Terapi baru untuk perawatan kecantikan terus diburu konsumen. Setiap kali muncul alat atau penanganan terbaru mulai menghilangkan noda wajah, menghaluskan kulit, dan mempercantik paras secara keseluruhan selalu menjadi magnet orang untuk selalu mencoba. Tak pelak lagi klinik kecantikan dan estetika terus bertaburan, dan tak pernah sepi. Fenomena inilah mungkin yang membuat pertumbuhan total belanja rumah tangga sepanjang 2010 ternyata 20% berasal dari belanja perawatan pribadi . Baru kemudian diikuti belanja minuman 18% dan makanan 16%. Hasil Survei Perilaku Belanja Rumah Tangga AC Nielsen Indonesia 2010 menunjukkan belanja perawatan pribadi terdongkrak iklan bersifat masif di berbagai media serta tren fashion. Iklan dan promosi tersebut yang mempengaruhi cara pandang mengenai penampilan baik pada masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Direktur Consumer Panel Service Nielsen Indonesia, Lim Soon Lee menuturkan, dalam budaya urban, penampilan menunjukkan kekuatan pribadi dan dianggap berkontribusi pada keberhasilan. "Karena itu, kelas menengah ke atas bersedia membelanjakan uang lebih banyak untuk produk perawatan pribadi," kata Soon. Selama 2010, belanja iklan tiga produk perawatan pribadi yakni produk anti-penuaan, pembersih wajah, dan lotion kecantikan tumbuh masing-masing 8, 9, dan 73 persen. "Hasil dari pencitraan perawatan tubuh lebih mengarah pada perempuan berusia 35 tahun ke atas. Namun, penyebarannya makin merata di semua kelas ekonomi bila dibandingkan survei 2007," kata Soon. Bayangkan berapa juta rupiah yang harus mereka belanjakan untuk 4-5 kali perawatan dalam sebulan. Seperti dituturkan Ina (24), karyawati sebuah bank swasta, sudah setahun ini menjadi salah satu pelanggan sebuah klinik kecantikan setiap bulan mengeluarkan biaya antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk perawatan pribadinya. "Memang lumayan mahal. Tapi ya tuntutan zaman mau gimana lagi?,” jawabnya enteng.
Hal serupa dilakukan Dewi, manajer di sebuah perusahaan. Ia menuturkan, setiap bulan paling tidak harus mengganggar untuk perawatan diri antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per satu kali perawatan. “Anggaran ini bisa bertambah jika ada teknologi kecantikan terbaru," ungkapnya.
Bahkan ia mengaku pernah menghabiskan uangnya sampai Rp 20 juta hanya untuk paket pelangsingan.”Waktu itu setelah melahirkan berat badan saya naik sampai 20 kg ,” katanya.
Prilaku inilah yang membuat klinik kecantikan terus menjamur di hampir setiap pelosok kota. Bahkan telah dilengkapi konsultasi dokter. Klinik-klinik ini pun akhirnya berlomba-lomba menawarkan pelayanan mecengangkan yang menjanjikan perubahan penampilan seseorang secara sekejap.
Seperti untuk menghilangkan jerawat. Para wanita tak perlu panik dan menunggu jerawat mengempis dan muncul noda hitam. Dengan waktu rutin antara 2 hingga 3 kali treatment dengan laser jerawat membandel itu bisa langsung hilang dan wajah tampil lebih cantik. Helena Ritha, dari Klinik kecantikan Helena Beauty menuturkan, dengan teknik laser dan cream oles dalam sekejap jerawat dan masalah kulit lainnya bisa langsung hilang. " teknik laser sangat digemari karena lebih aman dan efek sampingnya sangat kecil," promonya. Dengan laser, semua bisa hilang hanya dalam hitungan menit. Tak mengherankan bila di klinik-klinik kecantikan itu menyusun daftar terapi yang panjangnya melebihi menu restoran besar. Pengencangan kulit wajah, menghilangkan bulu, pengencangan kulit tubuh, pelangsingan, mengatasi jerawat, pemancungan hidung, atau perbaikan kelopak mata, dan masih banyak lagi. Terapi laser memberikan hasil yang lebih pasti ketimbang dengan krim oles atau obat lain yang ditaruh di permukaan kulit. “Laser relatif tanpa efek samping. Namun tetap ada aturan pasca-tindakan yang perlu dipatuhi pasien agar hasil laser maksimal. Selama proses pemulihan, pasien dilarang berada di bawah sinar matahari agar tidak terjadi infeksi pada kulit,” tuturnya. Sebenarnya ada banyak tindakan kesehatan kecantikan lainnya selain laser yang hanya memperbaiki kelainan pada kulit dengan menggunakan panjang gelombang. Semua tindakan, menurut dokter kecantikan Ira Indriasari, tergantung kebutuhan seseorang. Sebab, semua orang pasti akan tua. Tetapi orangtua belum tentu memerlukan perawatan estetik. “Hanya bila dia merasa butuh dan penting, dia pergi mencari dokter estetik,” ujarnya. Kalau tua dan kulit keriput, seseorang merasa baik-baik saja, klinik kecantikan pun tak diperlukan. Kebutuhan yang diciptakan agar menjadi cantik itu makin menjamur sejalan dengan banyaknya model publik seperti artis, penyanyi, dan pembawa acara yang berwajah mulus. Semua ingin cantik dan putih seperti artis ini atau bintang itu, sehingga perawatan estetik pun tak lagi memandang umur. Padahal untuk satu kali treatment laser di Helena House Beauty ini anda harus mengeluarkan biaya antara Rp 300-500 ribu. " Jika ingin hasil cepat dalam beberapa hari Anda akan dikenakan biaya sebesar Rp 1 juta- 1,5 juta per treatment," katanya.
Drama Turki Menanggapi fenomena ini, Bagong Suyanto, sosiolog Universitas Airlangga mengatakan dengan adanya data ini menunjukkan adanya fenomena Drama Turki yang sedang terjadi pada masyarakat karena mereka berusaha mengejar kecantikan itu seperti lomba tanpa garis akhir. “ Dalam ilmu Sosiologi Drama Turki berarti seseorang yang selalu ingin tampil sempurna di hadapan orang lain layaknya bermain drama,” ujarnya. Apalagi saat ini, keinginan bersolek tidak hanya dilakukan oleh perempuan saja tapi juga oleh laki-laki. “ Laki-laki metrosexual biaya perawatan dirinya tak kalah mahal dari perempuan,” paparnya. Selain itu, masyarakat saat ini telah menjadi korban industri kapitalis modern. “Media membentuk pencitraan bahwa kecantikan itu ukurannya seperti ini, kalau tidak begini berarti tampilanmu belum sempurna,” terangnya. Sehingga, menurut Bagong, banyak masyarakat yang menjadi korban dari mode. “ Mengeluarkan uang jutaan rupiah, hanya agar bisa tampil sempurna seperti apa yang mereka lihat di televisi,” imbuhnya. Pepatah umur boleh tua tapi jiwa harus tetap muda, sepertinya memang tak salah adanya, karena untuk mendapatkan kecantikan yang selamanya dibutuhkan biaya yang tidak murah. Peralatan bertambah canggih, klinik makin banyak, dokter juga tak kehabisan stok, toh pasien tetap tak pernah puas memburu kecantikan.*
Oleh: Nirmala Ali sumber: http://www.surabayapost.co.id/ |