JAKARTA, KOMPAS.com - Keterbatasan para siswa tunanetra dan tunarungu dalam mengenal alat reproduksinya membuat mereka seringkali mendapatkan informasi yang salah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Guna menjawab kebutuhan tersebut, Kementrian Pendidikan Nasional meresmikan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Kespro) Remaja Tunarungu dan Tunanetra, Rabu (29/09/10).
"Setiap orang memiliki hak yang sama dalam hal pendidikan, kesehatan dan hal-hal yang mendasar pada diri setiap orang. Karena itu, pemerintah memiliki kewajiban dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak-anak berkebutuhan khusus,” kata Menteri Pendidikan RI Mohammad Nuh.
Program edukasi bertajuk KESPRO ini adalah modul pendidikan kesehatan reproduksi interaktif dan berbasis teknologi informasi dan komputer yang ditunjukkan untuk siswa siswi Sekolah Menengah Pertama Sekolah Luar Biasa (SLB) A (Tunanetra) dan B (Tunarungu).
Hal ini berkaitan dengan pemerintah Indonesia yang berkomitmen dan mengikat diri dalam perjanjian internasional atas pengakuan hak anak, hak kesehatan reproduksi melalui ratifikasi Konvensi Hak Anak (Kepres Nomor 36 tahun 1990) serta Komitmen Internasional ICPD 1994 di Kairo
Media pembelajaran dikembangkan bagi program “MAJU dan LANGKAH PASTIKU” ialah modul cetak dan Braille, modul training untuk Guru dan Master trainer, boneka kesehatan reproduksi, celemek kesehatan reproduksi, kamus isyarat kesehatan reproduksi berbentuk CD film dan cetak
Dalam program yang mulai diberlakukan 1 September ini , sebanyak 126 guru yang terdiri dari 67 guru untuk siswa tunarungu dan tunanetra telah dilatih agar mampu mengajar pendidikan kesehtan reproduksi.
Di samping itu sebanyak 12 guru untuk siswa tunanetra dan 12 guru untuk siswa tunarungu terpilih serta 5 orang staf Direktorat pembinaan SLB telah dilatih menjadi Master trainer Pendidikan Kesehatan Reproduksi.
Menteri pendidikan juga berharap kerja sama dari pihak sekolah, di mana wujud kerja samanya ialah memberikan penyuluhan. "Seperti gudience conseling, dalam hal ini bekerja sama dengan menteri kesehatan,” kata Mohammad Nuh.
"Dan juga mengembangkan media media yang sejalan sehingga anak-anak berkebutuhan khusus sehingga mereka dapat menangkap pendidikan kesehatan reproduksi," tandas Mohammad Nuh.
Sumber: KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar