Cari Blog Ini

Sistem Integumen dan Metabolisme

A. Sistem Integumen
1. Muka
Pada kedua belah pipi dan hidung menyerupai topeng (topeng kehamilan) Cloasma gravidarum / zwangerschapmasker.

2. Areola Mamae dan Putting susu
Areola Mamae daerah yang warnanya hitam disekitar putting susu, pada kehamilan warnanya akan lebih hitam, daerah sekitar yang biasanya tidak berwarna, sekarang berwarna hitam (secundair areola mamae). Puting susu juga menghitam dam membesar, lebih menonjol.
Payudara secara bertahap mengalami pembesaran Karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah. Pada awal kehamilan, keluar cairan jernih (kolostrum). Pigmen disekitar puting (areola) tumbuh lebih gelap Kelenjar Montgomery menonjol keluar.

3. Linea alba
Garis hitam yg terbentang dr atas symphisis – pusat. Warna lebih hitam, kecuali akan timbul garis baru yg terbentang di tengah-tengah atas pusat ke atas (linea nigra). Pada bagian badan ini kecuali ada hiperpigmentasi adapula yang mirip garis-garis pada kulit (Striae Gravidarum).

Dua macam striae gravidarum :
a. Striae Livide
Garis-garis yang warnanya biru pada kulit (pada primigravida). Striae terjadi karena : ada H yang berlebihan dan ada pembesaran/ peregangan pada jaringan yang menimbulkan perdarahan pada kapiler halus di bawah kulit warna biru. Peregangan kulit ini dapat sembuh dan menimbulkan bekas seperti parut yang berwarna putih, jadi garis yang warnanya biru menjadi putih, karena sudah mengalami peregangan

Striae albicans (pada multigravida).
Biasanya terdapat pada buah dada, perut dan paha. Striae ini kadang-kadang menimbulkan perasaan gatal pada penderita, yang disebabkan adanya peregangan jaringan yang menyebabkan

4. Hiperpigmentasi.
Hiperpigmentasi terjadi karena kelenjar pituitari yang memingkat dan mengeluarkan hormon melanotropin yang dipengaruhi oleh MSH (Melanotropin Stimulating Hormon).

B. Metabolisme
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian tenaganya. Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu.
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor.

1. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Secara periodik, Food and Nutrition Board of the National Research Council di Amerika merekomendasikan kebutuhan nutrisi untuk wanita, termasuk yang sedang hamil dan menyusui. Walaupun demikan rekomendasi ini tidak ditujukan untuk diaplikasikan untuk individu, melainkan sebagai patokan kebutuhan dalam populasi, karena individu sudah pasti sangat bervariasi dalam kebutuhannya. Beberapa suplemen vitamin-mineral prenatal dapat menyebabkan pemasukan yang jauh di atas angka kecukupan ini, lebih lagi penggunaan suplemen berlebih yang biasanya dilakukan atas inisiatif pribadi telah meningkatkan perhatian masyarakat akan kemungkinan terjadinya toksisitas dalam kehamilan. Beberapa nutrisi ini antara lain besi, seng, selenium, dan vitamin A, B6, C, and D.

2. Suplemen Vitamin-Mineral Prenatal
Sampai munculnya rekomendasi untuk pemberian asam folat untuk mencegah terjadinya defek tuba neural, hanya besi yang dikenal sebagai satu-satunya zat yang tidak dapat dipenuhi melalui makanan saja dalam kehamilan (Institute of Medicine, 1990). Suplemen harian zat besi sebesar 30 mg direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap defisiensi zat besi pada wanita dengan resiko rendah untuk menjadi gizi buruk.
Pemberian suplemen multivitamin-mineral secara rutin tidak dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologists (1997), kecuali diet ibu dipertanyakan atau ia berada dalam resiko tinggi terjadi gizi buruk, seperti pada kehamilan multiple, penyalahgunaan zat, vegetarian, penderita epilepsi, dan wanita dengan kelainan hemoglobin. Untuk wanita beresiko tinggi ini suplemen harian multivitamin-mineral dianjurkan dimulai pada trimester kedua. Komposisi yang dianjurkan adalah 30-60 mg besi, 15 mg seng, 2 mg tembaga, 250 mg kalsium, 10 ug (400 IU) vitamin D, 50 mg vitamin C, 2 mg vitamin B6, 300 ug asam folat, dan 2 ug vitamin B12 (Institute of Medicine, 1992).

Kalori
Kehamilan membutuhkan tambahan 80.000 kkal yang lebih banyak terkumpul pada 20 minggu terakhir kehamilan. Peningkatan kalori harian sebesar 300 kkal sepanjang kehamilan dianjurkan oleh National Research Council (1989). Kalori sangat penting untuk pembentukan energi, dan ketika terjadi kekurangan pasokan energi, protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi dan bukannya diperuntukkan untuk fungsi pentingnya yaitu pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan fisiologis total selama kehamilan tidak selalu merupakan jumlah dari kebutuhan ketika tidak hamil ditambah peningkatan kebutuhan kalori saat hamil, karena dapat disiasati, sebagai contoh, kebutuhan energi yang terjadi selama kehamilan dapat dikompensasi dengan mengurangi aktivitas fisik (Hytten, 1991).

Protein
Kebutuhan protein pada wanita hamil berasal dari kebutuhan wanita tidak hamil ditambah kebutuhan protein untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel janin, plasenta, uterus dan payudara, serta peningkatan kebutuhan darah maternal. Selama 6 bulan terakhir kehamilan, sekitar 1 kg protein dideposit, kira-kira berasal dari 5-6 gram protein per hari (Hytten dan Leitch, 1971). Asam amino pada ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi ornitin, glisin, taurin dan prolin, serta mengalami peningkatan konsentrasi asam glutamat dan alanin.
Sumber protein yang lebih baik berasal dari protein hewani, seperti daging, susu, telur, keju, dan ikan, sebab makanan terrsebut mengandung asam amino dalam kombinasi optimal. Susu beserta produk-produk yang berasal dari susu telah lama diperkirakan sebagai sumber makanan yang hampir ideal, terutama untuk protein dan kalsium, baik untuk wanita hamil maupun menyusui.

Mineral
Secara praktis, semua makanan yang mengandung jumlah kalori yang cukup untuk peningkatan berat badan yang sesuai, mengandung mineral dalam jumlah cukup untuk mencegah defisiensi jika menggunakan garam beryodium.

Zat Besi
Dalam kehamilan, terdapat peningkatan kebutuhan zat besi yang disebabkan oleh peningkatan volume plasma saat kehamilan. Sekitar 300 mg dari zat besi tersebut akan ditransfer ke janin dan plasenta, sedangkan 500 mg yang lain, jika tersedia, akan ditransfer ke massa hemoglobin ibu yang meningkat, hampir semuanya digunakan setelah pertengahan kehamilan. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi disebabkan oleh kehamilan dan ekskresi ibu sekitar 7 mg per hari. Sangat sedikit wanita yang memiliki cadangan zat besi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, sedangkan asupan sehari-hari jarang yang dapat memenuhi kebutuhan ini, sehingga biasanya diberikan suplementasi zat besi.
Scott dkk (1970) menetapkan bahwa jumlah zat besi yang diperlukan selama kehamilan cukup sebanyak 30 mg dalam bentuk garam besi seperti ferrous glukonat, sulfat atau fumarat yang dikonsumsi secara teratur setiap hari selama paruh kehamilan akhir, akan menyediakan jumlah zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan dan untuk melindungi cadangan zat besi yang tersedia. Jumlah ini juga menyediakan kebutuhan zat besi pada masa laktasi. Jumlah ini sebaiknya ditingkatkan sampai 60 sampai 100 mg per hari jika ibu besar, memiliki janin kembar, hamil tua, mengonsumsi suplementasi zat besi secara tidak teratur, atau memiliki hemoglobin yang rendah. Wanita yang sangat anemis yang disebabkan oleh defisiensi zat besi akan merepon baik dengan 200 mg zat besi per hari dalam dosis yang dibagi.

Karena kebutuhan zat besi hanya sedikit meningkat selama 4 bulan pertama kehamilan, selama waktu ini tidak perlu dilakukan suplementasi zat besi. Tidak diberikannya suplementasi zat besi selama trimester pertama kehamilan menghindari risiko bertambah beratnya mual dan muntah selama kehamilan. Konsumsi suplementasi zat besi sebelum tidur nampaknya dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping gastrointestinal.

Kalsium
Wanita hamil memerlukan sekitar 30 gram kalsium, yang sebagian besar didepositkan pada janin selama masa-masa kehamilan tua. Jumlah kalsium tersebut hanya menunjukkan sekitar 2,5 % dari total kalsium ibu, paling banyak terdapat di tulang, dan dapat dimobilisasi untuk pertumbuhan janin. Berdasarkan penelitian Heaney dan Skillman (1971) terdapat peningkatan absorpsi kalsium melalui saluran pencernaan dan retensi yang progresif. Menurut Pitkin (1985), kadar kalsium yang terikat akan msdikit menurun selama kehamilan karena menurunnya kadar albumin, tetapi tidak demikian dengan kadar kalsium yang terionisasi.

Fosfor
Kadar fosfor selama kehamilan tidak banyak mengalami perubahan selama kehamilan.

Seng
Kekurangan seng yang berat dapat menyebabkan nafsu makan yang buruk, pertumbuhan yang kurang optimal, dan terganggunya penyembuhan luka. Defisiensi seng sangat berat menyebabkan dwarfisme dan hipogonadisme. Keadaan ini juga akan menyebabkan kelainan kulit yang spesifik, yaitu akrodermatitis enteropatika, dan dapat pula, pada keadaan yang sangat jarang, menyebabkan defisiensi zinc kongenital yang berat.

Seng dalam plasma hanya mewakili 1% total seng dalam tubuh manusia sementara seng plasma sendiri hampir seluruhnya terikat pada protein plasma maka bila didapatkan konsentrasi seng yang rendah dalam plasma, ini bukan mewakili jumlah sebenarnya dari kandungan zinc dalam tubuh namun hanya mewakili perubahan protein pengikat dalam plasma (Swanson and King, 1983). Bahkan bila konsentrasi seng pada ibu hamil diturunkan namun jumlah “plasma pooling” dalam tubuh bumil tetap tinggi akibat peningkatan volume plasma selama kehamilan.

Goldberg dkk pada tahun 1995 membuat sebuah penelitian dengan memberikan suplemen seng (25mg) pada suatu studi acak yang melibatkan 580 perempuan yang dimulai pada kehamilan 19 minggu. Level seng plasma sedikit namun secara signifikan meningkat pada wanita yang diberikan suplemen. Anak yang dilahirkan wanita yang diberi suplementasi zinc mempunyai berat badan lahir yang lebih tinggi (sekitar 125 g) dan mempunyai lingkar kepala yang sedikit lebih besar (sekitar 4mm). Meskipun tingkat suplementasi yang aman untuk wanita hamil belum jelas namun secara umum dosis pemberian pada wanita hamil adalah sekitar 15 mg.

Iodium
Penggunaan preparat garam beriodium oleh semua wanita hamil direkomendasikan karena kebutuhan bumil meningkat akibat tuntutan janin dan pengeluaran melalui ginjal yang meningkat.
Trend peningkatan konsumsi Iodium dalam kehamilan terjadi akibat beberapa laporan yang menghubungkan hipotiroidisme subklinis pada bumil dengan retardasi mental yang signifikan pada janin(Haddow dkk, 1999).

Defisiensi Iodium yang buruk merupakan factor predisposisi untuk kretinism yang berbentuk gangguan neurologist yang multiple. Di beberapa bagian Cina dan Afrika dimana kondisi ini endemic, suplementasi Iodium di awal kehamilan sangat bermanfaat (Cao dkk,1994). Namun perlu diingat bahwa konsumsi iodium dalam dosis tertentu selama kehamilan dapat menekan fungsi tiroid dan menyebabkan goiter pada janin.

Magnesium
Efek–efek kekurangan magnesium dalam kehamilan hingga kini belum diketahui secara jelas. Namun tidak diragukan lagi bahwa selama periode penyakit kronik dimana asupan magnesium rendah atau tidak ada maka level Mg dalam plasma akan menjadi sangat rendah. Hal ini juga terjadi dalam kehamilan dengan diet yang tidak seimbang.
Beberapa penelitian tentang kekurangan Mg selama kehamilan telah dilakukan. Salah satunya dilakukan Sibai dkk yang melakukan penelitian dengan memberikan 400 primigravida secara acak 365 mg Magnesium dan placebo. Hasilnya akhirnya adalah bahwa tidak ada perbedaan hasil keluar pada janin.

Tembaga
Berbagai enzim yang mengandung tembaga seperti sitokrom oksidase mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses oksidatif dalam produksi energi tubuh. Kehamilan sendiri mempunyai efek yang sangat besar pada metabolisme tembaga dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan ceruloplasmin serum dan tembaga dalam plasma. Defisiensi tembaga belum didokumentasikan pada kehamilan dan belum ada studi yang mempelajari asupan tembaga pada wanita hamil secara jelas. Dosis umum yang dipakai adalam sekitar 2 mg tembaga per tablet.

Selenium
Zat ini adalah komponen dasar untuk enzin glutation peroksidase yang mengkatalase perubahan Hidrogen peroksida menjadi air. Selenium adalah komponen penting untuk melindungi tubuh dari radikal bebas. Defisiensinya telah diselidiki di beberapa bagia besar dari RRC dimana ada defisiensi Selenium secara geokimia. Efeknya adalah kardiomiopati pada anak dan wanita pada umur produktif. Namun toksisitas karena suplementasi berlebih juga telah tercatat.

Kromium
Zat ini dipercaya merupakan ko-faktor untuk insulin yang membantu untuk penempelan insulin pada reseptor perifernya. Namun data–data yang berhubungan dengan krom pada wanita hamil sangat sedikit.

Mangan
Zat ini berfungsi sebagai ko-faktor untuk enzyme seperti glycosiltransferase yang berfungsi dalam sintesis polisakarida dan glikoprotein namun defisiensinya pada wanita hamil belum diselidiki.

Kalium
Konsentrasi Kalium pada bumil menurun sebesar 0.5 mEq/L pada trimester kedua (Brown dkk,1986). Rute pengeluarannya antara lain pada mual dan muntah yang dapat bergerak kearah hipokalemia dan alkalosis.

Natrium
Defisiensi pada kehamilan sangat sulit terjadi kecuali bila bumil menggunakan diuretic. Kandungan natrium plasma akan menurun dalam kehamilan namun tidak pada tingkat yang mengkhawatirkan (Brown dkk, 1986).

Fluoride
Pemberian suplementasi fluoride pada bumil sampai saat ini masih dipertanyakan karena tidak ada hasil yang berarti pada anak (Horowitz and Heifetz, 1967).

Vitamin
Kebanyakan bukti yang berhubungan dengan pentingnya vitamin dalam kesuksesan reproduksi didapatkan dari penelitian pada binatang. Beberapa defisiensi yang berat terjadi pada binatang yang tidak diberi vitaman, yang dimulai lama sebelum kehamilan atau dengan memberi antagonis vitamin yang poten. Pemberian beberapa vitamin dalam jumlah berlebih pada binatang hamil menunjukkan efek yang merugikan pada janin.

Asam Folat
Di USA, sekitar 4000 kehamilan mengalami defek pada tube neural dan lebih dari setengah dapat dicegah dengan pemberian tambahan asam folat sebesar 400 ug selama masa kehamilan (Centers for Disease Control and Prevention, 1992).

Vitamin A
Asupan vitamin A pada wanita hamil di USA sudah mencukupi kebutuhan (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1998). Suplementasi rutin selama kehamilan tidak dianjurkan. Bahkan ada beberapa laporan kasus toksisitas Vitamin A berlebih (10.000–50.000 IU) yakni pada derivat vitamin A isotretinoin yang ternyata teratogen pada manusia.

Vitamin B12
Level vitamin B12 pada wanita hamil menurun namun masih dalam batas normal pada wanita hamil Karena vitamin B12 hanya didapatkan pada produk hewani maka konsumsi yang rendah pada vegetarian atau keluarga kurang mampu perlu menjadi perhatian.

Vitamin B6
Beberapa penelitian yang berusaha membuktikan keberhasilan suplementasi B6 pada bumil telah gagal (Institute of Medicine, 1990). Dosis umum yang diterima adalah 2 mg.

Vitamin C
Dosis yang direkomendasikan adalam 70 mg/hari atau meningkat 20%. Pada plasma Ibu jumlah vitamin C dapat berkurang namuan pada tali pusat jumlahnya meningkat. Suatu fenomena yang umum ditemukan pada vitamin yang larut dalam air.

SARAN – SARAN BAGI IBU HAMIL
  • Secara umum sarankan ibu hamil untuk memakan makanan yang sesuai selera masing – masing.
  • Pastikan julah konsumsinya cukup terutama pada keluarga dengan keadaan social ekonomi rendah.
  • Pastikan terdapat peningkatan Berat Badan yang baik yakni sekitar 25 – 35 pon untuk wanita dengan BMI normal.
  • Berikan tablet besi sekitar 30 mg perhari dan suplementasi folat terutama pada awal kehamilan.
  • Periksa kadar Hb atau Hematokrit pada minggu 28 – 32 untuk melihat penurunannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber