Cari Blog Ini

Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa


Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi Indonesia Sehat 2010, adalah ditetapkannya misi pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan sasaran meningkatkan jumlah penduduk mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, sehingga untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat, salah satu program unggulan yaitu program perbaikan gizi (Dep. Kes. RI, 1993: 10).

Gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam membentuk kualitas manusia. Perbaikan gizi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi. Manfaat dari perbaikan gizi adalah meningkatkan status gizi, peningkatan mutu konsumsi makanan, serta penanggulangan terhadap masalah gizi, sehingga diharapkan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan sehat. Sasaran dalam perbaikan gizi ini adalah seluruh individu baik bayi, balita, remaja, manusia dewasa, maupun usia lanjut (Dep. Kes. RI, 1989: 5).

Di Indonesia sendiri masih ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi kronis diatas 30% atau sekitar 1,5 juta. Untuk wilayah Lampung sekitar 5,79% sedangkan daerah Tanggamus ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi adalah 1,79% (Profil Kesehatan Lampung, 2003).

Masalah gizi banyak ditemui pada golongan ibu hamil, misalnya Kurang Kalori Protein(KKP), anemia gizi, defisiensi vitamin A dan yodium. Gizi diperlukan oleh tubuh manusia untuk kecerdasan otak dan kemampuan fisik. Masalah gizi lebih sering terjadi pada kelompok masyarakat di daerah pedesaan yang mengkonsumsi bahan pangan yang kurang baik jumlah maupun mutunya.. Akibatnya penyakit kekurangan gizi pada ibu masih cukup tinggi. Sebagian besar masalah disebabkan oleh faktor ekonomi dan pendidikan keluarga, namun tidak dipungkiri bahwa faktor sosial budaya mempengaruhi secara nyata gambaran menyeluruh masalah gizi di daerah pedesaan. Sikap dan kepercayaan ibu hamil pada budaya leluhur yang mengatakan bahwa selama hamil dilarang makanan tertentu karena akan mengakibatkan kelainan pada anak yang dikandungnya masih sangat dipercaya dan ditakuti. Rendahnya pengetahuan ibu hamil mengenai manfaat zat–zat gizi pada makanaan akan sangat berpengaruh dengan cara pengolahan dan penyusunan menu makanan sehingga gizi yang diharapkan tidak didapatkan. Ibu hamil harus menerapkan menu empat sehat lima sempurna ( Dep. Kes. RI, 1989: 12 ).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak berlangsung pesat pada saat janin berada dalam kandungan ibu. Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menyebabkan bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang mempunyai resiko tinggi terhadap kematian bayi atau lebih lanjut mengalami pertumbuhan dan perkembangan dibawah normal. Angka bayi lahir hidup dengan BBLR adalah sekitar 8,2% (www. Republika Online, 2003: 2)

Kekurangan berbagai macam zat gizi selama kehamilan akan mempengaruhi status gizi ibu hamil. Kenaikan berat badan yang rendah selama kehamilan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kurang gizi pada ibu hamil yang merupakan penyebab langsung retardasi pertumbuhan intra uteri. Status gizi yang buruk memberikan kontribusi pada tiga penyebab kematian ibu yang utama yaitu perdarahan 40-60%, toksemia gravidarum 20-30% dan infeksi 20-30% (Nadesul, 1997: 17).

Dari data pra survei yang penulis peroleh pada tanggal 5 April 2004 di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus didapatkan data ibu hamil dengan status gizi kurang seperti tabel 1 berikut:

Tabel 1. Distribusi Jumlah Ibu Hamil di Desa Wates Pada Bulan Januari sampai Maret 2004

Bulan

Jumlah kunjungan ibu hamil baru

Ibu hamil dengan status gizi baik

Ibu hamil dengan status gizi kurang

Jml

%

Jml

%

Jml

%

Januari

Februari

Maret

11

8

15

32,35

23,53

44,12

7

5

9

33,33

23,81

42,86

4

3

6

30,76

23,09

46,15

Jumlah

34

100

21

100

13

100

Sumber Medical Record (Dokumen) Puskesmas Wates, 2004

Berdasarkan tabel diatas maka di dapat data pada bulan Januari sampai Maret 2004 di puskesmas Wates terdapat ibu hamil sebanyak 34 orang dengan status gizi baik sebanyak 21 orang (61,76%) dan status gizi kurang sebanyak 13 orang (28,83 %).

Dari keadaan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sederhana tentang “ Gambaran Pengetahuan Tentang Nutrisi Ibu Hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus “.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus ?”

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Sifat penelitian : Deskriptif.

2. Subyek penelitian : Ibu hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus

3. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi pada ibu hamil.

4. Lokasi penelitian : Di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus.

5. Waktu penelitian : 19 Mei sampai 1 Juni 2004

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di Desa Wates Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Tanggamus tahun 2004.


DOWNLOAD IKUTI LINK BERIKUT:
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa
Baca Selengkapnya - Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa

Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas

Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya cukup padat. Kepadatan ini dapat dilihat dari jumlah kelahiran sekitar 5.000.000 pertahun (Manuaba, 1998). Pada tahun 2005 jumlah penduduk dunia sebesar 6.500.000.000 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,7%, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama sebesar 241.973.879 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,66%. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk (www.laju pertumbuhan pendudduk.go.id,2005)
Pemerintah merencanakan program Keluarga Berencana Nasional untuk mengatasi masalah tersebut yang merupakan bagian dari pembangunan nasional Bangsa Indonesia mempunyai tujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, melalui pengendalian kelahiran dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia serta meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk Indonesia (Winknjosastro, 2002).
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai tujuan yang salah satunya adalah menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi. Banyak metode kontrasepsi yang digunakan salah satu diantaranya menggunakan metode efektif yang meliputi menggunakan Pil, suntikan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implant yang mengakibatkan pencegahan efektif terhadap kemungkinan timbulnya kehamilan, selain itu juga ada yang menggunakan metode kontrasepsi mantap seperti tubekhtomi dan vasektomi (www.bkkbn.go.id, 2005)
Metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna sampai saat ini belum tersedia (Hartanto, 2003), karena harus memenuhi beberapa faktor, antara lain dapat dipercaya, tidak ada efek samping, mudah menggunakan dan mendapatkannya. Faktor lain seperti usia ibu, jumlah dan jarak kelahiran anak juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan kontrasepsi (Winknjosastro, 2002).
Salah satu metode kontrasepsi efektif adalah AKDR yang merupakan pilihan utama untuk menjarangkan kehamilan dengan periode usia akseptor antara 20 – 35 tahun, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Metode kontrasepsi AKDR, dikatakan efektif karena memiliki kelebihan yaitu efektifitas dan reversibilitas yang tinggi, dapat dipercaya, murah harganya, dan mudah dalam pelaksanaannya serta kegagalan yang disebabkan karena kealahan akseptor tidak banyak (Hartanto, 2003).
Umumnya penduduk di negara-negara sedang berkembang paling banyak menggunakan metode kontrasepsi yang pemakainya adalah perempuan. Distribusinya adalah pemakai pil 17,1%, suntik 15,2%, AKDR 10,3%, (Juliantoro, 2000).
Menurut data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Lampung pada tahun 2000 akseptor KB suntik 58,6%, akseptor KB pil 29,8% dan AKDR adalah 16,9%, karena pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang bersifat praktis dan efektifitasnya tinggi seperti metode KB non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) misalnya suntik dan pil sehingga untuk metode KB seperti implant, AKDR, Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP) kurang diminati (BKKBN, 2000).
Berdasarkan data prasurvei yang diperoleh dari BKKBN Kota Metro mengenai cakupan pencapaian KB aktif tahun 2006 bulan Maret adalah sebagai berikut
Tabel 1. Pencapaian Peserta KB Aktif bulan Maret tahun 2006
No Kecamatan Mix Kontrasepsi Total PA % PA/PUS % AKDR/PA
PUS AKDR Suntik PIL
1.
2.
3.
4.
5. Metro Pusat
Metro Utara
Metro Barat
Metro Timur
Metro Selatan 7013
4037
3242
4864
1997 866
389
324
794
236 2425
1129
1158
1449
746 1520
1319
633
1118
344 4811
2837
2115
3361
1326 68,60
70,27
65,23
69,09
66,39 18,00
13,71
15,31
23,62
17,79
Jumlah 21153 2609 6907 4934 14450 68,31 17,79
Sumber : Data BKKBN Kota Metro, 2006.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa untuk metode suntik mencapai angka yang paling tinggi sebesar 47,79% (6907) sedangkan metode kontrasepsi AKDR mencapai angka yang paling kecil sebesar 18,05% (2609). Bila dilihat lebih jauh untuk Kecamatan Metro Utara tercapai angka paling kecil untuk akseptor KB AKDR sebesar 13,71%(389).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan akseptor KB AKDR presentasinya rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akseptor KB tentang AKDR. Seharusnya mengingat AKDR merupakan kontrasepsi efektif yang dianjurkan untuk ibu multipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup minimal 2 orang menjadi pilihan prioritas. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Bagaimana pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Multipara Tentang Kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari Kecamatan Metro Utara.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR
3. Subjek Penelitian : Seluruh ibu multipara peserta akseptor KB AKDR
4. Lokasi Penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sari
5. Waktu Penelitian : 8 – 13 Mei 2006
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Manfaat bagi Puskesmas Banjar Sari
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pelaksana pelayanan guna meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan AKDR dan meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
2. Manfaat bagi Intitusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya dalam memberikan informasi tentang KB dan kesehatan serta asuhan bagi penelitian selanjutnya.

DOWNLOAD IKUTI LINK BERIKUT:
Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas

Lidah pun Bisa Berbulu


Bulu atau rambut halus hampir tumbuh di seluruh bagian tubuh kita, kecuali mata, mulut, telapak tangan dan kaki, serta kuku. Tapi bulu pun bisa tumbuh di permukaan lidah. Sindrom lidah berbulu (Hairy Tongue Syndrome) atau lingua villosa nigra adalah suatu kondisi dimana ada pertumbuhan papila filiform (bagian menonjol pada selaput yang berlendir di bagian atas lidah) berlebih pada permukaan dorsal lidah. Lidah berbulu adalah salah satu istilah yang tidak tepat dalam dunia kedokteran gigi. Lidah berbulu tidak benar-benar menyiratkan adanya bulu atau rambut di lidah.

Permukaan dorsal lidah yang sehat adalah tampak lunak dan lembut. Papila yang tumbuh biasanya hilang dalam interval waktu yang teratur. Namun, kadang-kadang papila ini cenderung tumbuh tapi tidak mau menghilang, dan muncul membentuk alur pada permukaan lidah. Alur ini sering menimbulkan noda akibat terkontaminasi bakteri atau kegiatan lain yang membuat warna lidah menjadi hitam.

Namun, lidah berbulu juga dapat muncul berwarna cokelat, putih, hijau, merah muda, atau salah satu dari berbagai corak tergantung pada etiologi spesifik dan faktor sekunder, misalnya penggunaan obat kumur berwarna, permen karet, atau permen nafas.

Tidak diketahui pasti apa yang menyebabkan sindrom lidah berbulu. Tapi diduga ada beberapa penyebabnya seperti:
  1. Makan permen terlalu banyak dapat menyebabkan stagnasi penumpukan papila filiform
  2. Penggunaan obat kumur yang mengandung peroksida secara berlebihan yang menyebabkan alergi
  3. Mengonsumsi antibiotik untuk jangka waktu lama
  4. Perokok berat juga bisa terkena sindrom lidah berbulu. Hal ini dikaitkan dengan kondisi mulut yang buruk.
  5. Pada kasus tertentu, dalam kondisi demam walaupun memiliki kebersihan mulut yang baik, seseorang bisa juga terkena sindrom lidah berbulu.
Seperti dilansir dari Buzzle dan Emedicine, gejala yang paling jelas dari lidah berbulu adalah adanya helai panjang papila pada permukaan dorsal lidah. Hal ini mungkin menjengkelkan jika papila yang tumbuh terinfeksi, maka dapat menyebabkan rasa sakit dan ulserasi atau pembengkakan.

Jika bakteri menginfeksi papila ini, maka terjadi perubahan warna lidah yang membuat lidah tampak berwarna hitam. Kondisi ini juga sering disertai dengan bau mulut. Orang mungkin juga mengeluhkan sensasi rasa abnormal di mulut.

Kemungkinan akumulasi makanan pada permukaan lidah, selanjutnya akan meningkatkan risiko infeksi pada daerah ini. Dalam kasus yang jarang terjadi, jika papila tumbuh menjadi sangat panjang, maka dapat menyebabkan rasa tersedak di tenggorokan. Panjang papila normal biasanya 1 mm, tetapi pada lidah berbulu papila bisa tumbuh hingga lebih dari 15 mm.

Prevalensi lidah berbulu sangat beragam, mulai dari 8,3 persen pada anak-anak dan orang dewasa muda, hingga 57 persen pada orang-orang yang kecanduan narkoba. Frekuensi lidah berbulu lebih besar terjadi pada laki-laki, orang yang menggunakan tembakau, peminum berat kopi dan teh, pasien terinfeksi HIV, dan penggunaan narkoba suntikan.

Pengobatan lidah berbulu tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Antara lain sebagai berikut:
  1. Jika memiliki kebersihan mulut yang sangat buruk maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi, sehingga dapat didiagnosis dan diobati sejak awal.
  2. Jika penyebabnya adalah demam dan mengalami infeksi sistemik, minum antibiotik untuk kondisi tersebut tidak hanya akan mengatasi gangguan sistemik tetapi juga akan membantu dalam menyembuhkan lidah berbulu.
  3. Mengonsumsi vitamin A, jika disebabkan karena kekurangan vitamin A.
  4. Namun, jika kondisi ini ringan dan tanpa gejala maka yang terbaik adalah melakukan perawatan gigi, seperti menggunakan pembersih lidah dan menggosok permukaan dorsal lidah sesering mungkin sehingga mencegah akumulasi partikel makanan dan bakteri di wilayah ini.
  5. Menghindari beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini, seperti merokok, mengunyah tembakau, mengisap permen untuk jangka waktu lama, dan lainnya.(sumber : detik.com)
Baca Selengkapnya - Lidah pun Bisa Berbulu

Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas


Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja (termasuk kolostrum) sesegera mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain seperti air, air gula, madu, pisang dan sebagainya (DepKes, 2003).
ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit). Konvensi hak-hak anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak, berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini telah dipopulerkan pada pekan ASI sedunia tahun 2000 dengan tema : “Memberi ASI adalah hak azasi ibu, Mendapat ASI adalah hak azasi bayi” (Depkes RI, 2001).
Pernyataan dan rekomendasi tentang makanan bayi dan anak oleh World Health Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) tahun 1994 antara lain berisi :
1. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah merupakan dasar fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
2. Memberikan susu botol sebagai tambahan dengan dalih apapun juga pada bayi baru lahir harus dihindarkan (Suharyono, 1992).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI )1997 dan 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya. Namun yang menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Penggunaan susu formula meningkat lebih dari 3 x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002. (www. depkes.ga.id/ditingkat ASEAN 2006, 15 April 2006).
Pada saat ini tampak ada kecenderungan menurunnya penggunaan ASI pada sebagian masyarakat dikota-kota besar. Dikota besar sering kita melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, sementara di pedesaan kita melihat bayi yang berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada propinsi Lampung adalah 57.201 bayi atau sekitar 34,53,% dari jumlah bayi 165.656 bayi, sedangkan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan untuk Kota Metro adalah 900 bayi antau 58,82% dari jumlah bayi seluruhnya 1530 bayi (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2004).
Data prasurvei yang didapat oleh penulis di Dinas Kesehatan Kota Metro mengenai cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2005 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data Cakupan ASI Eksklusif Kota Metro 2005
No Puskesmas Sasaran Cakupan %
1
2
3
4
5
6 Yosomulyo
Metro
Iringmulyo
Banjarsari
Sumbersari
Ganjar Agung 282
241
334
241
139
227 238
27
158
183
27
177 84,39
11,2
47,3
75,93
19,93
77,97
JUMLAH 1464 810 55,32
Sumber : Laporan Cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Metro 2005
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Metro mendapatkan angka yang paling kecil hanya tercapai 11,2% (27 ibu) dari 60% target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kota Metro (Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Metro Tahun 2003-2010 ) dan cakupan pemberian ASI Eksklusif yang paling besar dicapai oleh Puskesmas Yosomulyo yaitu sebesar 84,39 % (238 ibu) dari 282 sasaran yaitu di Desa Yosomulyo.
Hasil prasurvey di Wilayah Kerja Puskesmas Metro tentang pemberian ASI Eksklusif pada bulan Februari – Maret 2006 terdapat 237 ibu menyusui anak pertama, sedangkan ibu menyusui anak pertama yang sedang menyusui dan telah memberikan ASI Eksklusif sejumlah 20 orang (47,4%). Rendahnya cakupan ini disebabkan faktor ekonomi yang mengharuskan ibu-ibu menyusui anak pertama tetap bekerja, sehingga ibu tidak memiliki waktu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Hasil prasurvey juga menunjukan ternyata bayi yang dilahirkan dengan normal tidak semua langsung diberi ASI tetapi diberi susu formula. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada pada tabel 2 mengenai data prasurvey di Puskesmas Metro, jumlah Ibu menyusui anak pertama yang memiliki anak berusia 6 -24 bulan dan Ibu menyusui bukan anak pertama dalam pemberian ASI Eksklusif sebagai berikut :

Tabel 2. Ibu Post Partum Yang Langsung Memberikan Dan Tidak Memberikan ASI Pada Bayinya Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro Bulan Februari– Maret 2006

Ibu Memberikan ASI Jumlah %
Eksklusif Non Eksklusif
Jumlah % Jumlah %
Ibu menyusui anak pertama 20 0,08 72 0,30 92 0,39
Ibu menyusui bukan anak pertama 7 0,03 138 0,58 145 0,61
Jumlah 27 0,11 210 0,89 237 100
Sumber : Laporan Cakupan ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Metro 2005
Berdasarkan tabel di atas didapatkan jumlah ibu menyusui anak pertama dengan ASI Eksklusif berjumlah 20 orang (0,8%) dari jumlah seluruh ibu menyusui anak pertama 237 orang (100%). Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Metro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif yang dicapai Puskesmas Metro maka dapat dirumuskan permasalahannya “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006 ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang pengertian ASI Eksklusif.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang manfaat ASI Eksklusif.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang kerugian pemberian ASI Eksklusif.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang kontra indikasi untuk memberikan ASI Eksklusif.

D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang di teliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Study Deskriptif
2. Subyek penelitian : Ibu menyusui anak pertama yang memiliki anak dengan usia 6 sampai 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Metro pada bulan Februari – Maret 2006.
3. Obyek Penelitian : Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Metro tahun 2006.
4. Lokasi penelitian : Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro.
5. Waktu Penelitian : 8 Mei sampai dengan 15 Mei 2006.

E. Manfaat Penelitian
1. Puskesmas Metro
Menambah wawasan serta menjadi tolak ukur para tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Metro dalam melaksanakan program selanjutnya, terutama lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu menyusui anak pertama tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk memberikan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan ASI Eksklusif terutama hal-hal yang belum dimunculkan penulis.

DOWNLOAD IKUTI LINK BERIKUT:
Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Baca Selengkapnya - Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas

Protap Pelaksanaan SADARI

Berdiri di depan cermin sambil kedua tangan diletakkan di sisi tubuh. Angkat kedua lengan dan amati dengan seksama kulit di payudara apakah ada kerutan, lekukan, perubahan ukuran atau bentuk. Lihat apakah ada perubahan bentuk simetri pada kedua payudara. Amati juga apakah puting susu masuk ke dalam atau ada cairan aneh yang keluar dari puting. Sekarang letakkan kedua tangan di samping pingul lalu amati payudara Anda. Setelah itu letakkan kedua tangan di belakang kepala dan lakukan hal serupa.
  1. Periksa kedua payudara sambil berdiri di bawah shower ketika mandi. Lakukan hal yang serupa pada saat berbaring. Taruh satu tangan di belakang kepala, sementara tangan yang satu melakukan gerak pijatan memutar searah jarum jam di daerah jaringan payudara, puting, dan jaringan di bawah ketiak.Ulangi cara ini pada payudara yang sebelah. Bila Anda melakukannya saat mandi, sabun dan air membuat kulit licin hingga mampermudah pemeriksaan.
  2. Periksa apakah ada benjolan yang tidak lenyap atau tidak berubah. Benjolan yang abnormal bisa muncul tiba-tiba dan menetap. Benjolan ini berbeda-beda bentuk dan kekerasannya dan kadang terasa keras dengan tepi yang tidak teratur. Kadang benjolan itu berupa penebalan jaringan tanpa garis batas yang jelas. Ingat, benjolan kanker biasanya tidak terasa sakit.
  3. Setiap bulan lakukan pemeriksaan sendiri terhadap payudara agar bila ada benjolan baru bisa segera diketahui. Bila Anda sudah menopause lakukan pemeriksaan payudara pada tanggal yang sama setiap bulan. Bila Anda belum menopause, waktu terbaik untuk untuk memeriksa payudara 7-10 hari setelah terakhir haid. Benjolan kanker payudara biasannya tidak sakit. Amati dan raba payudara Anda apakah ada benjolan atau pembengkakan. Bila ada yang tidak beres, segera ke dokter.
American Cancer Society menganjurkan perempuan menjalani pemeriksaan klinis payudara sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin, setiap tiga tahun sekali untuk perempuan berusia 20-39 tahun dan setiap tahun untuk perempuan di atas 40 tahun.
Baca Selengkapnya - Protap Pelaksanaan SADARI

PENGUKURAN TINGGI FUNDUS UTERI

Pemantauan kehamilan yang teliti dan reaksi terhadap perawatan adalah vital. Pada setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Apabila hasil wawancara atau temuan pemeriksan fisik mencurigakan, dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. Salah satu pemantauan kehamilan yang dilakukan adalah pengukuran tinggi fundus uteri. Selama trimester kedua uterus menjadi organ abdomen. Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simfisis pubis dipakai sebagai suatu indikator kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran TFU juga dapat memperkirakan usia kehamilan secara kasar.

Pengukuran TFU dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko tinggi. Tinggi fundus yang stabil atau menurun dapat mengindikasikan retardasi pertumbuhan intra uterin, peningkatan yang berlebihan dapat menunjukkan adanya kehamilan kembar atau hidramnion. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting dalam pemeriksaan kehamilan dan penting untuk dipelajari dan dikuasai mahasiswa kebidanan. Maka tidak salah jika tujuan akhir handout ini adalah memberikan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai metode dan efek posisi maternal pada pengukuran TFU sehingga mahasiswa mengerti dan mampu melakukan pengukuran TFU yang cermat dan tepat dalam aplikasi pada pelayanan kebidanan secara nyata di klinik sebagai salah satu bukti kompetensi seorang bidan.

Terdapat 4 metode pengukuran TFU
Metode I

Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat ukur.
Ketidak akuratan metode ini :
  1. Wanita bervariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik (imajiner) ini.
  2. Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.
Keuntungan :
  1. Digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur.
  2. Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidak sesuaian dan sebab kelainan tersebut.
Meode II

Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan
pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak
ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu .

Keuntungan :
Lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom, Mc.Farlin dan Sitller)
Kerugian :
Jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur

Metode III
Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.
Keuntungan :
  • Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah digunakan
  • Cukup akurat
Kerugian :
  • Kurang akurat dibandingkan caliper
Metode IV
Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan
sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur.
Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung
secara matematika sebagai berikut ;
  • Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
  • Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah mingu kehamilan
Walaupun sedikit petugas yang menggunakan metode ini, tidak ada penelitian yang dilakukan dapat menujukkan kesamaan pada selisih atau simpangan dari metode-metode lain yang menghasilkan sebuah ukuran dalam skala cm yang menunjukkan apakah formula matematika
ini sungguh-sungguh benar dalam hubungannya dengan jumlah minggu kehamilan
Keuntungan :
Cukup akurat
Kerugian :
Rumit, tidak praktis

Dari ke 4 metode pengukuran diatas, semua memiliki ketidak akuratan karena masing-masing cara tergantung pada ;
  • Posisi wanita saat diperiksa (telentang, kepala/badan diangkat, lutut fleksi, kepala/badan diangkat dan lutut fleksi)
  • Alat ukur yang dipakai (jari, pita pengukur, caliper)
  • Metode pengukuran yang digunakan
  • Syarat yang digunakan (kandung kemih kosong, uterus rileks/kontraksi)
  • Pemeriksa
Baca Selengkapnya - PENGUKURAN TINGGI FUNDUS UTERI

Metode Pendokumentasian SOAP


Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang syah.
Dalam kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan keluarga berencana. Tujuan akhir dari hand out ini adalah memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai 4 langkah dokumentasi SOAP, Memahami SOAP sebagai satu metode rekam medis yang diintisarikan dari manajemen proses asuhan kebidanan dengan sehingga mereka akan mampu menerapkan pendokumentasian pada saat memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan
Dokumentasi kebidanan
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).

Manajemen kebidanan
Adalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney,1997)

Prinsip dokumentasi SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
  • Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnese
  • Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riiwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup.)
  • Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
O : Objektif
  • Menggambarkan pendokumentasian hasil analaisa dan fisik klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
  • Tanda gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan ( tanda KU, Fital sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang.) Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi .
  • Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A : Assesment
  • Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
  • Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa /masalah
  • Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, nbersalin, nifas dan bayi baru lahir .Berdaasarkan hasil analisa data ynag didapat.
  • Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan/kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
2. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial

P : Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehaan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
SOAPIER
Data Subjektif (S )
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.

Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

Analisa/Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.

Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.

Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan.

Revisi
Komponen evaluasi tindakan dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan prioritas dan kebutuhan akan mengoptimalkan hasil yang dicapai. Target dan waktu penting untuk diperhatikan dalam proses ini.

SOAPIED

Pada prinsipnya sama dengan keterangan diatas, hanya saja metode pendokumentasian ini dibuat lebih tereksplisit sehingga dapat benar-benar menggambarkan urutan kejadian dari pasien datang ke RS dengan keluhan yang ada sampai saat pasien pulang, baik karena sudah sembuh dari sakitnya ataupun karena pulang paksa serta alasan-alasan lain.
Baca Selengkapnya - Metode Pendokumentasian SOAP

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber