Cari Blog Ini

Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masalah kematian ibu pertama kali dibahas oleh Forum Internasional di Nairobi Kenya pada bulan Oktober 1987. Menurut perhitungan WHO ada sekitar 585.000 kematian ibu setiap tahun. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Dep. Kes, 2000).
Masalah kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 dan 373 per 100.000 kelahiran hidup pada SKRT 1995. Angka ini 3-6 kali lebih besar dari negara diwilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara maju (Dep. Kes, 2001).
Tingginya AKI yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup menurut SDKI 1997 dan penurunannya yang lambat merupakan masalah yang belum teratasi. Sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Dep. Kes, 2000).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 67%, sepsis 8%, toksemia 7%, dan abortus 10% (Fortney, 1986). Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan (Dep. Kes, 1990). Berdasarkan penelitian ternyata ditemukan sekitar 5% dari wanita yang melahirkan pervaginam akan kehilangan lebih dari 1000 mL darah. Pendarahan setelah melahirkan merupakan penyebab 25% dari keseluruhan kematian akibat pendarahan obstetrik (Kaunitz dkk., 1985).
Terjadinya perdarahan setelah melahirkan dapat dicegah, salah satunya pencegahan itu dengan pelaksanaan manajemen aktif kala III. WHO menganjurkan pelaksanaan manajemen aktif kala III melalui pemberian obat-obatan oksitosika dengan tujuan mencegah terjadinya perdarahan post partum. Keuntungan pemberian obat-obatan oksitosika dalam manejemen aktif kala III telah dibuktikan melalui uji coba klinis ternyata dapat mengurangi resiko retensio placenta, selanjutnya tindakan manajemen aktif kala III akan lebih efektif dalam pelepasan placenta bila dikombinasikan dengan penarikan tali pusat secara terkendali (Prendiville, 2001).
Salah satu upaya penurunan AKI adalah pencegahan terjadinya perdarahan setelah melahirkan melalui tindakan manajemen aktif kala III. Hal ini perlu disosialisasikan dalam rangka peningkatan kualitas dan ketrampilan penolong persalinan terutama oleh bidan (Dep Kes, 2002).
Berdasarkan pra survei diruang kebidanan RSUD Pringsewu dari tanggal 24 s.d 30 April 2004 ternyata ditemukan dari 15 bidan yang melaksanakan pertolongan persalinan hanya 4 bidan (26,7%) yang melakukan manajemen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin dibarengi dengan peregangan tali pusat terkendali, dengan tindakan memasase uterus yang tidak tepat karena memasase uterus justru dilakukan pada saat placenta belum lepas. Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penulisan merumuskan permasalahan penelitian : “Bagaimana pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD Pringsewu”?.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : deskiptif.
2. Subjek penelitian : bidan diruang Kebidanan RSUD Pringsewu.
3. Objek penelitian : tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen aktif
kala III
4. Tempat penelitian : ruang kebidanan RSUD Pringsewu.
5. Waktu penelitian :April sampai dengan Mei 2004.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat tahu.
b. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat paham.
c. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat aplikasi.
E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dpat diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi RSUD Pringsewu.
Bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada ibu bersalin khususnya pada penanganan kala III di RSUD Pringsewu.
2. Bagi IBI Tanggamus.
Bahan masukan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan khususnya tentang
manajemen aktif kala III kepada para bidan di RSUD Pringsewu.
3. Bagi Penulis.
Penulis mengharapkan penulisan KTI ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan mata kuliah metodologi penelitian khususnya bidang kebidanan.


DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD
Baca Selengkapnya - Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD

Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di rumah bersalin

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perdarahan pada saat persalinan dan pasca persalinan dini merupakan salah satu penyebab kematian ibu, demikian juga di Indonesia perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu disamping eklamsi dan sepsis (Sarwono, 2002). Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih jauh dengan target yang ingin dicapai secara nasional di tahun 2010 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup (Dep.Kes RI, 2005).
Di Indonesia AKI masih tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain yakni Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina maka Indonesia menempati urutan pertama karena AKI mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara maju kematian ibu berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran hidup (Saifudin, 2002). Salah satu penyebab utama kematian ibu antara lain karena perdarahan yaitu mencapai 30 % - 35 % (Manuaba, 1998).
Persalinan di Kabupaten Lampung Timur dari bulan Januari sampai bulan Desember 2006 mencapai 19.819 dengan kejadian kematian ibu 0,08% (16 orang) dan yang meninggal karena perdarahan ada 0,05 % (10 orang), sedangkan di Puskesmas Sekampung Lampung Timur untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2006 didapatkan jumlah persalinan 737 persalinan dengan kejadian perdarahan 6,6 % (50 orang). Dari yang mengalami perdarahan dirujuk sebanyak 36% (18 orang) (Evaluasi Kesga Din. Kes. Lampung Timur, 2007).
Selanjutnya pada saat pra survey di Rumah Bersalin Doa Ibu Kecamatan Sekampung Lampung Timur diperoleh data jumlah persalinan dari bulan Januari sampai bulan Desember 2006 sebanyak 249 persalinan dengan kejadian perdarahan post partum 12 % (30 orang), jumlah dirujuk 33,3 % (10 orang). Penyebab perdarahan post partum di Rumah Bersalin Doa Ibu, yang tersering adalah 66,67% (20 orang) karena Atonia Uteri, karena laserasi 16,67% (5 orang), retensio plasenta 6,67% (2 orang), plasenta akreta 6,67% (2 orang) dan karena plasenta suksenturiata 3,33% (1 orang), terutama rujukan dari dukun dan bidan desa (Buku Register R. B. Doa Ibu : 2006).
Setiap ibu post partum memiliki potensi untuk kemungkinan terjadinya perdarahan post partum yaitu perdarahan lebih dari 500 – 600 ml setelah melahirkan, untuk itu pemantauan harus dilakukan pada semua ibu setelah melahirkan serta mempersiapkan diri untuk penatalaksanaan atonia uteri pada setiap kelahiran merupakan tindakan pencegahan perdarahan yang sangat penting.
Ada beberapa faktor yang diindikasikan dapat meningkatkan resiko perdarahan post partum, namun dua per tiga dari semua kasus perdarahan post partum terjadi tanpa faktor yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan mengalami perdarahan post partum, oleh karena itu maka manajemen aktif kala III merupakan hal yang penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu karena perdarahan post partum (Dep Kes RI, 2004)
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500 – 800 ml/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 ml/menit dari bekas tempatnya melekatnya plasenta. Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut miometrium sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung-ujung arteri di tempat implantasi plasenta (APN, 2004).
Manajemen aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua ibu yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan angka perdarahan karena atonia uteri (Saifudin, 2002). Di samping adanya penatalaksanaan secara umum untuk mencegah terjadinya syok karena perdarahan dan penatalaksanaan secara gawat darurat merupakan pedoman yang harus cepat dikerjakan. Menurut Winkjosastro (1960) ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum yaitu : jaga jangan sampai timbul syok, penghentian perdarahan, dan penggantian darah yang hilang.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penatalaksanaan perdarahan post partum di RB Doa Ibu Kecamatan Sekampung Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan adanya kasus perdarahan di Rumah Bersalin Doa Ibu Sekampung Lampung Timur, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian, “Bagaimana penatalaksanaan perdarahan post partum yang dilakukan petugas kesehatan pada ibu bersalin di RB Doa Ibu kecamatan Sekampung Lampung Timur tahun 2007?.”
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Studi deskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu bersalin dengan perdarahan post partum di RB Doa Ibu Kecamatan Sekampung.
3. Objek Penelitian : Penatalaksanaan perdarahan post partum di RB Doa Ibu Kecamatan Sekampung.
4. Lokasi Penelitian : Rumah Bersalin Doa Ibu Kecamatan Sekampung
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei – Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di Rumah Bersalin Doa Ibu Kecamatan Sekampung Lampung Timur tahun 2007.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III di RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur tahun 2007.
b. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan secara umum perdarahan post partum di RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur tahun 2007.
c. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan gawat darurat pada perdarahan post partum di RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur tahun 2007.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Mengetahui dengan jelas mengenai penatalaksanaan perdarahan post partum di Rumah Bersalin Swasta, sehingga menambah pengetahuan dan wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan penerapan ilmu yang telah didapat.

2. Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan mengenai penatalaksanaan perdarahan post partum sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman atau referensi tentang penatalaksanaan perdarahan post partum.

4. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi/bacaan bagi peneliti lain dikemudian hari terutama untuk meneliti hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.


DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di rumah bersalin
Baca Selengkapnya - Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di rumah bersalin

Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesarea di ruang bersalin rumah sakit umum daerah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Besarnya persalinan secsio sesarea (SC) dibandingkan persalinan normal tetap mengandung risiko dan kerugian yang lebih besar seperti risiko kematian dan komplikasi yang lebih besar seperti resiko kesakitan dan menghadapi masalah fisik pasca operasi seperti timbulnya rasa sakit, perdarahan, infeksi, kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan tidur juga memiliki masalah secara psikologis karena kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya (Depkes RI, 2006 : 9).
Di Indonesia terutama di kota-kota besar, keputusan ibu hamil untuk melahirkan dengan SC walau tidak memiliki indikasi medis paling banyak disebabkan oleh adanya ketakutan menghadapi persalinan normal atau yang lebih dikenal sebagai rasa takut akan kelahiran (fear of childbirth) akan tetapi di Indonesia faktor psikologis ibu ini nampak kurang diperhatikan (Kasdu dalam Depkes RI, 2006 : 9-10). Oleh karena itu pentingnya suatu perencanaan yang menyangkut pada kesehatan fisik dan psikis calon orang tua serta kesehatan janin. (Kasdu, 2003 : 32-33).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat sekitar 20 % persalinan harus dilakukan dengan SC, baik karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun keinginan pribadi pasien (Kasdu, 2003 : iii). Persalinan secara SC di Amerika Serikat terdapat 85 % dengan indikasi riwayat SC, distosia persalinan, gawat janin dan letak sungsang (Cunningham, dkk, 2006 : 595). Sedangkan di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan pada tahun 1997 dan tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan SC secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah total persalinan. Secara umum jumlah SC di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan (Depkes RI, 2006 : 9). Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan Medical Record RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006, didapatkan data bahwa angka kejadian SC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jendral Ahmad Yani Kota Metro sebesar 11, 27 % dari total persalinan (Medical Record, 2006) dan dari informasi sejumlah mahasiswa yang mempunyai pengalaman magang dan pengalaman pasien yang pernah menjalani operasi SC di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro, penatalaksanaan pre-operasi SC belum dilaksanakan semuanya sesuai dengan teori dalam asuhan kebidanan.
Tingginya persentase persalinan SC menimbulkan kekhawatiran bahwa hal ini disebabkan semakin banyaknya persalinan bedah tanpa indikasi medis, melainkan karena permintaan ibu hamil yang memandang SC merupakan alternatif yang lebih baik dibandingkan persalinan normal. (Depkes RI, 2006 : 9). Seharusnya SC dilakukan jika keadaan medis memerlukannya. Dalam hal ini, janin atau ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi atau SC (Kasdu, 2003 : 9). Indikasi medis untuk SC adalah jika terjadi disproporsi sevalopelvik, gawat janin, plasenta previa, incoordinate uterine action, eklampsia, dan hipertensi (Mansjoer, dkk, 2005 : 344-345).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meninjau penatalaksanaan pre-operasi SC di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: ” Bagaimana gambaran penatalaksanaan persiapan pre-operasi secsio sesarea di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2007?”
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain :
2. Lokasi dan waktu penelitian : penelitian ini akan dilaksanakan di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro pada bulan Juni 2007.
3. Variabel penelitian : variabel bebas penelitian ini adalah penatalaksanaan pre-operasi SC yang meliputi penatalaksanaan persiapan mental spiritual, penatalaksanaan persiapan fisik penderita, pemeriksaan laboratorium dan pramedikasi, sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bertugas di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
4. Jenis penelitian ini : deskriptif.
5. Subjek dan objek penelitian : subjek penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bertugas di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro dan yang menjadi objek penelitian adalah ibu yang bersalin dengan SC di Ruang Bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2007.
6. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan pre-operasi SC di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2007.
2. Tujuan khusus penelitian ini untuk :
a. Mengetahui gambaran penatalaksanaan persiapan mental spiritual pre-operasi SC di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
b. Mengetahui gambaran penyuluhan pre-operasi SC di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
c. Mengetahui gambaran penatalaksanaan persiapan fisik penderita di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
d. Mengetahui gambaran penatalaksanaan laboratorium di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
e. Mengetahui gambaran penatalaksanaan premedikasi di ruang bersalin RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
7. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro diharapkan dapat memberikan gambaran mutu pelayanan dalam penatalaksanaan dan sebagai bahan untuk motivasi meningkatkan mutu pelayanan dalam penatalaksanaan persiapan pre-operasi SC.
2. Institusi pendidikan Program Studi Kebidanan Metro, memberikan bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang penatalaksanaan persiapan pre-operasi SC dalam silabus pembelajaran.
3. Bagi penelitian lainnya, sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penatalaksanaan persiapan pre-operasi SC.


DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesarea di ruang bersalin rumah sakit umum daerah
Baca Selengkapnya - Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesarea di ruang bersalin rumah sakit umum daerah

Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur oleh tenaga kesehatan di ruang anak RSU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada Pelita VI pelayanan kesehatan dasar diutamakan pada kegiatan penurunan tingkat kematian bayi. Upaya penurunan tingkat kematian bayi ini diperioritaskan pada penanganan neonatal resiko tinggi dan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Pada tahun 2001 tercatat 11,9% bayi prematur di Amerika lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, angka ini menunjukkan kenaikan 27% dari tahun 1981 yang sebagian dipacu oleh banyak kelahiran kembar. Kelahiran prematur merupakan penyebab nomor dua dari kematian bayi (Sinar Harapan on line, 2003).
Pada tahun 2002 bayi lahir hidup dengan BBLR secara nasional di Indonesia sebesar 13% dengan kisaran yang tertinggi terdapat di Jambi sebesar 8,33% dan terendah terdapat di propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 27,51% (Profil Kesehatan Indonesia, 2002).
Pada tahun 2006 di propinsi Lampung bayi lahir hidup dengan BBLR sebanyak 2.210 kasus (46,52%) (Dinas Propinsi Lampung, 2005). Pada tahun 2006 di kota Metro cakupan BBLR yang terendah adalah sebesar 4,1% sehingga angka kematian BBLR dikota Metro tahun 2006 sebesar 102 kasus (15,6%) artinya setiap 100 kasus BBLR terjadi kematian BBLR sebanyak 16 kasus (Dinas Kesehatan Kota Metro, 2006).
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya BBLR yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor lain-lain, yaitu keadaan sosial ekonomi rendah, pekerjaan yang melelahkan dan kebiasaan merokok serta faktor yang tidak diketahui. Setiap tahun 10-15% bayi lahir prematur akan memiliki banyak masalah pasca lahir dengan demikian bayi prematur memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkan bayi lahir normal atau cukup bulan, bayi prematur yang masa kandungannya 36-37 minggu mempunyai angka kematian 5 kali lebih tinggi dari bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan banyak organ tubuh bayi yang belum berkembang sempurna sehingga banyak sekali gangguan yang terjadi didalamnya (Nakita Artikel PHP3 online, 2007). Maka akan mengakibatkan bayi beresiko mengalami infeksi bakteri, karena infeksi bakteri dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan kematian yang tinggi (Manuaba, 2000).
Perubahan suhu badan merupakan salah satu tanda terjadinya infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan dan petugas lainnya yang berhubungan dengan bayi prematur (Nakita PHP3 online, 2007). Infeksi ini terjadi sehubungan dengan terkontaminasinya bahan infus saat pencampuran obat, vitamin, susu, mineral dan lain-lain atau akibat kurang tindakan aseptik oleh perawat pada saat pemasangan kateter intravena. Komplikasi ini sebesar (1-5%) terjadi yang paling umum dan potensi serius berupa pneumotoraks, hidrotoraks, emboli, trombosit ataupun perforasi pembuluh darah akibat teknik pemasangan kateter intravena yang kurang terampil oleh tenaga kesehatan (Yushananta online, 2007). Jika bayi prematur ini mampu bertahan dan tidak meninggal masih banyak kemungkinan komplikasi jangka panjang yang terjadi seperti gangguan belajar, mental retardasi, maupun palpasi serebal (gaya hidup sehat online, 2007).
Berdasarkan pra survei yang dilakukan di ruang anak di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro, bulan Januari – Desember tahun 2006 terdapat 38 kasus prematur dengan angka kematian bayi prematur sebanyak 50% (19 kasus). Sedangkan untuk perbandingan di RB Santa Maria bulan Januari – Desember tahun 2006 terdapat bayi prematur sebanyak 214 kasus prematur dan meninggal sebanyak 49% (92 kasus).
Data tersebut menunjukkan angka kejadian kematian bayi prematur yang tinggi. Di Rumah Sakit Ahmad Yani Metro memiliki prosedur tetap (protap) yang menjadi pedoman petugas kesehatan atau bidan dalam melaksanakan tugasnya. Akan tetapi, masih ada petugas kesehatan atau bidan yang bekerja dalam melakukan penatalaksanaan pada bayi prematur tidak sesuai dengan prosedur yang ada. Berdasarkan prasurvey pada bulan April 2007 ditemukan tiga petugas dalam menangani asuhan kepada bayi prematur tidak memakai sarung tangan, masker, dan tidak mencuci tangan, serta pengaturan suhu pada inkubator tidak terkontrol dengan baik. Selain itu peralatan yang digunakan juga kurang lengkap.
Berdasarkan dengan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penatalaksanaan perawatan bayi prematur diruang Anak RSU Ahmad Yani Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana penatalaksanaan perawatan bayi prematur di RSU Ahmad Yani Metro?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian ini membatasi ruang lingkup penelitiannya sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Penatalaksanaan perawatan bayi prematur
3. Subjek penelitian : Petugas kesehatan yang melakukan perawatan bayi prematur
4. Tempat penelitian : Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
5. Waktu penelitian : Mei – Juni tahun 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan perawatan bayi prematur di RSU A. Yani Metro tahun 2007.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan bayi prematur oleh petugas kesehatan ditinjau dari pengaturan suhu tubuh bayi prematur di dalam inkubator.
b. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan bayi prematur oleh petugas kesehatan ditinjau dari pemberian nutrisi.
c. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan bayi prematur oleh petugas kesehatan ditinjau dari pencegahan infeksi.
d. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan bayi prematur oleh petugas kesehatan ditinjau dari pencegahan hipotermi.
E. Manfaat Penelitian
1. Institusi tempat penelitian atau rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada bayi prematur.
2. Tenaga kesehatan
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk peningkatan mutu dan kualitas pelayanan terhadap neonatus terutama masalah perawatan bayi prematur.
3. Institusi pendidikan akademi kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian tambahan dalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perawatan bayi prematur untuk penelitian yang akan datang.
4. Peneliti sendiri
Menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti khususnya dalam melakukan perawatan bayi prematur.


DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur oleh tenaga kesehatan di ruang anak RSU
Baca Selengkapnya - Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur oleh tenaga kesehatan di ruang anak RSU

Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu seksio sesaria di RSU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profil Kesehatan Kota Metro (2005) bayi yang mendapat ASI eksklusif 55,33% dari 810 bayi yang ada. Tingginya Angka Kematian Bayi dan rendahnya status gizi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, menunjukkan bahwa peran Air Susu Ibu (ASI) sangat strategi, namun keadaan sosial budaya yang beraneka ragam menjadi tantangan peningkatan penggunaan ASI yang perlu diantisipasi (DepKes RI, 1994).
Data UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Found) menujukkan sekitar 30 ribu kematian anak balita di Indonesia setiap tahunnya, yang sebenarnya dapat di cegah melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak kelahiran bayi. Sementara itu bukti ilmiah baru yang mengungkapkan oleh jurnal Paediatries pada tahun 2006 seperti dikutip UNICEF mengungkapkan bahwa bayi yang diberi susu formula (susu bayi) memiliki kemungkinan untuk meninggalkan dunia pada bulan pertama kehidupannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui ibunya secara ASI eksklusif, yakni tanpa diberi minuman maupun makanan tambahan (www.antara.com).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan sedikit sekali ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya sampai berumur 6 bulan, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertumbuhnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-6 bulan yang lebih memprihatinkan, 13% bayi dibawah dua bulan telah di beri makanan tambahan.
Manfaat ASI bagi bayi adalah untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mempunyai susunan yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Manfaat psikologis yaitu memberikan rasa aman dan tentram pada anak, meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak, merangsang perkembangan psikomotik bayi.
ASI yang pertama kali keluar disebut kolostrum, kolostrum bukan hanya nutrisi sempurna bagi bayi, tetapi juga kandungannya yang amat kaya akan zat anti kuman yang melindungi bayi dari berbagai macam penyakit, kolostrum memiliki kandungan zat imun yang jauh lebih tinggi dari ASI matang (ASI setelah kolostrum) (http://www.lalecheleague.org/FAQ/KOLOSTRUM.htmi).
Hasil survey diruang kebidanan Rumah Sakit Umum A. Yani Metro pada bulan Januari-Februari 2007 terdapat 27 persalinan dengan seksio sesaria dan 80% ibu yang melahirkan seksio sesaria dengan narkose umur sadar dalam waktu tidak lebih dari 4 jam. Pemberian ASI pada ibu dengan seksio sesaria hanya 60%. Ternyata bayi yang di lahirkan dengan seksio sesaria tidak semua langsung diberi ASI segera setelah ibu sadar tetapi di beri susu formula. Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran pemberian ASI pada ibu dengan operasi seksio sesaria di Rumah Sakit Umum A. Yani Metro.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan dalam penelitian ini adalah berikut “Bagaimanakah Gambaran Penatalaksanaan Pemberian ASI pada Ibu dengan Operasi Seksio Sesaria di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro Tahun 2007”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu :
1. Jenis penelitian : Deskriptif.
2. Subjek penelitian : Ibu bersalin dengan seksio sesaria.
3. Objek penelitian : Gambaran Penatalaksanaan Pemberian ASI pada ibu seksio sesaria
4. Lokasi Penelitian : Ruang kebidanan Rumah Sakit Umum A. Yani Metro.
5. Waktu penelitian : 15 Juni – 28 Juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu seksio sesaria di Rumah Sakit Umum A. Yani Metro.
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran tentang cara pemberian ASI pada Ibu seksio sesaria di ruang kebidanan RSU A. Yani Metro.
b. Diperoleh gambaran tentang lama pemberian ASI pada Ibu seksio sesaria di Ruang kebidanan RSU A. Yani Metro.
c. Diperoleh gambaran tentang posisi pemberian ASI pada Ibu seksio sesaria di ruang kebidanan RSU A. Yani Metro.
d. Diperoleh gambaran tentang frekuensi pemberian ASI pada Ibu seksio sesaria di ruang kebidanan RSU A. Yani Metro.

E. Manfaat Penelitian
1. Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
Sebagai bahan masukan bidan atau tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro, sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang terbaik bagi pasien dengan tindakan seksio sesaria.

2. Instansi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
a. Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada mahasiswa selama mengikuti perkuliahan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Program Studi Kebidanan Metro.
b. Sebagai sumber bahan bacaan bagi perpustakaan di Instansi Pendidikan.

3. Peneliti
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam masalah pemberian ASI pada bayi ibu seksio sesaria.

4. Peneliti Lain
Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian-penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan ASI pada ibu seksio sesaria dan dapat disempurnakan lagi.


DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu seksio sesaria di RSU
Baca Selengkapnya - Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu seksio sesaria di RSU

Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di ruang bersalin RSUD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di suatu negara. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktivitasnya Untuk pertama kalinya masalah kematian ibu dibahas dalam forum konferensi internasional di Nairobi, Kenya. Konferensi tersebut diadakan karena WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dan kasus tersebut 50% terjadi di negara berkembang (Prawirohardjo, 2002). Survey demografi kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjukkan angka 390 per 100.000 kelahiran hidup. SDKI 1997 angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dan hasil SDKI 2002-2003 307 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun menunjukkan penurunan yang bermakna, target nasional untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2010 masih jauh untuk di capai (Dinkes Kota Metro, 2005).
Tahun 2003, jumlah kematian ibu maternal yaitu 98 dari 186.248 ibu hamil dan meningkat menjadi 145 pada tahun 2004 dan tetap sama pada tahun 2005 sebanyak 245 kasus dari 165.347 kelahiran hidup (Profil Dinkes Propinsi Lampung, 2005). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Metro di Kota Metro selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2000 terdapat 1 kematian ibu dengan penyebab kematian satu kasus perdarahan postpartum (1/2.796 kelahiran hidup atau 36/100.000 kelahiran hidup), tahun 2001 terdapat 3 kematian ibu (3/2.596 kelahiran hidup). Tahun 2002 terdapat 3 kasus kematian ibu dengan penyebab kematian eklampsia, ruptur uteri dan perdarahan postpartum (3/3.212 kelahiran hidup atau 93/100.000) tahun 2003 terdapat 2 kematian ibu dengan penyebab kematian eklampsia postpartum dan perdarahan postpratum atau 73/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2004 terdapat 1 kematian ibu dengan penyebab kamatian perdarahan postpartum atau 34/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 terdapat 2 kematian ibu dengan penyebab kematian kelainan jantung (Dinkes Kota Metro, 2007).
Menurut Depkes (2002), penyebab kematian ibu terbanyak (90%) disebabkan oleh komplikasi obstetri yaitu perdarahan (60-70%). Salah satu pencegahannya adalah dengan melaksanakan manaemen aktif kala III. Tindakan manajemen aktif kala III akan lebih efektif dalam pelepasan plasenta bila dikombinasikan dengan penarikan tali pusat terkendali.
Selama dekade terakhir, penelitian klinis telah menunjukkan bahwa menejemen aktif kala III persalinan dapat menurunkan kejadian perdarahan postpartum , mengurangi lamanya kala III. Berdasarkan hal ini maka WHO telah merekomendasikan agar semua dokter dan bidan melaksanakan manajemen aktif kala III dengan alasan bahwa dengan mempersingkat lamanya waktu kala III dapat mengurangi banyaknya darah yang hilang sehingga dapat mengurangi angka kematian dan angka kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan (WHO-JHPIGO, 2003).

Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam. Sebagian besar kematian akibat perdarahan pascapersalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penatalaksanaan kala III persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk menurunkan angka kematian ibu, karena manajemen aktif kala III bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mengurangi perdarahan pascapersalinan (Depkes, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tahun 2006 di Puskesmas Way Urang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan, didapatkan data bahwa penatalaksanaan manajemen aktif kala III pada tahap pemberian suntikan oksitosin oleh Bidan tidak dilakukan secara sistematis dan tidak lengkap (66,67%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar Bidan memberikan suntikan oksitosin sebelum bayi lahir, dimana seharusnya pemberianya dilakuka setelah bayi lahir. Untuk tahap penegangan tali pusat secara terkendali (PTT) oleh Bidan dilakukan oleh bidan secara sistematis dan lengkap (66,67%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar Bidan telah melakukan peregangan tali pusat terkendali. Selanjutnya pada pemijatan fundus uteri (masase) oleh Bidan dilakukan secara tidak sistematis dan tidak lengkap adalah 100%. Hal ini berarti bahwa seluruh bidan melakukan masase fundus uterus sebelum bayi lahir.
Sementara pada penelitian tahun 2004 di RSUD Pringsewu diketahui 53% Bidan sudah cukup paham tentang menejemen aktif kala III dan 27% termasuk katagori kurang. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya keterampilan Bidan dalam menerapkan manajemen aktif kala III. Sementara untuk pelaksanaannya 54% termasuk cukup, 13% termasuk katagori baik dan 33% katagori kurang.
Data prasurfey yang penulis peroleh (RSUD A. Yani Kota Metro, 2006) terdapat 7 ibu meninggal di ruang bersalin RSUD A. Yani metro dengan PPH / Post Partum Hemoragie (2 0rang), Sepsis Post Op (1 orang), DC / Decomp Cotris Post Op (1 orang), Hepatik APP (1 orang) dan Atonia Uteri (2 orang). Sementara untuk pelaksanaan Manajemen Aktif Kala III ada yang masih belum sesuai dengan standar, misalnya kurangnya keterampilan Bidan dalam melakukan masage fundus uteri dan masih ada yang memberikan suntikan oksitosin sebelum bayi lahir di mana seharusnya dilakukan setelah bayi lahir. Hal inilah yang melatarbelakakngi penulis untuk melakukan penelitian bagaimanakah keterampilan Bidan di RSUD A. Yani metro dalam menerapkan Manajemen Aktif Kala III, apakah sudah sesuai dengan standar atau belum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Bagaimanakah gambaran penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUD A. Yani kota Metro tahun 2007?”


C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Bidan yang bertugas di Ruang Bersalin RSUD A. Yani kota Metro.
3. Objek penelitian : Penerapan Manajemen Aktif Kala III oleh Bidan.
4. Tempat penelitian : Ruang Bersalin RSUD A. Yani Kota Metro
5. Waktu penelitian : Tanggal 6 Juni 2007 sampai 13 Juni 2007
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran penerapan Manajemen Aktif Kala III oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUD A. Yani kota Metro tahun 2007.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan penyuntikan oksitosin pada manajemen aktif kala III oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUD A. Yani Kota Metro.
b. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan peregangan tali pusat terkendali oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUD A. Yani kota Metro.
c. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan pengeluaran plasenta oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUD A. Yani kota Metro
d. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan masase uterus oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUD A. Yani kota Metro.




E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi Peneliti
Penulis mengharapkan KTI ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian khususnya bidang kebidanan, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang Manajemen Aktif Kala III.
2. Bagi Lokasi Penelitian (Ruang Bersalin RSUD A. Yani Kota Metro)
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi RSUD A. Yani kota Metro sehingga dapat meningkatkan kemampuan bidan dalam menerapkan Manajemen Aktif Kala III.
3. Bagi Bidan di Ruang bersalin RSUD A. Yani
Dapat memperluas wawasan Bidan, sebagai bahan masukan agar dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam menerapkan asuhan manajemen aktif kala III.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau referensi untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan Manajemen Aktif Kala III.


DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di ruang bersalin RSUD
Baca Selengkapnya - Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di ruang bersalin RSUD

Gambaran penatalaksanaan kala IV persalinan normal oleh bidan praktek swasta di wilayah puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur usia disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama kehidupannya di banyak negara Afrika 1:14. Sedangkan di Amerika Utara hanya 1:6366 lebih dari 50% kematian dinegara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah (Saifuddin, 2002).
Angka Kematian Ibu diseluruh dunia masih cukup tinggi. Estimasi WHO tahun 2000 tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000 kelahiran hidup) adalah sebagai berikut, diseluruh dunia sebesar 400, dinegara industri AKI cukup rendah yaitu sebesar 20, di Eropa sebesar 24. Untuk negara berkembang AKI masih cukup tinggi yaitu sebesar 440/100.000, di Afrika sebesar 830/100.000, di Asia Tenggara sebesar 210/100.000 (WHO, 2004 ). Untuk negara – negara ASEAN, AKI (per100.000 kelahiran hidup) sangat bervariasi seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Kamboja, Laos, Philipina, Myanmar, Thailand dan Vietnam. (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi walaupun terjadi penurunan sekitar 25% dari kondisi semula yaitu 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 berdasarkan Survei Demografi Kesehatan 1997. Namun angka tersebut masih tinggi 3-6 kali lebih besar dibandingkan negara- negara ASEAN, AKI di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003 atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab dan target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (www.google). Di provinsi Lampung cenderung terjadi peningkatan AKI sebesar 143/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 153/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinkes Provinsi Lampung, 2003).
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas di saat sekitar persalinan (Saifuddin, 2001). Perdarahan menempati urutan tertinggi penyebab kematian ibu yaitu mencapai 30-35% (Manuaba, 1998).
Selama persalinan kala empat bahaya utama pada ibu adalah perdarahan postpartum. Keamanan ibu tergantung pada pengkajian yang sering dan waktu intervensi dari petugas yang siaga (Hamilton, 1995).

Sebagian besar kematian ibu pada periode paska persalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia. Oleh karena itu, pemantauan selama dua jam pertama post partum sangat penting. Selama kala empat ini bidan harus meneruskan proses pernata-laksanaan kebidanaan yang telah mereka lakukan selama kala satu, dua dan tiga untuk memastikan ibu tersebut tidak menemui masalah apapun. (Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2003)
Di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002 angka kematian ibu (AKI) sejumlah 13 orang dari 20.162 kelahiran hidup (64,47/100.000 kh) dan pada tahun 2003 sebanyak 16 orang dari 25.140 kelahiran hidup (63,64/100.000 kh) dan pada tahun 2004 sebanyak 19 orang dari 30.118 kelahiran hidup (62,81/100.000 kh), hal ini menunjukkan adanya sedikit penurunan. Dengan penyebab klinis kematian terbesar adalah karena perdarahan yaitu sebesar 39 %. Angka kematian ibu bila dibandingkan Indikator Indonesia Sehat 2010, Kabupaten Lampung Selatan masih dibawah angka tersebut yaitu (150/100.000 kh). (Dinkes Lampung Selatan,2004 )
Berdasarkan data pada bulan Juni 2005 – Desember 2005 yang peneliti dapatkan di Puskesmas Way Urang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan dari 521 persalinan normal ditemukan sebanyak 22 ibu yang mengalami perdarahan post partum, 5 diantara meninggal akibat perdarahan tersebut (Puskesmas Way Urang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan, 2005).

Hal ini dapt dicegah jika penatalaksanaan Kala IV dilakukan secara benar oleh bidan. Berdasarkan pra survey pada tanggal 6 - 11 April 2006 di wilayah Puskesmas Way Urang Kecamatan Kalianda, terdapat 9 bidan.Setelah penulis melakukan observasi terhadap empat bidan dalam hal penatalaksanaan kala IV, hanya 1 (25%) bidan yang melaksanakan penatalaksanaan Kala IV secara benar, dan 3 (75%) bidan yang tidak melaksanakan penatalaksanaan Kala IV secara benar, dimana bidan tidak melakukan pemeriksaan kandung kemih, tidak melakukan pemeriksaan jumlah perdarahan, tidak melakukan pemeriksaan suhu, karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Kala IV pada persalinan normal oleh Bidan Puskesmas Way Urang Kalianda Lampung Selatan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Gambaran Penatalaksanaan Kala IV Persalinan Normal oleh Bidan Puskesmas Way Urang Kalianda Lampung Selatan ?”.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan Kala IV persalinan normal oleh bidan.


D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subyek Penelitian : Bidan
3. Objek Penelitian : Gambaran Penatalaksanaan Kala IV Persalinan Normal
4. Lokasi Penelitian : Kalianda Lampung Selatan
5. Waktu Penelitian : Pada bulan April s.d Mei 2006

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bidan
Sebagai bahan evaluasi dalam melakukan penatalaksanaan Kala IV persalinan normal oleh Bidan Puskesmas Way Urang Kalianda Lampung Selatan Tahun 2006

2. Bagi Pengembangan Ilmu
Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam upaya peningkatan mutu penatalaksanaan Kala IV persalinan normal.

Baca Selengkapnya - Gambaran penatalaksanaan kala IV persalinan normal oleh bidan praktek swasta di wilayah puskesmas

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber