Cari Blog Ini
Bronchus
AORTA ABDOMINALIS dan PERCABANGAN
Diafragma
Pengertian
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.
Diafragma dan spermisida
Jenis
Jenis diafragma antara lain:
- Flat spring (flat metal band).
- Coil spring (coiled wire).
- Arching spring (kombinasi metal spring).
Flat spring (Diafragma pegas datar)
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina.
Cara Kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
- Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi).
- Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Manfaat
Alat kontrasepsi diafragma memberikan dua manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
- Efektif bila digunakan dengan benar.
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.
- Tidak mengganggu kesehatan klien.
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Manfaat non kontrasepsi
- Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
- Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.
Keterbatasan
Meskipun alat kontrasepsi diafragma ini mempunyai manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi, tetapi alat ini juga mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:
- Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
- Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.
- Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam penggunaan alat kontrasepsi ini.
- Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
- Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
- Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
Penilaian Klien
Sebelum alat kontrasepsi diafragma digunakan oleh klien, sebaiknya petugas kesehatan mengkaji klien terlebih dahulu. Sehingga alat kontrasepsi ini sesuai atau tidak digunakan oleh wanita tersebut.
Diafragma | |
Sesuai untuk klien yang: | Tidak sesuai untuk klien yang: |
Tidak mau atau tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi hormonal (perokok, wanita di atas 35 tahun) | Mempunyai umur dan paritas serta masalah kesehatan yang menyebabkan kehamilan resiko tinggi |
Tidak menyukai metode yang diberikan oleh petugas kesehatan (AKDR) | Terinfeksi saluran uretra |
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung | Tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina) |
Jarang melakukan hubungan seksual dengan pasangannya | Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan |
Ingin melindungi dari penyakit menular seksual | Ingin metode KB efektif |
Memerlukan metode sederhana sebelum memilih metode lain |
Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi diafragma.
Efek Samping Atau Masalah | Penanganan |
Infeksi saluran uretra | Pemberian antibiotik, sarankan mengosongkan kandung kemih pasca senggama atau gunakan metode kontrasepsi lain |
Alergi diafragma atau spermisida | Berikan spermisida bila ada gejala iritasi vagina pasca senggama dan tidak mengidap PMS atau bantu memilih metode lain |
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum | Nilai kesesuaian ukuran forniks dan diafragma. Bila terlalu besar, coba ukuran yang lebih kecil. Follow up masalah yang telah ditangani |
Timbul cairan vagina dan berbau | Periksa adanya PMS atau benda asing dalam vagina. Sarankan lepas segera diafragma pasca senggama. Apabila kemungkinan ada PMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi |
Luka dinding vagina akibat tekanan pegas diafragma | Hentikan penggunaan diafragma untuk sementara dan gunakan metode lain. Bila sudah sembuh, periksa kesesuaian ukuran forniks dan diafragma |
Hal yang Perlu Diperhatikan
Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per oral dan analgesik.
Referensi
plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/diaphragm-4244.htm diunduh 2 Maret 2010, 07:45 PM.
Ridha, W. 2008. Metode Barier Intravaginal. one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kesehatan/metode-barier-intravaginal diunduh 2 Maret 2010, 07:48 PM.
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 21- MK 24).
Stacey, D. 2008. Diaphragm.. contraception.about.com/od/prescriptionoptions/a/Diaphragm.htm diunduh 2 Maret 2010, 10:18
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
- Hormon plasenta.
- Hormon pituitary.
- Hipotalamik pituitary ovarium.
- Hormon oksitosin.
- Hormon estrogen dan progesteron.
Hormon plasenta.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
Hormon pituitary.
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
Hipotalamik pituitary ovarium.
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
Hormon oksitosin.
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
Hormon estrogen dan progesteron.
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 82-84).
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 60).
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Pada Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
- Dinding perut dan peritoneum.
- Kulit abdomen.
- Striae.
- Perubahan ligamen.
- Simpisis pubis.
Dinding perut dan peritoneum.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
Kulit abdomen.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
Striae.
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
Perubahan ligamen.
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Simpisis pubis.
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:
- Nyeri punggung bawah.
- Sakit kepala dan nyeri leher.
- Nyeri pelvis posterior.
- Disfungsi simpisis pubis.
- Diastasis rekti.
- Osteoporosis akibat kehamilan.
- Disfungsi rongga panggul.
Nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
Sakit kepala dan nyeri leher.
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
Nyeri pelvis posterior.
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
Disfungsi simfisis pubis.
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis rekti.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
Osteoporosis akibat kehamilan.
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. .
Disfungsi dasar panggul.
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
- Inkontinensia urin.
- Inkontinensia alvi.
- Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.
Prolaps.
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81-82).
Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS
diunduh 12 Feb 2010, 04:30 PM.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal diunduh 12 Feb 2010, 04:46 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 59).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 82-83).
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM
Menyusui
Menyusui
Artikel ini adalah mengenai proses menyusui air susu ibu untuk bayi manusia. Untuk hewan menyusui, lihat Mamalia
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi[1]. Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik [2] dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula [3][4]
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI [5]. Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare [6], tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.[3]
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO[7], Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics}[8], dan Departemen Kesehatan.
Laktasi
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.
Pengaruh Hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
- Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. H al ini menstimulasi produksi secara besar-besaran[9]
- Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
- Follicle stimulating hormone (FSH)
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Tanda-Tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
- Suhu badan.
- Nadi.
- Tekanan darah.
- Pernafasan.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
Tekanan darah.Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Pernafasan.Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
ReferensiAmbarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 84-85).
Anam. 2009. Pemeriksaan Frekwensi Pernafasan. anam56.blogspot.com/2009/01/d.html diunduh 28 Feb. 2010, 3:20 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb. 2010, 02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 61).
shvoong.com/medicine-and-health/m-genetics/1895771-jurus-mengatasi-darah-tinggi-hipertensi/ diunduh 28 Feb. 2010, 11.05 AM.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 83-84)."
Darah Untuk Transfusi
Digunakan untuk mengobati kehilangan darah akut misalnya karena ruda paksa atau pembedahan, pendarahan gastrointestinal berat atau uterus
2. Pecked red cells
Digunakan untuk pengobatan pilihanpada pasien anemia kronis yang membutuhkan tranfusi.
3. Konsentrat granulosit (granulocyte concentrates)
Disediakan pada pemisah sel darah dari donor sehat normalatau dari pasien dengan leukemia granulositik kronik. Pemakaianya terbatas pada pasien dengan neutropenia berat (<>
- Ini disediakan dari darah kurang dari 6 jam dengan kadar faktor pembekuan V dan VIII. Digunakan sebagai penambah volume plas ma tetapi digunakan terutama dalam mengobati sangkaan difesiensi factor pembekuaan.
larutan ini mengandung albumin dan pemakaian utama adalah pada pengobatan sypk, pengganti plasma pada pasien yang sedang menjalani plasmaferensis dan kadang-kadang untuk mengganti pada pasien dengan hipoalbuminaemia.
7. Albumin 25%
Digunakan pada hipoalbuminaemia berat pada saat perlu memakai produk dengan kadar elektrolit minimal. Indikasi terpenting untuk pemakaiannya adalah pada pasien dengan sindrom nefrotik.
8. Kriopresipitat (Cryoprecipitate)
Diperoleh dengan mencairkan plasmabeku segar pada 4oC dan mengandung factor VIII dan fibrinogen pekat. Digunakan sebagai terapi penggantian pada hemofili A dan penyakit Van Willebrand.
9. Konsentrat factor VIII kering (freeze dried faktor VIII concentrates)
Dipakai untuk mengobati haemafili A, ideal untuk anak-anak (dosis kecil), kasus bedah, pasien dengan resiko kelebihan bebad sirkulasi dan untuk pengobatan di rumah.
10. Konsentrat kompleks factor XI-protrombin kering
Digunakan untuk mengobati defisiensi factor IX (penyakit christmast), pasien dengan penyakit hati atau perdarahan yang mengancam jiwa setelah overdosis antikoagulan oral.
11. Fibrinogen
Sediaan kering terutama dari plasma kadaluarsa. Dipakai untuk mengobaati difesiensi fibrinogen
12. Imunoglobulin
Dipakai pada hipogama globulinaemia untuk perlindungan terhadap penyakit virus dan penyakit.
Beberapa Lobus pada Otak
1. Lobus Frontalis
Lobus frontalis adalah bagian dri serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis, bagian belakangnya dibatasi oleh Sulkus Sentralis Rolandi. Bagian lateralnya terbagi dalam Girus Frontalis Superior, Girus Frontalis Media dan Girus Frontalis Inferior.
Bagian basal lobus frontalisnya terdapat Girus Orbitalis sebelah lateral dan Girus Rektus sebelah medial.
- Area 4 adalah area motorik primer sebagian besar Girus Prasentalis dan bagian anterior Lobus Paransentralis.
- Area 6 adalah bagian sirkut traktus piramidalis (area premotorik) yang mengatur gerakan motori
dan premotorik
- Area 8 gerakan mata dan perubahan pupil
- Area 9, 10, 11, 12 adalah area asosiasi frontalis
Lobus Parietalis terdapat di depan sulkus sertalis dan dibelakangi oleh Karaco Oksipitalis.
- Area 3.1 dan 2 adalah area sensorik primer (area post sentral) yang meliputi girus sentralis dan meluas ke arah anterior sampai menyerupai dasar sulkus sentralis.
- Area 5.7 adalah area asosiasi sensorik yang meliputi sebagian permukaan medial hemisfer serebri. Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus parietal posterios. Girus Parietal Superior, Girus Supramarginalis, Girus Orgularis, dan bagian medial Lobus Parasentralis.
3. Lobus Temporalis
Lobus Temporalis terdaat di bawah lateral dari Fisura Serebralis dan di depan Lobus Oksipitalis.
- Area 41 adalah karteks auditorik yang meliputi Girus Temporalis Superior yang meluas sampai permukaan lateral Girus Temporalis.
- Area 42 adalah area asosiasi auditorik, karteks area sedikit meluas sampai pada permukaan Girus Temporalis Superior
- Area 38, 40, 20, 21, 22 adalah area asosiasi
4. Lobus Oksipitalis
Lobus Aksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
- Area 17 adalah korteks visual primer, permukaan medial lobus Oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior sulkus kalkanius.
- Area 18, 19 adalah asosiasi visual, letaknya sejajar dengan area 17 yang meluas sampai permukaan lateral Lobus Oksipitalis.
- Bagian ateral terdiri dri girus Oksipitalis lateralisbagian medial Girus Lingualis. Pada bagian basal diantara kurneus dan Girus Lingualis terdapat Fisura Kalkarina.
Sistem Reproduksi Pria
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).
Struktur dalamnya terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.
Sperma (pembawa gen pria) dibuat di testis dan disimpan di dalam vesikula seminalis.
Ketika melakukan hubungan seksual, sperma yang terdapat di dalam cairan yang disebut semen dikeluarkan melalui vas deferens dan penis yang mengalami ereksi.
STRUKTUR
Penis terdiri dari:
- Akar (menempel pada didnding perut)
- Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
- Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis.
Dasar glans penis disebut korona.
Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
- 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan
- Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.
Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).
Epididimis terletak di atas testis dan merupakan saluran sepanjang 6 meter.
Epididimis mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius.
Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.
Uretra berfungsi 2 fungsi:
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis. FUNGSI Selama melakukan hubungan seksual, penis menjadi kaku dan tegak sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina) Ereksi terjadi akibat interaksi yang rumit dari sitem saraf, pembuluh darah, hormon dan psikis. Rangsang yang menyenangkan menyebabkan suatu reaksi di otak, yang kemudian mengirimkan sinyalnya melalui korda spinalis ke penis. Arteri yang membawa darah ke korpus kavernosus dan korpus spongiosum memberikan respon, yaitu berdilatasi (melebar). Arteri yang melebar menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah erektil ini, sehingga daerah erektil terisi darah dan melebar. Otot-otot di sekitar vena yang dalam keadaan normal mengalirkan darah dari penis, akan memperlambat aliran darahnya. Tekanan darah yang meningkat di dalam penis menyebabkan panjang dan diameter penis bertambah. Ejakulasi terjadi pada saat mencapai klimaks, yaitu ketika gesekan pada glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak dan korda spinalis. Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran epididimis dan vas deferens, vesikula seminalis dan prostat. Kontraksi ini mendorong semen ke dalam uretra. Selanjutnya kontraksi otot di sekeliling urretra akan mendorong semen keluar dari penis. Leher kandung kemih juga berkonstriksi agar semen tidak mengalir kembali ke dalam kandung kemih. Setelah terjadi ejakulasi (atau setelah rangsangan berhenti), arteri mengencang dan vena mengendur. Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri berkurang dan aliran darah yang keluar dari vena bertambah, sehingga penis menjadi lunak |
Anatomi dan Fisiologi Payudara
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
- Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
- Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
- Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Gambar 1. Anatomi payudara
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
Gambar 2. Bentuk puting susu normal
Gambar 3. Bentuk puting susu pendek
Gambar 4. Bentuk puting susu panjang
Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 6-9)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:1-5)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 14-17)
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 4-8)
Saluran Pencernaan
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagain luar (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian terdiri atas rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami mekanis melalui proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sampai merata dengan bantuan enzim amilase yang akan memecah amilum menjadi maltosa.
Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasillian saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang khususnya amilase untuk melicinkan bolus sehingga mudah ditelan.
2. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vetebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm yang terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
Esofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm. Kudua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter bagian atas dalam keadaan normal selalu tertutup kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ bagian atas yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltik.
3. Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atlas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah yang horizontal disebut antram pilorik. Lambung ini berhubungan langsung dengan esofagus melalui orilisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pankreas.
Lambung memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah makanan menjadi partikel kecil dan meneampurnya dengan asam lambung.
b. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah untuk mensekresi pepsin dan HCl yang akan memeeah protein menjadi pepton.
4. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal akibat relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar.
Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 2,5 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m dan ileum panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kir-a 4-5 juta yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari disebut mikrovili. Vili bersama-sama dengan mikrovili dan vaivula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.
Pada dinding usus halus khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum nodula ini membentuk tumpukan kelenjar terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah meneerna aan mengabsorpsi chyme dari lambung, sebagai tempat pengabsorpsian makanan, zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus yaitu pada duodenum dan disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
5. Usus Besar
Usus besar atau disebut juga sebagai kolon adalah sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, dan sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira--kira 10 em dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedangkan terrapat knlor transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang Iebih 90%), elektrolit, vitamin dan sedikit glukosa. Kapasitas ansorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari, kemudian flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
Sistem Reproduksi pada Wanita
Proses Pembentukan Janin
• Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
- Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
- Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari:
a. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
b. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
c. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
d. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
• Oogenesis
- Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
- Folikel PrimordiaL
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
- Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
- Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
- Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
Fertilisasi
Keajaiban awal mula kehidupan diawali dengan bertemunya sel sperma dan sel telur di saluran tuba. Hanya 1 sperma yang mampu memasuki sel telur dan membuahinya.
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu,sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
o Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
o Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
o Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
2.2 Perkembangan Janin di Rahim
Permulaan masa embriogenik
Embrio :
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
1. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus
3 tahapan fase embrionik yaitu :
a. Morula
Hasil pembelahan zygot tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya seperti buah arbei
Morula adalah suatu bentukan sel sperti buah arbei (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus secara mitosis. Dan keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
b. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. bentuk ini kemudian disebut blastosit.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel yang dikeluarkan oleh tuba fallopii.
Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
Pada stadium ini terbentuk sel-sel yang membentuk dinding Blastula dan akan membentuk suatu simpai yang disebut sebagai Trofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan lapisan Endometrium ( lapisan paling dalam dari Rahim ).
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan. Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
c. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.
Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
Organogenesis
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya :
a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitive yang berubah menjadi bentuk yang lebih definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:
1. Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
- Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
- Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
- Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
- Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
- Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
- Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm
- Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
- Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
- Lapisan epitel paru atau insang.
- Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
- Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3. Bumbung neural (saraf)
- Otak dan sumsum tulang belakang.
- Saraf tepi otak dan punggung.
- Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
- Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
4. Bumbung mesoderm
- Otot:lurik, polos dan jantung.
- Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
- Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
- Ginjal dan ureter.
- Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
- Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
- Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
- Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan.
HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
Janin
Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Wildan yatim, 1990).
Sedangkan dalam Microsoft Encarta 2006 disebutkan bahwa janin merupakan suatu hewan bertulang belakang yang belum lahir pada suatu fase dimana semua ciri struktural orang dewasa sudah dapat dikenal, terutama keturunan manusia yang belum lahir setelah delapan minggu pertumbuhan.
Tahapan perkembangan pada masa embrio
Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.
Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
2. Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan alat-alat reproduksi setelah dilahirkan.
Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian-bagian tubuh dari makhluk hidup. Kecepatan pertumbuhan dari masing-masing makhluk hidup berbeda-beda satu dengan yang lain. Setelah lahir disebut dengan nama bayi dan memasuki masa neonatal.
Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10.
Pada 6 bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama.
Pada saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didengarkan.
Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu.
Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ internal sudah pada posisi normal.
Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
Jantung dan Pembuluh Darah

- Jantung, yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke arteri dan selanjutnya ke kapiler darah kemudian kembali ke jantung
- Pembuluh darah, merupakan jalan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung
- Darah, sebagai alat transport yang berfungsi mengangkut zat-zat yang diperlukan tubuh.
Sirkulasi paru dimulai pompa darah dari ventrikel kanan melalui arteri pulmonal menuju paru, dari paru melalui vena pulmonary dan terus ke atrium kiri.
JANTUNG
Merupakan organ otot yang berongga, berukuran kepalan tangan, terletak dibagian tengah rongga thoraks. Jantung terdiri dari atrium kanan dan kiri, serta vntrikel kanan dan kiri. Antara atrium dan ventrikel dibatasi oleh annulus fibrosus.
Karena fungsi vitalnya maka setiap kerusakan jantung akan menimbulkan dampak yang berat bagi tubuh, pada awalnya terjadi dekompensasio kordis sebagai respon usaha jantung dalam usaha memenuhi kebutuhan suplai darah dalam tubuh. Apabila faktrur penyebab dari kerja jantung ini diatasi maka secara perlahan tapi pasti ukuran jantung akan kembali pada posisi semula.
Pada jantung terdapat 4 katup, yaitu :
- Katup arterioventrikular : katup antara atrium dan ventrikel. Antara atrium dan ventrikel kiri disebut katup mitral, katup antara atrium dan ventrikel kanan disebut katup trikuspidalis.
- Katup semilunaris : katup antara ventikel kiri dengan aorta disebut semilunaris aorta dan katup antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis disebut katup semilunari pulmonal
- Jantung mempunyai kemampuan mencetuskan impuls sendiri, system ini terdiri atas :
- Simpul SA Node ( sinoatrial ) : mencetuskan impuls 70-80 / menit dalam keadaan normal sampai 200 / menit pada olah raga berat, kerusakan pada SA Node harus dibantu dengan alat pacu jantung.
- Simpul AV Node ( Atrioventrikular Node ) : dalam keadaan normal hanya menerima dan mengikuti irama dari simpul SA, namun apabila SA rusak maka akan mengambil alih fungsi pencetus impuls, tetapi dengan frekwensi lebih rendah antara 40-60 / menit.
- Bundel his
- Serabut purkinye
1.Pada waktu systole :
oKontraksi isovolumetrik kontraksi ventrikel menyebabkan katup mitral tertutup, tekanan dalam ventrikel meningkat mencapai tekanan dalam aorta
oFase ejeksi : tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta, akibatnya katup semilunaris aorta terbuka, darah didorong keluar dari ventrikel ke aorta, karena sifat elastisitas dinding aorta maka darah ditampung lebih dahulu untuk selanjutnya didorong ke arteri
2.Pada waktu diastole :
- Fase relaksasi isovolumetrik, tekanan dalam vebtrikel kiri lebih rendah dari pada dalam aorta sehingga katup semilunaris aorta tertutup dan menahan darah agar tidak kembali ke ventrikel
- Fase pengisian panjang, darah masuk ventrikeldari atrium karena tekanan ventrikel lebih rendah dari pada atrium
- Fase pengisian lambat, darah dari atrium masih mengalir sedikit ke ventrikel
- fase sistole atrium, memompakan sedikit lagi darah yang ada di atrium
Manifestasi gagal jantung bervariasi, gagal jantung merupakan ketidak-mampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh, berikut ini manifestasi gagal jantung :
DENYUT NADI
Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah ke aorta, akibatnya aorta terenggang dan berdilatasi, karena daya elastisitas ini kemudian dinding aorta (pembuluh darah ) kembali mengecil, pengembangan dan pengecilan ini dirasakan sebagai denyut nadi. Denyut nadi dapat teraba karena adanya tulang yang menahan.
ALIRAN VENA
Vena dalam tubuh dibagi 2 yaitu yang dibawah kulit (superficial ) dan vena dalam ( profunda ), vena profunda terletak diantara otot dan organ dalam, sedangkan vena superfisialis ada didekat permukaaan kulit. Tenaga untuk mendorong darah yang berada divena berasal dari :
• Tekanan hidrostatik dari jantung yang masih tersisa.
• Tekanan yang berasal dari otot yang berkontraksi karena sebagian vena berada diantara otot.
• Daya hisap rongga toraks saat inspirasi, daya hisap jantung saat sistol.
KAPILER
Merupakan pembuluh darah yang halus berdinding selapis endotel, tersebar diseluruh sel jaringan yang hidup dan berfungsi sebagai suplai makanan diawal kapiler terjadi filtrasi cairan plasma darah karena tenaga hidrostatik dari jantung, tenaga ini dilawan oleh tenaga tekanan osmotic koloid ) dari protein plasma. Pada bagian akhir tekanan onkotik lebih besar dari tekanan hidrostatik sehingga cairan tertarik kembali ke lumen kapiler. Namun ada sedikit cairan yang tersisa diruang antar sel yang kemudian di kumpulkan dan dialirkan kembali melaui saluran limfe untuk kembali ke jantung.
SALURAN LIMFE
Saluran ini meliputi seluruh tubuh yang akhirnya berkumpul dan berakhir di vena rongga toraks, cairan dialirkan melalui pembuluh ini kurang lebih 120 ml/menit atau 2-3 liter/hari, waktu olahraga dapat meningkat 10-30 kali.
Di beberapa tempat kelenjar limfe berfungsi sebagai filtrasi, misal terhadap bakteri. Apabila di daerah tertentu terdapat bakteri seperti yang terjadi pada bisul, ada kuman yang terlepas kesaluran limfe. Dikelenjar limfe kuman akan ditahan dan terjadi reaksi radang.
EDEMA
Edema merupakan penumpukan cairan diruang intersisial, yang dapat disebabkan oleh :
1. Peningkatan tekanan kapiler, antara lain :
Retensi air dan garam oleh ginjal
Tekanan vena meningkat oleh karena :
• Gagal jantung
• Bendungan vena local
• Kegagalan pompa vena
Tahanan arteriola menurun karena :
• Panas badan meningkat
• Kelumpuham saraf simpatis
• Obat vasodilator
2. Kekurangan protein plasma
Kehilangan protein dari ginjal ( penyakit sindrom nefrotik ).
Kehilangan protein melalui kulit ( luka bakar ).
Produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi ).
3. Permeabilitas kapiler meningkat karena :
• Reaksi imun, urtikaria.
• Toksin.
• Infeksi bakteri.
• Defisiensi vitamin C.
• Iskemia yang lama .
• Luka bakar.
4. Saluran limfe tersumbat atau terputus karena :
• Operasi ( terpotong / terjahit ).
• Penyakit kanker.
• Infeksi cacing filariasis.
TEKANAN DARAH
Tekanan darah mengambarkan kerja jantung, dimana tahanan perifer turut pula mentukan tekanan darah. Bila tahanan meningkat maka jantung bekerja ekstra keras untuk mengatasi tahanan itu agar darah dapat mengalir, tekanan tertinggi saat ejeksi diteruskan ke arteri sebagai tekanan sistolik, tekanan terendah sesaat menjelang pemompaan berikutnya memberikan tekanan diastolik pada arteri. Hipertensi disebabkan peningkatan cardiac output, meningkatnya tahanan pembuluh darah perifer atau keduanya.
PENGATURAN TEKANAN DARAH
Apabila tekanan darah menurun terjadi refleks untuk meningkatkan kembali tekanan, dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan vasokotriksi, sebaliknya jika tekanan darah meningkat akan timbul refleks menurunkan dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung dan vasodilatasi.
Perubahan tekanan darah ini dideteksi oleh baroreseptor dibeberapa tempat di pebuluh darah arteri seperti : sinus karotikus dan arkus aorta yang meneruskan impuls ke pusat refleks di medulla oblongata.
PEMBULUH DARAH OTAK
Terdapat 4 arteri yang mengalirkan darah ke otak yaitu : 2 arteri karotis interna dari arah depan leher dan 2 arteri vertebralis melalui belakang leher, kedua arteri vertebralis ini membentuk arteri basilaris yang kemudian bergabung dengan arteri karotis interna membentuk arteri lingkaran arteri disebut sirkulus willisi
Gangguan aliran darah ke otak oleh karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah menimbulkan gangguan fungsi otak dan motorik disebut stroke.
DOKTRIN MONROE – KELLIE
Volume darah, cairan otak dan jaringan otak dalam rongga otak relative konstan. Bila tekanan intracranial meningkat pembuluh darah akan tertekan. Bila tekanan vena meningkat misalnya dengan menekan vena jugularis, tekanan intracranial meningkat dan bila diukur tekanan cairan otak juga meningkat. Bila kadar CO2 darah menurun dapat terjadi vasokontriksi arteri ke otak, sehingga bila melakukan hiperventilasi dapat terjadi gejala berkunang-kunang.
SHOCK
Suatu gejala akibat menurunnya tekanan darah sehingga darah tidak sampai ke otak, sehingga fungsi otak terganggu, penyebabnya antara lain :
- Hipovolemik : perdarahan, dehidrasi, trauma, luka bakar.
- Vasodilatasi : neurogenik ( ketakutan/kaget ), anafilaktik, sepsis
- Gangguan jantung : infark, aretmia, gagal jantung
- Obstruksi aliran darah