Pengertian
Menyapih adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur atau sekaligus (Ana Fitria, 2007). Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu ibunya.atau bisa juga berhentinya seorang ibu untuk menyusui anaknya. Atau bisa juga keduanya. Masa menyapih ini merupakan pengalaman emosional bagi sang ibu, anak, juga sang ayah. Karena ketiga pihak tersebut merupakan ikatan kesatuan yang tidak boleh dilupakan (http://asuhan .wikia.com/wiki/menyapih)
WHO (World Health Organization) merekomendasikan penyapihan dilakukan setelah bayi berusia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mempunyai pondasi kuat bagi perkembangan selanjutnya. Penyapihan anak 2 tahun dilakukan demi perkembangan maupun psikologis anaknya, seperti:
1) Mengembangkan pengenalan aneka ragam rasa dan tekstur makanan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan intelektualitasnya karena daya ingatnya akan menyimpan informasi mengenai berbagai rasa dan tekstur makanan.
2) Memperbanyak latihan mengunyah makanan padat agar gigi dan rahangnya berkembang optimal
3) Anak dilatih untuk mandiri karena tidak bergantung pada ASI setiap kali anak lapar atau haus.
Dampak Penyapihan Dini
1) Meningkatkan Risiko gejala pernafasan.
2) Meningkatkan resiko obesitas (Anonim, 2007).
3) Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses bounding tatchman terganggu.
4) Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
5) Pengaruh gizi yang menyebabkan malnutrisi pada anak.
6) Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal karena reaksi dari sistem imun.
Proses Penyapihan
Permulaan proses penyapihan adalah merupakan permulaan perubahan besar bagi bayi dan ibunya. Hubungan yang sangat erat antara ibu dan bayi, yang dimulai dalam rahim ibu dan dilanjutkan setelah bayi lahir, mulai melemah dan ini harus merupakan proses yang berjalan secara perlahan. Pada beberapa daerah, seringkali pemberian ASI dihentikan secara tiba-tiba bila ibu menjadi atau merasa hamil lagi. Masalah yang lebih serius akan terjadi bila bayi dipisahkan dari ibunya dan dikirim untuk dipelihara oleh kakek neneknya atau saudara orang tuanya. Pengaruh psikologi dan gizi dan praktik semacam ini dapat sangat berbahaya bagi anak yang masih sangat muda (Muchtadi, 2002).
Penyapihan adalah masa berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Telah diketahui bahwa terdapat resiko infeksi yang lebih tinggi, terutama penyakit diare, selama proses penyapihan ini dibandingkan dengan masa sebelumnya dalam kehidupan bayi. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan konsumsi ASI yang bersih dan mengandung faktor anti infeksi. Menjadi makanan yang seringkali disiapkan, disimpan dan diberikan pada anak dengan cara yang tidak higienis (Muchtadi, 2002).
d. Ada 2 metode Penyapihan yang biasa ibu lakukan, yaitu :
1) Metode seketika
Umumnya dilakukan pada keadaan terpaksa. Misalnya pada ibu mendadak sakit atau pergi jauh. Jika memilih metode ini yang harus dilakukan adalah:
Mengkomunikasikan situasi yang terjadi pada anak (terutama untuk anak satu tahun keatas).
Untuk memberikan minuman selain ASI tunggulah anak sampai merasa haus dan lapar. Karena biasanya ia bisa menerima minuman tersebut dalam kondisi lapar.
Alihkan perhatian anak dengan mainan yang ia suka sambil memberinya makan dan minum.
Beri susu formula yang rasanya mendekati ASI. Hadirkan sosok pengganti ibu yang dapat membuat anak merasa nyaman, walau ibu tidak berada disisinya.
2) Metode bertahap
Metode bertahap dibagi menjadi dua yaitu:
Natural weaning (penyapihan alami)
Disini ibu tidak memaksa anak untuk berhenti namun mengikuti tahap perkembangan anak.
Mother led weaning
Ibu menentukan kapan saat menyapih anak. Yang dibutuhkan pada metode ini adalah kesiapan mental ibu dan dukungan suami. Ayah juga harus berperan sebagai sosok yang memberikan kenyamanan selain ibu, dengan cara mengajak anak bermain (Iskadar, 2007).
Bahan Makanan Sapihan
Bahan yang dipilih untuk membuat makanan sapihan sebaiknya mudah didapat, harganya murah, paling sering dimakan, sebaiknya diramu dengan resep lokal (Arisman, 2004).
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung :
1) Makanan pokok (pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh keluarga, biasanya makanan yang mengandung tepung, gandum, kentang, maizena)
2) Kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning
3) Buah
4) Daging hewan
5) Minyak atau lemak
Bahan ini dibuat menjadi bubur untuk kemudian sebagai peneman ASI, disuapkan kepada bayi.
Tabel 3. Pola campur makanan Sapihan
Pola campur makanan sapihan
1. Campuran sederhana
Makanan pokok + kacang-kacangan, atau
makanan pokok + hewan, atau
makanan pokok + sayuran.
2. Campuran majemuk
a. Menggunakan tiga bahan
makanan pokok + kacang-kacangan + hewan, atau
makanan pokok + kacang-kacangan + sayuran, atau
makanan pokok + hewan + sayuran.
b. Menggunakan 4 bahan
makanan pokok + kacang-kacangan + hewan + sayuran. (Arisman, 2004)
Tips-tips agar proses menyapih berjalan dengan baik :
1) Lakukan proses penyapihan secara berlahan. Misalnya mengurangi secara bertahap frekuensi menyusui.
2) Alihkan perhatian anak/sibukkan anak dengan hal lain. Dengan membacakan buku ke anak, bermain, bernyanyi, dan sebagainya, hingga anak melupakan saat menyusui.
3) Kunci utama : Bina komunikasi yang baik dengan anak.
4) Hindari menyapih pada saat anak sedang tidak sehat atau sedang sedih, kesal, marah.
5) Hindari menyapih anak dari menyusu kebenda lain seperti empeng, botol susu, bantal dan sebagainya.
6) Biasanya disini peran ayah sangat dibutuhkan sebagai figur yang melengkapi sang ibu. Sekali lagi bina komunikasi baik dengan anak.
7) Hindari menyapih secara mendadak
8) Komunikasi ( Ana Fitria, 2007)
Makanan Tambahan
Makanan pelengkap atau tambahan adalah makanan lain yang diberikan selain ASI. Pengenalan makanan tmbahan dilakukan secara bertahap. Setelah bayi lahir diharapkan ibu memberikan ASI sampai usia bayi 2 tahun. Perkenalan dan pemberian makanan lain selain ASI (makanan pendamping ASI) pada umumnya diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan (Soetjiningsih, 1997).
Saat itulah dimana pertumbuhan dan peningkatan aktifitas memerlukan tambahan nutrien Setelah bayi berusia 2 tahun, ASI sepenuhnya akan digantikan oleh makanan sehari-hari. Asi hanya dibutuhkan sekali-kali saja sebagai kenyamanan.
Panduan pemberian makanan tambahan, petunjuk dari Departement Of Nutrition for Healt and Development, WHO :
Bersih dan aman bagi bayi
Dirancang dari makanan keluarga serta mempergunakan makanan lokal yang mudah diperoleh Makanan tambahan diberikan 3x sehari pada saat bayi berusia 6 – 7 bulan dan ditingkatkan menjadi 5x sehari saat berusia 12 bulan(Pujiarto, 2005)
Menyapih adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur atau sekaligus (Ana Fitria, 2007). Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu ibunya.atau bisa juga berhentinya seorang ibu untuk menyusui anaknya. Atau bisa juga keduanya. Masa menyapih ini merupakan pengalaman emosional bagi sang ibu, anak, juga sang ayah. Karena ketiga pihak tersebut merupakan ikatan kesatuan yang tidak boleh dilupakan (http://asuhan .wikia.com/wiki/menyapih)
WHO (World Health Organization) merekomendasikan penyapihan dilakukan setelah bayi berusia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mempunyai pondasi kuat bagi perkembangan selanjutnya. Penyapihan anak 2 tahun dilakukan demi perkembangan maupun psikologis anaknya, seperti:
1) Mengembangkan pengenalan aneka ragam rasa dan tekstur makanan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan intelektualitasnya karena daya ingatnya akan menyimpan informasi mengenai berbagai rasa dan tekstur makanan.
2) Memperbanyak latihan mengunyah makanan padat agar gigi dan rahangnya berkembang optimal
3) Anak dilatih untuk mandiri karena tidak bergantung pada ASI setiap kali anak lapar atau haus.
Dampak Penyapihan Dini
1) Meningkatkan Risiko gejala pernafasan.
2) Meningkatkan resiko obesitas (Anonim, 2007).
3) Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses bounding tatchman terganggu.
4) Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
5) Pengaruh gizi yang menyebabkan malnutrisi pada anak.
6) Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal karena reaksi dari sistem imun.
Proses Penyapihan
Permulaan proses penyapihan adalah merupakan permulaan perubahan besar bagi bayi dan ibunya. Hubungan yang sangat erat antara ibu dan bayi, yang dimulai dalam rahim ibu dan dilanjutkan setelah bayi lahir, mulai melemah dan ini harus merupakan proses yang berjalan secara perlahan. Pada beberapa daerah, seringkali pemberian ASI dihentikan secara tiba-tiba bila ibu menjadi atau merasa hamil lagi. Masalah yang lebih serius akan terjadi bila bayi dipisahkan dari ibunya dan dikirim untuk dipelihara oleh kakek neneknya atau saudara orang tuanya. Pengaruh psikologi dan gizi dan praktik semacam ini dapat sangat berbahaya bagi anak yang masih sangat muda (Muchtadi, 2002).
Penyapihan adalah masa berbahaya bagi bayi dan anak kecil. Telah diketahui bahwa terdapat resiko infeksi yang lebih tinggi, terutama penyakit diare, selama proses penyapihan ini dibandingkan dengan masa sebelumnya dalam kehidupan bayi. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan konsumsi ASI yang bersih dan mengandung faktor anti infeksi. Menjadi makanan yang seringkali disiapkan, disimpan dan diberikan pada anak dengan cara yang tidak higienis (Muchtadi, 2002).
d. Ada 2 metode Penyapihan yang biasa ibu lakukan, yaitu :
1) Metode seketika
Umumnya dilakukan pada keadaan terpaksa. Misalnya pada ibu mendadak sakit atau pergi jauh. Jika memilih metode ini yang harus dilakukan adalah:
Mengkomunikasikan situasi yang terjadi pada anak (terutama untuk anak satu tahun keatas).
Untuk memberikan minuman selain ASI tunggulah anak sampai merasa haus dan lapar. Karena biasanya ia bisa menerima minuman tersebut dalam kondisi lapar.
Alihkan perhatian anak dengan mainan yang ia suka sambil memberinya makan dan minum.
Beri susu formula yang rasanya mendekati ASI. Hadirkan sosok pengganti ibu yang dapat membuat anak merasa nyaman, walau ibu tidak berada disisinya.
2) Metode bertahap
Metode bertahap dibagi menjadi dua yaitu:
Natural weaning (penyapihan alami)
Disini ibu tidak memaksa anak untuk berhenti namun mengikuti tahap perkembangan anak.
Mother led weaning
Ibu menentukan kapan saat menyapih anak. Yang dibutuhkan pada metode ini adalah kesiapan mental ibu dan dukungan suami. Ayah juga harus berperan sebagai sosok yang memberikan kenyamanan selain ibu, dengan cara mengajak anak bermain (Iskadar, 2007).
Bahan Makanan Sapihan
Bahan yang dipilih untuk membuat makanan sapihan sebaiknya mudah didapat, harganya murah, paling sering dimakan, sebaiknya diramu dengan resep lokal (Arisman, 2004).
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung :
1) Makanan pokok (pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh keluarga, biasanya makanan yang mengandung tepung, gandum, kentang, maizena)
2) Kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning
3) Buah
4) Daging hewan
5) Minyak atau lemak
Bahan ini dibuat menjadi bubur untuk kemudian sebagai peneman ASI, disuapkan kepada bayi.
Tabel 3. Pola campur makanan Sapihan
Pola campur makanan sapihan
1. Campuran sederhana
Makanan pokok + kacang-kacangan, atau
makanan pokok + hewan, atau
makanan pokok + sayuran.
2. Campuran majemuk
a. Menggunakan tiga bahan
makanan pokok + kacang-kacangan + hewan, atau
makanan pokok + kacang-kacangan + sayuran, atau
makanan pokok + hewan + sayuran.
b. Menggunakan 4 bahan
makanan pokok + kacang-kacangan + hewan + sayuran. (Arisman, 2004)
Tips-tips agar proses menyapih berjalan dengan baik :
1) Lakukan proses penyapihan secara berlahan. Misalnya mengurangi secara bertahap frekuensi menyusui.
2) Alihkan perhatian anak/sibukkan anak dengan hal lain. Dengan membacakan buku ke anak, bermain, bernyanyi, dan sebagainya, hingga anak melupakan saat menyusui.
3) Kunci utama : Bina komunikasi yang baik dengan anak.
4) Hindari menyapih pada saat anak sedang tidak sehat atau sedang sedih, kesal, marah.
5) Hindari menyapih anak dari menyusu kebenda lain seperti empeng, botol susu, bantal dan sebagainya.
6) Biasanya disini peran ayah sangat dibutuhkan sebagai figur yang melengkapi sang ibu. Sekali lagi bina komunikasi baik dengan anak.
7) Hindari menyapih secara mendadak
8) Komunikasi ( Ana Fitria, 2007)
Makanan Tambahan
Makanan pelengkap atau tambahan adalah makanan lain yang diberikan selain ASI. Pengenalan makanan tmbahan dilakukan secara bertahap. Setelah bayi lahir diharapkan ibu memberikan ASI sampai usia bayi 2 tahun. Perkenalan dan pemberian makanan lain selain ASI (makanan pendamping ASI) pada umumnya diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan (Soetjiningsih, 1997).
Saat itulah dimana pertumbuhan dan peningkatan aktifitas memerlukan tambahan nutrien Setelah bayi berusia 2 tahun, ASI sepenuhnya akan digantikan oleh makanan sehari-hari. Asi hanya dibutuhkan sekali-kali saja sebagai kenyamanan.
Panduan pemberian makanan tambahan, petunjuk dari Departement Of Nutrition for Healt and Development, WHO :
- Berikan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan
- Berikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan
- Berikan ASI selama 2 tahun atau lebih
- Berikan tambahan makanan yang :
Bersih dan aman bagi bayi
Dirancang dari makanan keluarga serta mempergunakan makanan lokal yang mudah diperoleh Makanan tambahan diberikan 3x sehari pada saat bayi berusia 6 – 7 bulan dan ditingkatkan menjadi 5x sehari saat berusia 12 bulan(Pujiarto, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar