Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Antenatal Care (ANC). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antenatal Care (ANC). Tampilkan semua postingan

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU:

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


A. Pendahuluan
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter, karna sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.

B. Pengertian
Menurut Buku Obatetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim.

C. Penyebab
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976) dan Ilmu Kandungan 1989 adalah

Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masaih di tuba.


Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976)
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba:
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
f. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan.

D. Patologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.



1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.

2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

E. Gambaran klinik.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).

Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.





F. Diagnosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kandungan (1989).

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.

Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:
a. Tes kehamilan
Apa bila tes nya positip, itu dapatv membantu diaknosis.
b. Pemriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat: pada perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam ronggan perut.


f. Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
g. Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terahir untuk kehamilan ektopik.

G. Gejala
Menurut buku obstetri patologi universitas padjajaran 1984

Kisah yang has dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat haid nya, sekonyong-konyong nyeri perut kadang-kadang jelas lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pening dan kadang-kadang pinsan sering keluar darah pervaginam.
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.
b. Adanya AMENOREA: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan.
c. PERDARAHAN: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
d. Shock karena hypovoluemia.
e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.


H. Diagnosis Banding
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
a. Abortus imminens
b. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
c. Torsi kista ovaril

I. Penatalaksanaan Atau Penanganan
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.

a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini
1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril
2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.

3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
e. Tindakan dapat berupa :
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
i. Konseling pasca tindakan
1) Kulanjutan fungsi reproduksi.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.
5) Jadwal kunjungan ulang.

J. Komplikasi Potensial
Menurut Ben-Zion Buku Kedaruratan Obstetri dan ginekologi 1994

Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.


K. Prognosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan 1976

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus, dan Willson dkk. (1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka kematian 2 dari 120 kasus, Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.


DAFTAR PUSTAKA

Zion-ben taber, 1994 ,Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: EGC.

Bagian obgin fakultas kedokteran universitas padjadjaran, 1984, Obstetri Patologi, Bandung: Elstar off set.

Prawirohardjo, Sarwono, 1989, Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono, 1976, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Binapustaka.

Bari, Abdul Saifuddin, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-Po GI

MANAJEMENT KEBIDANAN PATOLOGI IBU HAMIL Ny. C
DENGAN KET DI RB BUAH HATI


I. PENGUMPULAN DATA
Tanggal: 8 Desember 2008 Pukul: 10.00 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Istri : Ny Cintya Nama Suami : Tn. Eko
Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Hawa 3 Semarang Alamat : Jl. Hawa 3 Semarang
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 3 bulan datang untuk memeriksakan kehamilannya, ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celana
3. Riwayat Hidup
Menarche : 13 tahun
Siklus : kurang lebih 28 hari
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
Lamanya : 5-7 hari
Sifat darah : encer bercampur gumpalan
HPHT : 22 September 2007
TP : 29 Januari 2008


4. Riwayat Perkawinan
Ibu menikah I kali, status perkawinan syah sebagai istri pertama, usia perkawinan 1 tahun, usia saat pernikahan 24 tahun. Ibu mengatakan pernikahannya cukup bahagia dan dalam keluarga tidak mengalami masalah.
5. Riwayat hamil bersalin dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. Tanda-tanda kehamilan (trimester I)
PP tes 20 Oktober : hasil positif
b. Pergerakan fetus belum dirasakan
c. Keluhan yang di rasakan
Mual dan muntah : ya
Nyeri perut : ya
Sakit kepala : tidak ada keluhan
Penglihatan : tidak ada keluhan
Rasa nyeri atau panas waktu BAK : tidak ada keluhan
Rasa gatal panas vagina dan sekitarnya : tidak ada keluhan
Pengeluaran pervaginam : ibu mengatakan darah sedikit pada vagina
Oedema : tidak ada oedema
7. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a. Kesehatan ibu
Ibu tidak pernah di rawat di RS, penyakit keturunan tidak ada, penyakit menular tidak ada, dan penyakit menahun tidak ada.
b. Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menular dan penyakit menular dan penyakit keturunan.


8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Sebelum hamil : makan 2 x sehari dengan porsi nasi sedikit dan lauk yang sedikit, tidak di sertai dengan buah-buahan dan jarang mengkonsumsi sayuran, tidak minum susu, ibu minum kurang lebih 7-8 gelas/hari.
2) Saat hamil : ibu makan 2 x sehari, porsi nasi sedikit dan sayuran yang kurang, lauk kadang mau kadang tidak, minum susu tidak setiap hari dan buah-buahan yang kurang. Ibu minum kurang lebih 7-8 gelas/hari
b. Eliminasi
1) Sebelum hamil : BAB : 1-2 x/hari BAK : 5-6 x/hari
2) Saat hamil : BAB : 1 x/hari BAK : 10-11x/hari
c. Istirahat
1) Sebelum hamil : ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam / hari, tidur siang 1-2 jam/hari
2) Saat hamil : tidur malam 6 jam / hari , tidur siang 1-2 jam/hari
d. Personal hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari
e. Aktivitas atau olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu sering jalan-jalan pagi
f. Seksualitas dan kontrasepsi
Seksualitas antara ibu dan suami sedikit terganggu, sebelum hamil, ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
g. Imunisasi
Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan imunisasi TT
B. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit Temp : 370C
c. BB sebelum hamil : 43 kg
BB saat hamil : 45 kg
Kenaikan BB : 2 kg
d. Tinggi badan : 157 cm
e. LILA : 21 cm
2. Pemeriksaan fisik
1) Rambut : keriting, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan bersih
2) Mata : kelopak mata: simetris, tidak ada oedema.
3) Konjungtiva : pucat sklera: tidak ikterus
4) Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman normal
5) Mulut dan gigi: lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries
6) Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan pendengaran baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
8) Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan abnormal
9) Payudara : membesar simetris, puting susu menonjol, colostrum belum keluar.
10) Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, perut bagian bawah sedikit menggembung dan nyeri tekan
a) Palpasi : Leopold I : TFU 20 cm
: Leopold II : tidak di lakukan
: Leopold III : tidak di lakukan
b) TBJ : TFU – 12 x 155
: 20 – 12 x 155
: 1240 gr
c) Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
11) Punggung : keadaan lordosis, michealis simetris
12) Genetalia : dilakukan pemeriksaan genetalia eksterna menggunakan spekulum terlihat adanya darah di kavum douglas dan terdapat sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam ke coklatan
13) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit turgor kulit baik, dapat digerakan dengan baik, tidak ada kecacatan.
Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik
3. Pemeriksaan laboratorium
HB : 9 gr%
Protein uterus : tidak dilakukan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi yang terdapat di lumen tuba.
PP tes : hasil positif
4. Pemerikasaan panggul luar
Distantia cristarum : 27 cm
Distantia spinarum : 26 cm
Konjungtiva external : 20 cm
Lingkar panggul : 89 cm



II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Ibu G1 P0 A0 12 minggu dengan KET
Dasar : ibu mengatakan hamil anak pertama
HPHT : 22 September 2007
TP : 29 Juni 2008
a. Palpasi : tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang.
b. Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
c. Pembesaran uterus
d. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
e. Ibu mengatakan terjadi perdarahan sedikit
f. Hasil pemeriksaan kuldosintesis, terdapat pengeluaran darah
g. Kadar hemoglobin turun hingga 9 gr% karena perdarahan yang banyak di rongga perut
h. Adanya amenorea : amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan
2. Masalah
a. Gangguan pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar : Ibu terlihat tampak lemah
: Ibu terlihat tampak pucat
: Ibu kurang dan makan dan minum atau tidak nafsu
b. Gangguan Psikologi
Dasar : Ibu mengatakan takut dan cemas dengan kehamilannya
c. Keterbatasan beraktivitas
Dasar : Ibu mengatakan cepat lemah bila beraktivitas
: Ibu mengeluh dengan keluarnya darah
: Ibu mengeluh dengan adanya pegal-pegal

d. Kahamilan yang lemah
Dasar : Ibu mengalami perdarahan di perut bagian bawah
Ibu mengalami pengeluaran darah sedikit-sedikit tapi berlangsung continues
3. Kebutuhan
a. Pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar : Ibu tampak lemas dan pucat
Ibu tidak nafsu makan
b. Memberikan dukungan
Dasar : ibu tampak cemas dan takut dengan kehamilannya
c. Pemberian bedres total
Dasar : ibu sulit beraktivitas dan terus mengeluarkan darah dari vagina
d. Segera lakukan tindakan laparatomi
Dasar : pada kehamilannya ibu kehilangan banyak darah karena mengalami perdarahan di rongga perut.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
a. Abortus iminens : terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan
b. Abortus inkomplit : perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah di luar kavum uteri melalui kanalis servikalis
c. Rupture tuba : robekan yang terjadi pada tuba

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN
Rujuk dengan kolaborasi dokter.




V. RENCANA
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2. Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5. Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai

VI. PELAKSANAAN
1. a. Menjelaskan pada dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini, bahwa ketika dilakukan pemeriksaan Leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen. Tinggi fundus 20 cm kemudian pada saat USG ternyata kehamilan berimplantasi dan tumbuh di luar rahim yaitu di tuba.
b. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan di luar rahim, janin tumbuh di tuba kehamilan ini biasanya tidak bertahan berakhir dengan abortus.
c. Anjurkan untuk keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu
2. a. Ibu segera memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter spesialis kandungan agar ibu dan keluarga lebih jelas dengan tindakan lebih lanjut untuk kehamilannya
b. Beritahu ibu tentang tindakan laparatomi yaitu pembedahan di bagian perut dan segera lakukan tindakan laparatomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat
a. Istirahat tidur 8-9 jam / hari
b. Melarang ibu untuk melakukan aktivitas yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang berat.
4. a. Jelaskan pada ibu tentang makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat, bayam, katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati, daging. Buah misalnya; jeruk, apel, melon, pepaya, dan di tambah minum susu.
b. Beritahu ibu agar makan teratur 3x sehari, dan minum 7-8 gelas / hari
5. a. Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan fungsi reproduksinya kelenjar fungsi reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
b. Menjelaskan pada ibu tentang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-14,6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%
c. Memberitahu tentang kontrasepsi yang baik digunakan yaitu dengan menggunakan kondom atau dengan KB kalender.

VII. EVALUASI
a. Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini
b. Ibu mengatakan cukup istirahat
c. Melakukan kolaborasi dengan dokter
d. Ibu dilakukan tindakan laparatomi oleh dokter di rumah sakit.
e. Ibu mengatakan nyeri pada perut hilang
f. Ibu mengerti tentang resiko kehamilan ulang
g. Ibu tahu alat kontrasepsi yang baik digunakan
h. Cemas ibu sudah berkurang
"
Baca Selengkapnya - ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

SECTIO CAESARIA dan Asuhan Keperawatan

SECTIO CAESARIA dan Asuhan Keperawatan:

Pengertian sectio caesaria
Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesaria :
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Sesuai pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
Ibu
Indikasi sectio caesaria
disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
Disfungsi uterus
Distosia jaringan lunak
Plasenta previa

Anak
Janin besar
Gawat janin
Letak lingtang


Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).
(Sarwono, 1991)
Sektio caesaria abdominalis
Tipe operasi sektio caesaria
1. Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim
2. Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
3. Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

Sektio Caesaria vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
Sayatan huruf T (T-incision)
(Mochtar, Rustam, 1992)

Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara – negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Mochtar Rustam, 1992).

Komplikasi
1. Pada Ibu
Infeksi puerperal
Perdarahan
Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang terjadi.
1. Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).
Pemeriksaan diagnostik
1.Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
Pemantauan EKG
JDL dengan diferensial
Elektrolit
Hemoglobin/Hematokrit
Golongan dan pencocokan silang darah
Urinalisis
Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)
Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.
Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditandatangani oleh operator.
Buat instruksi perawatan yang meliputi :
Perawatan pasca operasi
Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan pada No. 1 dan 2.


Penatalaksanaan medis
Cairan IV sesuai indikasi.
Anestesia; regional atau general
Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
Tanda vital per protokol ruangan pemulihan
Persiapan kulit pembedahan abdomen
Persetujuan ditandatangani.
Pemasangan kateter foley
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :

Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998)

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 1998) yaitu ;
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.

Perencanaan
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.
Tujuan : - Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah.

Intervensi :
Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.
Jelaskan prosedur praoperasi “normal” dan resiko variasi untuk situasi saat ini.
Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.
Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.
Dapatkan urine untuk urinalisis.
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Tujuan : Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman.
Intervensi :
Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.
Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Tujuan : - Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan
- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Intervensi :
1.
Kaji status pernafasan dengan tanda vital.
Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.
Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama.
Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.
Anjurkan penggunaan spirometer insentif.
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Tujuan : - Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan
• Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
Intervensi :
1.
Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.
Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.
Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : - Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi.
• Involusi uterus berlanjut secara normal
Intervensi :
1.
1.
Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.
Observasi insisi terhadap infeksi.
Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.
Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan : - Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.
Intervensi :
Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
1.
1.
1.
Pelaksanaan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap implementasi terdiri dari :
Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)

Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 1998)
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
1.
Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah
Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan
Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal
Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar


Sumber:
1. Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.
3. Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.
4. Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.
5. Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. ______________, (1999), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
7. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.
8. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
1. _____________, (1991), Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1 Cet. 2, Yayasn Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.





"
Baca Selengkapnya - SECTIO CAESARIA dan Asuhan Keperawatan

Nutrisi dalam Kehamilan

Nutrisi dalam Kehamilan:
PENDAHULUAN
Nutrisi yang baik selama kehamilan sangat dibutuhkan untuk perkembangan janin dan kesehatan ibu. Janin yang sedang berkembang membutuhkan nutrisi dimana nutrisi ini diambil dari ibu, sehingga kebutuhan nutrisi pada wanita hamil meningkat. Oleh karena itu penting untuk wanita hamil mendapatkan nutrisi yang cukuptiap harinya.
Berdasarkan beberapa pengalaman di masa lalu hasil akhir kehamilan hanya dapat dipengaruhi jika terjadi keadaan gizi buruk pada wanita yang bersangkutan. Hal ini tentu saja harus diperhatikan di Indonesia karena sejak sebelum merdeka sampai sekitar tahun 1960-an, masalah gizi buruk merupakan masalah besar di Indonesia, walaupun saat ini masalah gizi buruk hanya terjadi terutama pada wanita di daerah-daerah miskin. Selain karena bencana alam, masalah ini erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Angka gizi buruk umumnya meningkat pada saat ekonomi masyarakat terpuruk, dan menurun bila keadaan ekonomi membaik.

Saat terjadi musim dingin yang berat di Eropa pada tahun 1944-1945, yang pada titik terendahnya porsi makanan yang didapatkan hanya mengandung kalori 450 kkal/hari didapatkan penurunan median berat badan janin sebesar 250 gram dan kembali meningkat setelah makanan yang cukup kembali dapat diperoleh, walaupun demikian hal ini tidak berpengaruh terhadap angka kematian perinatal, bahkan frekuensi “toksemia” pada kehamilan malah menurun.
Peningkatan berat badan ibu saat hamil ternyata berpengaruh terhadap berat badan janin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abrams and Laros (1986) menunjukkan bahwa wanita dengan berat badan rendah melahirkan bayi yang lebih kecil. Banyak sekali studi yang menyarankan jumlah penambahan berat badan yang seharusnya bagi wanita hamil, namun mungkin penemuan yang menakjubkan mengenai panambahan berat badan dalam kehamilan adalah terdapatnya rentang yang cukup lebar yang dapat memberikan hasil akhir klinis yang baik dan sesuatu yang “tidak normal” sangat tidak spesifik untuk tiap-tiap individu.

ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN
Secara periodik, Food and Nutrition Board of the National Research Council di Amerika merekomendasikan kebutuhan nutrisi untuk wanita, termasuk yang sedang hamil dan menyusui. Walaupun demikan rekomendasi ini tidak ditujukan untuk diaplikasikan untuk individu, melainkan sebagai patokan kebutuhan dalam populasi, karena individu sudah pasti sangat bervariasi dalam kebutuhannya. Beberapa suplemen vitamin-mineral prenatal dapat menyebabkan pemasukan yang jauh di atas angka kecukupan ini, lebih lagi penggunaan suplemen berlebih yang biasanya dilakukan atas inisiatif pribadi telah meningkatkan perhatian masyarakat akan kemungkinan terjadinya toksisitas dalam kehamilan. Beberapa nutrisi ini antara lain besi, seng, selenium, dan vitamin A, B6, C, and D.

SUPLEMEN VITAMIN-MINERAL PRENATAL
Sampai munculnya rekomendasi untuk pemberian asam folat untuk mencegah terjadinya defek tuba neural, hanya besi yang dikenal sebagai satu-satunya zat yang tidak dapat dipenuhi melalui makanan saja dalam kehamilan (Institute of Medicine, 1990). Suplemen harian zat besi sebesar 30 mg direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap defisiensi zat besi pada wanita dengan resiko rendah untuk menjadi gizi buruk.
Pemberian suplemen multivitamin-mineral secara rutin tidak dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologists (1997), kecuali diet ibu dipertanyakan atau ia berada dalam resiko tinggi terjadi gizi buruk, seperti pada kehamilan multiple, penyalahgunaan zat, vegetarian, penderita epilepsi, dan wanita dengan kelainan hemoglobin. Untuk wanita beresiko tinggi ini suplemen harian multivitamin-mineral dianjurkan dimulai pada trimester kedua. Komposisi yang dianjurkan adalah 30-60 mg besi, 15 mg seng, 2 mg tembaga, 250 mg kalsium, 10 ug (400 IU) vitamin D, 50 mg vitamin C, 2 mg vitamin B6, 300 ug asam folat, dan 2 ug vitamin B12 (Institute of Medicine, 1992).

KALORI
Kehamilan membutuhkan tambahan 80.000 kkal yang lebih banyak terkumpul pada 20 minggu terakhir kehamilan. Peningkatan kalori harian sebesar 300 kkal sepanjang kehamilan dianjurkan oleh National Research Council (1989). Kalori sangat penting untuk pembentukan energi, dan ketika terjadi kekurangan pasokan energi, protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi dan bukannya diperuntukkan untuk fungsi pentingnya yaitu pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan fisiologis total selama kehamilan tidak selalu merupakan jumlah dari kebutuhan ketika tidak hamil ditambah peningkatan kebutuhan kalori saat hamil, karena dapat disiasati, sebagai contoh, kebutuhan energi yang terjadi selama kehamilan dapat dikompensasi dengan mengurangi aktivitas fisik (Hytten, 1991).

PROTEIN
Kebutuhan protein pada wanita hamil berasal dari kebutuhan wanita tidak hamil ditambah kebutuhan protein untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel janin, plasenta, uterus dan payudara, serta peningkatan kebutuhan darah maternal. Selama 6 bulan terakhir kehamilan, sekitar 1 kg protein dideposit, kira-kira berasal dari 5-6 gram protein per hari (Hytten dan Leitch, 1971). Asam amino pada ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi ornitin, glisin, taurin dan prolin, serta mengalami peningkatan konsentrasi asam glutamat dan alanin.
Sumber protein yang lebih baik berasal dari protein hewani, seperti daging, susu, telur, keju, dan ikan, sebab makanan terrsebut mengandung asam amino dalam kombinasi optimal. Susu beserta produk-produk yang berasal dari susu telah lama diperkirakan sebagai sumber makanan yang hampir ideal, terutama untuk protein dan kalsium, baik untuk wanita hamil maupun menyusui.

MINERAL
Secara praktis, semua makanan yang mengandung jumlah kalori yang cukup untuk peningkatan berat badan yang sesuai, mengandung mineral dalam jumlah cukup untuk mencegah defisiensi jika menggunakan garam beryodium.
Zat Besi
Dalam kehamilan, terdapat peningkatan kebutuhan zat besi yang disebabkan oleh peningkatan volume plasma saat kehamilan. Sekitar 300 mg dari zat besi tersebut akan ditransfer ke janin dan plasenta, sedangkan 500 mg yang lain, jika tersedia, akan ditransfer ke massa hemoglobin ibu yang meningkat, hampir semuanya digunakan setelah pertengahan kehamilan. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi disebabkan oleh kehamilan dan ekskresi ibu sekitar 7 mg per hari. Sangat sedikit wanita yang memiliki cadangan zat besi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, sedangkan asupan sehari-hari jarang yang dapat memenuhi kebutuhan ini, sehingga biasanya diberikan suplementasi zat besi.
Scott dkk (1970) menetapkan bahwa jumlah zat besi yang diperlukan selama kehamilan cukup sebanyak 30 mg dalam bentuk garam besi seperti ferrous glukonat, sulfat atau fumarat yang dikonsumsi secara teratur setiap hari selama paruh kehamilan akhir, akan menyediakan jumlah zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan dan untuk melindungi cadangan zat besi yang tersedia. Jumlah ini juga menyediakan kebutuhan zat besi pada masa laktasi. Jumlah ini sebaiknya ditingkatkan sampai 60 sampai 100 mg per hari jika ibu besar, memiliki janin kembar, hamil tua, mengonsumsi suplementasi zat besi secara tidak teratur, atau memiliki hemoglobin yang rendah. Wanita yang sangat anemis yang disebabkan oleh defisiensi zat besi akan merepon baik dengan 200 mg zat besi per hari dalam dosis yang dibagi.
Karena kebutuhan zat besi hanya sedikit meningkat selama 4 bulan pertama kehamilan, selama waktu ini tidak perlu dilakukan suplementasi zat besi. Tidak diberikannya suplementasi zat besi selama trimester pertama kehamilan menghindari risiko bertambah beratnya mual dan muntah selama kehamilan. Konsumsi suplementasi zat besi sebelum tidur nampaknya dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping gastrointestinal.
Kalsium
Wanita hamil memerlukan sekitar 30 gram kalsium, yang sebagian besar didepositkan pada janin selama masa-masa kehamilan tua. Jumlah kalsium tersebut hanya menunjukkan sekitar 2,5 % dari total kalsium ibu, paling banyak terdapat di tulang, dan dapat dimobilisasi untuk pertumbuhan janin. Berdasarkan penelitian Heaney dan Skillman (1971) terdapat peningkatan absorpsi kalsium melalui saluran pencernaan dan retensi yang progresif. Menurut Pitkin (1985), kadar kalsium yang terikat akan msdikit menurun selama kehamilan karena menurunnya kadar albumin, tetapi tidak demikian dengan kadar kalsium yang terionisasi.
Fosfor
Kadar fosfor selama kehamilan tidak banyak mengalami perubahan selama kehamilan.
Seng
Kekurangan seng yang berat dapat menyebabkan nafsu makan yang buruk, pertumbuhan yang kurang optimal, dan terganggunya penyembuhan luka. Defisiensi seng sangat berat menyebabkan dwarfisme dan hipogonadisme. Keadaan ini juga akan menyebabkan kelainan kulit yang spesifik, yaitu akrodermatitis enteropatika, dan dapat pula, pada keadaan yang sangat jarang, menyebabkan defisiensi zinc kongenital yang berat.
Seng dalam plasma hanya mewakili 1% total seng dalam tubuh manusia sementara seng plasma sendiri hampir seluruhnya terikat pada protein plasma maka bila didapatkan konsentrasi seng yang rendah dalam plasma, ini bukan mewakili jumlah sebenarnya dari kandungan zinc dalam tubuh namun hanya mewakili perubahan protein pengikat dalam plasma (Swanson and King, 1983). Bahkan bila konsentrasi seng pada ibu hamil diturunkan namun jumlah “plasma pooling” dalam tubuh bumil tetap tinggi akibat peningkatan volume plasma selama kehamilan.
Goldberg dkk pada tahun 1995 membuat sebuah penelitian dengan memberikan suplemen seng (25mg) pada suatu studi acak yang melibatkan 580 perempuan yang dimulai pada kehamilan 19 minggu. Level seng plasma sedikit namun secara signifikan meningkat pada wanita yang diberikan suplemen. Anak yang dilahirkan wanita yang diberi suplementasi zinc mempunyai berat badan lahir yang lebih tinggi (sekitar 125 g) dan mempunyai lingkar kepala yang sedikit lebih besar (sekitar 4mm). Meskipun tingkat suplementasi yang aman untuk wanita hamil belum jelas namun secara umum dosis pemberian pada wanita hamil adalah sekitar 15 mg.
Iodium
Penggunaan preparat garam beriodium oleh semua wanita hamil direkomendasikan karena kebutuhan bumil meningkat akibat tuntutan janin dan pengeluaran melalui ginjal yang meningkat.
Trend peningkatan konsumsi Iodium dalam kehamilan terjadi akibat beberapa laporan yang menghubungkan hipotiroidisme subklinis pada bumil dengan retardasi mental yang signifikan pada janin(Haddow dkk, 1999).
Defisiensi Iodium yang buruk merupakan factor predisposisi untuk kretinism yang berbentuk gangguan neurologist yang multiple. Di beberapa bagian Cina dan Afrika dimana kondisi ini endemic, suplementasi Iodium di awal kehamilan sangat bermanfaat (Cao dkk,1994).
Namun perlu diingat bahwa konsumsi iodium dalam dosis tertentu selama kehamilan dapat menekan fungsi tiroid dan menyebabkan goiter pada janin.
Magnesium
Efek–efek kekurangan magnesium dalam kehamilan hingga kini belum diketahui secara jelas. Namun tidak diragukan lagi bahwa selama periode penyakit kronik dimana asupan magnesium rendah atau tidak ada maka level Mg dalam plasma akan menjadi sangat rendah. Hal ini juga terjadi dalam kehamilan dengan diet yang tidak seimbang.
Beberapa penelitian tentang kekurangan Mg selama kehamilan telah dilakukan. Salah satunya dilakukan Sibai dkk yang melakukan penelitian dengan memberikan 400 primigravida secara acak 365 mg Magnesium dan placebo. Hasilnya akhirnya adalah bahwa tidak ada perbedaan hasil keluar pada janin.
Tembaga
Berbagai enzim yang mengandung tembaga seperti sitokrom oksidase mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses oksidatif dalam produksi energi tubuh. Kehamilan sendiri mempunyai efek yang sangat besar pada metabolisme tembaga dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan ceruloplasmin serum dan tembaga dalam plasma. Defisiensi tembaga belum didokumentasikan pada kehamilan dan belum ada studi yang mempelajari asupan tembaga pada wanita hamil secara jelas. Dosis umum yang dipakai adalam sekitar 2 mg tembaga per tablet.
Selenium
Zat ini adalah komponen dasar untuk enzin glutation peroksidase yang mengkatalase perubahan Hidrogen peroksida menjadi air. Selenium adalah komponen penting untuk melindungi tubuh dari radikal bebas. Defisiensinya telah diselidiki di beberapa bagia besar dari RRC dimana ada defisiensi Selenium secara geokimia. Efeknya adalah kardiomiopati pada anak dan wanita pada umur produktif. Namun toksisitas karena suplementasi berlebih juga telah tercatat.
Kromium
Zat ini dipercaya merupakan ko-faktor untuk insulin yang membantu untuk penempelan insulin pada reseptor perifernya. Namun data–data yang berhubungan dengan krom pada wanita hamil sangat sedikit.
Mangan
Zat ini berfungsi sebagai ko-faktor untuk enzyme seperti glycosiltransferase yang berfungsi dalam sintesis polisakarida dan glikoprotein namun defisiensinya pada wanita hamil belum diselidiki.
Kalium
Konsentrasi Kalium pada bumil menurun sebesar 0.5 mEq/L pada trimester kedua (Brown dkk,1986). Rute pengeluarannya antara lain pada mual dan muntah yang dapat bergerak kearah hipokalemia dan alkalosis.
Natrium
Defisiensi pada kehamilan sangat sulit terjadi kecuali bila bumil menggunakan diuretic. Kandungan natrium plasma akan menurun dalam kehamilan namun tidak pada tingkat yang mengkhawatirkan (Brown dkk, 1986).

Fluoride
Pemberian suplementasi fluoride pada bumil sampai saat ini masih dipertanyakan karena tidak ada hasil yang berarti pada anak (Horowitz and Heifetz, 1967).

VITAMIN
Kebanyakan bukti yang berhubungan dengan pentingnya vitamin dalam kesuksesan reproduksi didapatkan dari penelitian pada binatang. Beberapa defisiensi yang berat terjadi pada binatang yang tidak diberi vitaman, yang dimulai lama sebelum kehamilan atau dengan memberi antagonis vitamin yang poten. Pemberian beberapa vitamin dalam jumlah berlebih pada binatang hamil menunjukkan efek yang merugikan pada janin.
Asam Folat
Di USA, sekitar 4000 kehamilan mengalami defek pada tube neural dan lebih dari setengah dapat dicegah dengan pemberian tambahan asam folat sebesar 400 ug selama masa kehamilan (Centers for Disease Control and Prevention, 1992).
Vitamin A
Asupan vitamin A pada wanita hamil di USA sudah mencukupi kebutuhan (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1998). Suplementasi rutin selama kehamilan tidak dianjurkan. Bahkan ada beberapa laporan kasus toksisitas Vitamin A berlebih (10.000–50.000 IU) yakni pada derivat vitamin A isotretinoin yang ternyata teratogen pada manusia.
Vitamin B12
Level vitamin B12 pada wanita hamil menurun namun masih dalam batas normal pada wanita hamil Karena vitamin B12 hanya didapatkan pada produk hewani maka konsumsi yang rendah pada vegetarian atau keluarga kurang mampu perlu menjadi perhatian.
Vitamin B6
Beberapa penelitian yang berusaha membuktikan keberhasilan suplementasi B6 pada bumil telah gagal (Institute of Medicine, 1990). Dosis umum yang diterima adalah 2 mg.
Vitamin C
Dosis yang direkomendasikan adalam 70 mg/hari atau meningkat 20%. Pada plasma Ibu jumlah vitamin C dapat berkurang namuan pada tali pusat jumlahnya meningkat. Suatu fenomena yang umum ditemukan pada vitamin yang larut dalam air.

SARAN – SARAN BAGI IBU HAMIL

• Secara umum sarankan ibu hamil untuk memakan makanan yang sesuai selera masing – masing.

• Pastikan julah konsumsinya cukup terutama pada keluarga dengan keadaan social ekonomi rendah.

• Pastikan terdapat peningkatan Berat Badan yang baik yakni sekitar 25 – 35 pon untuk wanita dengan BMI normal.

• Berikan tablet besi sekitar 30 mg perhari dan suplementasi folat terutama pada awal kehamilan.

• Periksa kadar Hb atau Hematokrit pada minggu 28 – 32 untuk melihat penurunannya.




















DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom K.D. Prenatal Care. In William Obstetrics 22nd¬ ed.London: McGraw-Hill, 2005.
2. Scott JR, Gibbs RS, Karlan AF, Haney DN. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed: Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2003.
3. Alan HD, Lauren N. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, Ninth Edition: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2003.
4. Obstetri Fisiologis. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1981.



"
Baca Selengkapnya - Nutrisi dalam Kehamilan

Persalinan Kurang Bulan

Persalinan Kurang Bulan:

Definisi persalinan kurang bulan dibatasi pada kontraksi uterus yang berulang dengan atau tanpa sakit, yang menuju dilatasi serviks yang progresif, yang berlangsung anatar minggu ke-20 sampai minggu ke-37 kehamilan.

Persalinan kurang bulan biasanya memberikan gejala-gejala sebagai berikut:
• Kontraksi uterus yang reguler, dengan atau tanpa nyeri, berlangsung lebih dari sekali setiap 15 menit, tiap kontraksi berlangsung lebih dari 30-40 detik, dalam jangka waktu satu jam.
• Tekanan pada daerah panggul
• Perubahan pada lendir vagina
• Nyeri daerah punggung yang menetap
• Nyeri perut yang intermitten
• Adanya spotting atau perdarahan per vaginam


Pada sebagian besar kasus, penyebab persalinan kurang bulan tidak diketahui. Akan tetapi, terdapat beberapa factor resiko yang berhubungan dengan persalinan kurang bulan:
• Riwayat aborsi sebelumnya (dua atau lebih aborsi yang terjadi di trimester pertama atau satu aborsi yang terjadi pada trimeseter kedua)
• Status sosioekonomi yang rendah
• Merokok
• Persalinan prematur sebelumnyua
• Interval antar kehamilan singkat
• Anommalikongenital
• Korioamnionitis
• Ketuban pecah sebelum waktuya
• Abrupsio atau placenta previa
• Status nutrisi tidak baik
• Anomali uterus
• Usia ibu yang tua atau <18 th
Terapi terhadap persalinan kurang bulan adalh eliminasi faktor resiko, bed rest, pengobatan glokokortikoid antenatal, dan tokolitik baik oral maupun parenteral.

Tokolitik secara rutin digunakan pada kehamilan kurang dari 34 minggu jika tidak terdapat kontraindikasi terhadap pengobatan. Pengobatan pada usia kehamilan 34-37 minggu berbeda-beda sesuai keadaaan ibu dan janin. Usia kehamilan harus dihitung secara teliti untuk memulai terapi dengan obat tokolitik. Jika ketuban utuh, pengobatan antibiotik tidak menunjukkan keuntungan tersendiri. Beberapa beta-agonis intravena (ritodrine dan terbutaline) digunakan untuk mengobati persalinan kurang bulan.
Obat-obatan tokolitik yang biasanya digunakan:
• Terbutaline, 5 mg tiap 4-6 jam, atau ritodrine, 10 mg tiap 4-6 jam.
• Calcium channel blockers, nifedipine dan verapamil. Nifedipine diberikan 40 mg dalam 40 menit pertama, dilanjutkan dengan 10-30 mg tiap 3-6 jam, Jumlah dosis yang diberikan serta interval pemberian dapat dimodifikasi sesuai dengan pola kontraksi dan efek sampingnya.
• Prostaglandin synthetase inhibitors, indomethacin dan ibuprofen digunakan dalam dosis standar, terutama untuk kehamilan kurang dari 32 minggu.

Kontraindikasi penggunaan obat tokolitik:
• Perdarahan banyak
• Abrupsio
• Preeklampsi berat
• Eklampsia
• Kematian janin dalam rahim
• Pertumbuhan janin terhambat yang berat
• Hipertensi pulmonal
• Intoleransi terhadap tokolitik
• Janin yang matur
• Anomali janin yang letal
• Choriomanionitis


Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
Bayi dengan berat badan lahir yang rendah yang kecil masa kehamilan merupakan keadaan janin yang menderita pertumbuhan janin terhambat. Berdasarkan penelitian Warkany dkk, angka normal untuk berat badan bayi, panjang badan bayi, dan lingkar kepala merupakan kriteria untuk menetukan terhambatnya pertumbuhan bayi. Sekitar 1/3 dari bayi yang lahir dengan berat badan lahir <2500 gr merupakan janin yang matur dan kecilnya ukuran janin dapat dijelasakan dengan insufisiensi plasenta kronik.
Berdasarkan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa berat badan lahir bayi tudak hanya ditentukan oleh lamanya kehamilan tetapi juga oleh kecepatan pertumbuhan janin.

Janin yang kecil untuk masa kehamilan adalah janin dengan berat badan di bawah persentil ke-10 untuk usia kehamilannya. Sebagian bayi dengan berat badan lahir yang berada di bawah persentil ke-10 tidak mengalami pertumbuhan janin yang terhambat secara patologis tetapi memang kecil karena faktor biologis. Karena adanya ketidakcocokan seperti ini, beberapa klasifikasi lain diajukan. Seeds menganjurkan definisi berdasarkan berat badan lahir yang berada di bawah persentil ke-50. Usher dan McLean menganjurkan bahwa standar petumbuhan janin seharusnya berdasarkan rata-rata berat untuk usianya dalam standar deviasi ± 2. Fungsi plasenta yang terganggu merupakan penyebab yang paling umum pada bayi kecil masa kehamilan.

Walaupun keadaan ini kadang memperlihatkan anatomi plasenta yang abnormal, keadaan inbi lebih sering memperlihatkan aadanya gangguan pada fungsi plasenta (misalnya yang disebabkan oleh merokok, perfusi plasenta yang terganggu, infeksi, infark plasenta). Pada beberapa kasus, fungsi plasenta yang abnormal mungkin disebabkan oleh pembuluh darah-platelet yang abnormal atau interaksi platelet dengan platelet yang disebabkan oleh produksi prostasiklin yang kurang, yang menghasilkan dominansi relatif tromboksan A2 yang merupakan vasokonstriktor kuat. PJT berhubungan dengan ksakitan dan kematian pada perinatal. Hal ini dapat disebebkan oleh asfiksia pada saat lahir, aspirasi mekonium, hipoglikemi dan hipotermia neonatal, perkembangan neurolgis yang abnormal. Pertrumbuhan postnatal dan [erkembangan janin yang mengalami PJT tergantung penyebab restriksi, nutrisi pada saat bayi, dan sosial ekonomi. Bayi yang mengalami PJT yang disebabkan oleh kelainan kongenital, penyakit virus, kromososm atau pengaruh dari ukuran ibu biasanya akan tetap berukuran sama sepanjang hidupnya, sedangkan bayi yang mengalami PJT yang disebabkan oleh kelainan plasenta harus diberi nutrisi yang baik agar dapat melakukan tumbuh kejar.


Faktor risiko PJT, diantaranya :
Faktor ibu
1. Wanita yang memulai kehamilan dengan berat dibawah 50 kg lebih berisiko dua kali lipat.
2. Faktor nutrisi ibu. Kurangnya penambahan berat badan selama kehamilan dapat dihubungkan dengan terhambatnya pertumbuhan janin. Kurangnya penambahan berat badan pada trimester kedua kehamilan terutama dihubungkan dengan menurunnya berat lahir.
3. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan efek dari dari gaya hidup seperti rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan dan nutrisi yang kurang. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki lingkungan yang paling kurang sehat memiliki bayi dengan berat badan terkecil.

Faktor janin :
1. infeksi janin. Virus, bakteri dan protzoa, terutama oleh rubella dan cytoegalovirus terbukti meningkatkan risiko PJT hingga 5%. Rubella dan cytomegalovirus adalah dua mikroorganisme yang paling sering menyebabkan KMK. Hepatitis A dan B, Listeriosis, Tuberculosis dan syphilis juga dilaporkan menyebabkan PJT. Toxoplasma adalah protozoa yang paling sering dikaitkan dengan PJT, selain malaria kongenital.
2. Malformasi kongenital. Semakin parah malformasi dari fetus, semakin mungkin anak itu PJT. Terutama malformasi karena kelainan kromosom atau malformasi kardiovaskular yang parah.
3. Kelainan kromosom. Plasenta atau fetus dengan trisomi autosom terkait dengan PJT. Pad trisomi 21 pertumbuhan janin terhanbat biasanya hanya ringan. Sedangkan pada trisomi18 petumbuhan janin akan terpengaruh secara signifikan. Pada trisomi 13 juga mengalami pertumbuhan janin yang terhambat, tetapi tidak seberat pada trisomi 18. Kelainan Trisomi 16 menebabkan insufisiensi plasentaang menyebabkan bayak kasus dari pertumbuhan janin terhambat yang tidak dapat dijelaskan. Terhambatnya pertumbuhan janin secara signifikan tida terlihat pada sindroma Turner ataupun Klinefelter.
4. Kelainan tulang dan cartilago. Beberapa kelainan turunan seperti ostogenesis imperfekta dan variasi dari chondrodystrophies terkait dengan pertumbuhan janin yang terhambat.
5. Teratogen. Zat teratogen apapun dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin seperti rokok, opiat, alkohol dan kokain dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin, baik itu secara langsung ataupun karena mengurangi asupan makanan maternal.

6. Penyakit vaskular. Terutama apabila diperparah dengan preeklampsi, penyakit vaskular kronis umumnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan janin.
7. Penyakit renal.

8. Hipoksia kronis. Apabila terekspos secara terus menerus di lingkungan yang tingkat oksigennya kurang, berat badan fetus akan berkurang secara signifukan
9. Anemia. Anemia umumnya tidak mengakibatkan PJT kecuali sicle cell anemia dan beberapa anemia yang diturunkan secara genetik.
10. Abnormalitas plasenta dan tali pusat, pertumbuhan terhambat diakibatkan karena insufisiensi sirkulasi uteroplasental.
11. Kehamilan multpel
12. Sindrom antibodi antiphospholipid. Antibodi ini dapat ditemukan pada wanita dengan riwayat keguguran berulang pda trimester kedua, atau riwayat PJT pada awal kehamilan terutama bila disertai dengan hipertensi
13. Kehamilan ekstrauterin


Efek jangka panjang
Terdapat hubungan antara nutrisi fetaus yang kurang maksimal dengan meningkatnya risiko hipertensi dan atherosklerosis walaupun beberapa jurnal kurang setuju dengan hipotesis ini. Studi lain mengemukakan bahwa komlikasi dari terhambatnya pertumbuhan janin ini adalah menungkatnya risiko dari penyakit jantung iskemik pada ibu.


IDENTIFIKASI INTRA UTERINE GROWTH RESTRICTION
Pada awal umur kehamilan, kenaikan berat badan dan pengukuran pertumbuhan fundus uterus selama kehamilan mengidentifikasikan kelainan pertumbuhan abnormal janin pada wanita resiko rendah. Faktor resiko, termasuk pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan sebelumnya, meningkatkan kemungkinan kejadian. Pada wanita dengan faktor resiko yang signifikan, dianggap harus dilakukan sonografi secara berulang.. Walaupun pemeriksaan secara berkala tergantung dari klinis, waktu pemeriksaan awal, idealnya pada trisemester pertama diikuti pemeriksaan kedua pada umur kehamilan 32-34 minggu, atau saat diindikasikan, dapat mengidentifikasi kasus-kasus growth restriction. Walaupun begitu, diagnosis definitive tidak dapat dibuat hingga persalinan.
Identifikasi pertumbuhan janin untuk pertumbuhan janin terhambat masih belum pasati. Walaupun begitu, teknik pemeriksaan yang simpel dan teknik pemeriksaan yang kompleks dapat membantu mendiagnosa pertumbuhan janin terhambat (fetal growth restriction).

TINGGI FUNDUS UTERUS
Pemeriksaan fundus uterus dengan teliti secara berkala merupakan pemeriksaan yang mudah, aman dan tidak mahal serta metode screening yang akurat untuk mendeteksi kecil masa kehamilan. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur lengkungan perut dari atas simfisis pubis hingga fundus uterus yang dapat diidentifikasikan dengan palpasi dan perkusi. Diantara 18 dan 30 minggu, tinggi fundus uterus berhubungan dengan minggu masa kehamilan. Jika pengukuran lebih dari dari 2-3 cm dari tinggi yang diperkirakan, pertumbuhan janinyang tidak sesuai bisa dicurigai.

PENGUKURAN USG
Pengukuran ultrasound awal pada umur 16-20 minggu untuk mengetahui umur kehamilan dan kelainan.. Hal ini dilakukan berulang pada 32-34 minggu untuk mengevaluasi pertumbuhan fetus.

DOPPLER VELOCIMETRY
Doppler velocimetry erteri umbilikal yang abnormal ditunjukkan dengan tidak adanya atau reversed end diastolic flow. Penggunaan velocimetry merupakan test non stress pada manajemen pertumbuhan janin terhambat yang telah direkomendasikan.



DISKUSI
PJT terjadi kalau tinggi fundus pada pemeriksaan fisik kurang dari seharusnya, terutama pada ibu hamil dengan faktor resiko yang diketahui. Diagnosis ini dikonfirmasi dengan USG dan berat dari fetus kurang dari persentil 10 dari normal untuk umur kehamilan. USG serial setiap 2-4 minggu penting untuk memonitor pertumbuhan fetus dan konfirmasi diagnosis ketika pasien didiagnosa PJT. Pada kasus ini, pasien diduga PJT karena pada pemeriksaan fisik didapat tinggi fundus dan umur kehamilan tidak sesuai. Dari anamnesis diketahui pasien memiliki banyak faktor resiko untuk terjadinya PJT, seperti asupan nutrisi yang kurang, tempat tinggal di dataran tinggi, memiliki riwayat merokok dan riwayat persalinan prematur. Kecurigaan terjadinya dipastikan dengan pemeriksaan USG. Penatalaksanaan pada pasien PJT adalah individual. Langkah pertama adalah menghindari/mengobati penyebabnya. Pada pasien ini dilakukan perawatan konservatif dengan pertimbangan umur kehamilan yang masih 32 minggu dan kecurigaan paru-paru janin yang belum matang. Perawatan konservatif dilakukan dengan tirah baring, pemberian kalori ≥ 2600 kal/ hari, pemberian steroid untuk pematangan paru-paru janin dan pemberian tokolitik nifedipin sambil memantau kondisi ibu dan janin.


DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, T Gary, Williams Obstetrics 22nd Edition.2005.USA.McGraw-Hill Companies,Inc
2. Bader, Thomas J. Ob/Gyn Secrets 3rd edition. USA : Elsevier Mosby.

3. DeCherney, Alan H & Pernoll, Martin L. Current.Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment.8th Edition. Appleton&Lange.

"
Baca Selengkapnya - Persalinan Kurang Bulan

Masalah Saat Hamil


1. ALERGI DAN PENYAKIT KULIT

Alergi bisa muncul dalam bentuk gatal-gatal, bersin-bersin, diare, batuk, sampai sesak napas (asma). Hal ini disebabkan kehamilan membuat kekebalan tubuh ibu menurun. Belum lagi adanya perubahan kadar hormon progesteron yang akan mempermudah munculnya alergi. Peurigo gestationalis adalah satu penyakit kulit yang kerap menyerang ibu hamil. Gejalanya berupa beruntusan dan gatal-gatal pada seluruh tubuh. Keluhan ini biasanya muncul di trimester kedua atau ketiga. Apa yang menjadi penyebabnya, sampai saat ini belum diketahui.


2. PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN


Penyakit saluran pernapasan yang kerap muncul adalah influenza, radang tenggorok, pneumonia, dan tuberkulosis. Penyebabnya dengan makin besarnya kandungan, diafragma atau sekat rongga dada pun kian tertekan ke atas. Akibatnya, ruang paru-paru jadi lebih sempit, sehingga oksigen yang masuk ke paru-paru makin sedikit pula. Sebagai kompensasinya, napas pun jadi semakin cepat yang membuat ibu hamil gampang tersengal-sengal.


Penyebab lain, meningkatnya hormon progesteron. Peningkatan hormon ini menyebabkan otot-otot pernapasan menjadi kendur. Padahal, untuk bisa menyediakan oksigen dalam jumlah yang sama atau malah lebih selama hamil mau tidak mau otot-otot itu dipacu bekerja lebih cepat.


Melemahnya daya tahan tubuh ibu maupun perubahan volume darah dapat membuat ibu hamil lebih mudah terkena infeksi dibanding kondisi saat tidak hamil. Pencegahannya cukup dengan hidup sehat (cukup istirahat, cukup nutrisi, dan cukup bergerak). Penanganannya, jika keluhannya berat, ibu harus intens berkonsultasi pada dokter kandungan.


3. GANGGUAN JANTUNG


Penyakit ini bisa terjadi karena sewaktu hamil terjadi perubahan drastis pada tubuh ibu yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah, yang membuat kerja jantung jadi lebih berat. Oleh karena itu, selama hamil perhatikan tanda-tanda adanya gangguan jantung ini. Biasanya ibu gampang capek, baru melakukan aktivitas ringan saja napasnya sudah tersengal-sengal.


Lainnya adalah penyempitan ataupun kebocoran pada katup jantung. Penyakit ini 80%-nya disebabkan penyakit jantung rematik. Perubahan sistem imun sebagai reaksi tubuh terhadap kuman penyebab infeksi yang masuk jauh-jauh hari sebelum ibu hamil itulah menjadi penyebabnya. Bisa saja penetrasi kuman terjadi saat ibu masih anak-anak atau remaja.


Penyakit ini akan menimbulkan banyak masalah saat kehamilan. Antara lain, penyempitan katup mitral, yakni katup atrioventrikuler yang berada di antara serambi kiri dan bilik kiri jantung. Padahal, darah dari bilik kiri inilah yang akan dipompakan ke seluruh tubuh, termasuk ke janin. Mau tak mau curah jantung ke seluruh tubuh jadi berkurang juga.


Sekalipun begitu, dengan antenatal care penyakit jantung katup bisa dideteksi. Asalkan bidan atau dokter yang menanganinya cermat saat melakukan anamnesa maupun pemeriksaan kesehatan secara umum. Terlebih pada mereka yang mengalami kehamilan kembar ataupun punya riwayat keluarga yang mengalami tekanan darah tinggi pada kehamilan. Begitu juga bila pada kehamilan sebelumnya ada gangguan jantung temporer, mengingat gangguan tersebut cenderung berulang.


4. ANEMIA


Penyakit anemia defisiensi besi memang paling sering dialami ibu hamil. Masalahnya, saat hamil kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah. Konsentrasi darah dan sumsum tulang pun berubah. Akibatnya, ibu hamil kekurangan zat besi dalam darahnya. Seperti kita tahu, semasa hamil dan menyusui kebutuhan zat besi meningkat tajam. Nah, kebutuhan zat besi akan bertambah sejalan dengan perkembangan janin, plasenta, dan peningkatan sel darah merah ibu. Anemia defisiensi besi paling banyak diderita ibu hamil yang justru membutuhkan asupan unsur besi dari makanan lebih dari biasanya. Bisa juga karena adanya gangguan pencernaan, sehingga unsur zat besi tidak diserap dengan baik oleh tubuh.


Saat berbadan dua, otomatis keperluan akan suplai darah bertambah. Terjadilah perubahan volume darah yang dihasilkan dari peningkatan plasma darah. Namun sering kali, peningkatan plasma darah tidak diimbangi dengan peningkatan sel-sel darah. Harusnya perbandingan susunan pertambahan elemen darah merah adalah sel darah 18%, plasma 30%, dan hemoglobin 19%. Nah di sinilah perlunya peningkatan asupan zat besi untuk memproduksi sel darah merah. Kalau tidak, akibatnya terjadi pengenceran darah atau viskositas (kekentalan) darah berkurang.


Gejala klinis anemia yang mudah dikenali adalah gampang lelah, lesu, sesak napas saat beraktivitas, kulit dan wajah pucat, mudah pusing, dan gampang pingsan. Kerja jantung pun meningkat sehingga denyutnya menjadi cepat. Jika kondisi jantung buruk, dapat berakibat gagal jantung. Bagi ibu hamil, pemeriksaan dilakukan paling lambat pada usia 3 bulan kehamilan. Diulang lagi pada usia 26 atau 28 minggu kehamilan.


Defisiensi besi diatasi dengan konsumsi suplemen zat besi dan asam folat selain konsumsi makanan bergizi seimbang dan beragam. Makanan terbaik yang mengandung zat besi adalah daging merah, hati, ginjal, telur, roti, sereal, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran berwarna hijau. Daging merah mengandung zat besi yang mudah diserap tubuh. Agar penyerapannya optimal, zat besi sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan sumber makanan yang mengandung vitamin C, karena vitamin C mampu membantu penyerapan zat besi.


5. PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN


• Hipersalivasi atau produksi air liur berlebihan akibat pengaruh hormon estrogen. Gangguan ini tidak berbahaya.


• Sariawan dan pembengkakan gusi. Penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut epulis ini disebabkan selain oleh perubahan hormonal juga perubahan imunologi berupa penurunan mekanisme daya tahan tubuh pada ibu hamil. Itu sebabnya ibu hamil mudah terserang penyakit, baik akibat infeksi virus, infeksi jamur, dan lainnya. Sariawan merupakan salah satu infeksi virus yang biasanya dipicu oleh luka akibat gigitan tidak sengaja atau sodokan sikat gigi. Mengatasinya, pakailah sikat gigi berbulu lembut. Gangguan ini pun pada dasarnya tidak membahayakan ibu maupun janinnya.


• Mag atau gastritis. Akibat rasa mual yang ditimbulkan, ibu hamil biasanya jadi malas makan yang justru akan meningkatkan produksi asam lambung. Cara pencegahannya tak lain dengan makan teratur.


6. DIABETES


Ibu hamil rawan mengalami perubahan kenaikan kadar gula darah yang tidak pernah dialami saat sebelum hamil. Pasalnya, pada ibu hamil terjadi perubahan metabolisme penghancuran karbohidrat. Bertambah tingginya kadar hormon progesteron dan hormon estrogen dibanding saat tidak hamil berpengaruh pada menurunnya kemampuan daya tangkap insulin. Padahal inisulin sangat diperlukan untuk menetralisasi peningkatan gula darah seseorang.


Untuk menghindari ini tidak lain kontrol gula darah secara teratur selama kehamilan, dan juga mengonsultasikan setiap masalah yang dialami.


7. HIPERTENSI


Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat. Gejala yang umum dialami:


• Pusing dan sakit kepala.


• Kadang disertai dengan bengkak di daerah tungkai.


• Bila dilakukan pemeriksaan laboratorium akan ditemui adanya protein yang tinggi dalam urine ibu.


• Tekanan darah bisa mencapai 140/90 sementara batas normal untuk tekanan darah atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85.


Ada ibu yang sudah mengidap hipertensi sebelumnya namun ada juga hipertensi yang justru baru terjadi saat hamil. Kondisi yang disebut terakhir inilah yang disebut dengan preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklamsia yang tak saja bahaya buat ibu tapi juga janin.


Preeklamsia yang masih ringan ditandai dengan tekanan darah yang meninggi, protein yang berlebihan dalam urine, pembengkakan, serta kenaikan berat badan yang cepat. Gejala klinisnya, penglihatan menjadi kabur, perut terasa sakit atau panas, sakit kepala, serta denyut nadi yang cepat. Kecuali itu, bengkak karena preeklamsia tidak hanya terjadi di kaki, tapi juga pada wajah dan tangan. Nah, kalau terjadi pembengkakan di wajah atau tangan, segera periksakan diri untuk mengetahui apakah penyebabnya bersifat patologis atau fisiologis.


Risiko eklamsia sangat besar, ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga tak terselamatkan. Tentunya jika ibu sampai tidak tertolong, janin pun bisa mengalami nasib yang sama. Kalaupun hidup, bisa terjadi kelahiran prematur, gagal ginjal, dan kerusakan hati. Selain itu, jika aliran darah ke janin berkurang, ia dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan.


Pada saat eklamsia mengancam, biasanya dokter akan mengutamakan keselamatan ibu. Bayi akan dikeluarkan dengan proses induksi untuk menghasilkan persalinan normal. Jalan operasi dihindari karena dapat membahayakan ibu.


Tentu saja hipertensi tak selalu berdampak buruk bagi kehamilan. Asalkan terkontrol, penyakit tekanan darah tinggi ini tak akan jadi masalah. Bahkan untuk kasus preeklamsia, pada umumnya setelah masa kehamilan, penyakit tersebut akan menghilang dengan sendirinya.


8. HIPOTENSI


Ada juga ibu hamil yang mempunyai tekanan darah rendah (ukuran tekanan darah 90/60). Hanya saja hal ini tidak sampai berakibat fatal. Gejala yang dialami umumnya sama dengan hipertensi yaitu pusing-pusing dan sakit kepala disertai tubuh lemas. Hipotensi biasanya terjadi karena ibu kurang tidur atau kurang istirahat dan kecapekan.


Penanganannya cukup dengan banyak istirahat dan cukup tidur. Makanan berkolesterol tinggi selama porsinya tidak banyak boleh saja, begitu juga makanan yang bergaram atau asin.


http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca Selengkapnya - Masalah Saat Hamil

KONSEPSI DAN PERKEMBANGAN JANIN DI DALAM RAHIM

Konsepsi adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan istilah fertilisasi. Periode ini adalah awal terjadinya kehamilan pada seorang wanita. Sang calon ibu mungkin tidak menyadari proses ini terjadi dalam tubuhnya, karena tidak ada perubahan atau gangguan yang dirasakan ibu. Akan tetapi, periode ini sampai trimester pertama (tiga pertama) adalah masa yang sangat penting dan kritis bagi perkembangan janin, karena merupakan masa pembentukan awal yang sangat memengaruhi pertumbuhan dan kehidupan janin selanjutnya sampai lahir.

Pranatal atau perkembangan di dalam rahim berlangsung sekitar 9 bulan hitungan kalender matahari (10 bulan kalender bulan) atau 38–40 minggu, bergantung metode penghitungan yang digunakan. (Hitungan kalender bulan adalah 28 hari). Jika dihitung dari hari terjadinya konsepsi, tahapan kehidupan ini berlangsung selama 38 minggu atau 9½ bulan kalender bulan. Jika dihitung dari hari pertama haid terakhir, rata-rata lama masa pranatal adalah 10 bulan kalender bulan atau 40 minggu.


Biasanya, masa kehamilan dibagi ke dalam 3 periode yang disebut trimester, masing-masing trimester berlangsung selama 3 bulan. Setiap trimester memiliki tanda-tanda tertentu yang menandai perubahan perkembangan pada ibu dan janin. Dua fase perkembangan dalam rahim juga berdasarkan penghitungan trimester.. Fase embrionik di trimester pertama dan fase janin trimester kedua dan ketiga.


Fase embrionik merupakan periode perkembangan ovum yang telah dibuahi menjadi organisme yang memiliki sebagian besar bentuk manusia. Periode ini meliputi 8 minggu usia kehamilan.


Dalam 3 minggu pertama kehidupan, jaringan embrio berdiferensiasi menjadi 3 lapisan—ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm atau entoderm (lapisan dalam). Ektoderm dan endoderm terbentuk pada minggu ke-2; mesoderm terbentuk pada minggu ke-3. Dari permulaan minggu ke-3 hingga minggu ke-8 setelah konsepsi, ketiga lapisan tersebut membentuk struktur dasar seluruh sistem dan organ kompleks tubuh. Sebagai contoh, lapisan ektoderm membentuk otak dan tulang belakang, mesoderm membentuk jantung, dan endoderm membentuk kandung kemih dan uretra (Pillitteri, 2003).


Tiga peristiwa lain yang terjadi selama tiga minggu pertama kehamilan:



  1. Embrio tertanam di endometrium uterus.

  2. Membran janin berdiferensiasi menjadi korion, bakal plasenta dan amnion, serta bakal kantung amnion.

  3. Plasenta mulai berfungsi. Plasenta merupakan organ datar berbentuk pipih dan memiliki banyak sistem sirkulasi darah. Normalnya, plasenta terbentuk di segmen atas endometrium uterus (lapisan dalam rahim). Fungsinya untuk pertukaran nutrisi dan gas antara embrio atau janin dan ibu.


Perkembangan fase janin dikarakteristikkan dengan periode pertumbuhan ukuran janin yang cepat. Faktor genetik dan lingkungan memengaruhi pertumbuhan janin.


Pada akhir trimester ke-2, atau usia 6 bulan menurut kalender bulan, bentuk janin menyerupai bayi yang kecil. Lemak yang terdapat di bawah kulit sangat sedikit sehingga kulit tampak berkerut, merah, dan transparan. Pembuluh darah yang terdapat di bawahnya terlihat jelas. Lapisan pelindung, yang disebut verniks kaseosa, mulai terbentuk pada kulit. Substansinya menyerupai keju dan berwarna putih, yang menempel pada kulit dan tebalnya sampai seperdelapan cm saat lahir. Lanugo, yaitu rambut-rambut halus, juga menutupi tubuh. Pada usia kehamilan sekitar 5 bulan, ibu pertama kali merasakan gerakan janin (quickening), dan denyut jantung janin dapat didengar.


Pada akhir trimester ke-3 (9½ bulan menurut kalender bulan), janin telah berkembang kurang lebih mencapai pajang badan 50 cm dan berat janin 3,2–3,4 kg. Lanugo menghilang, dan warna kulit lebih normal dan kerutan pada kulit berkurang. Lemak subkutan yang bertambah membuat bayi tampak lebih montok; masa dua bulan terakhir di dalam rahim sebagian besar bertujuan untuk meningkatkan berat badan janin. Kotak 22–1 berisi daftar faktor-faktor maternal yang dapat menyebabkan risiko bayi BBLR (berat badan lahir rendah) lebih tinggi.


Perubahan yang Terjadi pada Ibu


Selama tahap perkembangan di dalam rahim, embrio atau janin bergantung pada aliran darah ibu melalui plasenta untuk memenuhi kebutuhan dasarnya guna bertahan hidup. Kesehatan ibu sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin yang sesuai masa kehamilan.


Beberapa faktor pada ibu yang meningkatkan risiko BBLR



Berat badan sebelum kehamilan rendah (di bawah normal)


Pertambahan berat badan selama kehamilan kurang dari 10,5 kg


Perawatan pranatal yang kurang


Berusia 16 tahun atau kurang atau 35 tahun atau lebih


Tingkat sosial ekonomi rendah


Nutrisi yang buruk selama kehamilan


Merokok selama kehamilan


Mengonsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol selama kehamilan


Komplikasi selama kehamilan, status kesehatan yang buruk, terpajan infeksi


Tingkat stres yang tinggi, termasuk penganiayaan fisik dan emosi


Catatan: Dari Health Promotion Strategies Through the Life Span, ed. 7. (hlm. 309), oleh R. B. Murray


dan J. P. Zentner, 2001. Dicetak ulang dengan izin.


Oksigen


Aliran darah ibu hamil mengalami peningkatan sebesar sepertiga aliran darah normal untuk memenuhi kebutuhan oksigen janin, dan mencapai puncaknya pada 8 bulan kehamilan; frekuensi pernapasan meningkat sekitar 40%, curah jantung meningkat secara bermakna. Pada awalnya, jantung embrio berada di bagian luar tubuh, tetapi organ tersebut masuk ke dalam dada pada awal trimester ke-2. Oleh sebab itu, apabila terjadi gangguan pada trimester ke-2 ini, bayi dapat mengalami kelainan letak jantung.


Sirkulasi janin mengalir dari plasenta melalui dua arteri umbilikus yang membawa darah yang miskin oksigen keluar dari janin. Setelah 20 minggu kehamilan, denyut jantung janin dapat didengar melalui fetoskop (alat khusus untuk mendengar detak jantung janin); pada usia 10 bulan, denyut jantung dapat didengar dengan menggunakan stetoskop Doppler ultrasonografi.


Nutrisi dan Cairan


Janin memperoleh makanan dari sirkulasi plasenta dan dengan menelan cairan amnion. Kebutuhan nutrisi terpenuhi pada ibu yang melakukan diet seimbang dengan kandungan kalori yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janinnya.


Asam folat, salah satu jenis vitamin B, dalam jumlah yang cukup penting untuk mencegah defek tuba neural atau NTD [neural tube defect] (contohnya, spina bifida) pada janin. Salah satu tujuan Healthy People 2010 adalah untuk meningkatkan proporsi kehamilan yang dimulai dengan pemenuhan kadar asam folat optimum (USDHHS, 2000). Defek tuba neural terjadi pada minggu-minggu pertama perkembangan janin. Oleh sebab itu, wanita yang berkemungkinan hamil dianjurkan mengonsumsi 400 mikrogram asam folat per hari. Wanita juga dianjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung folat (seperti sayuran hijau, jeruk, kacang polong kering) dan suplemen vitamin yang mengandung asam folat.


Istirahat dan Aktivitas


Janin tidur hampir sepanjang waktu tetapi tetap membentuk pola tidur-bangun yang dapat terus berlanjut setelah lahir. Aktivitas janin dapat dirasakan oleh ibu antara bulan keempat dan kelima kehamilan.


Pengeluaran Feses dan Kemih


Feses janin yang dibentuk di usus berasal dari cairan amnion yang tertelan selama di dalam rahim, tetapi normalnya tidak dikeluarkan hingga setelah kelahiran. Oksigenasi janin yang tidak adekuat selama trimester ke-3 dapat menyebabkan relaksasi sfingter anus dan keluarnya feses ke dalam cairan amnion. Normalnya, urine dikeluarkan ke dalam cairan amnion pada saat ginjal matur (16–20 minggu).


Pengaturan Suhu


Cairan amnion yang mengelilingi janin dapat menciptakan lingkungan dengan suhu yang konstan. Perubahan yang bermakna pada suhu tubuh ibu dapat mengubah suhu cairan amnion dan janin. Suhu tubuh yang meningkat secara bermakna akibat penyakit, berendam di air panas, atau sauna dapat menyebabkan bayi cacat lahir.


Keselamatan


Sistem tubuh terbentuk selama periode embrionik. Hal ini menyebabkan embrio sangat rentan mengalami kerusakan oleh zat-zat yang bersifat teratogen, yaitu zat-zat yang dapat membahayakan perkembangan sel-sel normal pada embrio atau janin (Venes, 2001). Pengetahuan adanya kemungkinan kehamilan sangat penting pada pemberian obat-obatan yang bersifat teratogen untuk menghindari efek yang merusak pada janin. Selain itu, wanita harus menghindari pemeriksaan radiografi (sinar-x).


Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol dapat mempengaruhi lingkungan janin. Menurut para ahli merokok selama kehamilan dianggap sebagai penyebab berat badan lahir rendah atau BBLR dan juga dikaitkan dengan bayi lahir mati, sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome [SIDS]), palatum sumbing (sumbing di bagian langit-langit mulut), dan bibir sumbing. Curet dan Hsi (2002) melaporkan bahwa “pajanan alkohol selama periode kehamilan meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, abnormalitas perkembangan dan perilaku, aborsi spontan, dan bayi lahir mati


http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Baca Selengkapnya - KONSEPSI DAN PERKEMBANGAN JANIN DI DALAM RAHIM

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

ASUHAN PERSALINAN NORMAL: "

ASUHAN PERSALINAN NORMAL





PENDAHULUAN

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu :

1. Perdarahan pasca persalinan

2. Eklampsia

3. Sepsis

4. Keguguran

5. Hipotermia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu:

1. Hipotermia

2. Asfiksia

Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :

1. Keluarga berencana

2. Asuhan antenatal terfokus

3. Asuhan pasca keguguran

4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi

5. Penatalaksanaan komplikasi

Asuhan antenatal terfokus bertujuan :

1. Mempersiapkan kelahiran

2. Mengetahui tanda-tanda bahaya

3. Memastikan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :

1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atoni uteri.

2. Menjadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.

3. Mencegah terjadinya retensio plasenta.

4. Mencegah partus lama.

5. Mencegah asfiksia bayi baru lahir.

Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :

1. Manipulasi seminimal mungkin.

2. Penatalaksanaan aktif kala III.

3. Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.

Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.

Upaya mencegah partus lama berupa :

1. Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janinnya serta

kemajuan proses persalinan.

2. Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.

Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu :

1. Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi kepala.

2. Menghisap lendir secara benar.

3. Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

Praktek-praktek pencegahan pada asuhan persalinan normal meliputi :

1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.

2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi

lahir, termasuk penggunaan partograf.

3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan

dan nifas.

4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.

5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.

6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.

7. Mengasuh bayi baru lahir.

8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.

9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang

mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.

10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

ADA 5 DASAR ASUHAN PERSALINAN YANG BERSIH DAN AMAN, yaitu :

A. Membuat keputusan klinik

B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

C. Pencegahan infeksi

D. Pencatatan (rekam medis)

E. Rujukan

A. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :

1.
Pengumpulan data

a. Data subjektif

b. Data objektif

2. Diagnosis

3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan

a. Membuat rencana

b. Melaksanakan rencana

4. Evaluasi

1. Pengumpulan Data

Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.

Cara mengumpulkan data, yaitu :

1. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan

riwayat perjalanan penyakit.

2. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau

terganggu (kesakitan).

3. Melakukan pemeriksaan fisik.

4. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan

laboratorium.

2. Diagnosis

Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus).

Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terus-menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan penataksanaan kasus secara tepat.

Untuk membuat diagnosa :

1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.

2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis

defenitif dibuat.

3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.

3. Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan

Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada keselamatan klien.

Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :

1. Bukti-bukti klinik

2. Keinginan dan kepercayaan ibu

3. Tempat dan waktu asuhan

4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia

5. Biaya yang diperlukan

6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan

7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan

8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga,

sahabat).

4. Evaluasi

Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan.

Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.

B. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai

martabatnya.

2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum

memulai asuhan tersebut.

3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.

5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu

beserta anggota keluarga yang lain.

7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain

selama persalinan dan kelahiran bayinya.

8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan

mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

10. Menghargai privasi ibu.

11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan

kelahiran bayi.

12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia

menginginkannya.

13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi

pengaruh yang merugikan.

14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,

pencukuran, dan klisma).

15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.

17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,

perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi

baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

Asuhan sayang ibu pada masa post partum :

1. Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).

2. Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan menganjurkan

pemberian ASI sesuai permintaan.

3. Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup

setelah melahirkan.

4. Menganjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan

mensyukuri kelahiran bayinya.

5. Mengajarkan ibu dang anggota-anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-

tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari

pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran.

Pencatatan Rekam Medik

Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap tidak pernah melakukan asuhan tersebut. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosa serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya. Partograf merupakan bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan.

Pencatatan rutin adalah penting karena :

1. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan

mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif, untuk

mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat

perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan.

2. Dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses membuat

keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan, informasi ini harus

dapat diberikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainnya.

3. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang

diberikan.

4. Dapat dibagikan diantara para penolong kelahiran. Hal ini penting jika

memerlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong kelahiran memberikan

asuhan pada ibu dan bayi baru lahir.

5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan

berikutnya, dari satu penolong persalinan kepada penolong persalinan lain atau

dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui

pencatatan rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari

setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya.

6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.

7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan

daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu / bayi baru lahir.

Aspek-aspek penting dalam pencatatan :

1. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan

2. Identifikasi penolong persalinan

3. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan

4. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas dan dapat

dibaca

5. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien

6. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis

Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal, dokumen-dokumen rujukan, dll) beserta panduan yang jelas mengenai :

- Maksud dari dokumen-dokumen tersebut

- Kapan harus dibawa

- Kepada siapa harus diberikan

- Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rrumah atau selama perjalanan ke

tempat rujukan.

Rujukan

Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti :

- Pembedahan termasuk bedah sesar.

- Transfusi darah.

- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam.

- Antibiotik IV.

- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir.

Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak yang ditempuh ke tempat rujukan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh klien dan penolong persalinan. Jika terjadi penyulit, upaya rujukan melalui alur yang tepat dan waktu yang singkat. Jika ibu dan bayi baru lahir mengalami penyulit dan dirujuk ke tempat yang tidak sesuai, mereka akan kehilangan banyak waktu yang berharga dan kesempatan terbaik untuk menyelamatkan jika mereka.

Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan.

Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :

- Siapa yang akan menemani ibu dan bayi barru lahir.

- Tempat-tempat rujukan mana yang lebih dissukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih

dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai

berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).

- Sarana transportasi yang akan digunakan ddan siapa yang akan mengenderainya.

Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.

- Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transpusi darah diperlukan.

- Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-

bahan.

- Siapa yang akan tinggal dan menemani anakk-anak yang lain pada saat ibu tidak

di rumah.

Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal atau pada saat awal persalinan, jika memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama kehamilannya, penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya pada saat-saat awal persalinan. Jika kemudian timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka seringkali sulit untuk membuat persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.

Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :

1. Bidan

2. Alat

3. Keluarga

4. Surat

5. Obat

6. Kendaraan

7. Uang

Bidan

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Alat

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.

Keluarga

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.

Surat

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.

Obat

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.

Kendaraan

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.

Uang

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

Ditulis pada Maret 14, 2009

Sumber :

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002



APN 58 LANGKAH

Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:

1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam - pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 - 6 cm, memasang handuk bersih

untuk menderingkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan

kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

Ditulis pada Maret 14, 2009

Sumber :

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002







FISIOLOGI PROSES PERSALINAN NORMAL



PERSALINAN / PARTUS

Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.

Partus normal / partus biasa

Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

Partus abnormal

Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.

Beberapa istilah

Gravida : wanita yang sedang hamil

Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)

In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.

(pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)

2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.

4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)

PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR “P” UTAMA

Power

His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.

Passage

Keadaan jalan lahir

Passanger

Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)

(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)

Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN

Kala 1

Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)

Kala 2

Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)

Kala 3

Pengeluaran plasenta (kala uri)

Kala 4

Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

HIS

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.

Terjadinya his, akibat :

1. kerja hormon oksitosin

2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3

3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :

1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus

3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.

4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :

1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.

2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.

3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).

4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

Pengukuran kontraksi uterus

1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.

2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).

3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Sifat his pada berbagai fase persalinan

Kala 1 awal (fase laten)

Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir

Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

Kala 2

Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.

Kala 3

Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

PERSALINAN KALA 1 :

FASE PEMATANGAN / PEMBUKAAN SERVIKS

DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.

BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.

Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.

Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.

Fase aktif terbagi atas :

1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.

2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.

3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Peristiwa penting pada persalinan kala 1

1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.

2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.

3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda dengan pada multipara :

1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan - pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan

2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)

3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.

PERSALINAN KALA 2 :

FASE PENGELUARAN BAYI

DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.

BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.

His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.

Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Peristiwa penting pada persalinan kala 2

1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.

2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.

3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)

4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.

5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).

Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.



Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala:

1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).

2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).

4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.

5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.

7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

PERSALINAN KALA 3 :

FASE PENGELUARAN PLASENTA

DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengkap.

BERAKHIR dengan lahirnya plasenta.

Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.

Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.

Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.

Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.

Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.

(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik !!).

KALA 4 :

OBSERVASI PASCAPERSALINAN

Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.

7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :

1) kontraksi uterus harus baik,

2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,

3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,

4) kandung kencing harus kosong,

5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,

6) resume keadaan umum bayi, dan

7) resume keadaan umum ibu.

Sumber :

Fisiologi Proses Persalinan Normal

Kuliah Obstetri Ginekologi

dr. Nugroho Kampono / dr. H. Endy M. Moegni

Ditulis pada Maret 14, 2009

"
Baca Selengkapnya - ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber