang paling rendah adalah di Puskesmas Iringmulyo yaitu 212 (30,76%) dari 689 sasaran. Untuk itu peneliti ingin mengetahui cakupan pemberian vitamin A di BPS Wilayah Kerja ............. Tahun 2009.
Berdasarkan pra survai yang peneliti lakukan pada bulan Februari di 3 BPS Wilayah Kerja Puskesmas ............. yaitu BPS D dengan jumlah persalinan 3, BPS F dengan jumlah persalinan 4, dan di BPS M dengan jumlah persalinan 4, ternyata dari ke-3 BPS hanya ada 2 BPS yang memberikan vitamin A pada ibu nifas.
Dari data Dinkes tentang cakupan vitamin A pada ibu nifas dan hasil pra survei pada 3 BPS di Wilayah Kerja Puskesmas ............. peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang "Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas ............. Tahun 2009".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian yaitu "Bagaimana Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas ............. Tahun 2009"?

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitin ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas .............
3. Objek Penelitian : Pemberian vitamin A
4. Lokasi Penelitian : Kecamatan .............
5. Waktu Penelitian : Maret – April 2009
6. Alasan Penelitian : Karena cakupan pemberian vitamin A yang paling rendah adalah di Puskesmas ............. yaitu 212 (30,76%) dari 689 sasaran. Hasil prasurvey dari 3 BPS hanya 2 BPS yang memberikan vitamin A pada ibu nifas.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas ..............

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu dari perkuliahan, metode penelitian yang didapat di Akademi Kebidanan ..............
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi BPS-BPS di Wilayah Kerja Puskesmas ............. sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menambah wawasan tenaga kesehatan tentang perlunya vitamin A bagi ibu nifas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat, khususnya untuk dapat menambah informasi dan referensi di perpustakaan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI BPS WILAYAH KERJA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja

Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi Di Desa

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA ..... KECAMATAN ..... KABUPATEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut ”Potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkaIt dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan (Manuaba, 1998). Menurut WHO 4% kematian para ibu di negara yang sedang berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia disebabkan oleh definisi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Sarwono, 2000).
Dari hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat insersi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2001).
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dinas kesehatan propinsi Jawa Tengah mempunyai program suplementasi tablet tambah darah yang bisa didapatkan di Puskesmas daerah. Tablet tambah darah dapat menghindari anemia besi dan anemia asam folat. Pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil. Pada beberapa ibu hamil, zat besi yang terkandung dalam vitamin kehamilan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Diseluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang maju.
Di BPS ................ Ny. Heni parjiman, ibu hamil selalu diberikan tablet Fe setiap ANC namun sebagian besar dari mereka belum mengetahui pentingnya mengkonsumsi tablet Fe sehingga terjadi ketidakpatuhan ibu hamil untuk meminum tablet Fe.
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, untuk itulah ibu hamil membutuhkan 2-3 mg zat besi tiap hari (Manuaba, 2001).
Secara umum, ketidak patuhan dapat menyebabkan meningkatnya resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pengobatan. Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi tentang anemia akan bertambah. Pengetahuan mereka tentang anemia, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi.
Menurut BKKBN (2001) pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia, sikap tersebut dapat berupa tanggapan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat suatu rumusan permasalahan sebagai berikut ”Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi di BPS ................ langensasri .................
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di BPS .................
b. Mengetahui kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi di BPS ................ .................
c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan meminum tablet zat besi di BPS ................ .................

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam meningkatkan pembelajaran tentang anemia.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang metode penelitian yang telah diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi Bidan
a. Menambah infromasi tentang pentingnya pemberian tablet besi pada Ibu hamil.
b. Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mencegah terjadinya anemia.
c. Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.
4. Bagi Ibu Hamil
Menambah informasi dan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang resiko anemia sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi sesuai anjuran tenaga kesehatan, yaitu minimal dapat mencegah terjadinya kekurangan zat besi.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA ..... KECAMATAN ..... KABUPATEN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi Di Desa

Tinjauan Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun Di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005).
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005).
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).
Angka Kematian Bayi di propinsi Lampung periode tahun 1995-2000 di perkirakan 65 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2000 berdasarkan Proyeksi Penduduk BPS menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2001 menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup. Tetapi pada tahun 2003 angka kematian bayi meningkat menjadi 55 per seribu kelahiran hidup. Hal ini menunjukan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan sudah mengalami peningkatan/tercovernya kasus baik secara aktif maupun pasif. Hasil ini belum mencapai target 2003 yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup dan target lampung sehat 2010 dan Indonesia sehat 2010 40 per 1000 KH (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005).
Penyebab kematian bayi adalah pneumonia sebesar 34%, diare 15% dan lain-lain 51%.
Grafik 1.1 Kasus kematian bayi per 1000 KH menurut Kab./Kota di Propinsi Lampung tahun 2005.
Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2006
Berdasarkan grafik 1.1 di atas terlihat bahwa Kota Metro pada kasus kematian bayi per 1000 kelahiran hidup lebih besar jika dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya.
Angka kematian balita (0-<5 style="font-weight: bold;">C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian : Deskriptif
Subjek penelitian : Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Objek penelitian : Tenaga kesehatan
Lokasi penelitian : Puskesmas di Kota Metro-Lampung
Waktu Penelitian : Februari-Mei 2007
Alasan penelitian : Untuk mengetahui seberapa besar keefektifan pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kota Metro, dalam rangka penurunan angka kematian bayi dan balita di Propinsi Lampung khususnya Kota Metro tahun 2007.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun oleh bidan di Puskesmas Iring Mulyo Metro Timur tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Wira Buana Metro memberikan manfaat sebagai bahan bacaan tentang pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit dan sebagai perbandingan serta dokumen untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang di dapat dengan proses pembelajaran secara nyata membuat karya tulis ilmiah tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya yang bekerja di puskesmas agar dapat memberikan pelayanan kesehatan pada balita sakit menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
4. Bagi Peneliti Lain
Membuka wawasan dan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian khususnya tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Tinjauan Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun Di Puskesmas

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, peneliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2001).
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklampsia, nyeri perut yang hebat (Sarwono, 2006).
Secara umum telah diterima bahwa kehamilan membawa resiko bagi ibu. Menurut WHO (Profil Pusdiknakes, 2003) sekitar 15% dari seluruh ibu hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwa ibu dan bayi (Sugiri 2003). Dari 5 juta kehamilan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, 13% diantaranya disebabkan eklampsia. Di Sumatera Utara ibu hamil yang meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan lebih dari 50 orang dari 19.500 ibu hamil (Sugiri, 2007).
Dari data yang diperoleh dari Klinik Bersalin Nuraisyah Kota Sibolga Tahun 2009, jumlah ibu primigravida yang berkunjung mulai bulan Januari-Maret 2009 sebanyak 50 orang, 50% diantaranya mengalami mual dan muntah pada awal kehamilan, 20% mengalami perubahan pada kulit dan payudara, 15% mengalami sering buang air kecil, perubahan berat badan dan 15% lainnya seperti keputihan, edema pada kaki dan sakit pada punggung. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota Sibolga Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota Sibolga Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota Sibolga Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.2. Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Anak Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio di Puskesmas

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DAMPAK ANAK YANG TIDAK MENDAPAT IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Penyakit polio merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah telah menargetkan bahwa penyakit polio sudah harus terberantas terutama di Jawa, Bali dan Sumatera. Dengan mengintensifkan imunisasi polio pada anak-anak yang berumur 2-11 bulan. Untuk mencapai maksud tersebut maka, oleh instansi yang berwenang sedang dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan pelaksanaan yang ada terhadap program imunisasi yang sudah dilaksanakan sekarang ini. Beberapa masalah timbul di negara-negara yang sudah lama melaksanakan program imunisasi polio dengan oral vaksin. Salah satunya adalah bahwa ternyata respon imun terhadap virus vaksin polio dari anak-anak yang tinggal di daerah kumuh sangat rendah, yang mungkin disebabkan karena intervensi dari virus enterol lain non polio yang prevalensinya didaerah kumuh cukup tinggi (Mommies, 2005).
Menurut data yang ada dari kejadian-kejadian wabah yang terjadi selama ini pada kasus paralise karena poliomyelitis paling banyak menyerang anak-anak umur dibawah 3 tahun. Hasil-hasil penelitian serologis poliomyelitis dibeberapa tempat di Indonesia juga menunjukan bahwa antara 20-60% anak yang berumur kurang dari 3 tahun tidak mempunyai kekebalan sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (Mommies, 2005).
Berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2002/2003 angka kematian bayi sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Umumnya bayi yang lahir diperkotaan mempunyai angka kematian lebih rendah dari pada yang lahir di pedesaan. Kematian bayi yang menjadi penyebab utamanya adalah infeksi oleh sebab itu dapat dicegah dengan pemberian imunisasi polio (Nasution, 2008).
Jika dibandingkan dengan angka nasional maka angka kematian bayi di Sumatera Utara untuk tahun 2004, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian bayi berkisar 48 per 1000 kelahiran hidup. Pemberian imunisasi untuk tumbuh kembang anak sangat penting terutama untuk mengurangi morbilitas sebanyak 44 anak dan mortalitas sebanyak 14 anak yang tidak mendapat imunisasi polio. Dengan dilaksanakannya imunisasi maka kita harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian. (Soetjiningsih, 1995).
Pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan pada orang tua khususnya ibu. Pengetahuan ibu tentang dampak anak yang tidak mendapat imunisasi polio dipengaruhi oleh faktor pendidikan, tingkat penghasilan dan kebiasaan. Sehingga dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu diharapkan adanya perubahan perilaku yang diharapkan dapat terwujud. Timbulnya kesadaran, kemampuan untuk hidup sehat disamping faktor sosial ekonomi masyarakat maupun dipihak tenaga kesehatan (Hilman, 2005).
Berdasarkan hal tersebut diatas Penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Anak Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin Tahun 2008”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘’Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Anak Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio Di Puskesmas Pintu Angin Tahun 2008?’’.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak anak yang tidak dapat Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak anak yang tidak dapat Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin berdasarkan Umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak anak yang tidak dapat Imunisasi polio di Puskesmas Pintu Angin berdasarkan Pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang deteksi anak yang tidak dapat Imunisasi Polio di Puskesmas Pintu Angin berdasarkan Pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Ibu
Sebagai bahan masukan informasi kepada ibu agar lebih memahami dan lebih mengetahui dampak anak yang tidak dapat Imunisasi polio di Puskesmas Pintu Angin tahun 2008.
D.2. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dan juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidana Nauli Husada Sibolga khususnya dalam masalah pengetahuan ibu tentang dampak anak yang tidak mendapat imunisasi polio di Puskesmas Pintu Angin.
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi pendidikan Akbid dapat digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan yang mana dapat dimanfaatkan oleh semua mahasiswa/i Akbid Nauli Husada Sibolga yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DAMPAK ANAK YANG TIDAK MENDAPAT IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Anak Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio di Puskesmas

Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun Di Kelurahan

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP
PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman (Depkes Republik Indonesia, 2002).
Anak yang lahir di negara maju dan negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda. Dari data UNICEF 1980, yang dikutip dari Morley menunjukkan perbedaaan tersebut :
Negara Maju Negara Berkembangan
1. Kemungkinan meninggal sebelum umur 1 tahun
2. Umur harapan hidup
3. Kesempatan diperiksa tenaga kesehatan
4. Kemungkinan lama sekolah
(Soetjiningsih, 2002) 1:100
70 tahun
semua
11 tahun 1:5
50 tahun
1:10
2 tahun
Seperti kita ketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya (Sulistijani dan Helianty, 2004).
AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan. (SDKI, 1997).
Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut Mönks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa – embrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak (Markum, 2002).
Dalam penelitian ini di batasi oleh pengertian perkembangan dan tahap-tahap perkembangan bayi 0-1 tahun .
Di kelurahan Tanjung Raya terdapat 7 dari 12 primipara yang memiliki bayi 0-1 tahun. Lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja dan mereka beranggapan bahwa bila anaknya dapat berjalan sebelum waktunya maka nantinya anak itu akan pintar. Selain itu juga ada anggapan bahwa anak yang retardasi mental ditandai dengan luka muka yang khas.

1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang pengertian perkembangan bayi masih rendah.
1.2.2 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perilaku sosial bayi masih rendah.
1.2.3 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi masih rendah.
1.2.4 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan bahasa bayi masih rendah.
1.2.5 Pengetahuan primipara di Kelurahan Tanjung Raya tentang perkembangan kemampuan motorik bayi masih rendah.

1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pra survey tentang pengetahuan primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya masih rendah.

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.2 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur Bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.3 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.4 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.
1.4.5 Bagaimana pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka penulis menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan Tanjung Karang Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur bulan April-Mei 2006
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengetahuan Primipara terhadap pengertian perkembangan bayi 0-1 tahun
b. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan perilaku sosial bayi 0-1 tahun
c. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi 0-1 tahun
d. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan bahasa bayi 0-1 tahun
e. Untuk mengetahui tentang pengetahuan primipara terhadap tahap-tahap perkembangan kemampuan motorik bayi 0-1 tahun

1.6 Manfaat penelitian
1.6.1 Untuk tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dalam meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.2 Untuk Institusi
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan perpustakaan
1.6.3 Untuk Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai perkembangan bayi 0-1 tahun
1.6.4 Untuk masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi mengenai pentingnya proses perkembangan bayi dalam aspek fisik, mental dan sosial, pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya posyandu.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : Pengetahuan primipara terhadap perkembangan
bayi 0-1 tahun
1.7.3 Subjek Penelitian : Ibu-ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun di
Kelurahan Tanjung Raya
1.7.4 Lokasi Penelitian : Kelurahan Tanjung Raya Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
1.7.5 Waktu Penelitian : April-Mei 2006
1.7.6 Alasan : Ibu-ibu kurang memahami perkembangan bayi
karena hanya memfokuskan pada kemampuan
motorik saja.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Primipara Terhadap Perkembangan Bayi 0-1 Tahun Di Kelurahan

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber