Askep Klien dengan Impetigo
AbstrakPengertian Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial dan mudah menular yang terdapat dipermukaan kulit. Infeksi ini disebabkan oleh streptokok dan stafilokok, dan berpindah dari manusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo kontagiosa tilbury fox (nonbullous) dan impetigo bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh S aureus galur grup II tipe faga 71 yang masuk kedalam lapisan kulit. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5 tahun. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV). Seorang ibu datang mengeluh pada badan anaknya terutama ketiak dan kaki kirinya terdapat luka seperti kulit melepuh yang sudah ada sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya luka tersebut berupa benjolan berisi cairan dan berada diketiak terlebih dahulu, kemudian pecah dan membekas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra.
Kata Kunci : Impetigo bulosa, infeksi, bula
Kasus
Seorang Ibu datang dengan membawa anaknya yang berusia 4 tahun, mengeluh pada badan anaknya terutama ketiak dan kaki kirinya terdapat luka seperti kulit melepuh yang sudah ada sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya luka tersebut berupa benjolan berisi cairan dan berada diketiak terlebih dahulu, kemudian pecah dan membekas. Ibu pasien kemudian membawa anaknya ke bidan untuk pengobatan namun keluhan tidak membaik. Anak merasakan perih pada lukanya. Tidak ada riwayat alergi ataupun penyakit lainnya sebelumnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum baik, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Status Dermatologi bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra.
Diagnosis
Impetigo Bulosa
Terapi
Pasien mendapat terapi antibiotik sirup berupa sefadroksil 2 kali ½ sendok makan, antibiotik topikal mupirocin zalf 3 kali dalam sehari dan antihistamin loratadine sirup 1 kali 1 sendok teh. Pasien juga diberikan sabun antiseptik dettol. Selain itu ibu pasien juga diedukasi untuk menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit ditambah larutan antiseptik, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah, mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet, menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak.
Diskusi
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Impetigo bulosa ditandai oleh pembentukan vesikel yang timbul sampai bulla dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah.
Diagnosis impetigo dapat ditegakkan dengan melihat perjalanan penyakit dan penampilan klinis dari lesi. Dilihat dari perjalanan penyakit, impetigo non bulosa dan bulosa dapat kita bedakan antara lain pada lesi non bulosa, lesi dimulai dengan adanya pustula kecil yang berkembang cepat menjadi bentuk krusta berwarna kekuningan seperti madu dimana biasanya lesi berukuran dengan d <> 9 th. Hal ini telah ditunjukkan dengan aktivitasnya yang sangat baik secara in vitro untuk S.aureus yang resisten terhadap mupirocin. Mekanismenya dengan menghambat sintesis protein dengan mengikat subunit 50S pada ribosom.
Untuk penggunaan antibiotik sistemik, ada beberapa golongan antibiotik sistemik yang dapat dipakai antara lain Cephalexin, merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi pertama yang biasa digunakan untuk pengobatan impetigo dan infeksi kulit lainnya. Mekanismenya aksinya adalah dengan menghambat sintesi dinding bakteri. Pada dewasa dapat diberikan 4x500mg sedangkan pada anak-anak 25-50mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis. Kemudian Amoxicillin dan Klavulanat diamana Amoxicillin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat protein ikatan penisilin. Klavulanat menghambat beta laktamase penghasil bakteri. Dosis dewasa 2x500mg, sedangkan untuk anak 20-45 mg/kgbb/hari. Ada juga dicloxacillin yang bekerja dengan mengikat pada satu atau lebih protein pengikat penisilin sekaligus menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dosisnya untuk dewasa adalah 4x125-500mg diberikan sebelum makan, sedangkan untuk anak 25mg/kgbb/hari. Eritromycin juga dapat dipakai untuk menghambat pertumbuhan bakteri, dosisnya 4x500 mg per hari. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan obat gol.lainnya. Obat ini cepat menyebabkan resistensi. Sering menimbulkan rasa tidak enak di lambung. Selain itu, Klindamicin dan Linkomisin dapat dipakai juga pada pengobtan kasus impetigo. Dosis linkomisin 3x500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil yakni 4x150 mg untuk dewasa dan 10-30 mg/kgbb/hari untuk anak. Efek sampingnya adalah dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa.
Pada pasien ini, berdasarkan keluhan, manifestasi dan diagnosinya maka diberi terapi sefadroksil sirup 2 x ½ C sebagai antibiotik sistemik dikarenakan pasien sudah ada riwayat pengobatan sebelumnya, mupirocin salep sebagai antibiotik topikal dan larutan antiseptik untuk membersihkan lesi dan loratadine 1x1 cth untuk mengurangi pruritus .
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan tekanan darah tinggi, pada sepertiga terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul.
Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening.
Kesimpulan
Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial dan mudah menular yang terdapat dipermukaan kulit. Infeksi ini disebabkan oleh streptokok dan stafilokok, dan berpindah dari manusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa terdapat luka seperti kulit melepuh pada ketiak dan kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra. Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini. Pengobatannya terdiri dari pemberian antibiotik baik sistemik maupun topikal dan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan pasien. Selain itu penting juga untuk memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga kebersihan diri pasien dan perawatan lukanya.
Referensi
- Djuanda, A., 2002. Pyoderma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 4. Penerbit FKUI : Jakarta.
- Lewis, L.S., 2009. Impetigo. Diakses tanggal 4 Desember 2009 dari http://www.emedicine.com
- Marwali H., 2000. Impetigo Bulosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 1st edition. Penerbit Hipokrates : Jakarta.
- Price, A.S., Wilson L.M, 1995. Infeksi Kulit dalam Patofisiologi Buku 2 edisi 4. Penerbit EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar