Cari Blog Ini

Pemeriksaan Kesehatan CPNS ‘Mencekik Leher’

BERI-BERI.com, MEDAN (Berita): Sejumlah pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemko Medan yang dinyatakan lulus, mengeluhkan biaya pemeriksaan kesehatan di rumah sakit pemerintah karena dikutip dalam jumlah yang menurut mereka ‘mencekik leher’.
’Tapi, bagaimana lagi. Ini kan salah satu syarat melaku-kan registrasi ulang bagi yang pelamar yang lulus. Terus terang, lulus saja sudah Alhamdulillah, apalagi tanpa memberi imbalan sepeser pun,’ ujar salah seorang pelamar CPNS Pemko Medan yang lulus kepada wartawan di Balaikota, Kamis (23/12).
Namun, diakuinya, biaya pemeriksaan kesehatan di RSU Dr Pirngadi Medan, bagi dia benar-benar memberatkan, karena dia harus merogoh kan-tong hampir Rp300 ribu.
’Saya tadinya tak menyangka biaya pemeriksaan kesehatan sampai sebegitu besar. Begitu saya tahu, saya kaget,’ ujarnya lagi.
Menanggapi hal tersebut Ketua Gerakan Pemuda Ansor Medan Ibnu Hajar Sk mengatakan, sangat tidak layak RSU Pirngadi Medan menetapkan biaya pemeriksaan kesehatan sampai Rp300 ribu.
’Seharusnya, rumah sakit milik Pemko Medan itu memberi kemudahan bagi pelamar yang lulus untuk memeriksa kesehatan; bukan sebaliknya menetapkan tarif yang ‘mencekik leher’,’ ujarnya. (irh)

Sumber: http://beritasore.com/
artikel ini diambil dari: BERI-BERI.com: Pemeriksaan Kesehatan CPNS ‘Mencekik Leher’
dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI
Baca Selengkapnya - Pemeriksaan Kesehatan CPNS ‘Mencekik Leher’

Pengetahuan dan Sikap ibu Tentang Teknik Mengedan Yang Benar Pada Proses Persalinan Normal

Persalinan adalah suatu proses hasil pengeluaran konsepsi dari dalam uterus melalui vagina yang dapat hidup di dunia luar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap ibu dalam melakukan teknik mengedan yang benar pada proses persalinan normal di Klinik Bersalin Sally Medan 2010. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 68 orang dengan metode pengambilan total sampling, analisis data kuantitatif. Penelitian ini mulai dari bulan Februari- April 2010 menggunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (44,1%), terdapat sikap yang salah dalam melakukan teknik mengedan yaitu sebanyak 40 orang (58,8%). Dari hasil penelitian diharapkan agar peneliti lanjutan lebih spesifik meneliti variabel yang lebih bervariasi atau dari sisi korelasi, agar dapat dilihat adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang teknik mengedan yang benar pada proses persalinan normal di Klinik Sally Medan tahun 2010.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Teknik Mengedan
Daftar Pustaka : 21 (1998-2009)

Baca Selengkapnya - Pengetahuan dan Sikap ibu Tentang Teknik Mengedan Yang Benar Pada Proses Persalinan Normal

Statistik Nonparametrik

Seperti telah diungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa proses sosial adalah merupakan pengaruh timbal balik antara berbagai sisi kehidupan, diantaranya pengaruh timbal balik antara sektor kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara sektor kehidupan hukum, sektor kehidupan agama, sektor kehidupan politik dan sebagainya.
RANKING DATA
Yaitui menaikkan peringkat data sehingga menjadi sekurang-kurangnya berskala interval.

GOODNES OF FIT TEST
Metode Goodness of Fit Test digunakan untuk melakukan pengujian dua sampel atau lebih yang saling berpasangan dan atau dari dua sampel atau lebih yang saling bebas.

WILCOXON SIGNED RANK TEST
Metode Wilcoxon Signed Rank Test dimaksudkan sebagai alat untuk menguji perbedaan dari dua median yang diperoleh dari dua himpunan data dengan cara pengambilan data secara bertahap.

MANN WHITNEY TEST
Metode Mann Whitney Test digunakan untuk menguji dua perbedaan Median dari dua sampel yang diambil secara independent, sampel-sampel random yang besarnya n1 dan n2 bisa diperoleh dari populasi – populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal.

KRUSKALL WALLIS
Pengujian ini merupakan pengembangan dari model Mann Whitney Test, pengujian ini dgunakan untuk membandingkan dua atau lebih nilai rata-rata populasi secara bersama-sama.

UJI INDEPENDENCY
Yang dimaksudkan dengan uji kebebasan (uji independency) adalah merupakan cara untuk melihat ketergantungan hubungan antara 2 (dua) variabel yang diukur berdasarkan skala nominal.
Baca Selengkapnya - Statistik Nonparametrik

Macam Korelasi

  1. Korelasi positip : Korelasi positif adalah tingkat hubungan antara dua variabel yang mempunyai ciri, bahwa perubahan variabel independent x (variabel bebas x) diikuti oleh perubahan variable dependent y (variabel tidak bebas y) secara “searah.”.
  2. Korelasi negatip: Korelasi negatif adalah tingkat hubungan antara dua variabel yang mempunyai ciri, bahwa perubahan variabel independent x (variabel bebas x) diikuti oleh perubahan variabel dependent y (variabel tidak bebas y) secara “Berlawanan”.
  3. Korelasi sederhana (simple corelation) : Adalah tingkat hubungan yang terjadi antara 2 (dua) variabel saja.
  4. Korelasi Multiple (Multiple Corelation) : Yaitu tingkat hubungan yang tejadi antara 2 (dua) variable atau lebih. Misalkan pada model regrsi linier multiple ( y = a0 + a1x1 + a2x2 + e ), maka maksud dan pengertian dari pernyataan di atas adalah: Tingkat hubungan antara y dengan x1 atau tingkat hubungan antara y dengan x2 atau tingkat hubungan antara x1 dan x2.
  5. Korelasi sempurna (perfect corelation) : Maksud dan pengertian dari Korelasi sempurna antara 2 variabel, yaitu suatu kondisi bahwa setiap nilai variabel bebas x akan terdapat pada setiap nilai variabel tidak bebas y nya. Hal ini dapat diartikan pula, bahwa garis regresi yang terbentuk dari data yang tersebar (terdistribusi) adalah merupakan tempat kedudukan dari data – data dimaksud, sehingga nilai r nya =1 atau r = -1
  6. Korelasi Tidak Sempurna (Imperfect Corelation) : Korelasi antara 2 (dua) variabel dikatakan tidak sempurna, jika titik–titik yang tersebar tidak terdistribusi tepat pada satu garis lurus.
  7. Korelasi yang mustahil (nonsense corelation): Korelasi antara dua variabel yang seolah-olah ada tetapi tidak ada.
Baca Selengkapnya - Macam Korelasi

Uji Chi Square

Sejalan dengan konsep kenyataan yang sering terjadi, bahwa hasil observasi biasanya selalu tidak tepat dengan yang diharapkan (tidak sesuai) dengan yang direncanakan berdasarkan konsep dari teorinya (sesuai dengan aturan-aturan teori kemungkinan atau teori probabilitasnya).

Asumsi-asumsi hasil perhitungan:
Jika x2 = 0, maka dapat diartikan bahwa frekuensi-frekuensi teoritis dan yang diharapkan adalah tepat sama dengan frekuensi-frekuensi hasil observasinya;
Jika x2 > 0, maka frekuensi-frekuensi tersebut dapat diartikan tidak tepat sama.
Semakin besar nilai 2, maka dapat diartikan semakin besar pula perbedaan antara frekuensi yang diobservasi dan yang diharapkan .

TAHAPAN PENGUJIAN
Dalam menentukan uji nyata dari suatu persoalan yang ungkapkan, Jumlah derajat kebebasan v ditentukan oleh :
  1. v = k – 1, (k: banyaknya peristiwa yang terjadi). Derajat kebebasan ini digunakan, jika frekuensi yang diharapkan dapat dihitung tanpa harus menduga parameter populasi dari statistik sampelnya.
  2. V = k – 1 – m. Derajat kebebasan ini digunakan, jika frekuensi yang diharapkan dapat dihitung hanya dengan menduga m parameter populasi dari statistik sampelnya.
  3. Tingkat Keyakinan (1 – α) atau Tingkat ketidak yakinan (taraf nyata) α ditetapkan sebagai nilai-nilai kritis untuk menarik kesimpulan dari yang diobservasi, dengan demikian selanjutnya dapat sehingga ditunjukkan ada beda atau tidaknya setelah dibandingkan hasil perhitungan nilai x2 yang diobservasi dan nilai 2 berdasarkan nilai-nilai kritisnya.
  4. Penarikan kesimpulan untuk menyatakan ada beda atau tidak dinyatakan sebagai berikut: Jika x2 hitung > x2tabel, maka dapat diartikan ada pebedaanyang nyata dan jika x2 hitung ≤ x2 tabel, maka dapat diartikan tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dan yang diharapkannya.
  5. Secara umum tahapan pengujian didasarkan pada penetapan Hipotesis Nol (Ho), yaitu menetapkan kesimpulan sementara berdasarkan berdasarkan asumsi dari yang membuat pengamatan, misalkan dengan pernyataan “Tidak ada Perbedaan Yang nyata antara Teori dan Praktek” Sedangkan Hipotesis Alternatif adalah merupakan kebalikan dari hipotesis nol, sehingga untuk hipotesis alternatif permyataannya adalah “Ada Perbedaan Yang Nyata Antara Teori dan Praktek”.
  6. Untuk mengambil keputusan diterima atau ditolaknya kesimpulan sementara (Hipotesis), pada masalah sosial dan ekonomi seringkali menggunakan taraf nyata (Tingkat ketdak percayaan) antara 1%, 5% dan 10% atau dengan kata lain bahwa pengamatan dilakukan dengan tingkat keyakinan (Confidence Level) antara 99%, 95% dan 90%. Selanjutnya batas-batas pengamatan ini dijadikan sebagai batas nilai-nilai kritis untuk menolak atau menerima Hipotesis, dengan ketentuan seperti di atas.
  7. Perlu kiranya diperhatikan jika nilai x2 mendekati nol, hal ini dapat diartikan bahwa frekuensi yang diamati hampir sama dengan frekuensi yang diharapkan.
  8. Uji Chi-kuadrat dapat pula dipakai untuk menentukan apakah distribusi-distribusi teoritis, seperti distribusi normal, binormal dan lainnya, sesuai dengan distribusi-distribusi empiris, yaitu distribusi yang diperoleh dari data sampel yang dijadikan sebagai objek pengamatannya.


Baca Selengkapnya - Uji Chi Square

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah salah satu cara dalam statistika untuk menguji "parameter” populasi berdasarkan statistik sampelnya, untuk dapat diterima atau ditolak pada tingkat signifikansi tertentu. Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari permasalahan yang akan ditelaah. Sebagai wahana untuk menetapkan kesimpulan sementara tersebut kemudian ditetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya. Ada beberapa pengertian dalam pelaksanaan pengujian hipotesis, diantaranya:
Tingkat signifikansi/taraf nyata ()
Tingkat keyakinan/tingkat kepercayaan -----> 1 – 

PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Pengujian Dua Pihak (Pihak kiri dan pihak kanan) : Pernyataan Hipotesa dengan tanda “=” dan “”
2. Pengujian Satu Pihak (Pihak kiri saja) : Pernyataan Hipotesa dengan tanda “” dan “<”
3. Pengujian Satu pihak (Pihak kanan saja) ; Pernyataan Hipotesa dengan tanda “” dan “>”
Baca Selengkapnya - Pengujian Hipotesis

Pelaksanaan Metode Amenore Laktasi pada Ibu Pasca Nifas

Mal merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien mendapat haid dan waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan, keluarga sebagai unit kecil kehidupan bangsa diharapkan dapat menerima norma keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera.penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan MAL pada ibu pasca nifas di klinik bersalin kasih ibu binjai utara. Disain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan metode total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember-Mei 2010, dengan instrumen penelitian berupa kuisioner yang meliputi data karakteristik. Dan pelaksanaan MAL berupa pengertian, alasan memilih MAL, lamanya amenore, frekuensi menyusui, berhubungan seksual, perdarahan bercak selama menggunakan MAL, dan kejadian kehamilan. Hasil penelitian ini didapat yang mengerti tentang MAL (53,3%), alasan memilih MAL mudah (76,7%), hubungan seksual tidak bermasalah, lama amenore > 6 bulan (96,7%), frekuensi menyusui <>

Kata Kunci : Kontrasepsi, MAL, Ibu menyusui
Daftar Pustaka : 20 (1998-2009)
Baca Selengkapnya - Pelaksanaan Metode Amenore Laktasi pada Ibu Pasca Nifas

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Yang Memiliki Balita

Kematian ibu merupakan masalah besar bagi negara berkembang. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin. Berdasarkan data dari Puskesmas Pembantu Tanjung Rejo, cakupan K1 di Kelurahan Tanjung Rejo adalah sebesar 90% dan cakupan K4 adalah sebesar 90%. Data ini belum mencapai target nasional yaitu
95%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan pada ibu yang memiliki balita di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitis dengan desain cross sectional. Populasi adalah ibu yang memiliki balita. Jumlah sampel yang diperlukan yaitu 96 orang.
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi pemeriksaan kehamilan yang tidak
lengkap 32,3% dan yang lengkap 67,7%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan yaitu umur ibu (p=0,002), paritas (p=0,023), pengetahuan(p=0,001), dan faktor keterjangkauan(p=0,005). Sementara variabel yang tidak berhubungan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan adalah pendidikan ibu (p=0,971), pekerjaan ibu (p=0,916), dan dukungan keluarga (p=0,625).
Hasil analisis multivariat di peroleh persamaan Y = -7,908 + 1,595X1 + 1,968
X2 + 1,278 X3. Variabel tersebut adalah umur ibu, pengetahuan ibu dan faktor keterjangkauan.
Diharapkan kepada petugas Puskesmas Pembantu Tanjung rejo agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang perlunya pemeriksaan kehamilan baik kepada ibu hamil maupun keluarganya untuk meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga. Peneliti lain diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian ini di tempat yang berbeda untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan.

Kata kunci : pemeriksaan kehamilan, cross sectional, analisis faktor.


ABSTRACT

Maternal Mortality is a mojor issue faced by developing country. Frequent antenatal care will decrease the death and deformity for both mother and the born child. Based on the data from Tanjung Rejo Citizen Health Care, the scope of K1 in Tanjung Rejo district reaches 90 % and 90 % for scope of K4. The data has not beenreaching the national target of 95%.
This research is aiming at analyzing the factor that relates to comprehensive antenatal care through mothers that has infant under five years old in Tanjung Rejo district, Medan Sunggal in 2010 with analytical of cross sectional design. Population is mothers which has infant under five years old. The amount of sample required is 96.
As the resulted, the incomplete proportion of antenatal care reaches 32,3% and the complete one reaches 67,7%. Bivariat analysis resulted shows that there are four variables that had association connection and meant statistically which are mother’s age (p=0,005), parity (p=0,039), knowledge(p=0,002),affordable factory (p=0,011). Therefore, variables that had not association and meant statistically are mother’s education (p=0,971), mother’s work (p=0,916), and family’s support (p=0,625).
Multivariate analysis resulted the equation Y = -7,908 + 1,595X1 + 1,968 X2 + 1,278
X3. Those variables are mother’s age, knowledge and affordable factory.
It is hoped for the oficial of Tanjung Rejo Citizen Health Care increasing the extensión of the needs to do antenatal care for pregnant mother and family. Another reseachers is hoped to continue this research in the different are ato find out which factor is the most dominant in relating to antenatal care comprehensiveness.

Keywords : antenatal care, cross sectional, factor analysis.
Baca Selengkapnya - Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Yang Memiliki Balita

Distribusi Kemungkinan Teoritis

PENGERTIAN DISTRIBUSI KEMUNGKINAN TEORITIS
Yang dimaksud dengan Distribusi Kemungkinan Teoritis adalah merupakan distribusi (tingkat penyebaran) dari suatu kejadian yang dapat diharapkan berdasarkan pertimbangan-petimbangan teoritis, misalkan masalah probabilitas untuk mendapatkan kesempatan menang atau kalah didalam suatu undian.
VARIABEL RANDOM
Yaitu variabel acak atau variabel random yang nilainya merupakan suatu hasil perolehan yang terjadi didalam suatu percobaan. Distribusi Kemungkinan Teoritis terbagi menjadi:
1. Variabel Random Diskrit
2. Variabel Random Kontinu


DISTRIBUSI BINOMIAL
Yang dimaksud dengan distribusi Binomial adalah dstribusi kemungkinan teoritis (diskrit), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
-Probabilitasnya independent ( saling bebas )
-Hasil percobaan mempunyai dua "outcomes" nilai yang mungkin terjadi dalam hal ini adalah :
1.Sukses
2.Gagal

DISTRIBUSI MULTINOMIAL
Distribusi ini merupakan perluasan dari distribusi binomial dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
1.Peristiwanya independent
2.Setiap percobaan tunggal mempunyai hasil kejadian lebih dari 2 (dua) dan semuanya disebut sukses.
3.Peluang terjadinya setiap "outcomes" disebut p1, p2 ....pn sehingga P(n)= 1
4.Biasanya dalam hal ini jumlah percobaan tertentu.

DISTRIBUSI HIPERGEOMETRIK
Distribusi Hipergeometrik adalah suatu bentuk distribusi yang diperoleh dari hasil percobaan dengan pengambilan sekaligus secara acak (random) dan tanpa pengembalian.

DISTRIBUSI POISSON
Distribusi ini ditemukan oleh Poisson, sedangkan aplikasi atau pemakaiannya sama saja dengan distribusi binomial. Hanya saja pada distribusi Poisson ini ada suatu persyaratan yaitu jika probabilitasnya (p) 0,01 dan (n)0,50 .
Rata-ratanya = n.p

DISTRIBUSI NORMAL
Hampir semua data penelitian dengan pengambilan sampel yang cukup memadai akan mempunyai distribusi normal.
•Grafik Distribusi normal selalu berada di atas sumbu x dan tidak pernah memotong sumbu x tersebut.
•Bentuknya simetris terhadap rata-ratanya (  ).
•Nilai x dapat dikonversikan kedalam nilai standar (nilai baku)

Baca Selengkapnya - Distribusi Kemungkinan Teoritis

Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas

Infertilitas ( kemandulan ) adalah pasangan suami-istri yang menjalani hubungan seksual secara teratur ( 2-3 kali seminggu ) tanpa kontrasepsi selama 12 bulan dan tidak terjadi kehamilan. Infertilitas dapat disebabkan 40% dari pihak suami, 40% dari istri dan 20% dari kedua belah pihak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap pasangan usia subur tentang infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 30 pasangan usia subur dengan metode pengambilan sampel total sampling. Dari hasil penelitian diperoleh, suami berumur 26-35 tahun sebanyak 22 orang (73,3%), istri berumur 26-30 tahun sebanyak 14 orang (46,7%), pendidikan suami terbanyak SLTA sebanyak 17 orang (56,7%), pendidikan istri terbanyak SLTA sebanyak 13 orang (43,3%), pekerjaan suami terbanyak pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 18 orang (60%), pekerjaan istri terbanyak ibu rumah tangga sebanyak 23 orang (76,7%), sumber informasi yang didapat suami mengenai infertilitas terbanyak berasal dari tenaga kesehatan seperti bidan dan matri kesehatan sebanyak 21 orang (70%), sumber informasi yang didapat istri terbanyak berasal dari tenaga kesehatan seperti bidan dan mantri kesehatan sebanyak 23 orang (76,7%). Berdasarkan pengetahuan pasangan usia subur menunjukkan mayoritas pasangan usia subur mempunyai pengetahuan cukup tentang infertilitas yaitu suami sebanyak 19 orang (63,3%), istri sebanyak 16 orang (53,3%). Berdasarkan sikap pasangan usia subur menunjukkan seluruh pasangan usia subur mempunyai sikap positif tentang infertilitas yaitu suami sebanyak 30 orang (100%), istri sebanyak 30 orang (100%). Dengan demikian penyampaian informasi dan penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan masih diperlukan untuk memberikan pengetahuan dan sikap yang baik tentang infertilitas.

Keywords: Pengetahuan, Sikap, Infertilitas
Baca Selengkapnya - Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas

Probabilitas

PENGERTIAN PROBABILITAS
Dalam kenyataan sehari-hari seringkali kita mendengar adanya pernyataan “mungkin dan atau tidak mungkin”, secara spesifik pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai gambaran sebuah pernyataan “Kepastian dan atau ketidak pastian” yang biasa dikatakan sebagai Probabilitas atau kemungkinan.
Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada teori ini, antara lain:
1. Pendekatan Matematis
2. Pendekatan Empiris

PERISTIWA YANG SALING MENIADAKAN DAN TIDAK SALING MENIADAKAN
Dua atau lebih kejadian disebut saling meniadakan (mutually exclusive) jika kejadian-kejadian tersebut tidak dapat terjadi bersama-sama, suatu kejadian tertentu akan menghalangi atau meniadakan satu atau lebih kejadian yang lain. Sedangkan dua atau lebih kejadian dikatakan tidak saling meniadakan apabila kejadian-kejadian tersebut dapat terjadi bersamaan (non mutually exclusive). Sebagai ilustrasi untuk kejadian yang saling meniadakan atau tidak saling meniadakan adalah sebagai berikut:
- Mutually exclusive (Kejadian yang saling lepas)
- Non Mutually exclusive (Kejadian yang dapat terjadi bersama-sama):

NILAI HARAPAN MATEMATIS (EKSPEKTASI)
Dalam setiap kesempatan kita selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan, bahkan mungkin setiap saat. Keputusan tersebut mulai dari yang paling sederhana sampai dengan keputusan yang paling sulit, misalkan disaat kita mau menentukan kearah mana kaki harus melangkah, bagaimana kebijakan yang seharusnya terhadap karyawan yang indisipliner, dimana tempat usaha yang seharusnya ditempatkan dan lain sebagainya.
Setiap Keputusan akan menghadapi empat kemungkinan, yaitu :
a. Kepastian (Certainty)
b. Risiko (Risk)
c. Ketidak pastian (Uncertainty)
d. Konflik (Conflict)

Baca Selengkapnya - Probabilitas

Analisis Data Deret Waktu

Data deret waktu adalah merupakan data hasil pencatatan secara terus menerus dari waktu ke waktu (periodik). Ada empat faktor komponen variasi atau gerak yang masing-masing sering dianggap sebagai pengaruh yang dianggap dapat menjelaskan keseluruhan, diantaranya:
a.Gerak jangka panjang atau trend
b.Gerak siklis
c.Gerak musiman, dan
d.Gerak reguler atau residu
Model yang dianggap cocok dengan letak titik-titik pada diagram diusahakan diinterpretasikan kedalam model matematis, agar dapat digunakan dalam memprediksi suatu persoalan.

TREND LINIER
Model trend biasa digunakan untuk memprediksi suatu persoalan (membuat ramalan jangka panjang), adapun bentuk umum dari model trend linier ini dinyatakan dengan persamaan : yt = a + bx
yt: Nilai trend untuk setiap unit x
x: Unit waktu tertentu
a : intercept (nilai trend yt pada saat x = 0)
b: Koefisien trend: Pertambahan y untuk setiap unit waktu tertentu

Adapun metode untuk menentukan nilai a dan b pada model trend linier ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1.Least Square Method (metode kuadrat terkecil)
2.Semi Average Method (metode setengah rata-rata)

METODE SETENGAH RATA-RATA (SEMI AVERAGE METHOD)
Metode setengah rata-rata dimaksudkan sebagai cara untuk menentukan model trend selain menggunakan cara kuadrat terkecil. Pada metode ini dari sekelompok data dibagi menjadi 2 (dua) bagian yang sama, jika jumlah datanya ganjil, maka data yang ditengah dapat dihilangkan atau dapat pula dihitung 2 kali.

ANALISIS GERAK SIKLIS
Variasi musim didasarkan pada gerak siklis atau variasi siklis yang bergerak turun naik disekitar trendnya. Gerak musiman ini sifatnya lengkap selama kurun waktu satu tahun kalender. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerak musiman ini diantaranya faktor cuaca dan faktor kebiasaan, seperti pola tanam padi, palawija, dan komoditas lainnya. Variasi ini dapat dilukiskan dengan adanya empat kondisi yaitu: kondisi untung, kondisi rugi, kondisi tidak stabil dan kondisi pemulihan keadaan. Kejadian ini secara logis dapat menimbulkan kondisi-kondisi puncak baik tertinggi maupun terendah.
Untuk lebih memudahkan dalam melakukan analisis data deret waktu, akibat adanya pengaruh keempat faktor di atas, antara lain karena adanya faktor-faktor, seperti:
T untuk menyatakan trend,
S untuk menyatakan gerak siklis,
M untuk menyatakan gerak musiman,
R untuk menyatakan variasi residu (gerak ireguler)

Maka model untuk data deret waktu untuk hasil jualan, dinyatakan dengan persamaan:
y=TS M R

Sedangkan untuk data tahunan, biasanya dinyatakan dengan model:
y =T S R
Hal tersebut didasarkan karena gerak musiman biasanya tidak tercerminkan dalam total tahunan atau rata-rata bulanan setiap tahun.
Baca Selengkapnya - Analisis Data Deret Waktu

Pengertian Daftar Distribusi Frekuensi

Penyajian data dalam bentuk daftar distribusi frekuensi, adalah dimaksudkan sebagai upaya menyusun urutan data kedalam kelas-kelas interval, untuk kemudian ditentukan jumlah (frekuensinya), berdasarkan data yang sesuai dengan batas-batas interval kelasnya. Banyaknya data atau frekuensi ditiap kelas interval, berdasarkan hasil dari tabulasi data.
Adapun langkah atau cara menetapan frekuensi-frekuensi (jumlah) data dalam tiap interval kelas, untuk kemudian disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi, antara lain seperti berikut:
Tahapan penyusunan data kedalam bentuk daftar distribusi frekuensi:
Pastikan jumlah data yang terhimpun seakurat mungkin
Perhatikan data tertinggi dan data terendah dari himpunan data tersebut
Tetapkan jarak (range), dari himpunan data yang kita punyai:
Jarak (range), yaitu selisih antara data tertinggi dengan data terendah, adapun formulasinya dituliskan sebagai berikut:

( R ) = Xmaks – Xmin (data terbesar – data terkecil)…………. II – 1

Merencanakan jumlah kelas (banyak kelas) yang akan digunakan dalam suatu daftar tersebut, biasanya antara 5 sampai dengan 15 kelas, namun demikian jumlah kelas atau banyak kelas dapat pula ditentukan berdasarkan aturan Sturges (ancer-ancer atau kira-kira), dengan formulasi sebagai berikut:
b = 1+3,3 log n ……………… II – 2
Langkah berikutnya adalah menentukan panjang kelas (P) pada tiap interval kelas dari daftar tersebut, dengan formulasi seperti berikut:


Macam-macam Distribusi Frekuensi:

a. Distribusi Frekuensi Relatif
b. Distribusi Frekuensi Kumulatif
c. Distribusi Frekuensi Terbuka
d. Histogram
e. Poligon Frekuensi
Baca Selengkapnya - Pengertian Daftar Distribusi Frekuensi

Angka Relatif dan Angka Indeks

Angka relatif dan atau angka indeks adalah merupakan angka perbandingan yang digunakan untuk menentukan dan melihat terjadinya perubahan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan pembanding dari data waktu dasarnya.

ANGKA RELATIF
  • Relatif Harga
  • Relatif Jumlah
  • Relatif Nilai

ANGKA INDEKS
Ada tiga macam angka indeks, yaitu: indeks harga, indeks jumlah dan indeks nilai.
Pn : Harga pada waktu yang ditentukan
Po : Harga pada waktu dasar
Qn : Jumlah pada waktu yang ditentukan
Qo : Jumlah pada waktu dasar

PERUBAHAN WAKTU DASAR
Waktu dasar yang telah ditetapkan sesungguhnya dapat dilakukan perubahan, adapun cara (Langkah) untuk melakukan perubahan antara lain:
Jika data mengenai harga, jumlah dan atau data mengenai nilainya masih lengkap, maka untuk melakukan perubahan waktu dasar dari waktu dasar yang telah ditentukan, caranya hanya melakukan pemindahan angka 100 dari waktu dasar lama ke waktu dasar baru. Jika data yang dipunyai hanya sebatas angka indeksnya saja (tanpa data harga, jumlah maupun nilai
INDEKS GABUNGAN TAK TERTIMBANG
Indeks gabungan tak tertimbang (Indeks Agregatif Tak terimbang), umumnya dapat dicari dengan menentukan rata-rata dari indeks-indeks yang membentuk gabungan (Agregatif). Indeks gabungan tak tertimbang ini kepentingan relatifnya berbeda-beda ada yang disebutkan dengan ukuran kg, liter, ikat, butir atau lainnya, dan oleh karena ukuran relatifnya tidak diperhatikan, maka dikatakan sebagai agregatif tak tertimbang. Indeks agregatif tak tertimbang = (8,74/8,18) x 100 = 106,85.

INDEKS GABUNGAN TERTIMBANG
Yang dimaksud dengan Indeks gabungan Tertimbang (Indeks Agreragtif tertimbang) adalah ukuran perbandingan yang didasarkan pada bobot dari setiap elemen barang yang akan diukur. antara lain:
1. Cara Laspeyres (cara dengan menggunakan tahun dasar)
2. Cara Paasche (cara tahun yang ditentukan)
3. Cara Fisher (cara keduanya, dikatakan sebagai indeks ideal)
4. Cara Drobisch
5. Cara Marshal Edgeworth

INDEKS LASPEYRES
Perhitungan indeks pada cara Laspeyres ini ditekankan pada jumlah barang (Kuantitas barang) pada waktu dasar sebagai bobot terhadap harga

INDEKS PAASCHE
Perhitungan indeks pada cara Paasche ini ditekankan pada jumlah barang (kuantitas barang) pada waktu yang ditentukan sebagai bobot terhadap harga.

INDEKS FISHER
Perhitungan indeks pada cara Fisher ini dikatakan sebagai indeks ideal, karena nilai indeks Fisher diperoleh dari akar kuadrat indeks Laspeyres dan indeks Paasche.

INDEKS DROBISCH
Indeks Drobisch digunakan untuk mengantisipasi penentuan angka indeks, jika indeks Paasche dan indeks Laspeyres terjadi perbedaan yang terlalu jauh angkanya. I

INDEKS MARSHAL-EDGEWORTH
Pada penentuan angka indeks ini lebih ditekankan terhadap bobot dari jumlah pada waktu tertentu dengan bobot dari jumlah pada waktu dasar.
Baca Selengkapnya - Angka Relatif dan Angka Indeks

Penyajian Data

Di dalam statistika, selain pengumpulan data dan tabulasi data juga dikenal dengan istilah penyajian data, baik dalam bentuk tabel (daftar) maupun dalam bentuk grafik (diagram).

Grafik (Diagram)
Ada berbagai penyajian data dengan menggunakan tampilan grafik atau diagram, antara lain adalah: Grafik garis, Grafik batang, Grafik lingkaran (pie), Diagram lambang, Diagram peta (kartogram), dan Diagram pencar serta lainya.

Grafik Garis
Adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk garis, pada diagram ini pada umumnya dibuat untuk garis horizontal yang menunjukkan waktu dan garis vertikal menunjuk-kan jumlah.

Grafik batang
Grafik batang adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk batangs, pada diagram ini pada umumnya dibuat untuk garis horizontal menunjukkan waktu dan garis vertikal menunjuk-kan jumlah.

Grafik Lingkaran
Grafik Lingkaran adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk lingkaran (pie). Secara umum pada pembuatan grafik ini, data keseluruhan dibentuk secara proporsional dalam sebuah lingkaran (pie),
Diagram Lambang (Diagram Peta)
Diagram Lambang adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk lambang secara spesifik sesuai dengan kondisi yang ingin disampaikan, misalkan Informasi mengenai perkembangan jumlah hewan ternak, Informasi mengenai jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan lainnya.

Diagram Pencar
Diagram Penca adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk garis, dengan cara menarik garis yang sesuai (bisa linier, kuadratis atau lainnya) berdasarkan penyebaran data yang terjadi. Diagram ini secara umum digunakan pada model persamaan regresi atau model trend.
Baca Selengkapnya - Penyajian Data

Variabel dan Skala Pengukuran

Karakteristik-karakteristik yang terdapat pada elemen-elemen dari populasi tersebut bisa disebut sebagai variabel. Informasi (data) yang diperoleh dari hasil pengamatan, dikenal beberapa ukuran (skala), antara lain: Skala Nominal Skala Ordinal, Skala Interval dan Skala Rasio.

Skala Nominal:
Yang dimaksud dengan skala nominal, yaitu merupakan skala (ukuran) untuk menyatakan informasi atau keterangan dalam bentuk jawaban yang benar secara tertutup dari dua pilihan atau lebih, seperti : Pernyataan jawaban Ya atau Tidak, Siang atau Malam, Laki-laki atau perempuan, asal daerah (Jawa, Bali, Kalimantan atau lainnya), status perkawinan (kawin/tidak kawin), status pendidikan (SD, SLTP, SLTA, D1, D3, S1, S2, atau S3), agama yang dianut oleh responden ( Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu) dan lain sebagainya.

Skala Ordinal:
Pada skala ini urutan simbol atau kode berupa angka mempunyai arti urutan jenjang bisa dimulai dari yang paling negatip sampai yang paling positif atau dapat juga sebaliknya (Sebagai hierarki), misalnya: sangat baik, baik, cukup baik, jelek dan sangat jelek (masing-masing dengan kode 5, 4, 3, 2, 1 atau sebaliknya

Skala Interval:
Yang dimaksud dengan Skala Interval, adalah merupakan ukuran yang dibatasi pada interval tertentu, yang termasuk pada skala ini antara lain, ukuran kelembaban udara, suhu badan pada skala Fahrenheit, Celsius, dan Reamur. Ukuran tekanan udara, dan lainnya pada ukuran (skala interval) ini mempunyai aturan skala yang berbeda berdasarkan letak dan jarak serta kondisinya.

Skala Rasio:
Skala Ratio adalah merupakan skala dengan hierarki yang paling tinggi dibandingkan dengan skala-skala lainnya. Adapun yang dimaksud dengan skala rasio adalah merupakan angka atau bilangan berdasarkan hasil perbandingan (angka relatif), dalam hal ini skala rasio tidak dimulai dari angka nol dan ditentukan berdasarkan konsep kesebandingan (tidak sembarang).

Baca Selengkapnya - Variabel dan Skala Pengukuran

Populasi dan Sampel

POPULASI
Populasi, yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama. Ada dua jenis populasi yaitu populasi terhingga (terbatas jumlahnya) dan populasi takterhingga (tidak terbatas jumlahnya). Cara untuk mendapatkan keterangan (informasi) dari semua anggota populasi dan tanpa kecuali disebut sensus. Pelaksanaan sensus di dalam penelitian jarang dilakukan karena:
  • Faktor biaya operasional yang tinggi;
  • Faktor lamanya waktu yang tersedia;
  • Faktor tingkat akurasi data (ketepatan) perhitungan seringkali tinggi penyimpangannya;
  • Kurang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya

Namun demikian, betapapun cara Sensus banyak sekali kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya, tetapi kelebihan cara Sensus adalah, hasil yang didapatkan merupakan hasil yang sebenarnya.
SAMPEL
Yang dimaksud dengan sampel, yaitu bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasinya.
Baca Selengkapnya - Populasi dan Sampel

Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa, angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya.
Cara memperoleh data dapaty dilakukan dengan 3 (tiga) hal, antara lain:
0. Data Primer : Langsung dari objek yang dikteliti
1. Data Sekunder : Tidak langsung dari objek yang diteliti (dari Badan yang mengumpulkan data)
2. Data Tersier : Tidak langsung dari objek yang diteliti ( raantainya lebih panjang dari data skunder)
Baca Selengkapnya - Data

Konsep dan Pengertian Statistika

Proses sosial sebagai pelaksanaan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain: Interaksi dengan metode kualitatif dan interaksi dengan metode kuantitatif. Interkasi dengan menggunakan metode kualitatif, dimaksudkan sebagai suatu cara untuk memberi dan atau mendapatkana informasi dalam bentuk pernyataan “kata sifat”, atau lazimnya dikatakan sebagai bentuk kualitas (tingkatan), baik yang dapat dilihat maupun dirasakan, mjulai dari bentuk, jenis, status, keadaan, rupa, maupun jenjang pendidikan seseorang. seperti: Tinggi, rendah, sedang, hitam, putih, bulat, lonjong, sangat bagus, sangat jelek, enak, cantik, jelek, laki-laki, perempuan, ya, tidak, SD, S3, kawin belum kawin dan lainnya.

Statistika, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan serta analisis pembuatan keputusan dan penarikan kesimpulan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan pengolahan data yang dilakukan. Statistik, Adalah hasil dari olahan data yang disajikan dalam bentuk informasi, diagram, tabel-tabel, serta lainnya.
Baca Selengkapnya - Konsep dan Pengertian Statistika

Gambaran Akseptor KB AKDR

AKDR Merupakan salah satu alat kontrasepsi berjangka panjang dan efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. setelah penggunaan AKDR berbagai macam keluhan pada akseptor AKDR, walaupun keluhan ini umum terjadi pada awal-awal pemasangan.
Penelitian ini bertujuan diketahuinya karakteristik akseptor KB AKDR ditinjau dari usia, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan gambaran akseptor KB AKDR ditinjau dari lama pemakaian dan keluhan yang dialami di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan subyek penelitian adalah akseptor KB AKDR di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo sreta obyek penelitian adalah gambaran akseptor KB AKDR tentang umur, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lama pemakaian dan keluhan yang dialami. Populasi penelitiannya sebanyak 395 orang pengambilan sampel yaitu 15% dari jumlah populasi 395 yaitu sebanyak 59 orang dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akseptor KB AKDR berdasarkan umur akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan umur > 30 tahun sebanyak 78%, berdasarkan paritas akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan paritas 2 – 3 sebanyak 66,1%, berdasarkan pekerjaan akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan pekerjaan PNS sebanyak 47,5%, berdasarkan tingkat pendidikan akseptor KB AKDR yang tertinggi yaitu perguruan tinggi sebanyak 45,8%, berdasarkan tingkat ekonomi akseptor KB AKDR tertinggi yaitu tingkat ekonomi sedang sebanyak 40,7%, berdasarkan pemakaian akseptor KB AKDR yang tertinggi yaitu lama pemakaian 10 – 20 tahun sebanyak 35,6%, berdasarkan keluhan yang dialami akseptor KB AKDR yang tertinggi adalah nyeri atau mules sebanyak 83,1%.
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa akseptor KB AKDR banyak mengalami keluhan nyeri/mules. Hal ini biasa terjadi, dan rasa sakit itu akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian AKDR.

Kata Kunci: Karakteristik (Usia, Paritas, Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Ekonomi), Gambaran (Lama Pemakaian, Keluhan yang Dialami), Akseptor KB AKDR

Baca Selengkapnya - Gambaran Akseptor KB AKDR

Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan

Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI (2002-2003) AKI di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (www.sdki.indonesia.com.id,2007). Penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis. Selain itu keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo,2002:6).
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin juga merupakan masalah besar di negara berkembang dan negara miskin. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dan lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Sarwono Prawirohardjo,2002:3).
Sampai akhir 2007 jumlah ibu hamil mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk di antaranya program save motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua Safe Motherhood juga cukup baik,yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya perlu ditingkatkan terus. (Sarwono Prawirohardjo, 2002:7)
Dari kebanyakan ibu primigravida sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, pening dan lain-lain (Ayah Bunda, 2007). Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis
Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan

Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari Terhadap Ibu Nifas

Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari Terhadap Ibu Nifas
Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat, karena bayi belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Jika bayi dibasahi dengan air maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karena kondisi tali pusat bayi yang masih basah, di tambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit lagi jika ibu bersalin post sesio secarea atau post vakum. Namun jika mengetahui pedoman penatalaksanaan memandikan bayi yang benar maka hal itu bukanlah pekerjaan yang berat (Dr. Bona Simanungkalit, DH.SM., M.Kes., 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari terhadap Ibu Nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan.
Subjek dari penelitian ini adalah Ibu Nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan, sedangkan objek penelitiannya adalah Cara Memandikan Neonatus 0-7 hari.
Populasi yang diteliti adalah keseluruhan ibu nifas sebanyak 40 orang, dan sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 40 orang sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.
Jenis penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan pelaksanaan cara memandikan neonatus 0-7 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen penelitian berupa cheklist pelaksanaan memandikan neonatus oleh ibu nifas dimana data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan cara memandikan neonatus 0-7 oleh ibu nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 8 orang (20%), dalam kategori cukup sebanyak 31 orang (77,50%), dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (2,50%), sedangkan dalam kategori kurang sekali tidak ada.

Kata kunci : Memandikan neonatus 0-7 hari, Ibu Nifas.
Baca Selengkapnya - Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari Terhadap Ibu Nifas

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan
ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan diberikan setiap saat dan tidak diberikan makanan tambahan lain walau pun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Menurut data profil kesehatan Propinsi Lampung pada tahun 2002 jumlah bayi yang ada sebesar 159. 987 bayi yang diberikan ASI ekslusif hanya 68.527 bayi atau (42,83%). Sebagian besar ibu sudah memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan karena ibu sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif. Bayi yang diberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan dapat mengakibatkan resiko jangka panjang dan jangka pendek. Resiko jangka panjang dapat terjadi obesitas, hipertensi arteriosklerosis, alergi. Pada resiko jangka pendek dapat terjadi penurunan produksi ASI, anemia, gastroenteritis dan berbagai penyakit infeksi, seperti diare, batuk, pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernafasan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di Desa Banjarrejo Puskesmas Batanghari kab. Lampung Timur.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik analisa menggunakan persentase dan skala ukur ordinal. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak sederhana atau sampel random sampling. Subyek penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI di Desa Banjarrejo Wilayah Kerja Puskesmas Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan termasuk kategori cukup dengan persentase (58,85%) dan yang termasuk kategori cukup dengan persentase (48,15%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu menyusui di Desa Banjarrejo Wilayah Kerja Puskesmas Batanghari tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan termasuk dalam kategori kurang (58,85%).
Kata kunci : Pengetahuan, ibu menyusui, makanan pendamping ASI

Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan

Gambaran Penyapihan Anak Kurang dari 2 Tahun

Pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, periode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak (Nadesul, 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui gambaran penyapihan anak kurang dari 2 tahun di Desa Gondang Rejo 32 B, yang menjadi subyek adalah semua ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah gambaran penyapihan anak kurang dari 2 tahun di Desa Gondang Rejo 32 B. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 45 dan yang dijadikan sampel adalah seluruh jumlah populasi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang Pengetahuan ibu, karakteristik ibu, kehamilan, cara penyapihan dan status gizi anak pada ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Data dikumpulkan dan diolah dengan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi sebanyak 27 orang (60%), pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTP yaitu sebanyak 19 orang (42,22%), pekerjaan yang paling banyak adalah petani sebanyak 23 orang (51,1%), kehamilan yang paling banyak adalah ibu tidak hamil pada saat menyusui sebanyak 41 orang (91,11%), cara penyapihan yang paling banyak adalah dengan cara metode bertahap sebanyak 38 orang (84,44%), setatus gizi balita yang paling banyak adalah berat badan balita berada pada garis kuning sebanyak 26 orang (57,78%).

Kata Kunci : Penyapihan, kurang dari 2 tahun
Baca Selengkapnya - Gambaran Penyapihan Anak Kurang dari 2 Tahun

Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (MOP)

Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB berdasarkan pengetahuan, karakteristik suami (pendidikan, ekonomi), alasan ikut KB MOP, keluhan di Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat Tahun 2007.
Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan obyek penelitian; gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB MOP. Subyek penelitiannya suami yang menjadi akseptor KB MOP di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat yang berjumlah 20 akseptor. Populasi yang digunakan adalah seluruh suami yang memakai MOP yang berjumlah 20 akseptor dan sampel yang dipakai adalah 20 akseptor karena populasi <> 4 sebanyak 12 akseptor (60%) dan sebanyak 18 akseptor (90%) akseptor tidak mempunyai keluhan selama memakai MOP.
Kesimpulannya adalah secara keseluruhan keikutsertaan suami dalam mengikuti akseptor KB MOP berdasarkan pengetahuan yang kurang tentang aksptor KB MOP. Akseptor memakai KB MOP mempunyai alasan sendiri anak > 4 serta selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut tidak memiliki keluhan.

Kata Kunci : Keikutsertaan, Akseptor KB MOP
Baca Selengkapnya - Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (MOP)

Karakteristik ibu yang memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

Hingga saat ini kanker serviks uteri masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker serviks uteri terbanyak kedua setelah kanker payudara. Penyakit kanker dapat menyerang semua masyarakat tanpa mengenal status sosial maupun umur. Berdasarkan data pap Smear di Laboratorium Sitologi RSAM Bandar Lampung pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 menunjukan angka penurunan. Yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang dan tahun 2007 sebanyak 293 orang.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM berdasarkan umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan penggunaan alat kontrasepsi yang dipakai ibu pada saat memeriksakan pap smear.
Subyek penelitian ini adalah Ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Tahun 2007. Obyek penelitian ini adalah karakteristik Ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sample 240 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dari data rekam medik dan dikelompokan dalam chek list. Pengolahan data dengan analisa univariat.

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear berdasarkan umur yang terbanyak adalah usia <>
Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa karakteristik Ibu yang memeriksakan Pap Smear adalah ibu yang sudah menikah, berumur <>

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Pemeriksaan Pap Smear.
Baca Selengkapnya - Karakteristik ibu yang memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe

Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, dkk., 2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007) dan juga konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007).
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Subjek dari penelitian ini adalah Ibu hamil yang mengkonsuksi tablet Fe dan Objek penelitiannya adalah karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angkat berupa format pengumpulan data.
Hasil penelitian menggambarkan karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe terbanyak adalah berumur 20-35 tahun dengan jumlah 34 responden (53,12%), berpendidikan sedang (SMA) dengan jumlah 41 responden (64,06%), tingkat ekonomi sedang dengan jumlah 44 responden (68,75%), dan paritas ibu primi dengan jumlah 34 responden (53,13%).
Kesimpulan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur tahun 2008 sebagian besar adalah ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, berpendidikan sedang (SMA sederajat), dengan tingkat ekonomi sedang (Rp. 750.000 - Rp. 1.400.000), dan ibu-ibu dengan paritas 1 orang anak (primigravida).

Kata Kunci : Ibu Hamil, Tablet Fe.
Baca Selengkapnya - Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe

Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

1) Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999). Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.

2) Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 1998).Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000). Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnese, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T.

3) Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999).

4) Sosial ekonomi
Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal serta penggunaan Sarana Kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sitorus, 1999).
Baca Selengkapnya - Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan terutama untuk bayi di atas umur enam bulan yang sudah memerlukan makanan tambahan bergizi. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya karena seorang bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI lebih sedikit, menyebabkan risiko terjadi infeksi pada bayi meningkat, selain itu tidak ditemukan bukti bahwa pemberian makanan tambahan pada usia empat atau enam bulan lebih menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif untuk kesehatan bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan adalah faktor pengetahuan ibu (P = 0,002), faktor petugas kesehatan (P = 0,009), faktor iklan (P = 0,012), faktor kebudayaan (P = 0,019).
Disarankan kepada ibu-ibu lebih berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan lebih selektif dalam memilih dan mengikuti iklan-iklan produk makanan tambahan, serta tenaga kesehatan diharapkan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci : Pemberian Makanan Tambahan (PMT), bayi
Baca Selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa di Indonesia penyakit infeksi yaitu ISPA dan diare merupakan penyebab kematian dua tertinggi pada balita dengan PMR 19 % dan 10%.
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2010 dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 60 bulan yang berdomisili di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Sampel yang dibutuhkan 110 orang diambil secara purposive yaitu semua anak balita di Dusun III. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian penyakit infeksi pada anak balita dalam 1 bulan adalah 69,1%. Hasil analisis bivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan terjadinya penyakit infeksi pada anak balita yaitu pendidikan ibu rendah (RP=2,465; p=0,000), ibu yang bekerja (RP=0,687; p=0,018). Tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,410), jenis kelamin anak balita (p=0,110), berat badan lahir (p=0,827),status imunisasi (p=0,754), ASI Eksklusif (p=0,225), jarak kelahiran (p=0,073), kepadatan hunian (p=0,204), ketersidiaan jamban (p=0,923), dan sanitasi lingkungan (p= 0,794) dengan kejadian penyakit infeksi. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa hanya pendidikan ibu yang rendah yang berhubungan. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = -3,341 +2,052X1. Petugas Puskesmas diharapkan lebih aktif dalam meningkatkan pengetahuan para ibu tentang perawatan kesehatan anak melalui penyuluhan.
Kata kunci: penyakit infeksi, cross sectional, faktor yang berhubungan


Infection disease is one of the major causes of pains and mortality on infant and children, especially in developing countries include Indonesia. Even, individual will be more susceptible to infection in the malnutrition condition. National Household Survey showed that Acute Respiratory Infection disease (ARI) and diarrhea caused top both of death in under five children with Proportional Mortality Rate (PMR) 19 and 10% . Analytical research with cross sectional design was taken place in Mangkai Baru, Lima Puluh on 2010, in order to analyze the some factors that related with infection disease in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 60 months in Mangkai Baru, Lima Puluh. The sample was taken by purposive in dusun III. The results of this research got prevalence of infection diseases in a month was 69,1%.The result of bivariate analysis showed a huge relation among mother’s education (RP=2,465; p=0,000), mother job (RP=0,687; p=0,018) with infection diseases. There is no relation among age (p=0,410), sex (p=0,110), born with low weight (p=0,287), state immunization (p=0,754), exlusive breast milk (p=0,225), dintence of birth (p=0,073), population density (p=0,204), existence of toilet (p=0,923), environment sanitation (p= 0,794) with infectious diseases. The result of multivariat analysis got low mother education was related factor to infection diseases in under five age children. The formula wasY = -3,341+2,052X1 . The employee of public health center should be active to improve mother’s knowledge especially in children’s health care by conseling.

Keywords: infectious diseases, cross sectional, related factor

Baca Selengkapnya - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penetapan kadar HB

Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin.
Metode Sahli
Dasar Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar.
Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler hemometer sahli, yang terdiri atas:
1) tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22 (atas)
2) Dua tabung standar warna
3) Pipet Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
4) Pipet HCl
5) Botol tempat aquadest dan HCl 0, IN
6) Batang pengaduk (dari glass)
7) Larutan HCl 0,1 N 8) aquadest
Nilai Normal menurut Dacie
1) Dewasa laki-laki : 13,5 - 18,0 gr%
2) Dewasa wanita : 11,5 - 16,5 gr%
3) Bayi (< 3bln) : 13,6 - 19,6 gr%
4) Umur 1 tahun : 11,0 - 13,0 gr%
5) umur 12 tahun :11,5 - 14,8 gr%

Metode Oksihemoglobin
Metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri. Tetapi keterandalan ini tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma. Kerugiannya standar oksihemoglobin tidak stabil. Darah dicampur dengan larutan Natrium Karbonat 0,1% atau amoium hidroksida dan dikocok terjadi oksihemoglobin, intensitas warnanya diukur secara spektofotometrik.

Metode Sianmethemoglobin
Ferrosianida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk yang diukur fotometrok 540 nm. Kalium-hidrogen-fosfat digunakan agar pH tetap di mana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.
Baca Selengkapnya - Penetapan kadar HB

Pengobatan Anemia dalam kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasti. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai keposyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli bebas (Manuaba, 1988). Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi oral dan parenteral :
  1. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi sulfat, fero gluconat atau noferobisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% /bulan. Kini program nasional mengajurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia.
  2. Pemberian preparat parental yaitu dengan forum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intervena atau 2 x 10 ml/im. Pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 gr % pemberian parenteral ini mempunyai indikasi. Intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. (Prawirohardjo, 2006 : 292)
Baca Selengkapnya - Pengobatan Anemia dalam kehamilan

Gambaran Perilaku Orangtua Terhadap Anak Balita Penderita Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Angka paling mencolok pada balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya. Terjadi gizi buruk salah satu penyebabnya adalah faktor perilaku orangtua. Meskipun ada upaya mengatasi gizi buruk namun masih belum tuntas. Karena Itu merupakan tantangan dalam bidang kesehatan, sehingga tertarik untuk meneliti ”Gambaran perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2009”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku orangtua terhadap balita penderita gizi buruk. Menggunakan metode total sampel 56 orangtua yang mempunyai anak balita penderita gizi buruk. Hasil penelitian umumnya pendidikan orangtua tidak tamat SD 50,0%, sebagian besar pekerjaan orangtua sebagai nelayan/tani 89,3%, penghasilan orangtua mayoritas di bawah UMR Aceh 80,4%, pengetahuan orangtua sebagian besar rendah 48,2%, sikap orangtua sebagian besar kurang baik 64,3%, sebagian mengakui ada tradisi 46,4%, ketersediaan pangan orangtua cukup 91,1%, dukungan fasilitas kesehatan tinggi 83,9%, dukungan petugas kesehatan tinggi 64,3% dan tindakan orangtua rendah 76,8%.
Disarankan kepada Pemda dan Dinas Kesehatan hendaknya lebih memperhatikan masalah gizi buruk pada wilayah kerja Puskesmas. Perlu adanya proaktif petugas kesehatan setempat memberikan penyuluhan gizi. Kepada orangtua diharapkan memberikan makananan bergizi untuk balita tanpa mengharap bantuan
pemerintah.

Kata kunci : Gizi Buruk, Balita, Gambaran Perilaku, Orangtua, Abdya

Malnutrition is one of the nutrition problems in Indonesia, including in Aceh Province. The most striking figures in severely malnourished infants in the district of Aceh Barat Daya. Malnutrition occurs one factor causes a parent's behavior. Although there are efforts to overcome malnutrition but still not finished. Because It
is a challenge in the health field, so interested in studying "The picture of the behavior of parents of children under five severely malnourished in Southwest Aceh district in 2009".
This study is descriptive, with the aim to find a picture of parental behavior severely malnourished infants. Using the method of the total sample of 56 parents who have children under five severely malnourished. The results generally are not a parent education 50.0% complete primary school, most parents work as fishermen / farmers 89.3%, the majority of parents earning below minimum wage 80.4% of Aceh, most of the parents knowledge low 48.2%, being a parent most of the poor 64.3%, admitted there was some 46.4% traditions, food availability is 91.1% parents, health facility support high 83.9%, high health support 64.3%, and 76 low parental actions, 8%. Recommended to the Government and the Public Health Service should pay more attention to the problem of malnutrition in Puskesmas working area. There needs to be proactive local health workers provide nutritional counseling. Parents are expected to provide nutritious food for infants makananan without expecting government assistance.

Keywords: Malnutrition, Toddlers, Preview Behavior, Parents, Abdya.
Baca Selengkapnya - Gambaran Perilaku Orangtua Terhadap Anak Balita Penderita Gizi Buruk

Faktor Yang Behubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian pada balita di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan catatan bulanan P2 ISPA Dinas Kesehatan Kabupaten Nias yang wilayah kerjanya Kelurahan Ilir didapatkan bahwa rata-rata realisasi penemuan penderita batuk bukan pneumonia setiap bulannya sebesar 20,22% pada tahun 2006
dan 49,64% pada tahun 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang ada di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli dan sampelnya adalah diambil secara purposive yaitu balita termuda dari keluarga yang tinggal di lingkungan 6, 7, dan 8 yang berjumlah 157 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Dari hasil penelitian didapatkan prevalens rate ISPA pada balita di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 sebesar 79,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 17 variabel yang diteliti, terdapat 7 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita yaitu : status gizi (p=0,015), ASI eksklusif (p=0,011), status imunisasi (p=0,007), pendapatan keluarga (p=0,023), kelembaban ruangan (p=0,005), ventilasi rumah (p=0,000), kepadatan hunian rumah (p=0,037).
Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 adalah ventilasi rumah, pendapatan keluarga, dan status ASI eksklusif. Dengan diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli ini maka diharapkan kepada Kepala Lurah dan Kepala Puskesmas setempat untuk meningkatkan penyuluhan tentang gizi yang baik, ASI eksklusif, imunisasi, dan persyaratan rumah sehat. Bagi keluarga yang pendapatan keluarganya rendah supaya meningkatkan taraf hidupnya, dan bagi yang kelembaban, suhu, ventilasinya kurang baik supaya memperbaikinya, membuka jendela dan pintu setiap pagi, untuk rumah yang padat penghuninya supaya menyiapkan kamar yang cukup luas untuk anak balitanya.

Kata Kunci : ISPA, Balita, Faktor Berhubungan
Baca Selengkapnya - Faktor Yang Behubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita

Faktor- Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan KB IUD

Dalam paradigma baru program KB sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun kenyataannya di Indonesia alat kontrasepsi yang lebih populer adalah kontrasepsi hormonal, padahal pemakaian kontrasepsi jangka panjang dapat terjadi risiko, salah satunya terkena osteoporosis. Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seliruh wanita PUS yang ber-KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dan sampel penelitian berjumlah 140.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita PUS dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p = 0,008), faktor sikap ibu (p = 0,000), faktor partisipasi suami (p = 0,011) dan faktor pelayanan KB (p = 0,000).
Disarankan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan KB harus memiliki skil yang terampil sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dan turut menyertakan suami dalam memberikan penyuluhan agar dapat memilih IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien.

Kata kunci : Wanita PUS, Penggunaan KB IUD,


In the new paradigm of family planning/KB programs is emphasized on the importance of efforts to respect the reproductive rights as an integral effort in improving the quality of the family. There are a variety of contraceptive options, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods are effective with a one-time installation for a long time. But the reality in Indonesia, the more popular contraception is hormonal contraception, although in long-term contraception risks can occur, one of them is osteoporosis. Many factors affect the participation of women of reproductive age couples (EFA)/PUS in the use of Family Planning IUD.
This study is a survey research with descriptive analytic design which aimed to identify factors that influence the participation of EFA/PUS women use an IUD Family Planning in Tanjung Rejo Village Percut Sei Tuan Sub District in 2010. The study population were all EFA/PUS women who joined KB that were in the village of Tanjung Rejo Percut Sei Tuan sub district and samples consist of 140 people.
The results obtained showed that the factors that affect EFA/PUS women use an IUD KB is the mothers knowledge factor (p = 0.008), mothers attitude factors (p = 0.000), husband participation factor (p = 0.011) and family planning/KB service factor (p = 0.000).
Suggested to the health and family planning/KB field officers must have good skills according to the standards in providing services and counseling to enhance knowledge and attitude of the mother and also make the husband include in counseling so that they both can be able to choose an efficient and effective contraception.

Keywords: EFA/PUS Women, Use of KB IUD
Baca Selengkapnya - Faktor- Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan KB IUD

Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 mencapai 222,2 juta jiwa, sehingga menjadi masalah bagi Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu usaha upaya menurunkan jumlah kelahiran dengan program keluarga berencana, diantaranya dengan menggunakan alat kontrasepsi suntik. Pada tahun 2007 akseptor KB di Indonesia 31,6%. Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari I aseptor KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40% merupakan urutan pertama dari akseptor KB di Kelurahan Harjosari I.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di kelurahan Harjosari I, sampel semua akseptor KB yang berdomisili dilingkungan 12 yang berjumlah 130 akseptor KB.Lingkungan terpilih ditentukan secara purposive. Analisis statistik dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
Dari hasil penelitian prevalens rate yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 49,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna antara umur (p=0,027), pengetahuan (p=0,000) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tidak ada hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan (p=0,390), pendidikan (p=0,306), umur menikah (p=0,290), paritas (p=0,288) dan dukungan keluarga (p=0,549) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik. Hasil analisis multivariat di peroleh faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi suntik di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas adalah pengetahuan.
Tingginya prevalensi penggunaan alat kontrasepsi suntik maka perlu diupayakan supaya
Beruah ke yang lebih efektif seperti alat kontrasepsi IUD, Implan dan tubektomi karena efek alat kontrasepsi suntik yang dapat menyebabkan gangguan haid serta menambah berat badan akseptor. Penggunaan alat kontrasepsi suntik oleh akseptor KB dengan paritas ≥ 2 orang sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif yaitu IUD, Implan, tubektomi karena jumlah anak ≥ 2 orang sudah jumlah anak ideal yang merupakan tujuan program KB.
Kata kunci :kontrasepsi suntik,ratio prevalensi.

Amount residents of Indonesia at 2006 to attarned 222,2 million life, to became a problem for Indonesia the fast grouth from the residents complicated effort to raise people prosperity of Indonesia. One of the effort to go down amount birth with a planned family program, such as with use inject contraception. At 2007 amount family program asesor 31,6%. From the basic of yield data collection, dictrict of Harjosari Village I, planned family programs asesor 3.436 peopole. Amount planed family programs inject asesor1.354 people with proporsi 39,40% to constitute the first order from planned family programs asesor in Harjosari Village I.
This research purvosedto analisis some of factor that related with the use of inject contraception from planne family programs asesor in Harjosari Village I Subdistrict of Medan Amplas in 2010. This research character was analytic with cross sectional design. Population in this lived in Harjosari Village I. Sampel all the planned family programs asesor that lived in area 12 that amount 130. Planned family programs asesor. The choice area deserted as purposive. Statistic analice doing with univariat, bivariat analyce and multivariate analyce.
From amount prevalens rate research that used inject contraception 49,2%. Amount bivariat analyce indicate there two variable that had associate relation that sicnificant between age (P=0,027), knowledge (P=0,000) with inject contraception using and there wasn’t associaterelation that significant between education (P=0,390), occupation (P=0,306), age marriage (P=0,290), varity (P=0,288), and family support (P=0,549) with inject contraception using. Amount of multivariate analyce found dominant factor that influence inject contraception using in Harjosari I Village Subdistric Medan Amplas was knowledge.
The high prevalency from inject contraception using, then need to resources in order that change to more effective example inject contraception IUD, Implan, tubektomi because inject contraception can cause disruption of menstruation and advance body weight. The inject contraception using ≥ 2 people preferable use more effective contraception IUD, implant, tubektomi because parity ≥ 2 people ideal parity the goal of the program.

Keyword : Inject contraception, prevalency ratio.
Baca Selengkapnya - Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB

Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Dari laporan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 dengan tujuan untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sampel diambil secara porposive yaitu semua anak balita di lingkungan 14 yang berjumlah 110 orang .
Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian diare pada anak balita dalam 1 bulan 38,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi campak (p=0,014; RP=1,916), pemberian ASI eksklusif p=(0,016; RP=5,495) dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,127), jenis kelamin anak balita (p=0,085), status gizi (p=0,131), umur ibu (p=0,808) , pendidikan ibu (p=0,092), pekerjaan ibu (p=0,262), ketersediaan jamban (p=0,136), sanitasi lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.
Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).persamaan regresinya yang diperoleh adalah Y = -4,456 + 1,458 X1.Disarankan kepada ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari yang mempunyai bayi agar membawa bayinya untuk imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.

Kata kunci: Diare,cross sectional, analisis



Diarrhea has become one of main social problem in Indonesia. It is caused the high number of morbidity and mortality of diarrhea and it has became caused baby and under five age children death. Public Health Center of Tanjung Sari Medan Selayang in 2009 report that diarrhea was the fifth in ten greatest diseases and it proportion 1,977%
Analytical research with cross sectional design was taken place in Tanjung Sari Medan Selayang on 2010, in order to analyze diarrhea in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 59 months in Tanjung Sari, Medan Selayang. The sample was taken by purposive in lingkungan 14.
The results of this research got prevalence of diarrhea in a month are 38,2%. The result of bivariat analysis show a huge relation among measles immunization status (p=0,014; RP=1,916) , exlusive breast milk (p=0,016;RP=5,495) with diarrhea in under five age children. There is no relation among age (p=0,127), sex (p=0,085), nutrition status (p=0,131), mother age (p=0,808), mother educational (p=0,092), mother job (p=0,262), existence of toilet (p=0,136), sanitasi environment sanitation (p=0,792), a ndexistence of pure water (p= 0,643) with diarrhe in under five age children.
The result of multivariat analysis is got factors that most related with diarrhea was measles immunization. The formula was Y = -4,456 + 1,458 X1.
It’s suggested to Public Health Center of Tanjung Sari so that increase measles immunization after their babies have been 9 month.

Keywords: diarrhea, cross sectional, analysis
Baca Selengkapnya - Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber