1. Batasan Perilaku
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, oleh sebab itu sudut pandang giologis semua makhluk hidup mulai berperilaku, karena mereka punya aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007 : 133).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, atau stimulus organisme respon. Skiner membedakan adanya dua respon, yaitu (Noaotmodjo, 2007 : 133).
a. Responden – respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan - rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulating karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
b. Operant atau istrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, perangsang ini disebut reinforcing stimulus lation atau reinforcer, karena memperkuat respons.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007 : 139). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : (Notoadmodjo, 2007 : 16).
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi merupakan faktor utama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku dan disebut juga faktor pemudah. Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap terhadap kesehatan, tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor Pemungkin (Enambling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta dan sebagainya.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang – undang, peraturan – peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, oleh sebab itu sudut pandang giologis semua makhluk hidup mulai berperilaku, karena mereka punya aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007 : 133).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, atau stimulus organisme respon. Skiner membedakan adanya dua respon, yaitu (Noaotmodjo, 2007 : 133).
a. Responden – respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan - rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulating karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
b. Operant atau istrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, perangsang ini disebut reinforcing stimulus lation atau reinforcer, karena memperkuat respons.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007 : 139). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : (Notoadmodjo, 2007 : 16).
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi merupakan faktor utama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku dan disebut juga faktor pemudah. Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap terhadap kesehatan, tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor Pemungkin (Enambling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta dan sebagainya.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang – undang, peraturan – peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar