Cari Blog Ini

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

1. Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

  • Kompetensi Teknis (Technical competence)
  • Akses terhadap pelayanan (Access to service)
  • Efektivitas (Effectiveness)
  • Efisiensi (Efficiency)
  • Kontinuitas (Continuity)
  • Keamanan (Safety)
  • Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
  • Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien

b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien

c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien

b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

a. Struktur

  • Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
  • Struktur = input
  • Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
    • Jumlah, besarnya input
    • Mutu struktur atau mutu input
    • Besarnya anggaran atau biaya
    • Kewajaran

b. Proses

  • Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
  • Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
  • Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
    • Relevan tidaknya proses itu bagi klien
    • Fleksibilitas dan efektifitas
    • Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
    • Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan
  1. Outcomes
  • Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
  • Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
  • Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
  • Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

2. Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check, Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

Gb1. Siklus PDCA

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topic),

b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),

c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target),

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),

e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

f. Biaya yang diperlukan (budget),

g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan

b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan

c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan

d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik

c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni

a. Lembaran pemeriksaan (check list)

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

· Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati

· Tetapkan jangka waktu pengamatan

· Lakukan perhitungan penyimpangan

b. Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :

· Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum

· Tentukan prosentase penyimpangan

· Buat grafik penyimpangan

· Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

REFERENSI

1. Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta

2. Amiruddin (2007), Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,

http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-210607.ppt

3.    Soejono Tjitro (2000)  Total Quality Management, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
http://askep-askeb.cz.cc/
Baca Selengkapnya - PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR CT 380A

PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR CT 380A

Masalah-masalah yang berkaitan dengan AKDR seperti ekspulsi, infeksi dan perforasi sebagian besar disebabkan karena pemasangan yang kurang tepat. Oleh sebab itu hanya provider terlatih yang diperbolehkan memasang dan mencabut AKDR. Untuk mengurangi masalah-masalah yang timbul setelah pemasangan, maka semua tahap proses pemasangan harus dilakukan dengan baik dan hati-hati, menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan. Berikut ini dijelaskan tentang tahapan proses pemasangan AKDR.

1. Pelaksanaan Pelayanan

a. Persyaratan khusus ruangan

Sebagian besar klinik yang memberikan pelayanan kesehatan primer dapat memberikan pelayanan AKDR dengan fasilitas yang dimilikinya. Ada beberapa persyaratan khusus untuk ruanagan agar dapat memberikan pelayanan berkualitas, yaitu:

· Tersedianya ruang tunggu yang nyaman

· Tersedianya toilet/kamar kecil bagi klien dan petugas klinik

· Tersedianya ruang untuk konseling, lebih disukai yang tertutup

· Tersedia ruang untuk pemeriksaan umum dan panggul maupun tindakan dengan pencahayaan cukup dan tersedia wastafel

b. Peralatan dan instrument

Pemasangan dan pencabutan AKDR tidak memerlukan ruang operasi besar, tetapi wajib menggunakan peralatan yang disterilisasi atau DTT dan dilakukan di ruangan yang bersih. Bahan-bahan yang diperlukan dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

· Alat dan instrument dasar yang biasanya ditemukan di klinik KB

· Alat khusus untuk pemasangan dan pencabutan AKDR

· Bahan dan peralatan untuk pencegahan infeksi

2. Pencegahan infeksi

a. Pemasangan

Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien, provider harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara :

· Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya IMS

· Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.

· Minta klien untuk membersihkan alat genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan panggul.

· Gunakan instrument dan pakai sepasang sarung tangan DTT/steril atau dapat menggunakan sarung tangan disposable.

· Setelah memasukan speculum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptic beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.

· Masukan AKDR dalam kemasan sterilnya

· Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri.

· Buang bahan-bahan terkontaminsi dengan benar

· Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

b. Pencabutan

Walaupun jarang dikaitkan dengan infeksi panggul, pencabutan AKDR harus dilaksanakan dengan hati-hati. Untk mengurangi risiko pada provider selama pencabutan, tindakan pencegahan infeksi perlu dilakukan sebagai berikut:

· Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.

· Minta klien untuk membersihkan alat genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan panggul.

· Gunakan instrument dan pakai sepasang sarung tangan DTT/steril atau dapat menggunakan sarung tangan disposable.

· Usapkan larutan antiseptic beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.

· Segera lakukan dekontaminasi peralatan dn bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

3. Persiapan

a. Pemasangan

Peralatan dan instrument

Sebelum melakukan tindakan, siapkan peralatan dan instrument yang diperlukan. Bila alat-alat dalam paket yang telah di steril/DTT, jangan membuka paket sebelum pemeriksaan panggul selesai dan keputusan akhir untuk pemasangan dilakukan.

Peralatan dan instrument untuk pemasangan yaitu:

· Bivalve speculum 2 buah

· Tenakulum 1 buah

· Sonde Uterus 1 buah

· Korentang 1 set

· Forsep/Tampon tang 1 buah

· Gunting panjang (siebold) 1 buah

· Kom kecil 1 buag

· Sarung tangan DTT 2 pasang

· IUD Copper T 380 A dalam kemasan steril

· Model

· Kain kassa/kapas

· Larutan antiseptik (mis:povidom iodin)

· Lampu sorot/senter

· Bak berisi larutan klorin 0,5%

· Tempat dan alat cuci tangan

· Tempat sampah

b. Pencabutan

Peralatan dan instrument untuk pemasangan yaitu:

· Korentang 1 set

· Bivalve Spekulum 1 buah

· Ekstraktor AKDR / tampon tang 1 buah

· Kom kecil

· Sarung tangan DTT 1 pasang

· Kain kassa/kapas

· Wadah berisi larutan klorin 0,5%

· Cairan antiseptik (mis:povidon iondin)

· Model

· Lampu sorot/senter

4. Langkah-langkah kerja

· Cara melakukan Loading

No

Langkah Kerja

1

Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter.

2

Letakkan kemasan di atas permukaan yang datar, keras dan bersih dengan kertas penutup transparan berada di atas. Buka penutup di bagian yang berlawanan dari tempat AKDR kira-kira ½ jarak dengan leher biru.

3

Angkat kemasan yang sudah dibuka, kedua bagian kertas penutup dilipat ke setiap sisi, masukkan pendorong ke dalam tabung inserter sampai menyentuh ujung batang AKDR.

4

Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan menghadap ke atas.

5

Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tanagan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur sehingga lengan AKDR berada di atasnya. Dorong tabung inserter sampai kedua lengan terlipat mendekati tabung inserter.

6

Tahan kedua lengan yang sudah terlipat, tarik tabung inserter melewati kedua ujung lengan AKDR, kemudian dorong dan putar sehingga kedua lengan AKDR masuk ke dalam tabung inserter.

7

Leher biru pada tabung digunakan sebagai tanda kedalaman kavum uteri dan petunjuk arah lengan akan membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter.

Pegang leher biru di atas penutup transparan, dorong tabung inserter sampai ujung lengan AKDR yang terlipat dan leher biru jaraknya sama dengan kedalaman kavum uteri. Leher biru dalam posisi horizontal.

8

AKDR siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup AKDR, pegang tabung inserter dalam posisi horizontal.

· Cara pemasangan AKDR

No

Langkah Kerja

Rasionalisasi

1

· Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan.

· Sampaikan pada klien kemungkinan sedikit rasa sakit pada beberapa langkah saat pemasangan dan sebelumnya akan diberitahu.

· Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya.

Hal ini akan membantu klien tenang dan memudahkan pemasangan serta mengurangi rasa sakit

Hal ini untuk menambah kepercayaan dan percaya diri

Hal ini akan membantu klien tenang dan memudahkan pemeriksaan panggul

2

· Periksa genitalia eksterna

· Lakukan pemeriksaan spekulum

· Lakukan pemeriksaan panggul

Untuk memeriksa adanya ulkus,pembengkakan kel. getah bening.

Untuk memeriksa adanya pembengkakan kel. bartolini & skene.

Untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan, menentukan besar,posisi,konsistensi dan mobilitas uterus,serta memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa/cavum douglas.

3

Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi

Untuk memeriksa adanaya jamur, trikomonas,bakteri vaginosis, gonore atau klamedia.

4

Masukan lengan AKDR CT 380A di dalam kemasan sterilnya (LOADING)

Tidak memerlukan sarung tangan DTT pada saat loading

5

· Masukan spekulum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik

· Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks

Larutan antiseptik mencegah infeksi.

Tenakulum untuk stabilisasi uterus dan mengurangi risiko perforasi

6

Masukan sonde uterus

Untuk mementukan kedalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh untuk mengurangi risiko infeksi

7

Pasang AKDR CT 380A

· Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman cavum uteri. Masukan tabung inserter dengan hati-hati sampai menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan

· Lepas lengan AKDR dengan menggunakan tehnik menarik (with drawal technique). Tarik keluar pendorong.

· Setelah lengan AKDR lepas, dorong secar perlahan-lahan tabung inserter ke dalam cavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks

· Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3-4 cm panjangnya.

· Cara lain, tarik keluar seluruh tabung inserter, jepit benang AKDR dengan menggunakan forsef kira-kira 3-4 cm dari serviks dan potong benag tersebut pada tempat tersebut.

8

· Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.

· Bersihkan permukaan yang terkontaminasi

Memperkecil risiko penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS pada petugas

9

Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai

Memperkecil risiko penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS pada petugas

10

· Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR

· Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR

Untuk mengurangi risiko kehamilan akibat AKDR yang hilang.

Untuk mengamati bila terjadi rasa sakit yang amat sangat pada perut,mual atau muntah sehingga mungkin AKDR perlu di cabut bila dengan analgesik ringan rasa sakit tidak hilang

· Cara Pencabutan AKDR

No

Langkah Kerja

1

Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk bertanya

2

Masukan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR

3

Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2-3 kali

4

Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik napas panjang

5

Pasang AKDR baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan

TERIMAKASIH

Referensi

1. Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta

2. Mochtar (1998), Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta

Baca Selengkapnya - PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR CT 380A

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI


PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.
Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu formula atau yang lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya terutama yang berdomisili di perkotaan antara lain adalah :
• Kurangnya dukungan dari keluarga untuk menyusui seperti yang dialami ibu-ibu di pedesaan. Di perkotaan ibu-ibu banyak memperoleh informasi tentang penggunaan susu formula.
• Ibu-ibu di perkotaan rata-rata melahirkan di Rumah sakit atau di Rumah bersalin yang tidak menganjurkan menyusui dan tidah menerapkan pelayan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik laktasi.
• Pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan rata-rata bekerja diluar rumah dan makin meningkat daya belinya mereka menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu formula daripada menyusui.
Di daerah pedesaan rata-rata ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukan pengaruh kebiasaan yang kurang menunjang pamanfaatan ASI secara optimal, seperti pemberian pralaktal, pemberian makanan/minuman pengganti ASI karena ASI belum keluar untuk hari-hari pertama setelah melahirkan.
Jenis makanan tersebut dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu.
Penelitian menunjukan peningkatan penggunaan susu formula. Jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-3 bulan di perkotaan sebanya 47%. Sedangkan di pedesaan sebanyak 55 %.
Beberapa alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah:
• Produksi ASI kurang (32%)
• Ibu bekerja (16%)
• Ingin dianggap modern (4%)
• Masalah pada putting susu (28%)
• Pengaruh iklan pada susu formula (16%)
• Pengaruh orang lain terutama keluarga (4%)
Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat diperlukan dari keluarga , masyarakat dan petugas kesehatan untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas .

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

A. Anatomi Fisiologi Payudara
1) Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang di produksi. Payudara terbagi 3 bagian:
1. Korpus ( badan ) yaitu bagian yang besar
2. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman
3. Papilla ( putting ) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Kulit
b. Jaringan subkutan ( jaringan di bawah kulit )
c. Corpus mammae terdiri dari :
o Parenkin : duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.
o Stroma
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi
20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.

Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan
membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat kearah puting susu.
Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus dikelilingi oleh myoepitel yang dapat
berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
Bagian stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut
1. Jaringan ikat
2. Jaringan lemak
3. Pembuluh darah
4. Syaraf
5. Pembuluh limpa
Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang dijumpai putting yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi. Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.
2) Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi. Laktasi mempunyai dua pengertian berikut ini :
1. Pembentukan / produksi air susu
2. Pengeluaran air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke payudaran serta mulainya laktasi yang sempurna.
3) Refleks pada laktasi
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.

b. Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.
c. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.
d. Refleks Mengisap.
Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.
e. Refleks Menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.
Berikut mekanisme menyusu pada ibu :
• Bibir bayi menangkap putting selebar areola.
• Lidah menjulur ke depan untuk menangkap putting.
• Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam mulut bayi.
• Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.

Berikut mekanisme menyusu menggunakan dot :
o Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
o Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
o Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
• MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
• Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
• Pengosongan ASI yang tidak teratur.
• Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
• Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.

Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.

B. Dukungan Bidan Dalam Memberikan ASI
1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya serta ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada besar kecilnya payudara ibu.
2. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup
3. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui.
4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa perubahan tersebut normal.
5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
6. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir. Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
10
8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susunya.
9. Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
- Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
- Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada
punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’) terhadap
pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
a. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b. Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.
c. Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.
d. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan
e. menelan ASI-nya.
f. Bayi terlihat tenang dan senang.
g. Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.
10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in). Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
11. Memberikan ASI sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
12. Memberikan Kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
13. Hindari susu botol dan dot empeng.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam menyusui
15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,
C. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat bagi bayi
1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung
protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh
2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
3) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.
4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.
5) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.
6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.
7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya terjamin.
8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.
9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan membentu otot pipi yang baik.
10) ASI memberikan keuntungan psikologis.
11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Manfaat Untuk Ibu.
1) Aspek kesehatan ibu.
a. Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus
b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.
c. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.
d. Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.
2) Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan.
3) Aspek Psikologis
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
3. Manfaat Untuk Keluarga
a. Aspek Ekonomi
• Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli
• Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi
b. Aspek Psikologis
Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.
4. Manfaat Untuk Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
D. Komposisi Gizi Dalam ASI
1. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid (AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu
terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
4. Garam dan Mineral.
- Zat Besi
Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi
- Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan)
5. Vitamin
- Vitamin K
Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah.
- Vitamin E
Banyak terkandung dalam kolostrum.
- Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
6. Zat Protektif
- Imunoglobulin
Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang berguna untuk imunitas terhadap penyakit.
- Lisosi
Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.
- Laktoperoksidase
Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh streptokokus.
- Lactobasillus bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mokroorganisme patogen.
- Lactoferin dan trasferin
Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.
- Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan.
- Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta lactoferin.
- Lipase : Lipase merupakan zat anti virus
E. Upaya Memperbanyak ASI
1. Bimbingan prenatal

2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trisemester III.
3. Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.
4. Menyusui on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.
5. Menyusui dengan posisi yang benar.
6. Memberikan ASI ekslusif
7. Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang.
8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan
9. Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas
10. Pelayanan pascanatal

KOMPOSISI KOLOSTRUM, ASI & SUSU SAPI SETIAP 100 ML

ZAT GIZI KOLOSTRUM ASI SUSU SAPI
Energi ( k. kal ) 58.0 70.0 65.0
Protein ( gr ) 2.3 0.9 3.4
Whey - 1 : 1.5 1 : 1.2
Kasein ( mg ) 140.0 187.0 -
Laktalbumin ( mg ) 218.0 161.0 -
Laktoferin ( mg ) 330.0 167.0 -
IgA ( mg ) 364.0 142.0 -
Laktosa ( gr ) 5.3 7.3 4.8
Lemak ( gr ) 2.9 4.2 3.9
Vitamin
Viitamin A ( ug ) 151.0 75.0 41.0
Vitamin B1 ( ug ) 1.9 14.0 13.0
Vitamin B2 ( ug ) 30.0 40.0 145.0
Asam nikotinik(ug) 75.0 160.0 82.0
Vitamin B6 ( ug ) - 12.0-15.0 64.0
Asam pantotenik(ug) 188.0 246.0 340.0
Biotin ( ug ) 0.06 0.6 2.8
Asam Folat ( ug ) 0.05 0.1 0.13
Vitamin B12 ( mg ) 0.05 0.1 0.6
Vitamin C ( mg ) 5.9 5.0 1.1
Vitamin D ( ug ) - 0.04 0.02
Vitamin E (ug ) 1.5 0.25 0.07
Vitamin K ( ug ) - 1.5 6.0
Mineral
Kalsium ( mg ) 39.0 35.0 130.0
Klorin ( mg ) 8.5 40.0 108.0
Tembaga ( mg ) 40.0 40.0 14.0
Zat besi ( mg ) 70.0 100.0 70.0
Magnesium ( mg ) 4.0 4.0 12.0
Fosfor ( mg ) 14.0 15.0 120.0
Porassium ( mg ) 74.0 57.0 145.0
Sodium ( mg ) 48.0 15.0 58.0
Sulfur ( mg ) 22.0 14.0 30.0

Sumber : Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC 1980

PENUTUP
Mernyusui merupakan cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dan cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi bayi. Dengan menyusui, hubungan batin yang hangat antara ibu dan bayi akan terjalin erat. Sewaktu menyusu dan berada dalam dekapan ibu, bayi merasakan sentuhan kulit ibu yang lembut dan hangat serta mendengan detak jantung ibu yang akan memberikan rasa aman dan tentram. Kelekatan antara ibu dan bayinya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi bayi kelak. Jika ibu selalu ada jika dibutuhkan akan menimbulkanrasa lekat. Ini akan membuat percaya pada orang lain dan menumbuhkan percaya diri. Anak yang mendapat kasih sayang dari ibu juga akan memiliki potensi mengasihi orang lain.
Afeksi yang tumbuh pada diri anak melalui proses menyusui akan menjadi dasar perkembangan emosi yang hangat pada diri anak terhadap dunia sekelilingnya. Dengan demikian, proses menyusui merupakan stimulasi yang penting untuk perkembangan mental, kecerdasan dan sosial emosi anak. Hal ini penting untuk pertumbuhan psikologis yang sehat. Sealain itu juga ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayinya agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik.

REFERENSI
• Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum, Pusdiknakes WHO, JHIPIEGO 2001

• Perawatan Ibu Paska Melahirkan, Mellyna Huliana Amd. Keb.

• Manajemen Laktasi, Depkes RI 1992

• Modul Pelatihan Tatalakasana Ibu Hamil, Bersalin dan BBL, PERINASIA Cab, Jawa Barat 2001.

• Myles Texbook for Midwifery, V. ruth Bennet & Linda 1999
Baca Selengkapnya - PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber