Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
Pengertian Sibling Rivalry
- Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
- Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
- Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
- Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
- Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
- Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
- Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
- Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
- Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
- Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
- Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
- Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
- Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
- Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.
Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
- Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting.
- Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
- Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.
Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
- Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
- Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
- Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
- Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
- Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
- Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
- Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
- Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
- Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
- Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
- Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
- Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
- Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
- Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
- Masalah tidur.
- Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
- Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.
Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun.
Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
- Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum kelahiran.
- Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
- Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh anaknya.
- Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.
Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.
Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
- Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
- Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
- Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri.
- Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.
Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
- Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.
- Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 71-72).
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 56- 57).
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Kyla, B. 2009. Sibling Rivalry. Diunduh 29 Januari 2009, 06: 49 PM. med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 67-76).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar