Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Komponen Diagnosis Keperawatan
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
1. Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis
d. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3. Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
Persyaratan Penyusunan Diagnosis Keperawatan
1. Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi
2. Spesifik dan akurat (pasti)
3. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
4. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
5. Dapat dilaksanakan oleh perawat
6. Mencerminan keadaan kesehatan klien.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menentukan Diagnosis Keperawatan
1. Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat
2. Bersifat aktual atau potensial
3. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
4. Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.
Alasan Penulisan Diagnosa Keperawatan
1. Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
2. Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan
3. Meningkatkan komunikasi antar sejawat dan profesi kesehatan lainnya
4. Membantu  merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam menjamin  mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih akurat dan  menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
5. Menciptakan standar praktik keperawatan
6. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Proses Penyusunan Diagnosis Keperawatan
1. Klasifikasi & Analisis Data
Pengelompokkan  data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana  klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan  kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan  pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan  (Gordon, 1982);
Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
a. Pertukaran
b. Komunikasi
c. Berhubungan
d. Nilai-nilai
e. Pilihan
f. Bergerak
g. Penafsiran
h. Pengetahuan
i. Perasaan
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
a. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
b. Nutrisi : pola metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Aktivitas : pola latihan
e. Tidur : pola istirahat
f. Kognitif : pola perseptual
g. Persepsi diri : pola konsep diri
h. Peran : pola hubungan
i. Seksualitas : pola reproduktif
j. Koping : pola toleransi stress
k. Nilai : pola keyakinan
Mengindentifikasi masalah klien
Masalah  klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk  mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal  dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan  dan wewenang yang dimilikinya
Identifikasi  masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang  kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial  sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai  masalah aktual.
a. Menentukan kelebihan klien
Apabila  klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian  menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu.  Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu  memecahkan masalah yang klien hadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika  klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami  keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada  tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya  ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil  test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai  dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian  menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
d. Penentuan keputusan
- Tidak  ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan)  : tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan  dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan  ada atau tidaknya masalah yang diduga.
- Masalah  kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap  untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga
- Masalah  aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak  masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan,  dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
- Masalah  kolaboratif: konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang  ompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah  kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari  patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain.  Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan  kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.  
3. Memvalidasi diagnosis keperawatan
Adalah  menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian  merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan  ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling  percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada  tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang  dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut  dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif  kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu  diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.  
4. Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah  perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data  yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan  suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual,  resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.  Menyusun  diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang  berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan —  menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :
a. Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri
b. Griffith-Kenney  Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana  yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik  keperawatan.
Kategori Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis  keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang menyajikan keadaan  klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang  diidentifikasi. Diagnosis keperawatan mempunyai empat komponen : label,  definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
Label  merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan  karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk  diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang mengacu pada  petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga mengacu  pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis  keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor. Faktor yang  berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat  mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri  dari empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan,  situasional, dan maturasional. 
Contoh  diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan  penurunan transport oksigen, sekunder terhadap tirah baring lama,  ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi  62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
2. Diagnosis Keperawatan Resiko
Diagnosis  keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga  atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding  individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama. 
Validasi  untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang  memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau  kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan  diagnosis ini adalag : PE (problem & etiologi).
Contoh  : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan  tentang resiko penularan TB Paru, ditandai dengan keluarga klien sering  menanyakan penyakit klien itu apa dan tidak ada upaya dari keluarga  untuk menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk dihadapannya  tanpa menutup mulut dan hidung).
3. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Merupakan  pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan  dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala  utama adanya faktor resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan dengan tindakan mastektomi.
4. Diagnosis Keperawatan Sejahtera
Diagnosis  keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,  kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus  ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnsosis ini  adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam  masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang  disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan  terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai  contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaporkan  fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai  informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga,  untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif. 
Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
5. Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis  keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari  sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan  muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. 
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Masalah Kolaboratif
             Masalah kolaboratif adalah masalah yang nyata atau resiko  yang mungkin terjadi akibat komplikasi dari penyakit atau dari  pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang mana masalah tersebut hanya  bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan keperawatan yang  bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi  (PK). 
Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
1. Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko
2. Catat diagnosis keperawataan resiko ke dalam format diagnosis keperawatan
3. Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang ada dalam NANDA (terbaru : 2007 – 2008 )
4. Mulai pernyataan diagnosis keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosis keperawatan
5. Masukkan pernyataan diagnosis keperawatan ke dalam daftar masalah 
6. Hubungkan setiap diagnosis keperawatan ketika menemuan masalah perawatan
7. Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi.
Tujuan Dokumentasi Diagnosis Keperawatan :
1. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan
2. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam identifikasi masalah klien
3. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.
Diagnosis keperawatan saat ini dapat mengacu ke NANDA 2007-2008 dengan beberapa revisi diagnosis, contohnya: 
“Gangguan pola tidur” (2005-2006) menjadi “Insomnia” (2007-2008).
Selain itu terdapat juga diagnosis keperawatan yang baru, diantaranya untuk peningkatan gula darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar