Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi
Pola pertumbuhan dan perkembangan pada anak menunjukkan variasi normal yang luas, sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya. Terdapat 3 macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam kartu pertumbuhan (growth card), yaitu :
1. Menggunakan mean dan standar deviasi (SD)
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu :
a. Mean ± 1 SD, mencakup 66,6 %
b. Mean ± 2 SD, mencakup 95 %
c. Mean ± 3 SD, mencakup 97,7 %
2. Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke-50 berarti bahwa anak tersebut berada pada urutan ke-50 sehingga jumlah yang sama berada di bawah dan di atasnya.
3. Menggunakan persentase
Besarnya variasi normal berada di antara persentasi tertentu terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100 %.
Misalnya, pada Lokakarya Antopometri Gizi Depkes 1975 bahwa :
a. Nilai 100 % untuk berat atau nilai persentil ke-50 dari Baku Harvard
b. Variasi normal berada antara 80 – 110 %.
Dalam pengkajian yang dilakukan pada anak usia pra sekolah digunakan parameter penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
1. Parameter penilaian pertumbuhan fisik
a. Berat badan
Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke dalam usia 1 – 6 tahun, maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan rumus : umur (tahun) x 2 + 8
Klasifikasi berat badan terhadap umur :
1). Gomez
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). > 90 % : normal
b). 75 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 75 % : malnutrisi sedang (grade 2)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 3)
2). Jellifre
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). 90 – 110 % : normal
b). 81 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 80 % : malnutrisi sedang (grade 2 dan 3)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 4)
3). Klasifikasi menurut WHO
1. Baku NCHS
2. Cara : persentil
3. Klasifikasi :
a). Persentil ke 3 – 50 : normal
b). Persentil ≤ 3 : malnutrisi
4). Klasifikasi di Indonesia
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median dan kenaikan berat badan
3. Klasifikasi :
Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan : normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.
b. Tinggi badan
Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah dapat menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77.
Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra sekolah antara 6 – 8 cm.
Klasifikasi tinggi badan terhadap umur :
1). Kanawati dan Mc Laren
a). ≥ 95 % : normal
b). 80 – 95 % : malnutrisi ringan
c). 85 – 90 % : malnutrisi sedang
d). 85 % : malnutrisi berat
2). CDC/ WHO
a). ≥ 90 % : normal
b). <> 85% atau > 14 cm : normal
2). < 76% atau < 12,5 cm : malnutrisi berat
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
2. Parameter penilaian perkembangan
a. Aspek motorik
Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran.
Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari.
Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.
b. Aspek Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi.
Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana.
Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali.
Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar.
c. Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap.
Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih uang logam.
Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari.
Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturut-turut.
d. Aspek sosialisasi
Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri dengan bantuan seminimal mungkin.
Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif.
Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda.
Usia 6 tahun, anak ini mulai dapat dipercaya, rasa takut berkurang, suka menggoda orang lain, kadang melakukan sikap menentang dan tidak sopan, kecemburuannya terhadap adik tampak nyata, serta berlaku curang untuk menang.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dipandang dari segi kelompok usia, ternyata anak-anak memiliki karakteristik yang khas dengan segala kompleksitasnya. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang khusus pula, bilamana kita sebagai seorang perawat mendapati pasien anak dengan berbagai tingkat usia, dalam hal ini secara khusus akan dibahas proses pendekatan terhadap anak kelompok usia pra sekolah (3-6 tahun) yang sedang sakit.
Pertama-tama kita harus tahu betul faktor-faktor yang sangat berpengaruh dan patut dipertimbangkan saat berkomunikasi dengan anak-anak. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
A. Lingkungan
Menciptakan suasana lingkungan yang ramah seperti rumah, memfasilitasi tempat bermain dan mainannya, anak-anak mengenakan pakaian bebas, meminimalkan tingkat kebisingan di lingkungan sekitar, tempat perawatan dianjurkan dekat dengan orang tua serta adanya kemudahan dalam aktivitas makan, minum, bermain dan istirahat.
Keamanan juga harus dijaga dengan cara, pegangan pintu dibuat dalam posisi yang tinggi, baik jendela maupun perlengkapan lain harus dirancang khusus demi keamanan anak.
B. Komunikasi verbal dan non verbal
1. Bicara pada anak sejajar dengan mata anak.
2. Gunakan bahasa yang dikenal dan mudah dipahami oleh anak.
3. Gunakan kalimat yang singkat.
4. Gunakan bahasa yang positif, misalnya “ayo ikut ibu, dan kita akan.....” bukannya “apakah kamu ingin....” Anak kecil jangan dibiarkan dalam posisi memilih, karena ia akan menjawab “tidak”.
5. Jangan marah atau membentak anak.
6. Biarkan anak menjalin hubungan dengan orang lain.
7. Gunakanlah sentuhan sebagai alat komunikasi.
8. Berkomunikasi melalui mainan anak.
9. Perhatikan komunikasi non verbal anda.
10. Bersikaplah jujur.
Untuk proses pengkajian tidak boleh dilupakan bahwa anak-anak pra sekolah dapat menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri dan pertanyaan-pertanyaan seharusnya diarahkan terutama pada anak sehingga mereka dapat berusaha untuk menjawabnya.
Perlu juga diingat, bahwa anak-anak tidak menyukai hal-hal yangt “diambil” dari mereka, jadi lebih baik mengatakan “saya ini akan melihat seberapa panas kamu” daripada “saya akan mengambil suhu kamu”.
Penjelasan akan segala macam tindakan yang akan dilakukan pada anak-anak harus sesuai dengan tahap perkembangan dan pengertian mereka. Pada anak-anak usia pra sekolah, jauh sebelum dilakukan tindakan dapat dipersiapkan terlebih dahulu, baik dari segi tempat, orang maupun waktunya.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
DAFTAR PUSTAKA
Engel, Joyce. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : Teresa. Jakarta : EGC, 1998
Lewer, Helen. Belajar Merawat di Bangsal Anak. Alih bahasa : Ernie Noviestari. Jakarta : EGC, 1996
Majalah Ayah Bunda : Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta : Gaya Favorit Press, 2002.
Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : RF Maulany, Jakarta : EGC, 1994.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II. Jakarta : EGC, 1998.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi
Pola pertumbuhan dan perkembangan pada anak menunjukkan variasi normal yang luas, sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya. Terdapat 3 macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam kartu pertumbuhan (growth card), yaitu :
1. Menggunakan mean dan standar deviasi (SD)
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu :
a. Mean ± 1 SD, mencakup 66,6 %
b. Mean ± 2 SD, mencakup 95 %
c. Mean ± 3 SD, mencakup 97,7 %
2. Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke-50 berarti bahwa anak tersebut berada pada urutan ke-50 sehingga jumlah yang sama berada di bawah dan di atasnya.
3. Menggunakan persentase
Besarnya variasi normal berada di antara persentasi tertentu terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100 %.
Misalnya, pada Lokakarya Antopometri Gizi Depkes 1975 bahwa :
a. Nilai 100 % untuk berat atau nilai persentil ke-50 dari Baku Harvard
b. Variasi normal berada antara 80 – 110 %.
Dalam pengkajian yang dilakukan pada anak usia pra sekolah digunakan parameter penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
1. Parameter penilaian pertumbuhan fisik
a. Berat badan
Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang dikutip dari Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke dalam usia 1 – 6 tahun, maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan rumus : umur (tahun) x 2 + 8
Klasifikasi berat badan terhadap umur :
1). Gomez
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). > 90 % : normal
b). 75 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 75 % : malnutrisi sedang (grade 2)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 3)
2). Jellifre
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median
3. Klasifikasi :
a). 90 – 110 % : normal
b). 81 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 80 % : malnutrisi sedang (grade 2 dan 3)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 4)
3). Klasifikasi menurut WHO
1. Baku NCHS
2. Cara : persentil
3. Klasifikasi :
a). Persentil ke 3 – 50 : normal
b). Persentil ≤ 3 : malnutrisi
4). Klasifikasi di Indonesia
1. Baku Boston
2. Cara : % dari median dan kenaikan berat badan
3. Klasifikasi :
Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan : normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.
b. Tinggi badan
Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah dapat menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77.
Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra sekolah antara 6 – 8 cm.
Klasifikasi tinggi badan terhadap umur :
1). Kanawati dan Mc Laren
a). ≥ 95 % : normal
b). 80 – 95 % : malnutrisi ringan
c). 85 – 90 % : malnutrisi sedang
d). 85 % : malnutrisi berat
2). CDC/ WHO
a). ≥ 90 % : normal
b). <> 85% atau > 14 cm : normal
2). < 76% atau < 12,5 cm : malnutrisi berat
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
2. Parameter penilaian perkembangan
a. Aspek motorik
Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran.
Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari.
Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.
b. Aspek Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi.
Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana.
Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali.
Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar.
c. Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap.
Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih uang logam.
Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari.
Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturut-turut.
d. Aspek sosialisasi
Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri dengan bantuan seminimal mungkin.
Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif.
Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda.
Usia 6 tahun, anak ini mulai dapat dipercaya, rasa takut berkurang, suka menggoda orang lain, kadang melakukan sikap menentang dan tidak sopan, kecemburuannya terhadap adik tampak nyata, serta berlaku curang untuk menang.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dipandang dari segi kelompok usia, ternyata anak-anak memiliki karakteristik yang khas dengan segala kompleksitasnya. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang khusus pula, bilamana kita sebagai seorang perawat mendapati pasien anak dengan berbagai tingkat usia, dalam hal ini secara khusus akan dibahas proses pendekatan terhadap anak kelompok usia pra sekolah (3-6 tahun) yang sedang sakit.
Pertama-tama kita harus tahu betul faktor-faktor yang sangat berpengaruh dan patut dipertimbangkan saat berkomunikasi dengan anak-anak. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
A. Lingkungan
Menciptakan suasana lingkungan yang ramah seperti rumah, memfasilitasi tempat bermain dan mainannya, anak-anak mengenakan pakaian bebas, meminimalkan tingkat kebisingan di lingkungan sekitar, tempat perawatan dianjurkan dekat dengan orang tua serta adanya kemudahan dalam aktivitas makan, minum, bermain dan istirahat.
Keamanan juga harus dijaga dengan cara, pegangan pintu dibuat dalam posisi yang tinggi, baik jendela maupun perlengkapan lain harus dirancang khusus demi keamanan anak.
B. Komunikasi verbal dan non verbal
1. Bicara pada anak sejajar dengan mata anak.
2. Gunakan bahasa yang dikenal dan mudah dipahami oleh anak.
3. Gunakan kalimat yang singkat.
4. Gunakan bahasa yang positif, misalnya “ayo ikut ibu, dan kita akan.....” bukannya “apakah kamu ingin....” Anak kecil jangan dibiarkan dalam posisi memilih, karena ia akan menjawab “tidak”.
5. Jangan marah atau membentak anak.
6. Biarkan anak menjalin hubungan dengan orang lain.
7. Gunakanlah sentuhan sebagai alat komunikasi.
8. Berkomunikasi melalui mainan anak.
9. Perhatikan komunikasi non verbal anda.
10. Bersikaplah jujur.
Untuk proses pengkajian tidak boleh dilupakan bahwa anak-anak pra sekolah dapat menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri dan pertanyaan-pertanyaan seharusnya diarahkan terutama pada anak sehingga mereka dapat berusaha untuk menjawabnya.
Perlu juga diingat, bahwa anak-anak tidak menyukai hal-hal yangt “diambil” dari mereka, jadi lebih baik mengatakan “saya ini akan melihat seberapa panas kamu” daripada “saya akan mengambil suhu kamu”.
Penjelasan akan segala macam tindakan yang akan dilakukan pada anak-anak harus sesuai dengan tahap perkembangan dan pengertian mereka. Pada anak-anak usia pra sekolah, jauh sebelum dilakukan tindakan dapat dipersiapkan terlebih dahulu, baik dari segi tempat, orang maupun waktunya.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
DAFTAR PUSTAKA
Engel, Joyce. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : Teresa. Jakarta : EGC, 1998
Lewer, Helen. Belajar Merawat di Bangsal Anak. Alih bahasa : Ernie Noviestari. Jakarta : EGC, 1996
Majalah Ayah Bunda : Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta : Gaya Favorit Press, 2002.
Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : RF Maulany, Jakarta : EGC, 1994.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II. Jakarta : EGC, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar