(IST)
INILAH.COM, Jakarta - Perserikatan Bangsa-bangsa menjanjikan untuk menyediakan dana US$40 miliar atau sekitar Rp360 triliun guna meningkatkan kesehatan ibu dan anak di seluruh dunia.
Janji itu dilontarkan Majelis Umum PBB di New York, AS, dalam pertemuan tingkat tinggi selama tiga hari yang dimulai pada Rabu (22/9). Pertemuan tingkat tinggi pemimpin negara di dunia itu secara khusus membahas Sasaran Pembangunan Milenium atau lebih sering disebut dengan MDG’s.
Sejauh ini, komitmen PBB menyediakan bagi negara-negara anggota PBB yang membutuhkan mencapai US$ 40 miliar. Dana itu nantinya akan diperuntukkan bagi peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak selama lima tahun ke depan.
Lebih dari 140 pemimpin negara di dunia hadir dalam pertemuan puncak PBB di New York. Para pemimpin dunia ini akan hadir membahas kemajuan 5 sasaran pembangunan anti-kemiskinan yang ditetapkan pada pertemuan serupa pada 2000.
Sasaran pembangunan antikemiskinan yang dimaksud di antaranya: mengurangi separuh jumlah penduduk yang hidup pada garis kemiskinan ekstrem pada 2015, mengurangi 2/3 tingkat kematian anak yang berusia di bawah lima tahun, serta mengurangi 3/4 kematian ibu.
Ada banyak tantangan untuk melaksanakan semua sasaran itu. Krisis ekonomi global, kenaikan harga pangan dan energi membuat banyak negara mengalami tekanan finansial sehingga menciptakan hambatan tersendiri untuk bisa mencapai target. Ketiadaan jaminan dasar juga membuat sejumlah negara makin kesulitan mencapai target MDG’s.
Sementara pelaksanaannya di Indonesia, target MDGs untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak di 2015 masih sulit dicapai. Ada banyak faktor ditenggarai berkontribusi menghambat upaya penuruan angka kematian ibu (AKI), di antaranya adalah faktor akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi, yang belum merata oleh perempuan.
Bappenas yang mewakili pemerintah Indonesia, mengisyaratkan bahwa Indonesia akan sulit mencapai target MDG untuk menurunkan AKI sampai ke angka 102 pada 2015. Bappenas memperkirakan bahwa pada 2015, AKI di Indonesia masih akan berkisar di angka 163. Indonesia masih tertinggal jauh dari Malaysia dan Thailand yang angka AKI-nya masing-masing 30 dan 24.
Meski mengaku sulit mencapai target, data nasional yang dikeluarkan Bappenas 2009 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia justru mengalami penurunan dari 307/100.000 pada 2002-2003, dan menjadi 228/100.000 pada 2009.
Begitu juga dengan angka kematian bayi (AKB). Sejak 2003, hanya sedikit perbaikan pada AKB, dari 35 menjadi 34 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Kendati mengalami penurutan, angka itu tidak terlalu menggembirakan.
Berdasarkan data Kemenkes, AKB di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara Anggota ASEAN, Singapura (3 per 1.000), Brunei Darussalam (8 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000) dan Thailand (20 per 1.000). Lebih dari setengah kematian bayi (56%) merupakan kematian neonatal (bayi yang baru lahir) yang umumnya berusia 0-6 hari.
Pemerintah menetapkan, 2014 sebagai tahun penentuan tercapainya delapan tujuan pembangunan millenium (MDG’s) di mana persoalan mengurangi angka kematian ibu dan kematian bayi di bawah lima tahun termasuk di dalamnya.
Terlepas dari hambatan yang ada dari beberapa negara termasuk Indonesia, dalam pertemuan itu sejumlah pembicara di hari pertama secara optimis menyatakan pentingnya MDG’s serta komitmen mereka untuk mencapainya.
“Musuh terhadap perdamaian dan stabilitas di Afganistan saat ini masih aktif, mereka melancarkan serangan terencana ke sekolah, klinik, guru, dokter, pegawai pemerintah, dan bahkan anak-anak khususnya gadis sekolah,” tegas Menlu Afganistan Zalmai Rassoul di hadapan para pemimpin dunia seperti diberitakan oleh kantor berita Associated Press.
“Kami juga sangat menyayangkan adanya serangan serupa terhadap organisasi pemberi bantuan kemanusiaan dan personel mereka,” ujar Rassoul.
Deputi Perdana Menteri Inggris Nick Clegg bahwa sasaran pembangunan milenium bukanlah sekadar pemberian cuma-cuma, namun juga bukan pemberian yang murni mengutamakan kepentingan orang lain.
“Para penerima bantuan juga menjadi kunci untuk memperpanjang jaminan dan kesejahteraan rakyat Inggris di masa depan,” tegasnya seperti dikutip dari kantor berita AP.
Lebih jauh Clegg menjelaskan bahwa situasi buruk di tempat yang rawan seperti Afganistan bisa mengarahkan pada kebencian terencana yang mendukung serangan teroris, adanya para kriminal yang membawa narkoba ke wilayah Inggris, serta adanya para pengungsi melarikan diri.
Untuk itulah Clegg meminta kepada negara lain untuk tetap menjaga komitmennya dalam memberi bantuan walaupun ekonomi anjlok seperti yang terjadi di Inggris.
Sementara itu, Menlu Prancis Bernard Kouchner mengatakan, dunia harus menangkap pesan bahwa bukan hanya uang yang dibutuhkan saat ini namun juga menghilangkan kemiskinan. “Kita butuh kemauan politik yang kuat,” tegasnya. [mor]
Sumber: inilah.com