Pendahuluan.
Penularan oleh Toxoplasma gondii dapat melalui oral, maupun transplasental, jarang secara parenteral , kecuali di laboratorium atau dari transfusi.
Pada anak dengan status imunologi normal infeksi akut biasanya asimtomatik Setelah penularan, organisme yang berbentuk kista berada dalam host untuk beberapa saat. Infeksi kongenital , jika tak diobati akan menimbulkan gejala pada periode perinatal atau sesudahnya. Gejala tesebut antara lain: chorioretinitis, dan gangguan syaraf sentral. Selain itu dapat juga berupa IUGR, demam, limfadenopati, kehilangan pendengaran, pneumonitis,hepatitis dan trombositopenia. Toksoplasmosis kongenital pada bayi dengan infeksi HIV sifatnya fulminan./ganas.
Etiologi.
T.gondii adalah golongan protosoa. Bentuk tachyzoites oval atau seperti separo bulan, berkembang hanya dalam sel hidup dan berukuran 2-4 x 4-7 µm. Kista di jaringan yang berukuran 10-100 µm berisi jutaan parasit dan tetap tinggal di jaringan , khususnya di susunan syaraf pusat dan otot skelet maupun otot jantung selama hidup.Hospes perantara antara lain biri-biri, kambing, binatang pengerat, sapi, babi , ayam dan burung. Semua binatang tersebut dapat mengandung stadium infektif dari T. Gondii yang membentuk kista dalam jaringan tersebut.
Epidemiologi.
Menyebar di seluruh dunia. Insiden infeksi kongenital di USA sekitar 1/1.000 sampai 1/10.000 per kelahiran hidup. Di Indonesia (??) Kucing umumnya sebagai host. Kucing mendapat infeksi lewat oral karena makan daging yang tak dimasak yang mengandung kista atau memasaknya kurang baik. Parasit kemudian berkembang biak secara sexual di usus halus kucing kemudian mulai mengeluarkan ekskret oocyte dalam tinja 3-50 hari sesudah infeksi yang dapat bertahan 7 -14 hari. Oocyste membutuhkan fase pematangan 24-48 jam sebelum bersifat infektif saat lewat oral. Host perantara seperti kambing, babi dan ternak lain kedapatan kista di otak, miokardium, otot dan organ lain dan kista ini dapat bertahan seumur hidup disitu. Manusia dapat tertular jika:1. menyentuh atau kontak langsung dengan tinja kucing, sehingga mendapat infeksi dari oocyste di kotoran tersebut, 2.makan daging yang saat memasaknya kurang baik sehingga kista tidak mati, atau 3.terkontaminasi dari makan buah-buahan yang tidak dicuci sebelum dikupas/disajikan.. Membekukan – 200 C atau memanaskan di atas 660 C dapat membuat kista menjadi noninfeksius. Kecuali dari penularan transplasental dari ibu ke janin atau karena transplantasi organ maupun transfusi , penularan antar manusia tak terjadi. Masa inkubasi sekitar 7 hari ( 4-21 hari ).
Patofisiologi.
Toxoplasmosis dapat dalam bentuk kongenital dan didapat sesudah lahir , perubahan histologis terjadi di semua jaringan. Pada bentuk kongenital perubahan banyak terjadi di susunan syaraf sentral, retina dan chorioid. Retinochoriditis umumnya terjadi pada toxoplasmosis yang didapat. Selama masa laten Toksoplasma dalam jaringan terdapat dalam bentuk kista. Nekrosis banyak terdapat di jaringan terutama di jantung, paru otot skelet, hepar dan lien , Area kalsifikasi didapat di otak dari pasien toxoplasmosis kongenital, Periaquaductus dan periventrikuler vasculitis dan nekrosis dapat menyebabkan penutupan aqueductus Sylvii atau foramen Monroe sehingga terjadi hidrosefalus. Penutupan dapat terjadi juga sesudah periode perinatal.
Gambaran klinis.
Bayi dengan infeksi kongenital umumnya asimtomatis saat lahir ( 70-90 % kasus ), walaupun ada gangguan penglihatan dan pendengaran atau retardasi mental yang akan nampak beberapa bulan kemudian. Tanda tanda toksoplasmosis kongenital saat lahir dapat berupa maculopapular rash, limfadenopati menyeluruh, hepatomegali, splenomegali, ikterus, trombositopenia. Sebagai akibat meningoensefalitis, dapat terjadi kelainan pada cairan serebrospinalis, hidrosefalus, mikrosefalus, khorioretinitis, kejang. Pada kasus yang berat meninggal dalam kandungan atau beberapa saat/ hari setelah lahir. Pemeriksaan secara radiologis : USG atau CT Scan kepala dapat terlihat adanya kalsifikasi serebri.
Infeksi Toxoplasma gondii yang di dapat sesudah lahir biasanya juga asimtomatic. Jika gejala timbul umumnya tidak spesifik seperti malaise, demam, sakit tenggorok dan mialgia. Limfadenopati di servikal adalah tanda yang umum. Perjalanan klinisnya benigna . Miokarditis, perikarditis,dan pneumonia jarang menjadi komplikasi.
Diagnosis.
Tes Serologi adalah yang utama tetapi harus di interpretasikan secara hati hati. Kadar IgG spesifik mencapai puncaknya 1-2 bulan setelah infeksi . Untuk pasien dengan sero konversi atau kadar / titerIgG nya 4 kali lipat maka titer IgM perlu di konfirmasi untuk mengetahui apakah ada infeksi akut karena IgM spesifik menunjukkan adanya infeksi akut atau masih adanya infeksi. IgM spesifik antibodi dapat di deteksi 2 minggu setelah infeksi, kadar puncak dicapai pada 1 bulan setelah infeksi sesudah itu menurun dan tak dapat di deteksi 6-9 bulan kemudian tetapi umumnya masih ada sampai 2 tahun. Tes IgA dan IgE spesifik tidak rutin dilakukan walaupun dapat untuk mendeteksi adanya infeksi kongenital. Pada bayi yang tak terinfeksi kadar IgM nya negatip dan penurunan IgG terjadi sampai umur 6-12 bulan.
Bayi lahir yang diduga terkena infeksi toksoplasmosis segera dilakukan pemeriksaan oftalmologi, pendengaran dan pemeriksaan syaraf dengan punksi lumbal dan CT Scan kepala.
Bayi dengan infeksi HIV yang terkena infeksi Toksoplasma titer IgG nya bervariasi tetapi titer IgM nya kadang-kadang tak muncul.
Pengobatan.
Kesulitan dalam pengobatan adalah karena terapi efektive dapat membunuh saat fase tachyzoite dari parasit tetapi tak efektive menghancurkan kista bradyzoite, disamping itu memerlukan waktu yang lama dapat sampai 6 bulan -1 tahun.
A. Untuk bayi yang simtomatik diberikan kombinasi pyrimethamine, sulfadiazine dan leucoverin calcium ditambah asam folat untuk mencegah depresi sumsum tulang atau ada juga kombinasi pyrimethamine dengan spiramisin saja atau dikombinasi dengan Clyndamysin tergantung keadaan penderita dan tempat pengobatan . Clyndamycin biasanya diberikan kepada penderita Toksoplasmosis okuler. Pemberian kortikosteroid pada penderita toksoplasmosis masih kontroversial. Untuk penderita HIV yang terinfeksi Toksoplasmosis pengobatan berlangsung seumur hidup.
B. Pencegahan.
- Masak daging pada suhu > 660 C
- Cuci tangan dengan sabun setelah memegang daging mentah atau buah.
- Cuci buah sebelum dikupas /disajikan.
- Cuci alat dapur yang telah dipakai dengan sabun.
- Pakai sarung tangan saat berkebun.
Bahan bacaan.
1. Pickering LK, Peter G, Baker CJ, et al. Toxoplasmosis. In Red Book 2000. Report of the Committee on Infectious Diseases. American Academy of Pediatrics. 25thEd. 2000;583-86.
2. Gomella TL, Cunningham MD, Toxoplasmosis. In Neonatology. Lange Medical Publishing Division. 5th Ed.. 2004;442-44.
3. Behrman RE, Kleigman RM, Toxoplasmosis. In Nelson Textbook of Pediatrics.14 th. Ed. 1992;883-92.
4. Guerina NG. Toxoplasmosis In Manual of Neonatal Care. Ed. Cloherty JP and Stark AR. Lippincott Williams &Wilkins. 4th ed. 1998;318-327.
5. Toxoplasmosis. http://www.kidshealth.org/parent/infections/parasitic/toxoplasmosis.html 18-11-2006.
Penularan oleh Toxoplasma gondii dapat melalui oral, maupun transplasental, jarang secara parenteral , kecuali di laboratorium atau dari transfusi.
Pada anak dengan status imunologi normal infeksi akut biasanya asimtomatik Setelah penularan, organisme yang berbentuk kista berada dalam host untuk beberapa saat. Infeksi kongenital , jika tak diobati akan menimbulkan gejala pada periode perinatal atau sesudahnya. Gejala tesebut antara lain: chorioretinitis, dan gangguan syaraf sentral. Selain itu dapat juga berupa IUGR, demam, limfadenopati, kehilangan pendengaran, pneumonitis,hepatitis dan trombositopenia. Toksoplasmosis kongenital pada bayi dengan infeksi HIV sifatnya fulminan./ganas.
Etiologi.
T.gondii adalah golongan protosoa. Bentuk tachyzoites oval atau seperti separo bulan, berkembang hanya dalam sel hidup dan berukuran 2-4 x 4-7 µm. Kista di jaringan yang berukuran 10-100 µm berisi jutaan parasit dan tetap tinggal di jaringan , khususnya di susunan syaraf pusat dan otot skelet maupun otot jantung selama hidup.Hospes perantara antara lain biri-biri, kambing, binatang pengerat, sapi, babi , ayam dan burung. Semua binatang tersebut dapat mengandung stadium infektif dari T. Gondii yang membentuk kista dalam jaringan tersebut.
Epidemiologi.
Menyebar di seluruh dunia. Insiden infeksi kongenital di USA sekitar 1/1.000 sampai 1/10.000 per kelahiran hidup. Di Indonesia (??) Kucing umumnya sebagai host. Kucing mendapat infeksi lewat oral karena makan daging yang tak dimasak yang mengandung kista atau memasaknya kurang baik. Parasit kemudian berkembang biak secara sexual di usus halus kucing kemudian mulai mengeluarkan ekskret oocyte dalam tinja 3-50 hari sesudah infeksi yang dapat bertahan 7 -14 hari. Oocyste membutuhkan fase pematangan 24-48 jam sebelum bersifat infektif saat lewat oral. Host perantara seperti kambing, babi dan ternak lain kedapatan kista di otak, miokardium, otot dan organ lain dan kista ini dapat bertahan seumur hidup disitu. Manusia dapat tertular jika:1. menyentuh atau kontak langsung dengan tinja kucing, sehingga mendapat infeksi dari oocyste di kotoran tersebut, 2.makan daging yang saat memasaknya kurang baik sehingga kista tidak mati, atau 3.terkontaminasi dari makan buah-buahan yang tidak dicuci sebelum dikupas/disajikan.. Membekukan – 200 C atau memanaskan di atas 660 C dapat membuat kista menjadi noninfeksius. Kecuali dari penularan transplasental dari ibu ke janin atau karena transplantasi organ maupun transfusi , penularan antar manusia tak terjadi. Masa inkubasi sekitar 7 hari ( 4-21 hari ).
Patofisiologi.
Toxoplasmosis dapat dalam bentuk kongenital dan didapat sesudah lahir , perubahan histologis terjadi di semua jaringan. Pada bentuk kongenital perubahan banyak terjadi di susunan syaraf sentral, retina dan chorioid. Retinochoriditis umumnya terjadi pada toxoplasmosis yang didapat. Selama masa laten Toksoplasma dalam jaringan terdapat dalam bentuk kista. Nekrosis banyak terdapat di jaringan terutama di jantung, paru otot skelet, hepar dan lien , Area kalsifikasi didapat di otak dari pasien toxoplasmosis kongenital, Periaquaductus dan periventrikuler vasculitis dan nekrosis dapat menyebabkan penutupan aqueductus Sylvii atau foramen Monroe sehingga terjadi hidrosefalus. Penutupan dapat terjadi juga sesudah periode perinatal.
Gambaran klinis.
Bayi dengan infeksi kongenital umumnya asimtomatis saat lahir ( 70-90 % kasus ), walaupun ada gangguan penglihatan dan pendengaran atau retardasi mental yang akan nampak beberapa bulan kemudian. Tanda tanda toksoplasmosis kongenital saat lahir dapat berupa maculopapular rash, limfadenopati menyeluruh, hepatomegali, splenomegali, ikterus, trombositopenia. Sebagai akibat meningoensefalitis, dapat terjadi kelainan pada cairan serebrospinalis, hidrosefalus, mikrosefalus, khorioretinitis, kejang. Pada kasus yang berat meninggal dalam kandungan atau beberapa saat/ hari setelah lahir. Pemeriksaan secara radiologis : USG atau CT Scan kepala dapat terlihat adanya kalsifikasi serebri.
Infeksi Toxoplasma gondii yang di dapat sesudah lahir biasanya juga asimtomatic. Jika gejala timbul umumnya tidak spesifik seperti malaise, demam, sakit tenggorok dan mialgia. Limfadenopati di servikal adalah tanda yang umum. Perjalanan klinisnya benigna . Miokarditis, perikarditis,dan pneumonia jarang menjadi komplikasi.
Diagnosis.
Tes Serologi adalah yang utama tetapi harus di interpretasikan secara hati hati. Kadar IgG spesifik mencapai puncaknya 1-2 bulan setelah infeksi . Untuk pasien dengan sero konversi atau kadar / titerIgG nya 4 kali lipat maka titer IgM perlu di konfirmasi untuk mengetahui apakah ada infeksi akut karena IgM spesifik menunjukkan adanya infeksi akut atau masih adanya infeksi. IgM spesifik antibodi dapat di deteksi 2 minggu setelah infeksi, kadar puncak dicapai pada 1 bulan setelah infeksi sesudah itu menurun dan tak dapat di deteksi 6-9 bulan kemudian tetapi umumnya masih ada sampai 2 tahun. Tes IgA dan IgE spesifik tidak rutin dilakukan walaupun dapat untuk mendeteksi adanya infeksi kongenital. Pada bayi yang tak terinfeksi kadar IgM nya negatip dan penurunan IgG terjadi sampai umur 6-12 bulan.
Bayi lahir yang diduga terkena infeksi toksoplasmosis segera dilakukan pemeriksaan oftalmologi, pendengaran dan pemeriksaan syaraf dengan punksi lumbal dan CT Scan kepala.
Bayi dengan infeksi HIV yang terkena infeksi Toksoplasma titer IgG nya bervariasi tetapi titer IgM nya kadang-kadang tak muncul.
Pengobatan.
Kesulitan dalam pengobatan adalah karena terapi efektive dapat membunuh saat fase tachyzoite dari parasit tetapi tak efektive menghancurkan kista bradyzoite, disamping itu memerlukan waktu yang lama dapat sampai 6 bulan -1 tahun.
A. Untuk bayi yang simtomatik diberikan kombinasi pyrimethamine, sulfadiazine dan leucoverin calcium ditambah asam folat untuk mencegah depresi sumsum tulang atau ada juga kombinasi pyrimethamine dengan spiramisin saja atau dikombinasi dengan Clyndamysin tergantung keadaan penderita dan tempat pengobatan . Clyndamycin biasanya diberikan kepada penderita Toksoplasmosis okuler. Pemberian kortikosteroid pada penderita toksoplasmosis masih kontroversial. Untuk penderita HIV yang terinfeksi Toksoplasmosis pengobatan berlangsung seumur hidup.
B. Pencegahan.
- Masak daging pada suhu > 660 C
- Cuci tangan dengan sabun setelah memegang daging mentah atau buah.
- Cuci buah sebelum dikupas /disajikan.
- Cuci alat dapur yang telah dipakai dengan sabun.
- Pakai sarung tangan saat berkebun.
Bahan bacaan.
1. Pickering LK, Peter G, Baker CJ, et al. Toxoplasmosis. In Red Book 2000. Report of the Committee on Infectious Diseases. American Academy of Pediatrics. 25thEd. 2000;583-86.
2. Gomella TL, Cunningham MD, Toxoplasmosis. In Neonatology. Lange Medical Publishing Division. 5th Ed.. 2004;442-44.
3. Behrman RE, Kleigman RM, Toxoplasmosis. In Nelson Textbook of Pediatrics.14 th. Ed. 1992;883-92.
4. Guerina NG. Toxoplasmosis In Manual of Neonatal Care. Ed. Cloherty JP and Stark AR. Lippincott Williams &Wilkins. 4th ed. 1998;318-327.
5. Toxoplasmosis. http://www.kidshealth.org/parent/infections/parasitic/toxoplasmosis.html 18-11-2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar