Cari Blog Ini

Ketidakseimbangan Kalium

Gangguan dalam keseimbangan kalium merupakan suatu hal yang biasa terjadi, karena kalium dihubungkan dengan berbagai penyakit dan keadaan cedera. Kalium juga dirangsang oleh obat – obatan seperti diuretik, laksatif, dan beberapa antibiotika, juga dengan berbagai terapi seperti nutrisi parenteral total (TPN) dan kemoterapi.
Fungsi Kalium. Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, dalam kenyataannya, 98% kalium tubuh berada di dalam sel. 2% sisanya berada dalam CES, yang penting adalah yang 2% ini untuk fungsi neuromuskular. Kalium mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung. Konsentrasi kalium serum yang normal berkisar antara 3,5 sampai 5,5 mEq/L (SI: 3,5 – 5,5 mmol/L).

Kekurangan Kalium (Hipokalemia)
Kehilangan kalium melaui gastrointestinal merupakan penyebab yang paling sering dari deplesi kalium. Muntah dan pengisapan gastrik seringkali menyebabkan terjadinya Hipokalemia, sebagian terjadi karana kalium hilang secara nyata jika cairan gaster hilang, tetapi lebih karena kalium hilang melalui ginjal dalam hubungannya dengan alkalosis metabolik.
Perubahan dalam keseimbangan asam basa, mempunyai efek yang bermakna dalam distribusi kalium. Mekanismenya melibatkan perpindahan ion hidrogen dan ion kalium antara sel – sel dan cairan ekstraseluler. Hipokalemia dapat menyebabkan alkalosis, dan sebaliknya alkalosis dapat menyebabkan Hipokalemia.
Hiperaldosteronisme meningkatkan pembuangan kalium ginjal dan dapat menyebabkan terjadinya deplesi kalium yang berat.
Diuretik boros Kalium, seperti furosemid, thiazide, dan asam ethacrynic, tentunya dapat merangsang Hipokalemia, terutama jika diberikan dalam jumlah besar pada pasien – pasien dengan masukan kalium yang buruk.

Manifestasi Klinis
Hipokalemia berat dapat mengakibatkan kematian melalui henti jantung atau henti napas. Manifestasi Hipokalemia termasuk keletihan, anoreksia, mual, muntah, kelelahan otot, kram kaki, penurunan motilitas usus, parestisia, disritmia, dan peningkatan sensitivitas terhadap digitalis. Jika berkelanjutan hipokalemia dapat menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin, menyebabkan urin yang encer (urin yang berlebihan poliurial, nokturia) dan rasa haus yang berlebihan.

Evaluasi Diagnostik
Perubahan elektrokardiografi dapat mencakup gelombang T yang datar dan depresi segmen ST. timbulnya gelombang U juga akan terlihat pada EKG.

Penatalaksanaan
Untuk pasien – pasien yang beresiko, harus disediakan diet yang mengandung cukup kalium, masukan harian kalium pada orang dewasa rata – rata adalah 50 sampai 100 mEq/hari. Makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang aprikot, jeruk, avokad, kacang – kacangan, dan kentang.
Jika pemberian kalium oral tidak memungkinkan, cara intravena dapat diindikasikan.

Pengkajian Keperawatan
Adanya keletihan, anoreksia, kelemahan otot, penurunan motilitas usus, parestesia, atau disritmia harus mendorong perawat untuk memeriksa konsentrasi kalium serum.

Intervensi Keperawatan
Mencegah Hipokolemia. Tindakan – tindakan tertentu dilakukan untuk mencegah Hipokolemia jika mungkin. Pencegahan mungkin dalam bentuk menganjurkan masukan – masukan makanan yang kaya akan kalium pada pasien – pasien yang beresiko (jika sesuai diet). Sumber – sumber kalium termasuk buah dan sari buah (pisang, melon, buah sitrus), sayur –sayuran segar dan beku, daging segar, dan makanan olahan. Bila Hipokolemia terjadi akibat penyalahgunaan laksatif atau diuretik, penyuluhan pasien dapat membantu menghilangkan masalah. Memperbaiki Hipokolemia. Perawat yang sangat teliti harus diterapkan saat memberikan kalium secara intravena. Kalium harus diberikan hanya setelah adanya aliran urin yang adekuat.

Kelebihan Kalium (Hiperkalemia)
Meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan hipokalemia, hiperkalemia lebih berbahaya karena henti jantung lebih sering dihubungkan dengan kadar kalium serum yang tinggi. Ada beberapa penyeban Hiperkalemia palsu (pseudo). Yang paling sering adalah penggunaan turniket yang terlalu kencang di sekitar ekstremitas ketika mengambil sampel darah dan hemolisis sampel sebelum analisis. Penyebab lain termasuk leukositosis atau trombositosis dan pengambilan darah tepat di atas tempat infus kalium.
Penyebab utama dari Hiperkalemia adalah penurunan ekskresi kalium ginjal. Karena itu, Hiperkalemia yang bermakna umumnya terjadi pada pasien gagal ginjal yang tidak diobati.

Manifestasi Klinis
Jika konsentrasi kalium plasma meningkat, timbul gangguan pada konduksi jantung. Hiperkalemia berat menyebabkan kelemahan otot skeletal dan bahkan paralisis. Manifestasi gastrointestinal, seperti mual, kolik intestinal intermiten, dan diare, mungkin terjadi pada pasien – pasien yang mengalami Hiperkalemia.

Evaluasi Diagnostik
Kadar kalium serum dan perubahan EKG adalah hal penting pada diagnosa Hiperkalemia, seperti yang dibahas sebelumnya dalam manifestasi klinis. Gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik karena Hiperkalemia sering timbul dengan asidosis.

Penatalaksanaan
Prosedur EKG segera harus dilakukan untuk mendeteksi perubahan. Pada situasi nonakut, pembatasan diet kalium dan obat yang mengandung kalium dapat mencukupi. Pencegahan Hiperkalemia yang serius dengan pemberian, baik secara oral atau dengan enema terensi, resin pertukaran kation (seperti Kayexalata)mungkin perlu pada pasien – pasien dengan kerusakan ginjal. Resin pertukaran kation tidak dapat digunakan jika pasien mengalami paralitik ileus karena dapat terjadi perforasi intestinal.

Pengkajian Keperawatan
Perawat mengobservasi tanda – tanda kelemahan otot dan disritmia. Adanya parestisia dicatat, juga gejala – gejala gastrointestinal seperti mual, dan kolik intestinal. Untuk pasien yang beresiko, kadar kalium serum diukur secara berkala.

Intervensi Keperawatan
Mencegah Hiperkalemia. Jika mungkin menganjurkan pasien untuk mentaati pembatasan kalium yang dianjurkan.
Mengembalikan Keseimbangan Kalium. Saat kalium ditambahkan pada larutan parenteral, kalium dicampur dengan cairan dengan membalik – balik botol beberapa kali. Kalium klorida seharusnya tidak pernah diberikan pada botol yang sedang tergantung karena hal ini mungkin berakibat kalium yang diberikan sebagai bolus (kalium klorida berat dan mengendap di dasar botol penampung)
Penting artinya untuk mengingatkan pasien untuk menggunakan pengganti garam dengan hati – hati jika mereka juga mendapatkan bentuk tambahan kalium lain atau diuretik hemat kalium.
Baca Selengkapnya - Ketidakseimbangan Kalium

Ketidakseimbangan Kalsium

Fungsi kalsium.
Lebih dari 99% kalsium tubuh terkumpul dalam sistem skeletal, dimana merupakan komponen mayor gigi dan tulang yang kuat dan tahan lama. 1% kalsium skeletal secara cepat dapat dipertukarkan dengan kalsium darah, sisanya lebih stabil dan hanya mengalami pertukaran secara lambat. Kalsium membantu menahan sel – sel tubuh menjadi satu. Selain itu kalsium mengeluarkan aksi sedatif pada sel – sel saraf dan karenanya memainkan peranan penting dalam transmisi impuls saraf. Kalsium membantu mengatur kontraksi dan relaksasi otot, termasuk denyut jantung normal. Kalsium adalah penolong dalam mengaktifkan enzim yang menstimulasi banyak reaksi kimia esensial dalam tubuh juga memainkan peranan dalam koagulasi darah. Kalsium serum sisanya berikatan dengan komponen protein serum, terutama albumin. Kalsium diserap dari makanan pada adanya keasaman lambung normal dan vitamin D. sebagian besar ekskresi kalsium adalah melalui feses dan sisanya melalui urin. serum kalsium dikontrol oleh hormon paratiroid dan kalsitonin.

Kekurangan Kalsium (Hipokalsemia)
Tirah baring pada individu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya karena kerusakan metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi tulang adlah berkaitan dengan imobilisasi. Sejumlah faktor yang dapat menyebabkan hipokalsemia. Hipoparatiroidisme primer terjadi dalam ganguan ini, seperti yang terjadai pada hpoparatiroidisme bedah. Tidak hanya berkaitan dengan bedah tiroid dan paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi setelah diseksi leher radikal dan paling sering terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan. Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah bersitrat (seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir), karena sitrat dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara membuangnya dari sirkulasi.
Inflamasi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang dilepaskan oleh lipolisis, membentuk sabun. Juga menjadi dugaan bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan sekresi glukogon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami inflamasi, sehingga mengakibatkan peningkatan sekresi kalsitonin (suatu hormon yang menurunkan kalsium).
Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium, karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan alkalosis. Medikasi yang dapat mempredisposisi kepada hipokalsemia termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein, sisplatin, kartikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam waktu yang lama dan menunjukkan kekurangan kalsium tubuh total, meskipun kadar kalsium serum biasanya normal.

Manifestasi Klinis
Tetani merupakan manifestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi oleh eksitabilitas neural yang meningkat. Gejala – gejala ini adalah akibat lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjdi pada ujung pada ujung jari – jari, sekitar mulut, dan yang jarang yang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasma otot ekstremitas dan wajah. Nyerui dapat terjadi sebagai akibat dari spasme ini.
Tanda Troisseau dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik, dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang dipersarafi oleh saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2 cm sebelah anterior ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus. Kejang dapat terjadi karana hipokalsemia meningkatkan iritabilitas sistem saraf pusat juga saraf perifer.

Penatalaksanaan
Hipokalsemia simtomatik akut adalah kedaruratan, membutuhkan pemberian segera kalsium intravena. Pemberian infus intravena kalsium yang telalu cepat dapat menginduksi henti jantung, yang didahului oleh bradikardia. Pemberian kalsium intravena terutama berbahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion kalsium mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang merugikan.
Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorpsi ion kalsium dari traktur GI. Antasid hidrosida aluminium apat diresepkan untuk menurunkan kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati hipokalsemia. Dan terakhir, meningkatkan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1000 hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat dianjurkan (produk dari susu, sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin, dan oyster segar). Jika tetani tidak memberikan respons terhadap kalsium IV maka kadar magnesium yang rendah digali sebagai kemungkinan penyebab tetani.

Intervensi Keperawatan
Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat. Status jalan napas harus dipantau dengan teliti karena dapat terjadi dtridor laringeal. Tindak kewaspadaan keamanan diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam pikir. Individu beresiko terhadap osteoporosis diinstruksikan tentang perlunya masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan. Juga, manfaat latihan yang teratur dalam mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti juga halnya efek dari medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai contoh, alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium, dan perokok kretek sedang mengkatkan ekskresi kalsium urin.

Kelebihan Kalsium (Hiperkalsemia)
Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium dalam plasma. Kondisi ini merupakan ketidakseimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya, krisis Hiperkalsemia mempunyai angka mortalitas 50% jika tidak diatasi dengan cepat.
Penyebab umum Hiperkalsemia adalah penyakit neoplastik malignan dan hiperparatitoidisme. Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menyebabkan kenaikan kalsium total (dan secara khusus yang terionisasi) dalam aliran darah. Sebagian besar kasus Hiperkalsemia sekunder terhadao imobilisasi terjadi setelah fraktur hebat atau multipel atau setelah paralisis traumatik yang luas.
Diuretik tiasid dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium karena diuretik ini memperkuat kerja hormon paratiroid pada ginjal, yang mengurangi ekskresi kalsium urin.

Manifestasi Klinis
Hiperkalsemia mengurangi eksitabilitas neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala – gejala seperti kelemahan muskular, inkoordinasi, anoreksia, dan konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala umum dari Hiperkalsemia. Rasa haus yang hebat dapat terjadi sekunder terhadap poliuria yang disebabkan oleh beban zat terlarut (kalsium) yang tinggi. Pasien dengan Hiperkalsemia apat mengalami gejala yang menyerupai gejala ulkus peptikum karena Hiperkalsemia meningkatkan sekresi asam dan pepsin oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku psikotik akut, atau koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung untuk timbul bila kadar kalsium serum mendekati 16 mg/dl atau lebih. Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganggu dengan kadar serum hanya 12 mg/dl.
Urinasi berlebih karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang disebabkan oleh Hiperkalsemiadapat saj terjadi. Standstill jantung dapat terjadi ketika kalsium serum adalah 18 mg/dl atau lebih. Efek inotropik digitalis ditingkatkan oleh kalsium, karenanya toksisitas digitalis diperberat oleh Hiperkalsemia.

Krisis Hiperkalsemia, mengacu pada kenaikan akut kadar serum kalsium hingga 17 mg/dl atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat dan poliuria secara khas ada. Temuan lainnya dapat mencakup kelemahan maskular, mual yang tidak dapat dihilangkan, kram abdomen, obstipasi (konstipasi yang sangat hebat) atau diare, gejala – gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi, konfusi mental, dan koma juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan henti jantung.

Evaluasi Diagnostik
Uji antibodi hormon paratiroid ganda mungkin dilakukan untuk membedakan antara hiperparatiroidisme primer dengan malignansi sebagai penyebab hiperkalsemia. Kadar hormon paratiroid meningkat pada hiperparatiroidisme primer atau sekunder dan ditekan pada malignansi. Temuan rontgen dapat menunjukkan adanya osteoporosis, kavitalis tulang, atau batu saluran kemih.

Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium serum dan memperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasar (y.i.., kemoterapi untuk malignansi atau paratiroidektomi parsial untuk hiperparatiroidisme) adalah penting.
Tindakan umum temasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium serum dan meningkatkan ekskresinya oleh ginjal, metabolisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium melalui diet.
Kalsitonin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau gagal ginjal yang tidak dapat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitonin mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan deposit kalsium dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor urin.

Intervensi Keperawatan
Pasien dirawat yang beresiko terhadap hiperkalsemia diberikan dorongan untuk ambulasi secepat mungkin. Cairan yang mengandung natrium harus diberikan, kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi lainnya. Pasien dan keluarga diinformasikan bahwa perubahan mental ini dapat pulih dengan pengobatan. Kalsium yang meningkat menguatkan efek digitalis, karenanya, pasien dikaji terhadap tanda dan gejala toksisitas digitalis. Perubahan EKG dapat terjadi (PVC, PAT, dan blok jantung), karenanya, nadi pasien dipantau terhadap segala abnormalitas.
Baca Selengkapnya - Ketidakseimbangan Kalsium

Ketidak Seimbangan Natrium

Fungsi Natrium. Natrium merupakan elektrolit yang paling berlimpah dalam CES, konsentrasinya berkisar antara 135 sampai 145 mEq/L (SI: 135 – 145 mmol/L) dan karenanya natrium merupakan penentu utama osmolalitas CES.

Kekurangan Natrium (Hiponatremia)
Hiponatremia mengacu pada kadar natrium serum yang kurang dari normal (kurang dari 135 mEq/L ; 135 mmol/L). Konsentrasi natrium plasma menggambarkan rasio natrium tubuh total terhadap air tubuh total.
Natrium mungkin hilang melalui muntah, diare, fistula, atau berkeringat, atau mungkin dihubungkan dengan diuretik, trauma pada kombinasi dengandiet rendah garam. Defisiensi aldosteron, seperti yang terjadi pada insufisiensi afrenal, juga meningkatkan kecenderungan pasien untuk mengalami defisiensi natrium.

Manifestasi Klinis
Gambaran – gambaran hiponatremia yang berhubungan dengan kehilangan natrium dan penambahan air termasuk anoreksia, kram otot, dan perasaan kelelahan. Jika kadar natrium serun turun di bawah 115 mEq/L (SI: 115 mmol/L), tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti letargi, konfusi, kedutan otot, kelemahan fokal, hemiparese, papiledema, dan kejang mungkin terjadi.

Penatalaksanaan
Penggantian Natrium. Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia adalah pemberian natrium yang hati – hati.
Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada pasien dengan volume cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal ini jauh lebih aman dibandingkan dengan pemberian natrium dan biasanya cukup efektif.

Pengkajian Keperawatan
Untuk pasien – pasien yang beresiko, perawat memantau masukan dan haluaran cairan juga menimbang berat badan setiap hari. Kehilangan natrium abnormal atau penambahan air dicatat. Manifestasi gastrointestinal, seperti anoreksia, mual, muntah, dan kram abdomen, juga dicatat. Perawat terutama harus mewaspadai perubahan – perubahan sistem saraf pusat, seperti letargi, konfusi, kedua otot, dan kejang – kejang. Umumnya lebih banyak gejala neurologis yang dihubungkan dengan kadar natrium yang sangat rendah yang terjadi sangat cepat karena kelebihan cairan. Tindakan paling penting adalah untuk memantau kadar natrium serum dengan ketat pada pasien – pasien yang beresiko mengalami hiponatremia. Jika ada indikasi, kadar natrium urin dan berat jenis urin juga dipantau. Hiponatremia merupakan penyebab konfusi pada lansia yang sering diabaikan.

Intervensi Keperawatan
Mendeteksi dan Mengendalikan Hiponatremia. Untuk pasien yang mengalami kehilangan natrium yang abnormal, tetapi tetap dapat memakan diet biasa, dianjurkan untuk mengkonsumsi dan disediakan makanan dan cairan yang mengandung natrium berkadar tinggi.
Memulihkan Kadar Natrium kembali Normal. Jika masalah utamanya adalah retensi air, lebih aman untuk membatasi masukan cairan dibandingkan engan memberikan natrium. Pada hiponatremia berat, tujuan terapi adalah untuk meningkatkan kadar natrium serum secukupnya hanya untuk menghilangkan tanda – tanda gangguan neurologis.

Kelebihan Natrium (Hipernatremia)
Hipernatremia mengacu pada kadar natrium serum yang lebih tinggi dari normal, yaitu lebih tinggi dari 145 mEq/L (SI: 145 mmol/L).
Penyebab. Penyebab umum Hipernatremia adalah karena kehilangan air pada pasien yang tidak sadar yang tidak dapat mempersepsikanatau berespons terhadap rasa haus. Pasien yang sering mengalaminya adalah pasien yang sangat tua, sangat muda, dan pasien yang mengalami gangguan kognitif yang tidak mampu mengkomunikasikan rasa haus mereka.

Manifestasi Klinis
Secara klinis perubahan – perubahan ini mungkin dimanifestasikan oleh kegelisahan dan kelemahan pada hipernatremia sedang dan oleh disorientasi, delusi, dan halusinasi pada hipernatremia berat. Karakteristik utama hipernatremia adalah rasa haus.

Penatalaksanaan
Pengobatan hipernatremia terdiri atas penurunan kadar natrium serum dengan infus larutan elektrolit hipotonik (seperti natrium klorida 0,3%) atau larutan isotonik (seperti D,W). Larutan natrium hipotonik dipertimbangkan lebih aman dibandingkan Dektrosa 5% dalam air oleh beberapa praktisi klinik karena larutan ini menyebabkan penurunan kadar natrium serum yang bertahap dan karenaya menurunkan resiko terjadinya edema serebral. Diuretik mungkin juga diberikan untuk mengatasi penambahan natrium.
Desmopressin (DDAVP) dapat diberikan untuk mengobati diabetes insipidus jika ia merupakan penyebab dari hipernatremia.

Pengkajian Keperawatan
Mencegah Hipernatremia. Perawat berupaya untuk mencegah Hipernatremia dengan memberikan cairan pada interval yang teratur, terutama pada pasien yang mengalami gangguan yang tidak mampu mempersepsikan atau berespons terhadap rasa haus.

Memperbaiki Hipernatremia.
Pada saat Hipernatremiaterjadi dan cairan parenteral merupakan hal yang penting untuk penatalaksanaan, perawat memantau respons pasien terhadap cairan dengan melakukan tunjauan terhadap seri kadar natrium serum dan dengan mengobservasi perubahan – perubahan dalam tanda – tanda neurologis.
Baca Selengkapnya - Ketidak Seimbangan Natrium

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber