Cari Blog Ini

ASKEP DIABETES MELLITUS TIPE II (NIDDM) - KTI FULL

KTI FULL DOWNLOAD DALAM BENTUK DOKUMEN WORD (90 halaman)

ASKEP Tn. S DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II (NIDDM) DENGAN KOMPLIKASI GANGRENE DI ...... RUMAH SAKIT UMUM PUSAT.................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mewujudkan Indonesia sehat 2010, diperlukan adanya peningkatan mutu kesehatan terutama dalam hal mendeteksi secara dini tentang penyakit degeneratif. Dengan adanya pergeseran gaya hidup masyarakat terutama yang bermukim di perkotaan memicu tingginya angka penyakit degeneratif Jantung, Hipertensi, Gagal Ginjal dan Diabetes Melitus. Yang merupakan faktor pencetus penyakit diabetes melitus, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi trend seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena kesibukan kerja, kebiasaan di depan TV dan komputer dalam waktu yang lama sambil mengkonsumsi makanan ringan menyebabkan orang dewasa malas untuk bergerak sehingga orang dewasa cenderung mengalami kegemukan, sehingga hal ini dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus baik pada anak – anak maupun orang dewasa.
Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes melitus yaitu tipe I (IDDM) diabetes tergantung dengan insulin dan tipe II (NIDDM) diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Tipe II mencakup 80 – 90% dari seluruh kasus diabetes melitus dan umumnya penderita mengalami kelebihan berat badan.
Diabetes melitus tipe II biasanya ditandai dengan adanya poliphagia, poliuri, polidipsia, kesemutan, kelelahan / kelemahan fisik dan berat badan menurun. Pada diabetes melitus lanjut dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut (ketoasidosis), komplikasi vaskuler jangka panjang (retinopati dibetik), mikroangiopaty, makroangiopaty dan gangrene (Smeltzer, C. Suzzane, 2001).
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-empat terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur. Jumlah yang tergolong banyak dan dapat terus bertambah jika tidak dilakukan upaya dalam mengatasi permasalahan ini. (http://www.medicastore.com)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta untuk tiga bulan terakhir (Mei, Juni, Juli) tahun 2008 adalah 72 orang dari 549 yang masuk dilantai V Kiri IRNA B Teratai Merah RSUP Fatmawati yang mengalami diabetes melitus, Pada bulan Mei klien dengan diabetes melitus murni sebanyak 29 orang (5,28%) dan diabetes melitus komplikasi sebanyak 1 orang (0,18%), pada bulan Juni klien dengan diabetes melitus murni sebanyak 16 orang (2,91%) dan diabetes melitus komplikasi sebanyak 2 orang (0,36%),dan pada bulan Juli klien dengan diabetes melitus murni sebanyak 23 orang (4,19%) dan klien dengan diabetes melitus komplikasi sebanyak 1 orang (0,18%). Data diatas menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam kesehatan. Walaupun prosentase diabetes melitus yang mengalami komplikasi masih rendah tetapi peran perawat sangatlah penting terutama ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai diit, olahraga, cara pemberian insulin dan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya luka serta cara perawatan luka.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas kasus dengan judul ”Asuhan Keperawatan Dengan Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM) dengan Komplikasi Gangrene” sebagai karya tulis ilmiah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mendapat gambaran dan pengalaman secara nyata tentang penetapan proses asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan kompilasi gangrene di lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene mahasiswa/i diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene.
b. Merumuskan masalah keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusinya.
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM) dengan komplikasi Gangrene selama 3x24 jam yang dimulai dari tanggal 22 Juli sampai dengan 24 Juli 2008 di lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Pusat Fatmawati, Jakarta.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pengamatan kasus melalui pendekatan proses asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) komplikasi gangrene, diperoleh melalui:
1. Wawancara dengan melakukan pengkajian langsung melalui pertanyaan pada klien dan keluarga tentang masalah klien.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pengamatan secara langsung pada klien tentang hal yang berkaitan dengan masalah klien.
3. Studi pendokumentasian dengan cara mencari sumber informasi yang didapat dari status klien dan hal yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang dihadapi.
4. Studi kepustakaan dengan cara mempelajari literatur yang berhubungan dengan Diabetes Melitus.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yang tersusun secara sistematis dengan urutan: BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yaitu terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, evaluasi keperawatan. BAB IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN. DAFTAR RIWAYAT HIDUP.
http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askep-diabetes-mellitus-tipe-ii-niddm.html

silahkan download bentuk dokumen word
ASKEP DIABETES MELLITUS TIPE II (NIDDM) DENGAN KOMPLIKASI GANGREN
(isi: LENGKAP)

Baca Selengkapnya - ASKEP DIABETES MELLITUS TIPE II (NIDDM) - KTI FULL

ASKEB PLASENTA LETAK RENDAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS DENGAN

PLASENTA LETAK RENDAH TERHADAP NY. W Di RB. TAHUN 2009



PLASENTA LETAK RENDAH

PENGERTIAN

Dikutip dari Prof. Sulaiman Sastrowinata. Obstetri Fisiologi. 1983. Bandung. Berdasarkan pendapat beliau plasenta letak rendah (Low Lying Placenta) adalah tepi plasenta berada 3 – 4 cm diatas pinggir pembukaan. Pada pemeriksaan dalam tidak teraba. Dan plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai keostium uteri internum.

MASALAH

Manurut penulis buku-buku Amerika Serikat secara sederhana rahim berbentuk segitiga terbalik atau bisa juga dibayangkan seperti daun waru (claver) terbalik dengan tangkai dari bawah. Bagian “tangkai” ini berbentuk seperti tabung atau corong (dikenal sebagai leher rahim) dengan ujung terbuka (dikenal sebagai mulut rahim).

Normalnya plasenta terletak dari bagian fundus (bagian puncak atau atas rahim). Bisa agak kekiri atau kekanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas kebagian bawah apalagi menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum (disingkat OVI, yaitu mulut rahim bila dilihat dari bagian dalam rahim). Kalau dilihat dari luar dari arah vagina disebut ostium uteri eksternum.

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga.

Dikutip dari Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri. 1998, Jakarta. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada kehamilan 28 minggu atau lebih kematian ibu disebabkan karena perdarahan uteri atau karena DIC (Disseminated Intravaskuler Coagulapathy)

Sedangkan mordibilitas/kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion terhadap janin plasenta meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa.

KLASIFIKASI

Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya ditengah keadaan ini biasanya disebut dengan Insersia Sentralis. Letak plasenta umumnya berada didepan/dibelakang dinding uterus. Agak keatas kearah fundus uteri hal ini fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti benar maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu Villi Korealis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari ibu yang berasal dari desidua basalis.

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:

1. Plasenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi jelas tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.

2. Plasenta Previta Parsialis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.

3. Plasenta Previa Marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

Lateralis plasenta atau kadang disebut juga plasenta berbahaya tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

ETIOLOGI

Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri. 1998. Jakarta.

Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dengan asal dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi.

Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:

a. Riwayat plasenta previa sebelumnya.

b. Riwayat seksio sesarea.

c. Riwayat aborsi.

d. Kehamilan ganda.

e. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun,

f. Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta berikutnya.

g. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim.

Sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.

h. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.

i. Adanya trauma selama kehamilan.

j. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.

k. Mendapat tindakan Kuretase.

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka.

Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.

Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman.

Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang sobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.

PATOLOGI

Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.

Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.

Anamnesis perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, berwarna merah segar, tanpa alasan terutama pada multigravida.

Banyaknya perdarahan tidak dapat dilihat dan dinilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Sering disertai dengan kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.

TANDA DAN GEJALA

Menurut Departemen Kesehatan RI. 1996. Jakarta.

Gejala Utama

Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik

a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.

b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.

c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)

e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa diperlukan anamnesis dan pemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan pemeriksaaan hematokrit. Pemeriksaan bagian luar terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.

Apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolah kesamping dan sukar didorong kedalam pintu atas panggul.

Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar. 1998. Jakarta.

Sering disertai dengan kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang. Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri polipus serviks uteri, varises vulva dan trauma.

Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum adanya plasenta previa harus dicurigai.

Membandingkan diagnosis plasenta dengan solusio plasenta.

PLASENTA PREVIA

SOLUSIO PLASENTA

Perdarahan

Alasan

Uterus

Janin

Merah, segar

Tidak ada

Lemas

Tanpa nyeri

- Bagian terbawah, belum masuk PAP

- Ada kelainan

- Kebanyakan masih hidup

Merah tua, kehitaman

Ada faktor predisposisi

Tegang

Nyeri

- Kebanyakan telah mati







Anamnesis

1. Perdarahan

a. Kapan mulai perdarahan. Berapa usia kehamilan?

b. Apakah jumlah perdarahan sedikit atau banyak?

2. Rasa sakit

a. Apakah ibu mengeluh sakit?

b. Diperut daerah mana ibu merasa sakit?

c. Kapan mulainya sakit terasa?

d. Apakah derajat sakit terasa ringan atau berat?

3. Perabaan uterus

Apakah perabaan uterus terasa lunak atau keras dan tegang?

4. Masalah pada kehamilan sebelumnya

Apakah ibu mengalami masalah pada kehamilan sebelumnya?

5. Kondisi janin

Apakah ibu masih merasakan gerakan janin?

Pemeriksaan Fisik

Dikutip dari Prof Dr.Rustam Mochtar,MPH,Sinopsis Obsestri,1998,Jakarta

Pada pemeriksaan fisik melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu kesadarannya, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu badan. Tanda-tanda yang menunjukkan adanya renjatan (keadaan syok) seperti penurunan kesadaran, tekanan darah yang rendah, nadi yang cepat serta keringat dan ujung-ujung anggota gerak yang dingin akibat perdarahan.

Pemeriksaan Obstetri

Dikutip dari Prof Dr.Rustam Mochtar,MPH,sinopsis Obsestri,1998,Jakarta

1. Tentukan besar uterus apakah sesuai dengan usia kehamilan?

2. Tentukan rahim lemas atau keras (tegang)?

3. Tentukan adanya His dan bagaimana kondisi ibu?

4. Periksa kondisi janin: jumlahnya, letaknya, presentasinya dan sudah masuk pintu atas panggul atau belum, taksiran beratnya janin hidup, gawat atau mati?

5. Lihat daerah vulva (diluar vagina), apakah ada perdarahan. Bila ada perdarahan, berapa banyak jumlah perdarahan? Bagaimana warnanya?

Dilarang melakukan pemeriksaan pervaginam (periksa dalam).

Pada diagnosis didapatkan implantasi plasenta di dinding posterior uterus lebih sering daripada di bagian anterior dan plasenta yang berimplantasi di korpus posterior lebih sering bermigrasi ke fundus daripada plasenta yang berimplantasi di anterior, walaupun pertumbuhan otot polos dinding anterior dan posterior sama. Pergerakan tampaknya lebih besar di dinding uterus posterior karena dindingnya lebih panjang.

Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibanding wanita dengan tanpa riwayat abortus dan terdapat hubungan bermakna faktor risiko abortus dengan plasenta previa.

Plasenta previa terjadi pada wanita yang pernah mengalami kuretase, diduga disrupsi endometrium atau luka endometrium merupakan predisposisi terjadinya kelainan implantasi plasenta. Plasenta previa lebih sering pada wanita multipara, karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut menyebabkan tidak adanya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih luas.

Konsekuensi perlekatan plasenta yang luas ini adalah meningkatnya risiko penutupan ostium uteri internum. Plasenta letak rendah terjadi karena endometrium bagian fundus belum siap menjadi tempat implantasi pada kehamilan yang sering. Pada riwayat seksio sesarea dapat terjadi plasenta letak rendah karena implantasi awal plasenta tidak dianterior sehingga dalam perkembangannya tidak normal.

Plasenta mengalami perubahan, dari perubahan inilah bisa tejadi plasenta “berpindah” atau lebih tepatnya bergeser secara relatif menjauhi jalan lahir, seolah-olah bergerak ke atas. Itulah sebabnya sebelum masuk trimester terakhir, sektar 28 minggu/7 bulan dibiarkan saja dulu asal tidak terjadi perdarahan yang tidak bisa dikendalikan. Diharapkan setelah 7 bulan bisa berpindah ke implantasi normal.

Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan: menurut Vicky Chapman. 2006. Jakarta :

1. Anamnesis

a. Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit adalah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III).

b. Sifat perdarahannya tanpa sebab (couseless), tanpa nyeri (painless) dan berulang (recurrent).

c. Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun, kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur pagi hari tanpa disadari tampat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari sebelumnya.

Sebab dari perdarahan adalah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena:

  1. Terbentuknya segmen bawah rahim.
  2. Terbentuknya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rektal.

Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas. Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam berapa kain sarung, berapa gelas dan adanya darah-darah beku (stosel)

2. Infeksi

a. Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam

Banyak, sedikit, darah beku.

b. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis.

3. Palpasi Abdomen

a. Janin sering belum cukup bulan. Jadi fundus uteri masih rendah.

b. Sering dijumpai kesalahan letak janin.

c. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul.

d. Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.

4. Pemeriksaan Inspekulo

Dengan memakai spekulum secara hati-hati dilihat darimana asal perdarahan. Apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina, varises pecah.

5. Pemeriksaan radio-isotop

a. Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) oleh Stevenson. 1934, yaitu membuat foto dengan sinar roentgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiology yang berpengalaman.

b. Sitografi, mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu dimasukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa.

c. Plasentografi Indirek, yaitu membuat foto seri lateral dan antero posterior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah berdiri, lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak diantara kepala-simfisis dan kepala promontorium.

d. Anteriografi, dengan memasukkan zat kontras kedalam arterifemordis karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah. Maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan juga lokasinya.

e. Amniografi, dengan memasukkan zat kontras kedalam rongga amnion, lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong (diluar janin) dalam rongga rahim.

f. Radio-isotop palsentografi dengan menyuntikkan zat radio aktif. Biasanya RISA (Radio Iodinated Serum Albumin) secara intravena lalu diikuti dengan detector GMC.

6. Ultrasonografi

Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak dapat menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin. Cara ini sudah mulai banyak dipakai di Indonesia.

7. Pemeriksaan dalam

Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibanding obstetrik untuk diagnosis plasenta previa.

Walaupun ampuh namun kita harus berhati-hati, karena bahayanya juga sangat besar.

a. Bahaya pemeriksaan dalam

a.1 Dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat. Hal ini sangat berbahaya bila sebelumnya kita tidak siap dengan pertolongan segera. Dalam buku-buku disebut sebagai “membangunkan harimau tidur” (to awake a sleeping tiger).

a.2 Terjadi infeksi.

a.3 Meimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus.

b. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam.

b.1 Pasang infus dan persiapkan donor darah.

b.2 Kalau dapat, pemeriksaan dilakukan dikamar bedah, dimana fasilitas operasi segera telah tersedia.

b.3 Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut (with lady’s hand).

b.4 Jangan langsung masuk kedalam kanalis servikalis, tetapi raba dulu bantalan antara janin dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior) yang disebut uji forniks (fornices test).

b.5 Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-pelan.

c. Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum.

c.1 Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh plasenta previa atau oleh sebab-sebab lain.

c.2 Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa, supaya dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat.

d. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum:

d.1 Perdarahan banyak, lebih dari 500 cc.

d.2 Perdarahan yang sudah berulang-ulang (recurrent).

d.3 Perdarahan sekali, banyak, dan Hb dibawah 8 gr%

Kecuali bila persediaan darah ada dan keadaan sosial-ekonomi penderita baik.

d.4 His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar rahim (viable).

Pengaruh Plasenta Previa terhadap kehamilan

Dikutip dari Prof Dr.Rustam Mochtar,MPH,Sinopsis Obsestri,1998,Jakarta Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir kedalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin, letak kepala mengapung, letak sungsang letak lintang.

Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulan darah pada serviks. Selain itu jika banyak plasenta yang lepas kadar progesterone turun dan dapat terjadi His. Juga lepasnya plasenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam.

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus

Menurut Prof Dr.Srwono Prawirodihardjo.SpOG,1997,Jakarta

1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologis.

2. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli.

3. Sering dijumpai inersia primer.

4. Pardarahan.

Komplikasi Plasenta Previa

Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.

1. Prolaps tali pusat.

2. Prolaps plasenta.

3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.

4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.

5. Perdarahan post portum.

6. Infeksi karena perdarahan yang banyak.

7. Bayi premature atau lahir mati.

PENANGANAN

Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 1997. Jakarta.

1. Penanganan Pasif

a. Perhatian

Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun. Baik rektal apalagi vaginal (Eastmon).

b. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesterone, observasi dengan teliti.

c. Sambil mengawasi periksa golongan darah dan menyiapkan donor transfusi darah, bila memungkinkan kehamilan dipertahakan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.

d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk segera ke rumah sakit dimana tedapat fasilitas operasi dan transfusi darah.

e. Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obatan penambah darah.

2. Cara Persalinan

Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah:

a. Jenis plasenta previa.

b. Perdarahan : banyak, atau sedikit tetapi berulang-ulang.

c. Keadaan umum ibu hamil.

d. Keadaan janin : hidup, gawat atau meninggal.

e. Pembukaan jalan lahir.

f. Paritas atau jumlah anak hidup.

g. Fasilitas penolong dan rumah sakit.

Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas, ada 2 pilihan persalinan yaitu:

1. Persalinan Pervaginam

a. Amniotomi

Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.

Indikasi amniotomi pada plasenta previa:

b.1 Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan.

b.2 Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.

b.3 Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

Keuntungan amniotomi:

a. Bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan berkurang atau berhenti.

b. Partus akan berlangsung lebih cepat.

c. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.

Setelah ketuban dipecahkan diberikan oksitosin drip 25,5 – satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%.

b. Memasang Cunam Willet Gausz

Cara:

b.1 Kulit kepala janin diklem dengan cunam willet gauss.

b.2 Cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50 – 100 gr / satu bata seperti katrol.

b.3 Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan ketat.

c. Versi Braxton – Hicks

Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban seberat 50 – 100 gr (satu batu bata).

d. Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton – Hicks atau Wilet Gausz.

Sekarang tidak dapat dilakukan karena bahaya perdarahan yang banyak. Menembus plasenta dilakukan pada plasenta previa sentralis.

e. Metreutynter.

Memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, sekarang tidak dilakukan.

Persalinan perabdominan, dengan seksio sesarea.

Indikasi seksis sesarea pada plasenta previa:

1. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal.

Semua plasenta previa sentralis, posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.

2. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.

3. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.

4. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

Perdarahan pada bekas insersi plsenta (placental bed) kadang-kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah:

a. Bila anak belum ada, untuk menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi arteries hipogastrika.

b. Bila anak sudah ada dan cukup, yang baik dilakukan adalah histerektomi.





silahkan download bentuk dokumen word ASKEB PLASENTA LETAK RENDAH

(isi: tinjauan teoritis; tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)



Baca Selengkapnya - ASKEB PLASENTA LETAK RENDAH

ASKEP POST OP APENDISITIS - KTI FULL

KTI FULL DOWNLOAD DALAM BENTUK DOKUMEN WORD (70 halaman)

ASKEP PADA NY. Y DG POST OPERASI APENDIKSITIS DI RUANG xxx
RUMAH SAKIT xxx (Tinjauan Teoritis+Kasus+Pustaka)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan khususnya perawat, memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna menunjang dalam memberikan pelayanan dengan baik. Perkembangan zaman saat ini, juga mempengaruhi gaya hidup atau pada kebiasaan sehari-hari. Misalnya kurangnya mengkonsumsi makan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan apendiksitis.
Berdasarkan data yang didapatkan menurut DEPKES RI, jumlah pasien yang menderita penyakit apendiksitis di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk di Indonesia, di Kalimantan Timur bcrjumlah sekitar 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan Timur, sedangkan dari data yang ada pada rekam medik RS Islam Samarinda untuk bulan Januari sampai Juni 2009, tercatat penderita yang dirawat dengan apendiksitis sebanyak 153 orang dengan rincian 57 pasien wanita dan 104 pasien pria. Hal ini membuktikan tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis. Sebagian besar kasus apendiksitis di rumah sakit Islam Samarinda diatasi dengan pembedahan.
Penyebab apendiksitis adalah kurangnya mengkonsumsi serat dan gaya hidup yang tidak sehat. Hingga tidak dapat dihindari, penyakit apendiksitis menjadi kasus tersering yang diderita oleh klien dengan nyeri abdomen akut. Insiden ini lebih tinggi terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dan ditemukan pada setiap umur, oleh karena itu, tetaplah mengangkat diagnosa dini sangat dibutuhkan. Komplikasi yang mungkin terjadi dapat dicegah dengan penyebab dan perawatan yang optimal.
Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui secara nyata pelaksanaan asuhanan keperawatan pada klien dengan post operasi apendiksitis di Ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda dari tangga1 28 - 30 Juli 2009.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
1.2.1 Tujuan Umum
Dalam pembuatan KTI ini adalah untuk mendapatkan pengalaman dan memberikan asuhan keperawatan dengan post operasi apendiksitis yang dirawat di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya, dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan apendiksitis terutama dalam hal :
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
3) Menentukan rencana tindakan keperawatan pada dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
4) Melaksanakan tindakan dari asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
5) Mengevaluasi tindakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.

1.3 Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Manfaat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dapat memberikan pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap Ny. Y dengan post operasi apendiksitis.
b. Manfaat bagi pelayanan masyarakat
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Islam Samarinda khususnya di ruang Meranti dengan post operasi apendiksitis.
c. Manfaat bagi perkembangan profesi keperawatan
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk institusi-institusi pendidikan keperawatan.

1.4 Ruang Lingkup
Dengan uraian tersebut, maka ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah pemberian asuhan keperawatan pada klien Ny. Y dengan post operasi apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda terhitung sejak tanggal 28 sampai dengan 30 Juli 2009.

1.5 Sistematika Penulisan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini terdiri dari enam bab yaitu :
a. Bab 1. Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
b. Bab 2. Tinjauan pustaka, terdiri dari konsep medis dan konsep dasr asuhan keperawatan pada klien Ny. Y dengan apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda.
c. Bab 3. Metode studi kasus, terdiri dari metodologi penulisan, lokasi dan waktu studi kasus, dan prosedur pengambilan dan pengumpulan data.
d. Bab 4. Tinjauan kasus, menguraikan tentang pembahasan pelaksanaan keperawatan pada klien Ny. Y dengan apendiksitis di ruang Meranti Rumah Sakit Islam Samarinda yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
e. Bab 5. Pembahasan, menguraikan pembahasan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Setelah melihat adanya kesenjangan dengan apa yang ditemukan di lapangan, kemudian dilakukan suatu analisis, terdapat perbedaan yang terjadi antara konsep dan kenyataan.
f. Bab 6. Penutup, terdiri dari simpulan dan saran.
http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askep-post-op-apendisitis-kti-full.html

silahkan download bentuk dokumen word ASKEP POST OP APENDISITIS - KTI FULL
(isi: LENGKAP)

Baca Selengkapnya - ASKEP POST OP APENDISITIS - KTI FULL

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber