DEFINISI
Istilah “trauma” diambil dari kata Greek untuk menunjukan “luka”. Seringkali masyarakat umum cenderung mengasosiasikan kata “trauma” dengan suatu “krisis” seperti serangan jantung (heart attack) ataupun stress psikologis berat. Istilah tersebut sesungguhnya berkaitan dengan cedera pada tubuh (bodily injury) (Bucher & Melander, 1999).
Cedera traumatic merupakan penyebab nomor satu dari kematian pada usia dibawah 45 tahun dan penyebab ke empat kematian di US secara keseluruhan. Setiap tahun sekitar 150.000 orang meninggal sebagai akibat cedera baik yang secara sengaja maupun tidak dan merupakan problem utama kesehatan masyarakat di Amerika (Bucher & Melander, 1999).
Trauma mengenai orang disepanjang rentang hidupnya, dimana risiko tertinggi adalah pada kelompok usia antara 15 dan 24 tahun (Bucher & Melander, 1999) atau kelompok usia muda. Namun demikian kematian hanyalah salah satu dampak diantara dampak lainnya yaitukecacatan permanen dan berbagai tingkatan gangguan fisik lainnya. Setiap tahun sekitar 2.1 juta orang dirawat dirumah sakit untuk cedera traumatic. Biaya social yang diakibatkannya cukup besar yang dikeluarkan untuk perawatan medical (medical care), perawatan dirumah (nursing home care), rehabilitasi, kehilangan pendapatan/gaji, dan kerugian hak milik lainnya. Biaya real yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarga berupa penderitaan manusiawi dan terganggunya lifestyle tidak dapat dihitung dengan dollar, tetapi harus dipertimbangkan sebagai akibat dari cedera/injury yang sangat berarti. Karena perawat adalah tangan pertama yang menghadapi kejadian traumatic yang sringkali dapat dicegah, maka mereka idealnya dipersiapkan untuk dapat membagi pemahamannya yang mendalam dengan klien dan masyarakat.
SISTEM PELAYANAN TRAUMA
Pusat trauma (trauma center) adalah fasilitas pelayanan spesial yang secara formal melakukan penilaian/mengevaluasi berdasarkan standar negara bagian, regional dan standar nasional dan memenuhi kriteria untuk memastikan pemberian pelayanan/perawatan pasien cedera secara kompeten dan bijaksana. Adalah penting untuk memahami bahwa tidak semua rumah sakit yang memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dapat dipertimbangkan sebagai pusat trauma. Sesungguhnya pusat trauma lebih didasarkan pada adanya kebutuhan yang merefleksikan komitmen institusi terhadap penyediaan sumber-sumber pelayanan trauma. Saat ini pusat trauma masyarakat merupakan turunan dari unit rumah sakit bedah militer yang mobile (mobile army surgical hospitals/MASH) di era konflik Vietnam dan Korea. Transportasi yang cepat dari medan perang ke pasilitas pelayanan trauma yang memiliki staf ahli bedah, staf keperawatan dan lainnya yang qualified yang dengan segera memberikan intervensi penyelamatan hidup secara dramatik menurunkan laju mortalitas dari prajurit yang cedera. Konsep pengorganisasian pelayanan dan sumber-sumber diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pasien trauma secepatnya, tetapi secara perlahan, berkembang pada rumah sakit civil yang dimulai pada 1960-an dan 1970-an.
Pada 1976, American College of Surgeon (ACS) mempublikasi panduan pertama untuk mengklasifikasikan pusat-pusat trauma di US. Namun demikian, tidak sampai 1980-an telah tumbuh menyebar pusat-pusat trauma di US. Penelitian dimulai untuk memvalidasi asumsi bahwa pusat trauma dapat menyelamatkan banyak kehidupan. Pada 1979 studi California memperlihatkan dengan jelas penurunan secara bermakna mortalitas karena injury ketika korban trauma ditangani pada pusat trauma, dan sangat berlawanan dibandingkan dengan penanganan yang dilakukan oleh rumah sakit yg ada dimasyarakat. Pada 1990 fokus lebih pada pengembangan system trauma, dengan memperkenalkan pusat trauma yang memiliki mekanisme yang baik dalam mengangkut/mentransport pasien untuk mempermudah pengintegrasian kembali melalui pelayanan rahabilitasi yang tepat. Untuk memfasilitasi pengembangan system trauma di seluruh Amerika, Trauma Care Systems Planning and Development Act pada 1990 menyediakan pendanaan untuk membuat system trauma. Dalam 1992, US Public Health Service, Health Resources and Services Administration, menawarkan Rencana Model Sistem Pelayanan Trauma pada negara sebagai kerangka kerja umum untuk menciptakan system yang bersifat individual. Rencana yang telah diidentifikasi mewakili komponen system pelayanan trauma dengan melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan atau fasilitas yang dapat melibatkan sumber2 pelayanan trauma: kepemimpinan; pengembangan system; legislasi; pembiayaan; pemberian informasi dan pendidikan publik dan pencegahan; sumber baya manusia; pelayanan prehospital meliputi komunikasi, medical direction, triage, dan transport; pelayanan pasti yang mencakup fasilitas pelayanan trauma, trasnper antar fasilitas, rehabilitasi, dan evaluasi.
Panduan ACS meliputi tidak hanya standar bagi berbagai macam tingkatan pusat trauma, tetapi juga keseluruhan sistem pelayanan trauma sebagai digambarkan di Rencana Model Sistem Pelayanan Trauma. 4 tingkatan pusat-pusat trauma saat ini telah didefinisikan dan dikarakteristikan oleh ACS sbb: level I (kemampuan tertinggi), level II, level III dan level IV. Perawat sebagai penyedia pelayanan kesehatan, perlu memahami pelayanan trauma yang tersedia di masyarakatnya.
Pusat Trauma Tingkat I
Pusat trauma regional—dengan kemampuan menyediakan kepemimpinan dan pelayanan total untuk setiap aspek cedera, dari pencegahan sampai rehabilitasi. Kemampuan klinik yang membedakan pusat trauma level I dengan level lainnya meliputi bedah jantung, bedah lengan, bedah mikrovaskuler utk replanasi trauma berat anggota gerak, bedah umum, nuclear scanning, neuroradiologi, cardiopulmonary bypass, hemodialisis akut. Biasanya rumah sakit berbasis universitas atau rumah sakit pendidikan yang besar, bertanggung jawab untuk memperluas aspek klinik termasuk pendidikan trauma untuk semua level staf, penelitian, pencegahan cedera masyarakat dan perluasan program dan perencanaan system trauma. Kebanyakan pusat trauma level I terletak di area urban.
Pusat Trauma Tingkat II
Pusat trauma level II umumnya merupakan rumah sakit komunitas dengan kebutuhan yang sama untuk “pelayanan trauma definitif awal”, pendidikan trauma, dan pencegahan trauma.
Pusat Trauma Tingkat III
Pusat trauma level III menyediakan mata rantai kritis pada komunitas yang tidak mempunyai fasilitas level I atau II. Pada pusat ini, tujuannya adalah resusitasi dan stabilisasi awal yang cepat pada pasien dan kemudian mentransfer pusat trauma yang mempunyai kemampuan tinggi dengan berbagai sumber untuk memebuhi kebutuhan pasien. Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan untuk menstabilkan pasien sebelum ditransfer. Pusat trauma level III harus mempunyai persetujuan tranfer dengan pusat trauma level I atau II dan harus menggunakan standar protocol penanganan untuk menajemen trauma. Bedah umum harus selalu tersedia.
Pusat Trauma Tingkat IV
Area rural atau jauh/terpencil yang tidak mempunyai akses pada pusat trauma level I, II atau III, atau bahkan dokter, maka klinik atau fasilitas dapat berperan sebagai tempat pertama untuk masuk ke dalam system trauma. Yang dibutuhkan bagi status pusat trauma level IV meliputi memiliki personel yang telah dilatih pada ATLS (advance trauma life support), atandar protocol penanganan dan persetujuan tranfer dengan pusat trauma yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar