Cari Blog Ini

PROPOSAL PENYULUHAN DEMAM BERDARAH LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENYULUHAN DEMAM BERDARAH LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENYULUHAN DEMAM BERDARAH
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Kegiatan : PENYULUHAN WABAH DEMAM BERDARAH DAN PEKAN LINGKUNGAN BERSIH
Tema Kegiatan : “Kenali, Atasi, Selamatkan Lingkungan dari Demam Berdarah”
Waktu Kegiatan : •Desa Tapaan, Kec. Bugul Kidul Pasuruan
Tahap I (Penyuluhan) Tanggal 5 Juni 2008
Tahap II dan III (Pekan Lingkungan Bersih) tanggal 8 dan 15 Juni 2008
•Desa Bukir, kec. Gadingrejo Pasuruan.
Tahap I (Penyuluhan) tanggal 17 Juni 2008
Tahap II dan III (Pekan Lingkungan Bersih) tanggal 22 dan 29 Juni 2008
•Desa Kebonsari, Kec. Purutrejo Pasuruan.
Tahap I (Penyuluhan) Tanggal 1 Juli 2008
Tahap II dan III (Pekan Lingkungan Bersih) tanggal 6 dan 13 Juli 2008
Tempat Kegiatan : 1. Desa Tapaan Kecamatan Bugulkidul Pasuruan
2. Desa Bukir kecamatan Gadingrejo Pasuruan.
3. Desa Kebonsari kecamatan Purutrejo Pasuruan.
Publik Peserta : Kader Kesehatan, Pemuda Karang Taruna, dan Masyarakat desa Tapaan Kec. Bugul Kidul, Desa Bukir Kec. Gadingrejo dan Desa Kebonsari Kec.Purutrejo Pasuruan.
Penyelenggara Kegiatan : Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Pasuruan (BEM-PAS) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Pasuruan.
Biaya Kegiatan : Rp. 6.340.000, (Enam Juta Tiga Ratus Empat puluh Ribu Rupiah )
Pasuruan, 30 Mei 2008
PANITIA
KETUA PANITIA
Bela Nusa Bangsa SEKRETARIS
Ach. Subadar Fikri
Mengetahui,
KOORDINATOR BEM-PAS
Rahmadi
Project Proposal
PENYULUHAN WABAH DEMAM BERDARAH DAN PEKAN LINGKUNGAN BERSIH
ALIANSI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SE- PASURUAN (BEM-PAS)
“Kenali, Atasi, Selamatkan Lingkungan Dari Demam Berdarah”
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa wabah demam berdarah bukan saja menjadi masalah di daerah kita saja, akan tetapi sudah menjadi masalah nasional. Di Indonesia di perkirakan sudah tidak ada lagi satupun propinsi yang terbebas dari demam berdarah. Terutama di propinsi Jawa Timur, dimana Surabaya sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Timur adalah kota ditemukan pertama kalinya Demam Berdarah di Indonesia pada tahun 1968.
Di kota Pasuruan sendiri telah ditemukan kasus demam berdarah yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini menunjukkan begitu besarnya bahaya demam berdarah yang mengancam masyarakat Indonesia terutama warga Pasuruan. Oleh karena itu pencegahan menjadi hal wajib yang musti dilakukan agar ancaman ini tidak berkelanjutan.
Generasi muda sebagai penerus bangsa adalah salah satu element yang tentunya sangat dibutuhkan keikutsertaan dan partisipasinya dalam upaya memerangi bahaya demam berdarah ini. Memberikan Informasi yang benar tentang Demam Berdarah, bagaimana mencegah dan menangulangi serta memberikan motivasi dan penyadaran kepada seluruh element masyarakat untuk bersama-sama mencegah penyebarannya adalah bentuk Peran aktif Generasi muda khususnya di Pasuruan yang mutlak harus dilakuakan. Dengan demikian akan tercipta satu kekuatan besar untuk bersama-sama mencegah, membasmi bahkan membumi hanguskan wabah demam berdarah dari kota Pasuruan yang kita cintai ini. Tidak hanya sampai disitu, gerakan ini diharapkan juga menjadi inspirasi bagi seluruh daerah di Indonesia diluar kota Pasuruan agar tercipta Bangsa Indonesia yang sehat yakni bangsa Indonesia yang bebas demam berdarah.
Melihat realita diatas, tentunya diperlukan kerja dari semua element, baik dari masyarakat umum, pelayan kesehatan, dunia pendidikan, pemerintah, pemuda dan terutama mahasiswa Pasuruan untuk bersama-sama mencegah merambahnya wabah Demam Berdarah. Perlu diadakan satu kegiatan bersama yang mampu menggugah semangat dan motivasi seluruh masyarakat tanpa terkecuali yang dari kegiatan ini diharapkan minimal mampu menurunkan jumlah masyarakat yang terjangkit Demam Berdarah khususnya di Pasuruan.
Bertolak dari pemikiran tersebut di ataslah Aliansi BEM Se-Kota Pasuruan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Pasuruan bermaksud mengadakan serangkaian kegiatan yang dikemas dalam bentuk penyuluhan wabah demam berdarah dan pekan bersih lingkungan dengan mengangkat tema “kenali, atasi, selamatkan lingkungan dari demam berdarah”. Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat agar mempunyai inisiatif untuk bersama-sama memberantas wabah Demam Berdarah di lingkungan sekitar mereka demi terciptanya Pasuruan Bebas Demam Bersarah.
B. LANDASAN KEGIATAN
Landan kegiatan ini :
1. Pancasila
2. Undang-undang dasar (UUD) 1945
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga BEM PAS
4. Hasil Rapat Kerja BEM-PAS 2008-2009
C. TUJUAN KEGIATAN
Kegiatan ini bertujuan untuk :
1. Untuk memperluas dan menambah informasi kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang penjangkitan dan pencegahan wabah Demam Berdarah.
2. Memberdayakan generasi muda dalam menghadapi wabah Demam Berdarah.
3. Mendorong terciptanya partisipasi masyarakat untuk berperan aktif dalam mensosialisasikan wabah Demam Berdarah.
4. Menunjukkan kepada masyarakat umum, bahwa kebersihan lingkungan adalah hal yang utama untuk pencegahan wabah penyakit khususnya Demam Berdarah.
D. BENTUK KEGIATAN
1. Nama dan Tema
a. Nama Kegiatan
Kegiatan yang kami selenggarakan ini bernama Penyuluhan Wabah Demam Berdarah Dan Pekan Lingkungan Bersih
b. Tema Kegiatan
Kegiatan yang kami laksanakan ini mengambil grand tema “kenali, atasi, selamatkan lingkungan dari demam berdarah”
2. Waktu dan Tempat Kegiatan
•Desa Tapaan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan
Tahap I (Penyuluhan) Tanggal 5 Juni 2008
Tahap II dan III (Pekan Lingkungan Bersih) Tanggal 8 dan 15 Juni 2008
•Desa Bukir kecamatan Gadingrejo Pasuruan.
Tahap I (Penyuluhan) tanggal 17 Juni 2008
Tahap II dan III (Pekan Lingkungan Bersih) tanggal 22 dan 29 Juni 2008
•Desa Kebonsari Kecamatan Purutrejo Pasuruan.
Tahap I (Penyuluhan) Tanggal 1 Juli 2008
Tahap II dan III (Pekan Lingkungan Bersih) tanggal 6 dan 13 Juli 2008
Adapun manual kegiatan terlampir
3. Penyelenggara Kegiatan
a. Kegiatan Penyuluhan wabah demam berdarah dan pekan lingkungan bersih ini diselenggarakan oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se- Pasuruan (BEM-PAS) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Pasuruan.
b. Adapun susunan kepanitiaan sebagaimana terlampir.
4. Publik Peserta
Peserta kegiatan ini adalah : Mayarakat, Kader Kesehatan, Remaja/ ORMAS di desa Bukir kec. Gadingrejo, desa Kebonsari Kec. Purutrejo Pasuruan, desa Tapaan Kec. Bugulkidul Pasuruan.
E. SUMBER dan ESTIMASI DANA
a. Sumber Dana
Sumber dana dalam penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan diperoleh melalui :
1. Swadaya BEM-PAS
2. Instansi-instansi terkait
3. Para Donatur/dermawan yang tidak mengikat
b. Sumber Dana
Adapun anggaran yang diperlukan dalam kegiatan ini sebesar Rp. 6.340.000, (Enam Juta Tiga Ratus Empat puluh Ribu Rupiah ). Dengan rincian estimasi dana terlampir.
F. PENUTUP
Demikian project proposal ini kami susun, dengan harapan dapat menjadi pertimbangan serta memperoleh tanggapan dari berbagai pihak yang turut peduli dan mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut. Adapun hal-hal yang belum tercantum dalam manual kegiatan ini, terutama yang berhubungan dengan penambahan dan perubahan yang bersifat mendesak akan diatur kemudian sesuai dengan kebutuhan.
Sekian dan terima kasih
—ooo—
Pasuruan, 30 Mei 2008
Lampiran I
SUSUNAN PANITIA
PENYULUHAN WABAH DEMAM BERDARAH DAN PEKAN LINGKUNGAN BERSIH
ALIANSI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SE- PASURUAN (BEM-PAS)
Ketua : Bela Nusa Bangsa (Akper Pasuruan)
Sekretaris : Ach. Subadar Sukri (STKIP)
Bendahara : M. Sony (STAIS)
•Devisi Acara :
Syaifuddien Su’adi (UYP)
Irawati (Akbid Gempol)
M. Imam (Akper Gempol)
•Devisi Kesekretariatan
Fuad (STIMIK Yadhika)
M. Zasmito (UNMER)
Ima (STIE Wali Songo)
•Devisi Humas
Abdul Khobir (UYP)
Tutus Anggraeni (STKIP)
Agus Tamrin (UNMER)
•Devisi PLK dan Dokumentasi
Wahyudi (Akper Gempol)
Faiz (STAIPANA)
Heri (UNMER)
•Devisi konsumsi
Zainul Abidin (UYP)
M. Rozak (STAIS)
Ike (Akper Gempol)
Lampiran II
MENUAL KEGIATAN
PENYULUHAN WABAH DEMAM BERDARAH DAN PEKAN LINGKUNGAN BERSIH
ALIANSI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA SE- PASURUAN (BEM-PAS)
Tahap Waktu Agenda Petugas
I 07.00-08.00 Chek in peserta Panitia
08.00-10.00 Opening ceremony:
Sambutan II
Sambutan III + Do’a Ketua Panitia
Kepala Desa
Tokoh Masyarakat
10.00-13.00 Penyuluhan Dinas Kesehatan Kota Pasuruan
13.00-14.00 ISHOMA All
14.00-16.00 Rencana Tindak Lanjut (RTL) BEM-PAS, Kader Kesehatan, Karang Taruna
16.00…. Selesai
II 07.00-08.00 Chek in peserta Panitia
08.00-12.00 Bersih Lingkungan BEM-PAS, Kader Kesehatan, Karang Taruna
III 07.00-08.00 Chek in peserta Panitia
08.00-11.00 Bersih Lingkungan BEM-PAS, Kader Kesehatan, Karang Taruna
11.00-13.00 Closing ceremony :
Sambutan I
Sambutan I I
Penyerahan cindramata
Do’a Ketua Panitia
Kepala Desa
Panitia
Tokoh Masyarakat
Lampiran III
ESTIMASI DANA KEGIATAN
Devisi Acara
No Jenis kebutuhan Harga satuan Jumlah
1. Pembuatan 15 Vandel (1 Dinkes, 1 Kepanitiaan, 1 BEM-PAS, 3 Karang taruna , 3 Kader kesehatan, 3 kepala desa, 3 Puskesmas) Rp. 25.000 Rp 375.000
Total Rp 375.000
Devisi Kesekretariatan dan Dokomentasi
No Jenis kebutuhan Harga satuan Jumlah
1. 3 Spanduk Kegiatan Rp. 125.000 Rp. 375.000
2. 500 Stiker Kegiatan Rp. 1500 Rp. 750.000
3. 27 Kaos panitia Kegiatan Rp. 25.000 Rp. 675.000
4. Dokumentasi Rp. 250.000 Rp. 250.000
Total Rp. 2.050.000
Devisi Konsumsi
No Jenis kebutuhan Harga satuan Jumlah
1. Konsumsi peserta 40 x 3 kali Penyuluhan Rp. 5.000 Rp. 600.000
2. Konsumsi panitia 25 x 3 kali penyuluhan Rp. 5.000 Rp. 375.000
3. Konsumsi pihak terkait (undangan) 15 x 3 kali penyuluhan Rp. 5.000 Rp.225.000
4. Konsumsi pekan lingkungan bersih :
- panitia 25x 9 kali bersih lingkungan
- Karang taruna + kader kesehatan 30 x 9 kali bersih lingkungan Rp. 5.000 Rp.2.475.000
5. Air mineral 20 kardus Rp. 12.000 Rp.240.000
Total Rp. 3.915.000
Grand total kebutahn dana :
Devisi acara : Rp 375.000
Devisi Kesekretariatan dan dokumentasi : Rp. 2.050.000
Devisi konsumsi : Rp. 3.915.000 +
Rp. 6.340.000
Baca Selengkapnya - PROPOSAL PENYULUHAN DEMAM BERDARAH LEMBAR PENGESAHAN

Spermisida

Spermisida

Pengertian

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.


Jenis

Jenis spermisida terbagi menjadi:



  1. Aerosol (busa).

  2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.

  3. Krim.



Cara Kerja

Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:



  1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.

  2. Memperlambat motilitas sperma.

  3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.


Pilihan



  1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).

  2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.

  3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.

  4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.


Manfaat

Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.


Manfaat kontrasepsi



  1. Efektif seketika (busa dan krim).

  2. Tidak mengganggu produksi ASI.

  3. Sebagai pendukung metode lain.

  4. Tidak mengganggu kesehatan klien.

  5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

  6. Mudah digunakan.

  7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.

  8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.


Manfaat non kontrasepsi

Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.


Keterbatasan



  1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).

  2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).

  3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.

  4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.

  5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.

  6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.

  7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.


Penilaian Klien

Meskipun tidak memerlukan pemeriksaan khusus, namun perlu diperhatikan kondisi pengguna alat kontrasepsi spermisida. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:





































Spermisida



Sesuai untuk klien yang:



Tidak sesuai untuk klien yang:


Tidak suka atau tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal (seperti perokok, wanita di atas 35 tahun)Mempunyai resiko tinggi apabila hamil (berdasar umur, paritas, masalah kesehatan)
Lebih suka memasang sendiri alat kontrasepsinyaTerinfeksi saluran uretra
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukungMemerlukan metode kontrasepsi efektif
Tidak ingin hamil dan terlindung dari penyakit menular seksual, tetapi pasangannya tidak mau menggunakan kondomTidak mau repot untuk mengikuti petunjuk pemakaian kontrasepsi dan siap pakai sewaktu akan melakukan hubungan seksual
Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode lainTidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat reproduksinya (vulva dan vagina)
Jarang melakukan hubungan seksualMempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan

Penanganan Efek Samping

Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.






















Efek Samping Atau Masalah



Penanganan


Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyamanPeriksa adanya vaginitis dan penyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Gangguan rasa panas di vaginaPeriksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Tablet busa vaginal tidak larut dengan baikPilih spermisida lain dengan komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.

Referensi

americanpregnancy.org/preventingpregnancy/spermicide.html

diunduh 8 Maret 2010, 05:42 PM.

birth-control-comparison.info/spermicide.htm diunduh 8 Maret 2010, 05:56 PM.

emedicinehealth.com/birth_control_spermicides/article_em.htm diunduh 9 Maret 2010, 12:21 PM.

health.alberta.ca/documents/Birth-control-Spermicide.pdf diunduh 10 Maret 2010, 7:32 PM.

hu-berlin.de/sexology/ATLAS_EN/html/methods_of_contraception.html diunduh 10 Maret 2010, 7:24 PM.

mayoclinic.com/health/spermicide/MY01005/DSECTION diunduh 8 Maret 2010, 05:30 PM.

plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/spermicide-4225.htm diunduh 5 Maret 2010, 07:51 AM.

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 24- MK 27).

http://askep-askeb.cz.cc/

Baca Selengkapnya - Spermisida

Yang Dirindukan Wanita tentang Jomblo

Yang Dirindukan Wanita tentang Jomblo
SEORANG wanita, ia tengah mencari pria yang tepat dan Anda datang dalam hidupnya untuk memenuhi keinginannya. Namun, kadang muncul kerinduan dengan kebiasaan yang biasa dilakoninya saat single.



Merindukan hal selama jomblo, bukan berarti ia tidak bahagia menjalin cinta dengan Anda. Tak perlu dipungkiri, Anda juga kerap merindukan momen ketika lajang kan?

Cari tahu apa dia rindukan dan bagaimana Anda sebagai kekasihnya yang sempurna, harus berurusan dengan hal itu. Jika Anda berdua bisa sedikit lebih akomodatif mengatasinya, pada akhirnya hal ini akan memperkuat hubungan. Berikut kerinduannya saat jomblo, seperti dikutip Askmen.

Flirting

Sebelum Anda datang, sah-sah saja baginya untuk “main mata” dengan banyak pria. Sekarang, dia harus menyadari status saat ingin melempar senyum ataupun memilin rambut untuk menarik perhatian seorang pria.

Tak perlu cemburu berlebihan dan beri ia sedikit ruang. Ambil tindakan tepat jika memang diperlukan. Kalau ia ramah dengan pria penjaga toko, biarkan saja, tapi jika ia terus menggoda pria lain di depan Anda, seraya tidak paham perasaan Anda, inilah saatnya bertindak.

Diet sehat

Banyak wanita merasakan, ketika memasuki suatu hubungan, mereka harus beradaptasi dengan aspek-aspek tertentu pasangannya, termasuk apa yang mereka makan. Masalahnya, pria umumnya tidak menyenangi pola hidup sehat, dan sebagai wanita penganut hidup sehat, dia mungkin merindukan saat di mana kulkasnya berisi sayuran segar.

Hal ini bisa Anda manfaatkan dengan kencan masak bersama. Carilah menu favorit yang mengakomodir keinginan masing-masing.

Waktu untuk diri sendiri

Kerinduan ini bukan berarti dia tidak suka menghabiskan waktu bersama Anda. Tapi sebelum Anda masuk ke hidupnya, dia punya lebih banyak waktu untuk sendiri. Memberinya sedikit waktu untuk diri sendiri tidaklah sulit. Melewatkan beberapa aktivitas sendiri-sendiri, membuat Anda berdua lebih menghargai waktu.

Waktu tidak terencana bersama teman-teman

Bersama Anda sebagai kekasihnya, ia senang telah melalui masa sedih, kecewa, kesal, dan bahagia bersama, tapi ia juga rindu waktu bersama teman-teman. Bersama mereka, ia bisa senang-senang kapanpun dan dimanapun.

Spontanitas kumpul-kumpul inilah yang mungkin hilang saat ia sudah bersama Anda. Kompromikan waktu yang pas untuk ia bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman, dan rasakan manfaat saat Anda ingin hang out dengan teman-teman.

Menjawab hanya untuk dirinya sendiri

Sebagai wanita lajang, satu-satunya orang yang harus menjawab pertanyaan apapun adalah dirinya sendiri. Sekarang, dia harus mempertimbangkan pendapat dan perasaan Anda sebelum membuat keputusan besar. Baginya, pendapat Anda sama pentingnya dengan pendapatnya, terutama ketika datang hal-hal yang memengaruhi hubungan.

Dalam kasus pilihan hidup serius, seperti memutuskan apakah akan menerima tawaran pekerjaan baru di luar negeri, Anda harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Tapi, jika pilihan tersebut terlalu sederhana, biarkan dia mengambil kendali dan bertanggung jawab atas pilihannya.

Tentu saja, ada beberapa aspek single yang cukup menarik, tapi tidak ada yang lebih menyenangkan daripada terlibat hubungan. Penting bagi Anda berdua untuk mempertahankan kemerdekaan masing-masing, selain memikirkan kepentingan hubungan
Baca Selengkapnya - Yang Dirindukan Wanita tentang Jomblo

Alasan Wanita Enggan Menyusui

Alasan Wanita Enggan Menyusui
American Academy of Pediatrics merekomendasikan wanita menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama. Air susu ibu (ASI) memang merupakan gizi terbaik untuk bayi. Terutama untuk kekebalan tubuh bayi, sehingga terhindar dari berbagai penyakit.

Sayangnya, tak semua ibu bisa atau mau menyusui bayinya. Alasan utama para wanita memilih berhenti memberikan ASI berkaitan dengan banyak hal. Seperti, rasa sakit saat menyusui, volume susu rendah, kembali bekerja, khawatir bentuk payudara rusak, atau kurangnya dukungan dari lingkungan. Akhirnya, banyak bayi yang mengonsumsi susu formula ketimbang ASI.

Negara-negara maju bahkan menyarankan wanita untuk tetap menyusui setelah keluar dari rumah sakit bersalin. Tapi, begitu mereka sampai di rumah, tidak begitu banyak yang memberikan ASI eksklusif minimal enam bulan.

Menurut Centers for Disease Control, hampir 74% wanita mulai menyusui. Namun, hanya 43% yang melakukannya hingga enam bulan, dan sebanyak 33% menyusui eksklusif hanya selama tiga bulan.

Di beberapa negara, para wanita pasca-melahirkan diharapkan tetap menyusui bayi secara eksklusif meski telah kembali bekerja. Mereka diberikan beberapa pengetahuan tambahan agar tetap bisa menyimpan ASI secara tepat.

Maka itu, para ibu disaranka agar tidak mudah menyerah memberikan ASI untuk buah hati. Memberikan susu formula bukanlah solusi terbaik. Melalui kesabaran, komitmen dan kondisi tubuh dan sehat, bisa membantu Anda memberikan ASI terbaik buat anak. Dukungan dari pasangan, atasan, teman, rekan kerja, dan anggota keluarga penting agar si kecil tetap bisa mendapatkan ASI eksklusif
Baca Selengkapnya - Alasan Wanita Enggan Menyusui

Tali Pusat Menumbung

Tali Pusat Menumbung: "
A. Pengertian
Menurut Prof. Dr. Roestam Mochtar, MPH, 1998. Tali pusat menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah pecah.

B. Klasifikasi Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxorn, 1996
Tali pusat menumbung, ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari 3 kedudukan, yaitu :
1. Tali pusat menumbung di PAP, terletak di samping bagian terbawah janin di PAP
2. Tali pusat menumbung ke dalam vagina, turun ke vagina
3. Tali pusat menumbung melalui introitus dan keluar dari vagina

C. Etiologi Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxorn, 1996
1. Etiologi Fetal
a. Presentasi abnormal
Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi kepala namun bisa juga karena letak lintang dan letak sungsang/presentasi bokong, terutama bokong kaki.
b. Prematuritas
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan premature, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil tidak tahan terhadap trauma dan anoksia.
c. Kehamilan ganda
Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, insidensi hydramnion yang tinggi dan pecahnya ketuban anak kedua.
d. Hydramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah.

2. Etiologi Maternal
a. Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.
b. Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal, terutama pada multipara.

3. Etiologi Dari Tali pusat dan Plasenta
a. Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat maka semakin mudah menumbung
b. Plasenta letak rendah
Jika plasenta dekat serviks maka ia akan menghalangi penurunan bagian terendah. Di samping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.

D. Diagnosis Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxon, 1996
Diagnosa tali pusat menumbung dibuat dengan 2 cara :
1. Melihat tali pusat di luar vulva
2. Meraba tali pusat pada pemeriksaan vaginal (periksa dalam)
Pemeriksaan vaginal harus dilakukan :
a. Bila terjadi gawat janin yang tidak diketahui sebabnya dan trauma jika bagian terbawah belum turun.
b. Bila ketuban pecah dengan bagian terendah yang masih tinggi.
c. Bila semua kasus malpresentasi pada waktu ketuban pecah
d. Bila bayinya jelas prematur
e. Pada kasus-kasus kembar

E. Prognosis Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxorn, 1996
Tali pusat menumbung tidak membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan dalam persalinan, namun mengancam bagi janin. Harapan untuk bayi tergantung pada derajat dan lamanya kompresi tali pusat dan interval antara diagnosis dan kelahiran bayi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nasib janin :
1. Semakin baik keadaan janin pada waktu diagnosis dibuat, semakin besar harapan hidupnya. Tali pusat yang berdenyut keras menurunkan gejala yang baik dan sebaliknya tali pusat yang berdenyut lemah berarti tidak baik.
2. Semakin cepat bayi dilahirkan setelah tali pusat turun ke bawah, semakin baik hasilnya. Penurunan lebih dari 30 menit memperbesar kematian janin 4 x.
3. Janin yang lebih tua umur kehamilannya lebih besar pula kemampuannya bertahan terhadap proses-proses traumatic.
4. Semakin kurang trauma pada kelahiran bayi, semakin baik prognosis untuk ibu dan anak.
5. Pembukaan serviks mungkin merupakan faktor yang terpenting. Jika pembukaan sudah lengkap pada waktu diagnosis dibuat maka akan banyak bayi yang dapat diselamatkan. Semakin kecil pembukaan prognosisnya semakin jelek. Perkecualian untuk ini adalah jika dapat dilakukan section caesarea dengan segera, dalam hal mana prognosisnya sama baik atau lebih baik pada pembukaan serviks yang masih kecil.
6. Kematian janin bertambah dengan semakin panjangnya interval antara pecahnya ketuban dan kelahiran bayi.

F. Penanganan Tali Pusat Menumbang Menurut Harry Oxorn, 1996
Tali pusat menumbung dibiarkan dan persalinan diteruskan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Bila janin sudah meninggal
2. Bila janin diketahui abnormal
3. Bila janin masih sangat premature sehingga tidak ada harapan untuk dapat hidup

Usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki keadaan janin adalah sebagai berikut :
1. Penolong memasukkan satu tangan ke dalam vagina dan mendorong bagian terendah ke atas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang bersamaan dilakukan persiapan untuk menolong persalinan.
2. Pasien diletakkan dalam sikap lutut-dada (knee chost) atau trendelenburg dengan pinggul diatas dan kepala di bawah.
3. Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu
4. Denyut jantung janin sering diperiksa dengan teliti
5. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi, pembukaan serviks, turunnya bagian terendah dan keadaan tali pusat.

Jika pembukaan sudah lengkap dilakukan usaha-usaha untuk berbagai presentasi sebagai berikut :
1. Presentasi kepala, kepala rendah di dalam panggul : ekstraksi dengan forceps
2. Presentasi kepala, kepala tinggi : Versi ekstraksi cara ini mengandung bahaya terjadinya rupture uteri tetapi oleh karena ini merupakan usaha dalam keadaan putus asa untuk menyelamatkan anak maka resiko tersebut harus diambil
3. Presentasi bokong. Kedua kaki diturunkan dan bayi dilahirkan sebagai presentasi bokong kaki secepat mungkin.
4. Letak lintang. Versi dalam menjadi presentasi kaki dan segera dilakukan ekstraksi.

Jika pembukaan belum lengkap, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut :
  1. Sectio caesaria, merupakan pilihan selama bayinya cukup bulan dan dalam keadaan baik. Nasib bayi pada section caesaria jauh lebih baik dibanding kelahiran dengan cara lain. Bahaya untuk ibu juga sangat kurang dibanding dengan melahirkan bayi secara paksa pada pembukaan yang belum lengkap. Sementara dilakukan persiapan operasi diadakan usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat seperti tersebut diatas.
  2. Reposisi tali pusat dapat dicoba jika tidak dapat dikerjakan section caesarea. Tali pusat dibawah ke atas kedalam uterus, sedangkan bagian terendah janin di dorong ke bawah masuk panggul kemudian di tahan kadang-kadang reposisi tali pusat berhasil tetapi umumnya kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada waktu melakukan.
  3. Jika usaha ini tidak berhasil, pasien di pertahankan dalam posisi trendelenburg dengan harapan tali pusat tidak tertekan sehingga bayi tetap dapat hidup sampai pembukaan menjadi cukup lebar untuk memungkinkan lahirnya bayi.
  4. Dilatasi serviks secara manual, insisi serviks dan cara-cara lain untuk memaksakan pembukaan serviks tidak akan pernah diterima. Keberhasilannya kecil sedangkan resiko untuk ibu besar.
Baca Selengkapnya - Tali Pusat Menumbung

Inersia Uteri

Inersia Uteri
A. Pengertian
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar (www.yahoo.com). Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran insersia uteri di bagi atas 2 kekuatan.
1. Insersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.

2. Insersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I dan kala II, permulaan his, baik kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan/kelainan.

B. Etiologi
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri adalah :
1. Kelainan his sering dijumpai pada primipara
2. Faktor herediter, emosi dan ketakutan
3. Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang
4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim, ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sevalopelvik
5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
6. Kehamilan postmatur (postdatism)
7. Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia
8. Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia

C. Komplikasi yang mungkin terjadi
Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat-akibat terhadap ibu dan janin (infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dll)

D. Diagnosis
Untuk mendiagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia uteri sekunder akan lebih mudah.

F. Penanganan
Penanganan inersia uteri dengan :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada.
3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi kemajuan persalinan 12 jam, kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari 3 cm. porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, berikan sedativa sehingga pasien dapat tidur, mungkin masih dalam “false labour”. Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus pitosin, perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah agar prognosis janin tetap baik.
4. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a. Penilaian cermat apakah ada disproporsi sevalopelvik dengan pelvimentri klinik atau radiologi. Bila CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea
b. Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus
c. Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea
d. Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.
Hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya disebabkan oleh faktor lain seperti kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus dan sebagainya.
Baca Selengkapnya - Inersia Uteri

Tromboflebitis

Tromboflebitis
1. Pengertian
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

2. Klasifikasi
Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tamboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
b. Tomboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
(Abdul Bari SAifudin, dkk., 2002)

3. Etiologi
a. Perluasan infeksi endometrium
b. Mempunyai varises pada vena
c. Obesitas
d. Pernah mengalami tramboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
f. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
(Adele Pillitteri, 2007)

4. Tanda dan Gejala
a. Pelvio Tromboflebitis
1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a) Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
c) Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan
d) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
3) Abses pada pelvis
4) Gambaran darah
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
b. Tromboflebitis femoralis
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles(tanda homan positif)

5. Penatalaksanaan
a. Pelvio Tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)
b. Tromboflebitis Femoralis
1. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
7. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
8. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
11. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan
16. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dlakukan.
(Adele Pillitteri, 2007)
Baca Selengkapnya - Tromboflebitis

Rupture Perineum

Rupture Perineum
Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama.

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina. (Sarwono Prawirohardjo)

Faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum (Harry Oxorn).
Faktor maternal, mencangkup :
1) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
4) Edema dan kerapuhan pada perineum.
5) Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan perineum.
6) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
7) Perluasan episitomi.

Faktor janin mencangkup :
1) Bayi yang besar
2) Posisi kepala yang abnormal, ex : presentasi muka
3) Kelahiran bokong
4) Ekstraksi forceps yang sukar
5) Dystocia bahu
6) Anomali kongenital, seperti hidrocephalus

Robekan derajat pertama menurut harry oxorn dan sarwono prawiroharjo :
Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum tepat dibawahnya. Perbaikan robekan ini kecil dan diperbaiki sesederhana mungkin, tujuannya adalah merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan menghasilkan hemostass. Pada rata-rata kasus, beberapa jahitan terputus lewat mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum sudah memadai. Jika pendarahannya banyak, dapat digunakan jahitan angka 8. jahitan terputus yang di simpul secara longgar, paling baik bagi kulit karena jahitan ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih mnyenangkan bagi pasiennya.

Definsi Nifas
Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih selama 6 minggu. (Sarwono, 2001).
Dimulai setelah partus selesai dan berakhirnya kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 1992)

Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal, masa berlangsung selama 6 minggu /42 hari. (Manuaba, 2000)
Dimulai beberapa jam sesudah lahir plasenta dan mencangkup 6 minggu berikutnya (JHPIEG, 2001)

Dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat kandungan setelah melahirkan yang berlangsung kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan, memerlukan waktu selama 3 bulan.

Menurut Mochtar (1998) Periode nifas dibagi 3 :
a. Early Puerperium (masa nifas dini)
Masa dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan sendini mungkin.
b. Immediate Puerperium
Kepulihan alat-alat genetalia yag lamanya sampai dengan 6-8 minggu
c. Later Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama kehamilan atau bersalin mengalami komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan.

Perubahan yang terjadi selama masa nifas (Prawiroharjo, 1992)
1. Sistem Vaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan + 300-500 cc, bila melalui operasi SC kehilangan darah dapat 2 kali lipat. Perubahan yang terjadi dari blood volume (volume darah) dan hemokonsentrasi. Dan baru stabil setelah 4-6 minggu, setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba volume darah ibu relatif akan bertambah.
2. Sistem reproduksi
a. Involusi rahim
Setelah plasenta lahir uterus akan mengeras karena kontraksi dan retraksi pada otot-ototnya. Setelah lahir, berat uterus 1000 gram, seminggu kemudian 500 gram, 2 minggu kemudian 375 gram dan pada akhir purperium 50 gram (normal 40-60 gram). Involusi terjadi karena masing-mading sel menjadi lebih kecil, karena cytoplasma yamg berlebihan di buang. Involusi disebabkan karena cytoplasma berlebihan dibuang. Involusi disebabkan karena autolisis, dimana zat protein, dinding rahim pecah. Diabsorbsi dan kemudian di buang dengan urin. Aktivitas otot-otot adalah terjadinya kontraksi dan retraksi otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menutup pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta, serta mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan. Hal ini menyebabkan terganggunya pembuluh darah dalam uterus sehingga jaringan otot-otot kekurangan zat yang diperlukan dan jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.

b. Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan, luka ini dengan cepat mengecil, pada akhir minggu kedua hanya 3-4 cm, dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta lekas sekali tidak meninggalkan parut.

c. Perubahan servik dan vagina
Beberapa hari post partum, ostium uteri externum dapat dilalui 2 jari, pinggirnya tidak rata, retak-retak karena persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui satu jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas kanalis servikalis, pada servik terbentuk sel-sel otot baru karena hiperlisis, retraksi dirobekan servik sembuh. Pada minggu ke 3 post partum rugae mulai nampak kembali.

d. Lochea
Yaitu cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas. Sifat lochea alkalis, jumlahnya lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir sewaktu menstruasi. Cairan ini berasal dari melekatnya plasenta. Bekas melekatnya plasenta menimbulkan pecahan-pecahan pembuluh darah dan dalam penyembuhan mengeluarkan getah, selain itu juga terdapat sisa selaput chorium yang tertinggal pada decidua ligquoromni saat persalinan vernik caseosa, rambut lanugo dan kemudian mekonium.
a) Lochea rubra/cruenta
Pada hari 1-2 berwarna merah berisi lapisan decidua sisa-sisa chorium, liquor amni, rambut lanugo, vernik caseosa, dan kemungkinan pula mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Pada hari ke 3-7 berwarna coklat sedikit darah, banyak serum, selaput lendir, leucucytendum kuman penyakit dan serabut jaringan yang telah mati.
c) Lochea serosa
Pada hari 7-10 berwarna agak kuning, cair, dan tidak ada lagi darah
d) lochea alba
Setelah 2 minggu berwarna kekuningan berisi selaput lendir leucocytendon kuman penyakit dan jaringan yang telah mati.

3. Buah dada/lactasi
Hormon progesteron dan estrogen menghambat pengeluaran prolaktin. Dengan lahirnya plasenta kadar estrogen dan progesteron menurun sehingga penekanan prolaktin meningkat dalam darah dan merangsang produksi ASI.

4. Sistem perkencingan
Dinding kantung kencing memperlihatkan oedema dan hiperenia. Kadang-kadang oedema tergonium pada hiperenia kandung kencing selama nifas kurang sensitif dan kapasita kandung kemih juga bertambah, sehingga volume penuh atau sesudah BAK masih tertinggal urine residual. Sisa urin ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu.

5. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh
Suhu tubuh post partum meningkat 37,5 C-38 C, karena kerja keras waktu persalinan kemudian suhu akan normal.
b. Nadi
Pols sehabis melahirkan : 100x/menit karena kelelahan, perdarahan, nyeri, dan infeksi.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan karena adanya perdarahan
d. Pernafasan
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan akan mengikutinya.

6. Sistem gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi swetelah melahirkan. Hal ini karena alat pencernaan mendapat tekanan waktu melahirkan, dehidrasi, hemoroi,. Supaya BAB kembali lancar dapat diberi makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

7. Otot-otot abdominal
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diranggang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu pada waktu yang ethemis, terjadi diastusis dari otot-otot rectus abdominalis untuk mengencangkan kembali otot-otot perut, dapat dilakukan senam nifas.

8. Perubahan psikis dan sosial
Kebanyakan wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-gejala depresi dari tingkat ringan sampai berat.
Baca Selengkapnya - Rupture Perineum

CAPUT SUCCADENEUM

CAPUT SUCCADENEUM
A. Pengertian
Caput succadeneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks.
Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam capilair veneus meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
Merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD, 1985, hal : 254)

B. Etiologi
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succadeneum pada bayi baru lahir yaitu :
1. Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succadeneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam capilair venus meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
2. Persalinan dengan ekstraksi vakum
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Obstetri fisiologi, UNPAD, 1985, hal 254)

C. Patofisiologi
  1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
  2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. (Sarwono, Ilmu Kebidanan,2002, Hal : 716)
D. Tanda dan Gejala
1. Adanya edema dikepala
2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan
(IKA, Nelson 1992. Hal 608-609)

E. Penatalaksanaan
1. Bayi dengan caput succadeneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
4. Mencegah terjadinya infeksi :
a. Perawatan tali pusat
b. Personal hygiene baik
5. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
a. Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal
b. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.
6. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
7. Awasi keadaan umum bayi.

Pembengkakan pada caput succadeneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succadeneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah. (IKA, Nelson 1992. Hal 608-609).
Baca Selengkapnya - CAPUT SUCCADENEUM

Baby Blues

Baby Blues
A. Pengertian
Baby Blues atau yang juga dikenal sebagai Post Partum Syndrome adalah merupakan salah satu gangguan psikologis ibu masa nifas yang berupa kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu, yakni sekitar 2 hari hingga 2 minggu sejak kelahiran bayi. Dimana terjadi perubahan hormon si ibu, juga kelelahan pasca melahirkan. Ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Perubahan perasaan saat hamil sehingga sulit menerima bayinya (Zein, 2004).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Baby Blues antara lain adalah:
1. Perubahan hormon.
2. Stres
3. ASI tidak keluar, sehingga payudara membengkak.
4. Frustasi karena bayi tidak mau tidur, menangis, dan gumoh.
5. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakit akibat luka jahitan atau operasi.
6. Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lain dengan suami.
7. Problem dengan orang tua atau mertua.
8. Takut kehilangan bayi .
9. Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
10. Takut untuk memulai hubungan suami-istri (seks),anak akan terganggu.
11. Bayi sakit (kuning, dll).
12. Rasa bosan si ibu.
13. Problem dengan si sulung.
(www.dunia_ibu.org)
C. Tanda dan Gejala
1. Cemas tanpa sebab
2. Menangis tanpa sebab
3. Tampak khawatir mengenai bayi
4. Tidak percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu
5. Merasa kurang menyayangi bayinya
6. Tidak sabar
7. Sensitif
8. Mudah tersinggung
(Zein, 2004)

D. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menangani ibu dengan Baby Blues, antara lain adalah:
  1. Minta bantuan suami keluarga yang lain untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti mengurus rumah sehingga dapat mengurangi pekerjaan ibu, ibu dapat beristirahat dan mengurangi kelelahan.
  2. Beritahu suami apa yang sedang ibu rasakan. Minta di dudukan dan pertolongannya, karena dukungan dari suami memang yang paling ampuh, perhatian suami sangat menyenangkan hati dan benar-benar sangat membantu. Minta bantu suami untuk bergantian gendong, memandikan, dan lain-lain.
  3. Buang rasa cemas dan kekhawatiran, mencoba untuk belajar tenang dengan cara menarik nafas panjang dan meditasi atau Yoga. Dapat dilakukan sendirian ataupun kelompok dan pada tempat yang tenang, bersih, dan nyaman sehingga pikiran bisa rileks.
  4. Tidur ketika bayi tidur. Ini adalah waktu yang efektif untuk tidur, dimana ibu tidak perlu khawatir akan anaknya dan ibu dapat mengetahui jika bayinya terbangun.
  5. Berolahraga ringan/ melakukan latihan / senam nifas. Hal tersebut penting mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:
  • Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada, tahan 1 hitungan sampai 5. rileks dan ulangi 10 kali
  • Untuk memperkuat tonus vagina ( latihan kegel)
  • Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, perut dan panggul dan tahan hingga lima hitungan. Kendurkan dan ulangi sebanyak 5 kali
  • Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
6. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu dan Bounding Attachment
7. Tidak perfeksionis dalam hal mengurus anak
8. Bicarakan rasa cemas dan komunikasi dengan orang yang bisa kita percaya dan masalah ibu, seperti orang terdekat atau tenaga kesehatan (bidan)
9. Bersikap fleksibel
10. Merawat bayi dengan berfikir bahwa kesempatan merawat bayi hanya datang satu kali
11. Cari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri
12. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Bersosialisasi / membaur dengan banyak orang dapat membuat kita jadi lebih rileks dan melupakan sejenak beban / masalah di rumah.
13. Berikan pelayanan KB agar ibu lebih fokus dalam merawat bayinya sebelum kehamilan berikutnya. (www.dunia_ibu.org)
Baca Selengkapnya - Baby Blues

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber