BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka kematian bayi (AKB) merupakan semua kejadian yang terjadi selama tahun pertama setelah melahirkan hidup per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2003). Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain, berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2002/2003 angka kematian bayi (AKB) berada pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. Sekitar 9,8 persen dari 184 ribu bayi lahir, meninggal akibat tetanus. Pertengahan tahun 1980, tetanus menjadi penyebab utama kematian bayi dibawah usia satu bulan (www.google.com). Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain : (1) Pemberian kekebalan pada bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, calon pengantin wanita dan wanita usia subur (2) Upaya pertolongan persalinan yang bersih dan aman melalui pelatihan/pembinaan dukun bayi dan pemanfaatan tenaga bidan di desa (3) Memasyarakatkan perilaku kehidupan keluarga sehat melalui dasawisma, posyandu dan kelompok peminat KIA, dan (4) Pelacakan tetanus neonatorum menurut indeks kasus yang diperoleh dari rumah sakit (DepKes RI, 1996).
Sejak tahun 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak 104 dari 161 negara berkembang telah mencapai keberhasilan tersebut. Tetapi, karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, maka UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengulur eliminasi hingga tahun 2005. Target eliminasi tetanus neonatorum adalah satu kasus per 1000 kelahiran di masing-masing wilayah dari setiap negara. Target yang diharapkan dapat dicapai oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB) menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (www.google.com). Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan imunisasi TT yang diberikan sejak bayi, difteri pertusis tetanus (DPT) 3 x murid sekolah dasar, meningkatkan cakupan imunisasi TT pada calon pengantin, ibu hamil dan wanita usia subur (WUS), surveilans tetanus neonatorum dan persalinan bersih. (www.google.com).
Cakupan imunisasi TT1 dan TT2 pada ibu hamil di Propinsi Lampung pada tahun 2002-2004 berfluktuatif naik turun. Sasaran imunisasi TT1 dan TT2 dari tahun 2002 yaitu 182.983 ibu hamil, cakupan TT1 ibu hamil di propinsi Lampung tahun 2002 adalah 84,10% (153.834 ibu hamil) dan cakupan TT2 80,70% (147.665 ibu hamil) kemudian pada tahun 2003 mengalami penurunan. Sasaran ibu hamil 186.228, cakupan TT1 75,26% (140.146 ibu hamil) dan TT2 70,69%(131.650 ibu hamil) dan TT2 pada tahun 2003 belum mencapai target yaitu 73,29%. Kemudian pada tahun 2004 meningkat kembali, cakupan TT1 90,41% dan TT2 87,21% (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2004). Sasaran imunisasi TT di Kota Metro pada tahun 2005 adalah 3045 ibu hamil, cakupan TT1 76,61% (2016 ibu hamil) dan cakupan TT2 adalah 86,62% (2730 ibu hamil). Pada tahun 2005 sasaran ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo berjumlah 620 ibu hamil, cakupan TT1 91,13% (514 ibu hamil) dan cakupan TT2 31,29% (194 ibu hamil) (DinKes Kota Metro, 2005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada bulan April 2006 jumlah ibu hamil yang memasuki trimester III berjumlah 57 orang dan yang tidak melakukan imunisasi TT lengkap berjumlah 22 ibu hamil (38,59%) (Puskesmas Yosomulyo, 2006).
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis memilih judul penelitian determinan ibu hamil tidak melakukan imunisasi tetanus toksoid lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar