Cari Blog Ini

Pengetahuan dan Aplikasi Mahasiswi Tingkat II Akbid tentang Partograf

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN DAN APLIKASI MAHASISWI
TINGKAT II AKBID TENTANG PARTOGRAF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).
Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 1998).
Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).
Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil pra survey yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2008 didapatkan jumlah mahasiswi AKBID .... ....... ....... sebanyak 173 orang, dimana 60 orang mahasiswi tingkat I, 60 orang mahasiswi tingkat II, dan 53 orang mahasiswi tingkat III. Pada mahasiswi tingkat II belum pernah dilakukan penelitian tentang partograf dan mereka juga belum pernah mengaplikasikan partograf dalam situasi dan kondisi yang riil, karena mahasiswa tingkat II belum melakukan kegiatan Praktek Klinik Kebidanan.
Berdasarkan pernyataan diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang Partograf tahun 2008”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimana pengetahuan dan aplikasi mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang Partograf”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : seluruh mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... .......
3. Objek Penelitian : Pengetahuan dan Aplikasi mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang partograf.
4. Lokasi Penelitian : AKBID .... ....... .......
5. Waktu Penelitian : April 2008

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan dan aplikasi mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang Partograf.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
 Diketahuinya pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang pengertian Partograf.
 Diketahuinya pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang tujuan penggunaan Partograf.
 Diketahuinya pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang bagaimana mengaplikasikan dalam Partograf.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Bagi Responden
Responden dapat mengetahui dengan jelas pengetahuan dan aplikasi dalam penggunaan partograf.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN DAN APLIKASI MAHASISWI TINGKAT II AKBID TENTANG PARTOGRAF
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Pengetahuan dan Aplikasi Mahasiswi Tingkat II Akbid tentang Partograf

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant Di Desa

KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dan negara-negara lain relatif tinggi, hingga mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002/2003). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan, bidang kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan dapat terwujud dalam bentuk safe motherhood atau disebut juga penyelamat ibu dan bayi (Sarwono, 2002).
Masalah kematian ibu adalah masalah yang sangat kompleks seperti status wanita dan pendidikan. Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang singkat, (Sarwono 2002). Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat perkawinan pertama. Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum 25-49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama menunjukkan angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (SDKI, 2002-2003).
Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Hanafi Hartanto, 2002).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial, konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB.
Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998).
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan hambatan budaya (Sumber Advokasi KB, 2005). Dari hasil SDKI (2002-2003) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
Bidan yang mempunyai peranan penting sebagai pendamping disepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan, persalinan, nifas dan menopause. Haruslah faham serta mengerti terhadap berbagai perubahan yang dihadapi wanita demi menuju kehidupan yang sehat.
Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 2555,5 juta (Sumarjati Arjoso, 2000). Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97% (Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005) turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukan angka penurunan dari 2,86% (Sarwono Prawirohardjo, 1990) menjadi 1,17% (Sarwono Prawirohardjo, 2000) (http: //situs kespro-info/kb/aju/ 2006/kb 01 html).
Berdasarkan hasil SDKI jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 206,4 juta jiwa (102,8 juta perempuan dan 103,4 juta laki-laki). Sedangkan untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60% (SDKI 2002-2003). Berdasarkan fakta utama KB, proporsi wanita PUS yang tidak ber KB masih cukup besar (40%) dan alasan utama wanita pus tidak ber KB adalah tidak subur (17%), masalah kesehatan (12%) dan takut efek samping (10%) (Sumber Advokasi KB, 2005). Jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2002-2003 meliputi peserta KB Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%.
Jumlah WUS di Propinsi Lampung 1.868.903 orang. Hasil presurvey di BBKBN (2004) terdapat peserta KB implant sebanyak 9.730 orang (4,81%), sedangkan KB aktif yang menggunakan KB lainnya sebanyak 188.282 orang (95,09%).
Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ sebanyak 1.003 KK. Sedangkan untuk jumlah PUS, sebanyak 810 orang. Yang terbagi menjadi 5 dusun yaitu Dusun I sebanyak 180 PUS, 275 Wanita Usia Subur (WUS), Dusun II sebanyak 152 PUS, 203 WUS, Dusun III sebanyak 160 PUS, 223 WUS, Dusun IV sebanyak 169 PUS, 269 WUS, Dusun V sebanyak 149 PUS, 194 WUS, jumlah akseptor KB di wilayah ini tahun 2006 adalah akseptor KB PIL 156 orang (13,4%) Suntik 345 (29,6%) Implant 4 orang (0,3%), MOW 1 orang (0,08%) dan MOP 4 orang (0,3%).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Setelah mengidentifikasikan masalah, perumusan masalah, penelitian yang diambil adalah “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ Tahun 2006?”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Objek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian KB implant
4. Lokasi Penelitian : Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........
5. Waktu Penelitian : Februari - Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Berdasarkan data hasil presurvey, ibu yang menggunakan kontrasepsi implant hanya 4 orang (0,3%), sehingga penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sedikitnya minat ibu terhadap kontrasepsi implant.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pendapatan keluarga terhadap kontrasepsi implant di Desa .............. kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ Tahun 2006.
 Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap kontrasepsi implant di desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
2. Bagi instansi pendidikan
Dapat menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
3. Bagi instansi kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, khususnya di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
4. Bagi PUS
Dapat menjadi saran dan masukan bagi PUS dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant Di Desa

Karakteristik Ibu Yang Menyapih Anak Di Bawah Usia Satu Tahun di Wilayah Kerja Wilayah Kerja Puskesmas

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan hari ibu ke-62 tanggal 22 Desember 1990, menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) (Soetjiningsih, 1998).
Dewasa ini di Indonesia 80-90% para ibu di daerah pedesaan masih menyusui anaknya sampai umur lebih dari dua tahun, tetapi di kota-kota Air Susu Ibu (ASI) sudah banyak diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui anaknya dengan baik dan teratur (Tumbelaka dalam Soetjiningsih, 1997).
ASI tidak perlu diragukan lagi, karena ASI merupakan makanan anak yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang anak untuk lebih optimal, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini (Soetjiningsih, 1998).
ASI mempunyai manfaat praktis dan psikologis yang harus dipertimbangkan bila ibu memilih metode untuk pemberian makanannya. Air susu ibu adalah yang paling cocok dari semua susu yang tersedia untuk anak manusia, karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan dirinya (Nelson, 1999).
ASI merupakan makanan ideal untuk anak, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi anak dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi anak terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan (Pudjiadi, 1997).
Pada usia sampai dengan enam bulan kebutuhan anak dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan anak semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan produksi ASI menurun. Karena itu anak memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal satu tahun, karena anak dibawah usia satu tahun dalam fase oral, dimana anak akan memerlukan kebutuhan rasa aman yang sangat dominan (Moehji, 2000).
Penyapihan anak diberbagai tempat dilakukan pada berbagai umur anak. Di masyarakat pedesaan umumnya penyapihan jarang dilakukan terhadap anak sebelum umur satu tahun, bahkan berlangsung lebih lama lagi, sampai umur lebih dari dua tahun. Dalam beberapa kasus, anak tidak disapih sampai berumur empat tahun. Dilain pihak, pada masyarakat perkotaan terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyapihan anak dilakukan pada umur yang lebih dini, bahkan ada pula yang menyapihkannya pada umur baru beberapa minggu (Suhardjo, 2000).
Penyapihan dibawah 1 tahun dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang telah melahirkan, dan ibu kembali lagi bekerja sehingga harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore. Dengan demikian anak tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok disamping Pemberian Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya (Pudjiadi, 1997).
Kebanyakan anak sedikit demi sedikit mengurangi volume frekuensi kebutuhan ASI-nya pada usia 6-12 bulan dan mereka menjadi terbiasa dengan penambahan jumlah makanan padat dan cairan dengan botol dan cangkir. Karena anak hanya butuh sedikit ASI, penyediaan ASI ibu makin lama makin berkurang, menyebabkan ibu terbebas dari kencang payudara. Penyapihan harus dimulai dengan mengganti susu formula atau susu sapi dengan botol atau cangkir pada sebagian ASI dan selanjutnya untuk semua bagian ASI (Nelson, 1999).
Penyapihan sangat bergantung pada keputusan pribadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kapan ibu bekerja kembali, bagaimana kesehatan ibu anak atau feeling ibu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengerti. Beberapa ahli menyatakan sebaiknya setelah anak berusia 1 tahun, mulai dilakukan peralihan dari puting susu ibu (www.google.com., 2006)
Tidak terpenuhinya nutrisi akan berpengaruh pada anak dan balita, sehingga timbul gizi kurang/buruk. Hal ini dapat dilihat dari SUSENAS (1998).
Dari hasil prasurvei peneliti dengan 10 orang ibu yang hadir disalah Posyandu sebanyak 7 orang (70%) mengatakan tidak mengerti apa itu penyapihan dan sebanyak 3 orang (30%) mengerti tentang penyapihan.
Berdasarkan data pra survey di Wilayah Kerja Puskesmas ........... pada tahun 2005 terdapat 30 anak yang disapih kurang dari satu tahun. (Data Puskesmas ..........., 2005).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu belum mengerti tentang penyapihan. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah usia satu tahun di wilayah kerja Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2005.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Masih banyaknya ibu yang melakukan penyapihan dini pada bayinya yang berumur < style="font-weight: bold;">1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :”Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih bayinya di bawah usia satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2006.

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik usia ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
2. Untuk mengetahui karakteristik paritas ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
4. Untuk mengetahui karakteristik pekerjaan ibu yang menyapih anak umur di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
5. Untuk mengetahui karakteristik penghasilan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan pengajaran yang berkaitan dengan nutrisi atau gizi.
1.6.2 Bagi Puskesmas
Setelah diketahui tentang karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006 dapat diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap penyapihan.
1.6.3 Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif mengenai gambaran tentang karakteristik ibu yang menyapih anak dibawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
2. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
3. Waktu penelitian : Setelah proposal disetujui pada bulan Februari 2006
4. Subjek Penelitian : Ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
Alasan Penelitian : Masih banyak ibu yang masih mengabaikan menyapih dibawah 1 tahun Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)


Baca Selengkapnya - Karakteristik Ibu Yang Menyapih Anak Di Bawah Usia Satu Tahun di Wilayah Kerja Wilayah Kerja Puskesmas

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV-AIDS di SMU

KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA
TENTANG HIV-AIDS DI SMU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi dikalangan remaja. Berbagai jenis IMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya dan kondisi kesehatan reproduksi pada khususnya karena pada umumnya berbagai infeksi IMS dan HIV/AIDS berkaitan langsung dengan sistem reproduksi manusia. Bahkan HIV/AIDS dapat berdampak kematian.1 Dalam banyak kesempatan diskusi dan seminar mengenai HIV/AIDS sering para pakar menyebut fenomena gunung es ditengah pandemi HIV, artinya dari seluruh data yangdapat diungkap sesungguhnya tersembunyi masalah yang jauh lebih besar. Misalnya kita mengungkap 100 data penderita HIV maka mungkin saja angka realnya bisa mencapai 100 atau sampai 1000 kali lipat.
Sangat sedikit kaum muda yang memiliki pengetahuan memadai dan benar tentang IMS termasuk HIV/AIDS padahal pengetahuan tersebut dibutuhkan untuk terhindar dari risiko penularan dan tidak diskriminatif kepada penderita AIDS. Dari data yang didapat dari UNAIDS (United Nation for AIDS) pada akhir tahun 2004 didunia diperkirakan terdapat 39,4 juta orang penderita HIV/AIDS. Menurut laporan United Nations Population Fund, HIV banyak menjangkiti remaja putri. Diperkirakan diseluruh dunia yang terjangkit penyakit HIV/AIDS 7,3 juta wanita muda dan 4,5 juta pria muda. Kalangan remaja dunia dewasa ini ibarat hidup dalam era HIV/AIDS. Laporan itu juga menyebutkan bahwa sebagian kasus baru HIV/AIDS telah menyerang remaja usia 15 – 24 tahun. Dilaporkan bahwa setiap 14 detik, satu orang remaja terinfeksi virus HIV/AIDS. Setiap hari sekitar 6000 orang berusia 15 – 24 tahun tercatat sebagai penderita baru HIV. Sebanyak 87 % pengidap HIV/AIDS hidup dinegara miskin dan berkembang. Banyak kalangan remaja tidak mempunyai informasi mengenai kesehatan, pencegahan kehamilan, HIV/AIDS serta infeksi yang ditimbulkan akibat hubungan seks. Sebagaimana disadari bahwa jumlah penduduk Indonesia dewasa ini mencapai 210 juta orang. Yang disebut remaja kira-kira 30 %. Terancamnya generasi muda dunia oleh penyakit HIV/AIDS, juga tidak terluput mengancam generasi muda indonesia. 2
Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada April 1987 (pada seorang Wisatawan Belanda, kebetulan seorang Gay, yang akhirnya meninggal di sebuah Rumah Sakit di Denpasar Bali). Pemerintah Indonesia memungkiri kasus tersebut sebagian masyarakat juga melakukan hal yang sama, apalagi kasusnya adalah Wisatawan Asing. Di Indonesia yang dikenal begitu menjunjung tinggi budaya dan norma-norma ketimuran, ternyata HIV/AIDS juga sudah berkembang dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Elisabeth Pisani, seorang Epidemiologis dari ASA (Aksi Stop AIDS), sebuah kelompok yang peduli terhadap AIDS sebagaimana dikutip AFP (AIDS Found Populations) “Indonesia adalah salah satu negara yang peningkatan Epidemi HIV/AIDS nya paling cepat didunia”. 3
Di Indonesia penyakit HIV/AIDS meningkat cukup tajam dari tahun ke tahun. Sejak kasus pertama diBali 1987, enam tahun kemudian (desember 1993) dilaporkan telah ditemukan di 12 propinsi dengan jumlah penderita AIDS sebanyak 49 orang dan HIV (+) 193 orang. Pada bulan Maret 2002 dilaporkan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia berjumlah 2950 orang. 4
Hingga Juni 2004 jumlah kasus HIV/AIDS pada kelompok usia 15 – 19 tahun berjumlah 167 orang dan usia 20 – 29 tahun berjumlah 1.225 orang. Sementara jumlah total semua usia adalah 4389 kasus HIV/AIDS. Banyaknya jumlah remaja penderita HIV/AIDS diduga karena keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar dan menyeluruh dikalangan remaja berusia 15 – 24 tahun.5 Pada tahun 2002 – 2003 Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menemukan sekitar 34% remaja putri dan 21% remaja pria berusia 15 – 24 tahun belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS.6 Dari Juni 2004 hingga akhir Juni 2005 jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia adalah sebanyak 7098 kasus, benar-benar diluar dugaan, dalam kurun waktu satu tahun telah terjadi peningkatan sebanyak 2709 kasus. 3
Salah satu propinsi yang memiliki jumlah pengidap HIV/AIDS tertinggi di Indonesia adalah Papua. Data terakhir Dinas Kesehatan Propinsi Papua per 30 September 2005, menyebutkan angka HIV/AIDS di Papua mencapai 2134 kasus. Dengan perincian sebanyak 1202 kasus HIV dan 932 kasus AIDS, serta 289 diantaranya sudah meninggal. Satu hal yang mengkhawatirkan adalah kasus HIV/AIDS terbanyak justru ada pada usia produktif ( 15 – 39 tahun ), yakni sekitar 79%, pada kelompok umur 20 – 29 tahun yaitu 879 kasus, umur 30 – 39 tahun 530 kasus dan umur 15 – 19 tahun 189 kasus. 7
Di Lampung berdasarkan survei tentang HIV/AIDS yang hanya dilakukan didaerah endemis didapat data, tahun 2001 ada 18 kasus, tahun 2002 ada 10 kasus, tahun 2003 ada 31 kasus, dan ditahun 2004 ada 21 kasus. Tahun 2002 RSUAM (Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek) melaporkan ada pasien meninggal karena AIDS.8
Dari hasil pra survey yang telah penulis lakukan dengan mengajukan 6 pertanyaan lisan tentang HIV/AIDS, dari 10 orang siswa/I yang diajukan pertanyaan, 60% dari mereka hanya bisa menjawab 2 – 3 pertanyaan dan 40%nya bisa menjawab 4 – 5 pertanyaan saja. Alasan mereka tidak tahu karena mereka tidak pernah mendapatkan informasi dari sumber yang benar dan tidak adanya tempat atau layanan khusus remaja dimana mereka bisa menanyakan tentang hal-hal seperti itu. Karena pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS yang sedikit tersebut penulis juga ingin mengetahui bagaimana gambaran sikap mereka tentang HIV/AIDS. Karena cara bersikap terhadap suatu objek juga ditentukan dari pengetahuan tentang objek tersebut.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMU Negeri I ............ ............ 2006.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dilihat masih banyaknya jumlah remaja penderita HIV/AIDS diduga karena keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar dan menyeluruh dikalangan remaja berusia 15 – 24 tahun.

1.3 Rumusan Masalah
Rumuskan masalah dalam penelitian ini, Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMU Negeri 1 ............ ............ Tahun 2006.

1.4 Pertanyaan penelitian
Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA N 1 ............ ?.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMU Negeri 1 .............
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang pengertian HIV/AIDS di SMU N 1 ............
1.4.2.2 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang etiologi/penyebab HIV/AIDS di SMU N 1 ............
1.4.2.3 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang patogenesis/penularan HIV/AIDS di SMU N 1 ............
1.4.2.4 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang manifestasi/gejala HIV/AIDS di SMU N 1 ............
1.4.2.5 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang pemeriksaan penunjang untuk HIV/AIDS di SMU N 1 ............
1.4.2.6 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang pencegahan untuk HIV/AIDS di SMU N 1 ............
1.4.2.7 Untuk mengetahui sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMU N 1 ............

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.5.1 Institusi Pendidikan Tempat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi SMU Negeri 1 .............
1.5.2 Akademik
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa tentang Tingkat Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
1.5.3 Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya tulis ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai HIV/AIDS.
1.5.4 Masyarakat Khususnya Remaja
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya remaja mengenai HIV/AIDS.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Jenis penelitian : Deskriptif
1.7.2 Objek penelitian : HIV/AIDS
1.7.3 Subjek Penelitian : Remaja di SMU Negeri 1 ............
1.7.4 Lokasi Penelitian : SMU Negeri 1 ............
1.7.5 Waktu Penelitian : Januari – Mei 2006
1.7.6 Alasan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV-AIDS DI SMU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV-AIDS di SMU

Penatalaksanaan Pijat Bayi Oleh Dukun Pada Bayi Usia 1-7 Bulan Di Desa

Rata PenuhKTI KEBIDANAN
PENATALAKSANAAN PIJAT BAYI OLEH DUKUN PADA
BAYI USIA 1-7 BULAN DI DESA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pijat merupakan salah satu bentuk terapi sentuh yang berfungsi sebagai salah satu teknik pengobatan penting yang sudah dikenal sejak lama, (Roesli. U., 2001). Melalui sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot peredaran darah dapat meningkatkan jaringan otot ataupun posisi otot dapat dipulihkan dan diperbaiki sehingga dapat meningkatkan fungsi-fungsi organ tubuh dengan sebaik-baiknya. (Widyastuti-Widyani, 2007). Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat meningkatkan produksi ASI.(Cynthia Mersmann, 2001).
Pijatan bayi merupakan salah satu cara yang menyenangkan untuk menghilangkan ketegangan dan kerewelannya. Karena pijatan lembut akan membantu mengendurkan otot-ototnya sehingga ia menjadi tenang dan tertidur(Nestle, 2005). Pemijatan bayi merupakan sarana ikatan yang indah antara bayi dan orang tuanya. Sejak awal kelahirannya bayi mengenali anda melalui sentuha, dan memijat memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Penelitian klinis menunjukkan bahwa sentuhan sayang dan pijatan membantu bayi tumbuh lebih kuat dan tidur lebih nyenyak. (Majalah Bunda Balita, 2005).
Namun sayangnya masih banyak mitos-mitos dimasyarakat khususnya pada perawatan bayi yang tetap dipercaya, contohnya : masih banyak ibu-ibu yang enggan untuk melakukan pemijatan secara rutin kepada bayinya apalagi diawal-awal kelahirannya karena mereka beranggapan bahwa bayi tidak boleh sering dipijat, badannya masih lemah atau alasan lain yang tidak pernah dibuktikan kebenarannya. Padahal sentuhan pada bayi pada awal-awal kelahirannya bisa memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan bayi (Nestle.,2005).
Sebuah penelitian tentang pijat bayi prematur dilakukan oleh psikologi T. Field dan Scafidi tahun 1986 dan 1990, menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur berat badan 1280 dan 1176 gr, yang dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari mengalami berat badan per hari 20% sampai 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1 – 3 bulan yang dipijat 15 menit 2 x seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dan kontrol. (Roesli, 2001)
Pijat bayi tidak hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan emosional bayi. Jika pijat bayi dilakukan oleh ayahnya, maka bisa meningkatkan produksi ASI pada tubuh ibu. Ini dinyatakan dalam suatu penelitian di Australia yang mengatakan bahwa ketika seorang ayah berinisiatif memijat bayi, hal itu akan menimbulkan perasaan positif pada istri. Inisiatif ini akan membuat istri merasa di sayang dan nyaman sehingga akan merangsang produksi oksitosin, sehingga berguna untuk memperlancar ASI (Waspada online, 2005)
Walaupun pijat bayi mempunyai manfaat yang besar bagi bayi, namun banyak ibu yang tidak melakukan pemijatan pada bayinya. Mereka akan memijatkan bayinya pada saat rewel saja. Penyebabnya karena kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat pijat bayi. Karen itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pada bayi usia 1 – 7 bulan di Desa Sidomulyo ............ ........

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada di latar belakangi, maka rumusan masalah pada penelitian ini bagaimanakah penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi pada bayi usia 1-7 bulan di Desa Sidomulyo ............ ........

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pada bayi usia 1 -7 bulan.
3. Subjek penelitian : Dukun pijat bayi.
4. Tempat penelitian : Desa Sidomulyo ............ .......
5. Waktu penelitian : Setelah proposal disetujui.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi pada bayi usia 1-7 bulan di Desa Sidomulyo ............ ........
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran tentang persiapan alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi.
b. Diperoleh gambaran tentang cara kerja dalam melakukan penatalaksanaan pijat bayi :
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dukun Pijat Bayi
Untuk dapat menambah wawasan sehingga dapat menerapkan pijat bayi yang benar dalam praktek memijat bayi sehari-hari.
2. Bagi Masyarakat
Untuk menjadi pengetahuan tentang masyarakat pijat bayi di usia 1 – 7 bulan.
3. Institusi Masyarakat
Untuk menambah wawasan dan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pijat bayi.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENATALAKSANAAN PIJAT BAYI OLEH DUKUN PADA BAYI USIA 1-7 BULAN DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Penatalaksanaan Pijat Bayi Oleh Dukun Pada Bayi Usia 1-7 Bulan Di Desa

Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 Tahun Di BPS

KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya, dengan berbagai alat didalamnya seperti lemak, otot, pembuluh darah, serabut syaraf, kelenjar keringat dan lain-lain. Alat-alat tersebut mengatur fungsi kulit yang beraneka ragam yaitu mulai dari proteksi secara fisis dan imunologis, mengatur suhu tubuh dan keseimbangan elektrolit (panas, dingin, tekanan, nyeri, gatal dan perabaan), ekskresi, pembuatan vitamin D, dan daya membersihkan diri (FKUI, 2005).
Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < style="font-weight: bold;">
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah tentang “Bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur ............ ....... Tahun 2008?”. C. Ruang Lingkup Penelitian Jenis Penelitian : Deskriptif Subjek Penelitian : Ibu yang memiliki Bayi 0-1 tahun. Objek Penelitian : Pengetahuan tentang biang keringat Lokasi Penelitian : BPS Sri Wahyuningsih Punggur ............ ....... Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan April Alasan : Dari hasil pre survey pada bulan Maret 2008, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Sri Wahyuningsih Punggur ............ ......., di ambil 25% dari 76 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 8 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 7 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur ............ ....... tahun 2008. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu yang Memiliki Balita Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang biang keringat sehingga dapat mengatasinya dengan benar. 2. Bagi Rumah Bersalin Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi BPS sebagai bahan masukan untuk penanganan biang keringat. 3. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai dokumentasi akademik maupun bacaan bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang membutuhkan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI
KEBIDANAN FAKTOR-FAKTOR YANG PENGETAHUAN IBU TENTANG
BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian; Hasil Penelitan dan


Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Bayi 0-1 Tahun Di BPS

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Alat Kontrasepsi KB Suntik Di Kelurahan

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ALAT KONTRASEPSI
KB SUNTIK DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009. prioritas ini adalah pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin; penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana; serta peningkatan pelayanan kesehatan didaerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan serta pulau-pulau terluar (Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003).
Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan kelima di dunia dalam hal jumlah penduduk (Mochtar, 1998). Pada tahun 2003 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 211.000.598 jiwa dengan tingkat kepadatan 113 jiwa per km2 dan angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,59% (jumlah penduduk tahun 2002 dilaporkan sebesar 211.000.598 jiwa) (Depkes RI, 2003)
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan "Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonsia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun. (GNPP-ASI oleh Bapak Presiden tanggal 22 Desember 1990)
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit Sedangkan dari hasil perhitungan data susenas tahun 2004 persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif usia 0-6 bulan di Provinsi Lampung sebesar 74,4% (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2005)
Salah satu kebijakan dalam menanggulangi masalah kependudukan di Indonesia adalah dengan memberikan pengetahuandan pengetahuan tentang kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) secara bertahap agar sikap penerimaan keluarga beras akan dapat diubah lalu dihayati menjadi sikap keluarga kecil menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Mochtar, 1998).
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa manfaat KB bagi keluarga sangat besar terutama bagi ibu. Selain itu, KB dan kontrasepsi juga menjamin bahwa bayi akan mendapat nutrisi yang cukup untuk waktu tertentu dengan cara mencegah kehamilan yang terlampau dini setelah melahirkan. Hal ini sangat penting karena ASI merupakan sumber nutrisi dan imunisasi yang paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh berkembang dan laktasi juga dapat menunda ferilitas post partum (Hartanto, 2003)
Berdasarkan data di Posyandu Kelurahan Hadimulyo Timur, jumlah ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan sebanyak 55 orang yang menggunakan alat kontrasepsi KB suntik. Keterbatasan Pengetahuan ibu menyusui tentang cara menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik tersebut selama laktasi dan kurangnya pengetahuan ibu menyusui tentang pengaruh alat kontrasepsi KB Suntik yang digunakan terhadap ASI tersebut merupakan suatu masalah dalam memilih alat kontrasepsi. Data prasurvei bulan April 2008 sebanyak 11 orang ibu menyusui yang menggunakan alat kontrasepsi KB suntik sebanyak 2 orang (18,18 %) di kategorikan baik, 4 orang (36,36 %) di kategorikan cukup, dan 5 orang (72,72 %) di kategorikan kurang.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Bagaimana Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Alat Kontrasepsi KB suntik di Kelurahan Hadimulyo Timur.

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Alat Kontrasepsi KB Suntik di Kelurahan Hadimulyo Timur Kecamatan ....... .......?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam Penelitian ini, penlis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Pengetahuanibu menyusui tentang alat kontrasepsi KB Suntik
3. Subjek Penelitian : Semua ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan dengan alat kontrasepsi KB Suntik
4. Lokasi Penelitian : Pustu dan Posyandu Kelurahan Hadimulyo Timur Kecamatan ....... .......
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2008
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan ibu menyusui tentang alat kontrasepsi.
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian kontrasepsi KB Suntik.
b. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu menyusui tentang jenis kontrasepsi KB Suntik.
c. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu menyusui tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi KB Suntik
d. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu menyusui tentang efek samping kontrasepsi.
e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang waktu menggunakan kontrasepsi KB Suntik.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai pengetahuan ibu menyusui tentang alat kontrasepsi KB Suntik di kelurahan Hadimulyo Timur Kecamatan ....... ......., sehingga pengetahuan dan wawasan kebidanan dapat bertambah serta sebagai penerapan ilmu yang didapat oleh peneliti.
2. Bagi Ibu Menyusui
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu menyusui tentang alat kontrasepsi sehingga ibu dapat mengetahui alat kontrasepsi khususnya KB suntik.
3. Bagi Posyandu Hadimulyo Timur
Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang alat kontrasepsi KB Suntik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi, berkaitan dengan pengetahuan tentang alat kontrasepsi KB Suntik.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ALAT KONTRASEPSI KB SUNTIK DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Alat Kontrasepsi KB Suntik Di Kelurahan

Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas Kelas III Tentang Seks Sekunder di SMP

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS KELAS III
TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari segi penduduk 73,4% sebagian penduduk di dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 dihuni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10-15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (http://www.bkkn.go.id).
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).
Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual. Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi (menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan pubertas, terutama pembesaran kedua payudara, pertumbuhan bulu-bulu kelamin dan ketiak serta perkembangan kelenjar-kelenjar keringat.
Dari pengamatan saat melakukan prasurvei diperoleh data siswa perempuan yang berumur 12-15 tahun di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... ........ berjumlah 89 siswi yang terdiri dari kelas satu terdapat 26 siswi, kelas dua terdapat 33 siswi dan kelas tiga terdapat 30 siswi.
Dalam pelaksanaan prasurvei, penulis mengambil sampel sebanyak 22% dari seluruh jumlah populasi yang akan diteliti yaitu sebanyak 21 orang siswi yang terbagi atas 7 siswi kelas 1, 7 siswi kelas 2 dan 7 siswi kelas 3.
Dan setelah diajukan beberapa pertanyaan pre survey kepada 21 orang siswi tersebut, diperoleh hasil bahwa enam orang diantaranya kelas 1 belum mengetahui mengenai seks sekunder, untuk siswi kelas 2, lima orang belum mengetahui tentang seks sekunder dan untuk siswi kelas 3, empat orang belum mengetahui tentang seks sekunder. Berdasarkan pengamatan pula didapatkan alasan mengaa
Berdasarkan hasil prasurvei tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Bagaimana Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas tentang Seks Sekunder di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... ........”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... ........?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... .........
Objek Penelitian : Pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder.
Lokasi Penelitian : SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... .........
Waktu : bulan Mei 2008

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri masa pubertas tentang seks sekunder di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... .........

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri masa pubertas seks sekunder, sehingga pihak sekolah dapat memasukkan materi mengenai seks sekunder dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan bacaan di perpustakaan.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman bagi penulis dalam melakukan sebuah penelitian, dapat memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang akan diteliti untuk peneliti lain yang meneliti mengenai seks sekunder.
4. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMP Bina Bhakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten .......... ........ mendapat tambahan pengetahuan tentang pubertas khususnya tentang seks sekunder.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS KELAS III
TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas Kelas III Tentang Seks Sekunder di SMP

Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia masih yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 307 per seratus ribu kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan, itu menurut data tahun 2003
Angka tersebut, menurut Direktur Bisa Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan telah turun menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup pada 2005. Namun demikian kondisi itu belum merubah status Indonesia sebagai negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara karena angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara lainnya masih jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia. Angka kematian ibu Indonesia tahun 2005 juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata angka kematian ibu di Asia Timur yang menurut data Unicef sebesar 110 per seratus ribu kelahiran hidup(http://www.gatra.com/2006-01-23/artikel.php).
Dalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2002 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Sedangkan Kesehatan Reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Dalam pengertian kesehatan reproduksi tersebut, terkandung di dalamnya pengertian tentang hak-hak reproduksi, sebagai bagian dari hak azasi manusia. Hak-hak reproduksi tersebut antara lain adalah hak untuk mendapatkan informasi (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Visi paradigma baru program keluarga berencana nasional adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu dari lima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas (Sarwono Prawirohardjo, 2003).
Pengertian mutu pelayanan mencakup dua dimensi : petugas pelayanan dan klien, dan akses terhadap pelayanan kontrasepsi yang bermutu. Dari dimensi petugas pelayanan yang dimaksud pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang bermutu sesuai standar mutu pelayanan yang sudah ditetapkan, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan hak-hak klien. Dari dimensi klien, pelayanan dianggap bermutu apabila pelayanan mampu memberikan kepuasan kepada klien. Dengan kata lain, pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan serta hak-hak klien (http://www.bkkbn.go.id/ ditfor/ program_detail.php?prgid=8).
Apabila dianalis lebih mendalam, ternyata keberhasilan tersebut belum merata. Tingkat fertilitas pada keluarga miskin ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tingkat ekonominya lebih tinggi, berturut-turut tingkat fertilitas tersebut adalah 3.0 dan 2.2. (http://www.bkkbn.go.id/ditfor/ program_detail.php).
Saat ini baru 66% pasangan usia subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB). Pemerintah telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah penduduk hingga 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan 60%, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan membengkak menjadi 264,4 juta jiwa (http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional).
Data Pasangan Usia Subur untuk Kabupaten .......... ....... pada tahun 2006 sebanyak 194.379 pasangan sedangkan yang mengikuti program KB sebagai peserta baru dan peserta aktif sebanyak 150.230 pasangan atau mencapai 81,84% (www.depkes.co.id/profil-lampung.pdf, 2006).
Data PUS untuk Desa Sukoharjo pada tahun sampai dengan bulan Mei 2008 terdapat 884 PUS dan cakupan pelayanan Keluarga Berencana yang ditetapkan sebesar 707 PUS (80%) dari jumlah PUS, sedangkan relasisasi pencapaiannya baru mencapai 654 PUS (73,9%).
Pengumpulan data PUS untuk Desa Sukoharjo pada tahun 2006 sebanyak 763 PUS dan yang mengikuti program KB sebanyak 572 PUS (74,9%), pada tahun 2007 sebanyak 821 PUS dan yang mengikuti program KB sebanyak 602 PUS (73,3%), dan untuk data tahun 2008 sebanyak 884 PUS dan yang mengikuti program KB hanya mencapai 654 PUS (73,9%). Dari data tersebut dapat diketahui pula jumlah PUS yang tidak mengikuti program KB dari tahun 206 sampai 2008 berturut-turut adalah 191 PUS (25,1%), 219 PUS (29,7%), dan 230 PUS (26,1%) (Profil Desa Sukoharjo, 2008).
Berdasarkan data tersebut maka permasalahan yang melatarbelakangi penelitian mengenai karakteristik PUS yang tidak mengikuti KB di Desa Sukoharjo adalah adanya kenaikan dan penurunan jumlah pasangan Usia Subur yang tidak mengikuti Program KB di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, maka diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008 ?”.

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.
3. Subjek Penelitian : Semua Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.
4. Lokasi Penelitian : Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei-Juni 2008.
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik Pasangan Usia Subur yang mempengaruhi mereka sehingga tidak mengikuti program KB.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agar lebih memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pasangan usia subur dan Keluarga Berencana.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan mengenai karakteristik pasangan usia subur di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........
3. Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana
Sebagai masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan Akbid Wira Buana Metro.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 – 24 Bulan di BPS

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 – 24 BULAN DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nur Aisyah Sekampung pada bulan Maret 2008, jumlah bayi yang berusia 6 – 24 bulan sebanyak 108 bayi dan sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung .......... ........

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Subyek penelitian : Seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi 6 – 24 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten .......... ........
5. Waktu penelitian : Maret – Mei 2008.

D. Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten .......... ........

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dalam rangka pengetahuan ibu menyusui.
2. Seluruh Ibu menyusui di desa Trimulyo Puskesmas Sekampung Kabupaten .......... ........
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 – 24 BULAN DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 – 24 Bulan di BPS

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber