Cari Blog Ini

Program Keluarga Berencana

Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.

Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja; Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional

Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program

Strategi operasional
Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
Peningkatan kualitas dan prioritas program
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

Dampak Program KB
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
Baca Selengkapnya - Program Keluarga Berencana

Otot dan Fasia

1. Otot
Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya individu mempunyai kemampuan untuk bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja sama antara otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh otot. Otot mampu menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi. Kerangka manusia merupakan kerangka dalam, yang tersusun dari tulang keras (osteon) dan tulang rawan (kartilago). Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fugnsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka.
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh. Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan memendek.


2. Fasia

Selaput jaringan ikat tipis yg membungkus otot dan memisahkan kelompok satu dng yg lain serta meliputi atau menutupi struktur lainnya atau jaringan ikat berbentuk lembaran yang menyelimuti otot. Nama lainnya jaringan ikat serabut putih, karena terbuat dari serabut kolagen yang berwarna putih.

B. Jenis-jenis Otot
Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam :
Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah
pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.





Gambar struktur otot polos


Otot Lurik/otot rangka
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar. Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.




Gambar struktur otot lurik

Otot Jantung (miokardium)
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.





Gambart struktur otot Jantung
Otot itu beraneka ragam, ada yang ceper, ada yang berbentuk kumparan dan ada pula yang berbentuk kipas. Menurut susunannya, otot terdiri atas :
Otot berserabut sejajar dan
Otot bersirip.



Sedangkan menurut letaknya, otot dibedakan menjadi otot-otot batang badan, otot-otot anggota gerak dan otot-otot kepala. Otot-otot batang badan terdiri dari otot-otot perut, otot-otot punggung, otot-otot dada dan otot-otot leher. Otot punggung tidak terlihat dari permukaan tubuh. Otot punggung berfungsi untuk gerak-gerik tulang belakang. Otot perut terentang antara gelang panggul dan rangka dada. Otot-otot tersebut dapat memendek secara aktif.
Sedangkan Menurut jenis dasarnya otot terdiri dari :
1. Otot Licin (Otot Polos)
Bergaris-garis tak beraturan.

2. Otot Kardia (Otot Jantung)
3. Otot Rangka
Bergaris-garis teratur. Otot ini berfungsi menggerakkan rangka.
Fungsi Otot Rangka
Menggerakkan tulang pada artikulasinya (kontraksi dan relaksasi).
Mempertahankan sikap tubuh.
Menstabilkan sendi
Mengekalkan postur

Pada anggota gerak atas kita terdapat otot bahu, otot lengan atas, otot lengan bawah dan otot tangan. Sedangkan otot-otot anggota gerak bawah dapat dibedakan atas otot pangkal paha, otot tungkai atas, otot tungkai bawah dan otot kaki.
Otot kepala terdiri dari otot-otot wajah dan otot kunyah. Otot wajah pada satu atau kedua ujungnya menempel pada kulit sehingga kita dapat menggerakkan kulit wajah (muka) kita. Otot ini disebut juga otot mimik.
Otot mimik terkumpul di sekitar mulut, hidung, mata dan telinga, sebagian ke daerah leher dan ke daerah kepala. Otot kunyah melekat pada rahang bawah, diantaranya yaitu otot lidah yang berpangkal pada tulang lidah, rahang bawah dan tengkorak. Otot ini menentukan gerakan lidah kita.

C. Cara Kerja Otot
Dengan adanya protein khusus aktin dan miosin, otot bekerja dengan memendek (berkontraksi) dan mengendur (relaksasi).
Cara kerja otot dapat dibedakan :
Secara antagonis atau berlawanan; yaitu cara kerja dari dua otot yang satu berkontraksi dan yang lain relaksasi.
Contoh: Otot trisep dan bisep pada lengan atas.
Secara sinergis atau bersamaan; yaitu cara kerja dari dua otot atau lebih yang sama berkontraksi dan sama-sama berelaksasi.
Contoh :
- otot-otot pronator yang terletak pada lengan bawah
- otot-otot dada
- otot-otot perut

D. Mekanisme Kontraksi Otot
ATP muncul & mengikatkan diri pada kepala myosin sehingga celah aktin terbuka. Sebagai akibatnya kepala myosin melepaskan ikatannya pada aktin.
Celah aktin akan menutup kembali bersamaan dengan hidrolisis ATP yang menyebabkan tegaknya posisi kepala myosin (keadaan energi tinggi).
Kepala myosin mengikatkan diri pada monomer aktin yang posisinya lebih dekat dengan disk Z dibandingkan monomer aktin sebelumnya
Kepala myosin melepaskan Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala myosin terhadap aktin membesar ( keadaan transien ).
Terjadi geseran konformosional yang turut menarik ekor kepala myosin sepanjang 60 Aº menuju disk Z
ADP dilepaskan oleh kepala myosin dan siklus berlangsung lengkap.

E. Jenis kontraksi otot
a. Isotonik
Konsentrik ketegangan otot= gaya eksternal dan otot memendek
Eksentrik ketegangan otot= gaya eksternal dan otot memanjang
b. Isometrik
Isokinetik kecepatan gerak sendi tetap, menghasilkan moment maksimal pada otot
isoinertial gaya eksternal tetap, menghasilkan moment submaksimal pada otot

F. Energi kontraksi otot
Merupakan hasil dari metabolisme dari tubuh secara:
Aerobik
Yaitu dari oksidasi lemak, karbohidrat, protein yang menghasilkan ATP+CO2+H2O

An aerob
Yaitu yang dihasilkan langsung dari ATP
Penghasil energi tambahan berasal dari glikogen

G. Jenis Dan Macam Gangguan Pada Otot Manusia
Pada manusia terdapat beberapa masalah atau gangguan kesehatan pada otot yang terdapat pada tubuh yaitu :
1. Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu keadaan di mana otot tidak mampu lagi melakukan kontraksi sehingga mengakibatkan terjadinya kram otot atau kejang-kejang otot.
2. Astrofi Otot
Astrofi otot adalah penurunan fungsi otot akibat dari otot yang menjadi kecil dan kehilangan fungsi kontraksi. Biasanya disebabkan oleh penyakit poliomielitis.
3. Distrofi Otot
Distrofi otot adalah suatu kelainan otot yang biasanya terjadi pada anak-anak karena adanya penyakit kronis atau cacat bawaan sejak lahir.
4. Kaku Leher / Leher Kaku / Stiff
Kaku leher adalah suatu kelainan yang terjadi karena otot yang radang / peradangan otot trapesius leher karena salah gerakan atau adanya hentakan pada leher serta menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada leher seseorang.
5. Hipotrofit Otot
Hipotrofit otot adalah suatu jenis kelainan pada otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan tampak kuat disebabkan karena aktivitas otot yang berlebihan yang umumnya karena kerja dan olahraga berlebih.
6. Hernis Abdominal
Hernis abdominal adalah kelainan pada dinding otot perut yang mengakibatkan penyakit hernia atau turun berok, yaitu penurunan usus yang masuk ke dalam rongga perut.

Baca Selengkapnya - Otot dan Fasia

Pemeriksaan kehamilan (ANC)

A. Pengertian
  • Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
  • Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan tahu dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada stiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002).
  • Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo, 1999).
  • Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dangan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan. Serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006).
  • Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan
  • pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
  • kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).




B. Tujuan
1. Tujuan Umum dari ANC adalah sebagai berikut :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI(1994) tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Menurut Rustam Muchtar (1998) adalah :
Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.


2. Tujuan khusus
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,persalinan,dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin.
c. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (1999) tujuan ANC adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
C. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Abdul Bari Saifudin, kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14>
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut : sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali (Salmah, 2006).
Sebaiknya tiap wanita hamil segera memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan tiap 4 minggu sampai kehamilan. sesudah itu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu (Sarwono, 1999).


D. Pemeriksaan Kehamilan
Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali:
1. Trismester I : 1 kali
2. Trismester II : 1 kali
3. Trismester III : 2 kali
Pertumbuhan Janin Selama Kehamilan Yaitu Umur:
8 minggu 2,5 cm  hidung kuping jari-jari mulai dibentuk kepala membungkuk ke dada
2 minggu 9 cm  daun kuping lebih jelas, kelopak mata masih melekat, leher mulai dibentuk, alat genetalia mulai terbentuk
6 minggu - 18 cm  genetalia mulai terbentuk dan dapat dikenal
20 minggu - 25 cm  kulit lebih tebal opak dengan rambut halus
24 minggu - 30 – 32 cm  kelopak mata terpisah alis dan bulu mata ada kulit keriput
28 minggu - 35 cm  berat 100 gr


E. Pelaksanaan ANC
Hal-Hal yang dilakukan Bidan saat Kunjungan
1. Tinjauan catatan.
Sesaat sebelum menemui wanita, bidan harus kembali meninjau catatan wanita tersebut untuk mengetahui informasi berikut :
1. Nama
2. Usia
3. Paritas
4. Usia kehamilan dalam hitungan minggu berdasarkan tanggal




5. Temuan signifikan dari :
a) Riwayat kebidanan
b) Riwayat perawatan primer dan medis sebelumnya
c) Riwayat keluarga
d) Riwayat kehamilan saat ini
e) Pemeriksaan fisik awal.
f) Pemeriksaan panggul awal.
6. Masalah, penatalaksanaan, dan evaluasi efektivitas terapi yang diidentifikasi sebelumnya.
7. Setiap masalah dan harapan, rencana yang dibuat, dan intruksi yang diberikan.
8. Obat, terapi dan kebutuhan diet tertentu yang merupakan tanggung jawab wanita tersebut saat ini.
9. Hasil laboratorium :
a) Hasil tes: normal atau tidak
b) Apakah tes terlalu perlu diulang
c) Apakah perlu dilakukan penyelidikan dan tes laboratoriu, lebih lanjut.
Tinjauan ulang
Tinjau ulang catatan yang dilakukan secara komprehensif akan membantu bidan :
(1) Mengingat kembali temuan, masalah dan hal tertentu yang memerlukan perhatianm aspek-aspek unik yang berkaitan dengan masing-masing wanita.
(2) Mengevaluasi kelengkapan data-data dasar.
(3) Mengevaluasi efektifitas dan kelengkapan piñatalaksanaan sebelumnya.


2. Riwayat
Riwayat kunjungan ulang mendasar dirancang untuk mendeteksi setiap gejala atau hal subyektif tertentu yang mengidikasi komplikasi atau rasa tidak nyaman yang dialami setiap wanita sejak kunjungan terakhirnya anda harus mengajukan pertanyaan tentang hal-hal berikut :
1) Setiap masalah, keluhan, pertanyaan atau masalah yang ia miliki
2) Nyeri kepala
3) Gangguan penglihatan
4) Pusing
5) Demam / menggigil
6) Mual/ Muntah-muntah
7) Pergerakkan janin
8) Nyeri abdomen/kontraksi
9) Nyeri punggung
10) Disuria
11) Rebas vagina / cairan yang keluar
12) Pendarahan pervagina
13) Konstipasi/ hemoroid
14) Varises/nyeri pada tungkai
15) Kram pada tungkai
16) Edema (pada pergelangan kaki, pretibia, wajah, tangan)
17) Pajanan penyakit menular
18) Penggunaan obat-obatan selain yang diresepkan (mis. Aspirin)
19) Setiap perubahan dalam hubungan, misalnya wanita tersebut mulai dianiaya atau penganiayaan yang dialami meningkat.
20) Setiap perawatan medis yang diterima sejak kunjungan terakhir (missal. Oleh dokter, perawat diruang gawat darurat) alasanya, diagnosa, terapi, perawatan lanjutan.


Selain itu wanita tersebut ditanyai tentang kemungkinan ia mengalami ketidak nyamanan, masalah,dan keinginan untuk mengetahui informasi tentang usia kehamilan pada saat kunjungan ulang (missal ketidak nyamanan dan masalag yang sering muncul pada saat trimester ini, perkembangan bayi selama bulan ini), serta setiap rencana yang mungkin ia miliki untuk menghadiri kelas persiapan persalinan dan persiapan menjadi orang tua (termasuk menyusui). Bidan juga perlu memasukkan setiap temuan signifikan yang di identifikasi selama meninjau kembali catatan wanita tersebut.
3. Pemeriksa Fisik
Pada setiap kunjungan ulang antepartum, pemeriksaaan fisik berikut harus dilakukan untuk mendeteksi setiap tanda komplikasi dan mengevaluasi kesejahteraan janin :
a) Tekanan darah (bandingkan dengan ukuran darah dasar yang diperoleh pada kunjungan pertama. Catat hasil tekanan darah sepanjang masa hamil hingga saat ini )
b) Badan (bandingkan berat badn sebelum hamil, catat julah pon kenaikan berat setiap minggu sejak kunjungan terakhir, perhatikan pola kenaikan berat badan)
c) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1. Letak, presentasi, posisi, dan jumlah
2. penancapan (engagement)
3. Pengukuran tinggi fundus (bandingkan dengan ukuran pada kunjungan sebelumnya, catat pola pertumbuhan uterus)
4. Evaluasi kasar volume cairan amnion
5. Observasi atau palpasi gerakan janin.
6. Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan pada kinjungan sebelumnya)
7. Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya )
d) Nyeri tekan CVA
e) Pemeriksaan ekstremitas atas untuk melihat adanya edema pada jari (perhatikan apakah cincin menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih sempit dari biasanya, tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang biasa ia kenakan karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan cinicin tersebut ke jari yang lain)
f) Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk meilhat adanya :
1. Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2. Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut (knet-jerk)
3. Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.
Setelah pemeriksaan fisik awal, bidan perlu melakukan pemeriksaan payudara kurang lebih sekali sebulan. Pemeriksaan fisik ini dilakukan untuk mengetahui apakah payudara mendapat topangan yang adekuat dan melihat adanya pergerakan akhibat kebocoran pada ujung putting. Apabila wanita tersebut berencana menyusui bayinya, maka putting ayudaranya harus kembali diperiksa pada usia kehamilan 36 minggu untuk memastikan perlunya tindakan untuk mengeluarkan puting yang datar atau masuk kedalam.
4. Pemeriksaan Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau semua komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:
a) Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh terdapat rabas pervagina.
1. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagima yang muncul dan ambil materi untuk pemeriksaan diagnostic dengan menggunakan preparat apusan basah; ambil specimen gonokokus dan klamidia untuk tes diagnostic.
2. Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi infeksi vagina (tes penyembuhan ) jika muncul gejala; evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak menunjukkan gejala
3. Ulangi pap smear, jika diperlukan
4. Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada trimester ke tiga.
5. Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah ketuban dini
b) Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu dievaluasi ulang atau jika tidak memungkinkan untuk memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena wanita tersebut menolak diperiksa
c) Pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala persalinan premature untuk mengkaji:
1. Konsistensi serviks
2. Penipisan (effacement)
3. Pembukaan
4. Kondisi membrane
5. Penancapan / stasiun
6. Bagian presentasi
Beberapa bidan juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara rutin pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya guna menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi persalinan.
Banyak bidan, meski tidak semua, yakin bahwa mereka harus melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu termasuk mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes diagnostic gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi serviks. Para bidan memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang total pada seorang wanita pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga mencakup setiap tes laboratorium.


5. Tes Laboratorium dan tes penunjang
Spesimen urine diambil pada setiap kunjungan ulang untuk digunakan pada tes dipstick guna mengetahui kandungan protein atau glukosa didalamnya. Tes laboratorium dan tes penunjang lain yang diprogramkan selama pemeriksaan antepartum awal ditinjau kembali untuk dipelajari hasilnya. Semua wanita harus menjalani penapisan diabetes pada minggu ke 28 dan penapisan streptokokus B pada minggu ke-35 hingga ke-37. kebijakan praktik institusi bervariasi dalam hal pengulangan tes laboratorium rutin yang diperoleh pada kunjungan awal. Beberapa kebijakan menetapkan tes diulang hanya jika ada indikasi menurut riwayat, temuan pada pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul. Temuan ini meliputi hemoglobin dan hematokrit, VDRL, gonorea, klamidia dan titer antibody pada wanita dengan Rh negative sebelum menerima RhoGAM profilaksis pada usia kehamilan 28 minggu. Tes laboratorium dan tes penunjang lainnya dilakukan jika temuan yang diperoleh pada pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul serta tes laboratorium sebelumnya mengindikasikan pemeriksaan diagnostic lebih lanjut.


6. Memberikan Konseling
Gizi, peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)
Latihan, normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
Perubahan Fisiologi : tambah berat badan, perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas dan atau varises, hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom)
Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda-tanda bahaya berikut :
1) Pendarahan pervagina
2) Sakit kepala lebih dari biasa
3) Gangguan penglihatan
4) Pembekakan pada wajah/tangan
5) Nyeri abdomen (epigastrik)
6) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya.


F. Penatalaksanaan
Pengumpulan data dasar melalui pengkajian riwayat pemeriksaan fisik dan panggul, tes laboratorium dan tes penunjang lain merupakan langkah pertama pada proses penatalaksanaan. Langkah-langkah berikutnya pada proses penatalaksanaan ini bergantung pada data dasar yang diperoleh dan intepretasi data tersebut. Intepretasi terhadap pada data dasar tersebut (langkah 2 pada proses penatalaksanaan)mencakup hal-hal di bawah ini:
1. Menentukan normal tidaknya kondisi kehamilan dari data yang diperoleh.
2. Membedakan antara ketidaknyamanan yang umum dialami pada saat hamil dan komplikasi yang mungkin terjadi.
3. mengindentifikasi tanda dan gejala penyimpangan yang mungkin dari kondisi normal atau komplikasi
4. Mengidentifikasi area tertentu yang erlu dipelajari.
Antisipasi masalah potensial terkait (langkah 3)adalah hal yang penting pada pengembangan rencana perawatan yang komprehensif. Evaluasi terhadap kebutuhan akan intervensi yang segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk konsultasi atau penatalaksanaan kolaboratif dengan anggota tim perawat kesehatan (langkah 4) penting hanya jika terdapat penyimpangan dari nilai normal, dengan atau tanpa situasi kedaruratan.
Poin-poin dalam pemeriksaan Antenatal :
1. Tanggal
2. Keluhan Ibu
3. Berat badan
Mulai kehamilan 3-4 bulan, kenaikan berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu. Bila dalam trimester 3 berat badan naik lebih 0.5 kg seminggu harus waspada kemungkinan terjadi pre eklampsia.
4. Tinggi Dasar Rahim
Diperhatikan apakah tinggi dasar rahim sesuai dengan umur kehamilan yang diperkirakan dari tanggal haid terakhir.
5. Usia kehamilan
6. Letak janin dan turunnya kepala
Bila ada kelainan letak pada kehamilan 34-36 minggu diusahakan memperbaiki letak janin. Pada kelainan letak kemungkinan disproporsi panggul janin harus diperhatikan.
7. Detak jantung janin
Bila tidak terdengar, raba atau lihatlah adanya gerakan janin, atau ditanya pada penderita merasa atau tidak gerak janin.






8. Tekanan darah
Tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih mencurigakan adanya pre eklampsia.
9. Edema
Bila jelas ada edema pada kaki, kemungkinan pre eklampsia harus dipikirkan, lebihy-lebih bila terdapat edema pada wajah dan tangan.
10. Refleks
11. Pendarahan
12. Albumin
13. Reduksi
14. Hb
15. Diagnosa
16. Pengobatan dan nasehat
Selain di beri pengobatan rutin, bila ditemukan kelainan penderita di beri pengobatan khusus atau bila perlu dirujuk.
17. Tanggal kunjungan ulang berikutnya


G. Nasehat Kehamilan
Makan makanan bergizi dengan menu seimbang dan porsinya 2 kali lebih banyak dari biasanya (pada saat tidak hamil)
Periksa setiap bulan agar diketahui apabila terdapat gangguan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung dan dapat segera ditolong oleh tenaga kesehatan
Imunisasi TT 2 kali selama kehamilan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir
Minum obat tablet darah 1 kali sehari sekurang-kurangnya 90 tablet selama kehamilan sampai 40 hari setelah melahirkan untuk mencegah (1 tablet/ hari)
Perawatan payudara untuk produksi air susu lebih banyak/lancar
Jaga kebersihan diri
Cukup istirahat


Baca Selengkapnya - Pemeriksaan kehamilan (ANC)

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber