Cari Blog Ini

Askep Milia


Milia


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Milia adalah salah satu jenis kista epidermoid, yang dibatasi epidermoid dan berisi massa keratin. Milia sering dijumpai congenital atau lesi dapatan yang timbul pada bayi maupun dewasa. Beberapa penelitian melaporkan angka kejadiannya lebih banyak pada wanita dan yang lain melaporkan antara laki-laki dan wanita prevalensinya sama.5

Milia sering ditemukan di area mata khususnya di kelopak mata. Milia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu milia primer yang sering dijumpai pada bayi dan sering menghilang sendiri dalam satu sampai tiga bulan, dan milia sekunder yang timbul mengikuti lesi kulit sebelumnya.

Kebersihan atau hygiene kulit dapat mempengaruhi timbulnya penyumbatan sehingga mempermudah timbulnya milia. Iklim panas dengan banyak keringat mempermudah timbulnya milia yang akan member gambaran kista berupa bintik-bintik kecil berwarna putih. Penanganan milia pada bayi masih dipertanyakan, milia sering dibiarkan dan menghilang dengan sendirinya. Pada dewasa milia dapat mengganggu penampilan dan pasien sering mengeluhkan hal tersebut, sehingga diperlukan penanganan yang tepat terhadap milia.


1.2. TUJUAN PENULISAN

Mengetahui definisi milia, epidemiologi, klasifikasi, gejala klinis, etiologi, diagnosa banding, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histology, terapi, komplikasi, prognosis dan pencegahan milia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Milia adalah kista epithelial yang berasal dari penyumbatan saluran kelenjar ekrin yang berisi massa keratin. 6


2.2. EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi di Amerika Serikat menemukan milia primer paling banyak pada bayi (setengah dari semua bayi yang baru lahir). Erupsi milia multiple dan milia en plaque jarang muncul dalam waktu bersamaan. Tidak ada predileksi ras tertentu untuk munculnya milia. Prevalensi sama pada milia primer dan sekunder. Erupsi milia dan milia en plaque lebih sering ditemui pada wanita. Milia bisa ditemukan pada umur berapa saja, namun khas sering dijumpai pada bayi.1

Milia dapat ditemukan pada berbagai populasi dan umur. Milia primer ditemukan pada bayi baru lahir (50% dari semua bayi lahir) yang diperkirakan merupakan normal. Milia sekunder lebih sedikit ditemukan pada bayi tetapi mungkin akan muncul jika ada trauma pada kulit.3

Milia primer secara khas ditemukan di bayi, tetapi bisa juga ditemukan di anak-anak dan dewasa. Milia sekunder diobservasi pada kelainan kulit yang lepuh dan setelah dermabrasi. Milia en plaque dan erupsi multiple milia adalah hal yang berbeda1


2.3. KLASIFIKASI

Milia adalah kista kecil berukuran 1 – 2 mm berwarna putih mutiara (pearly white) di permukaan kulit. Milia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe primer merupakan kondisi normal ditemui pada kulit sehat dan milia sekunder yang secara khas ditemukan di kulit karena dipengaruhi berbagai macam kondisi. Milia yang ditemukan di langit-langit mulut pada bayi sering disebut Epstein pearls dan normal pada bayi.1

Milia yang timbul sekunder dari lesi sebelumnya sering dijumpai pada penyakit epidermolisis bulosa, porphyria cutanea tarda, luka bakar, setelah terapi dermabrasi, setelah penggunaan laser ablasi dan setelah penggunaan terapi topical glukokortikoid atau terapi 5-fluorouracil.5


2.4. PATOFISIOLOGI

Milia adalah kista epidermois. Kista berasal dari folikel sebacea. Milia primer tumbuh di kulit wajah yang menghasilkan folikel rambut vellus. Milia sekunder terjadi akibat kerusakan pilosebaceus.1


2.5. GEJALA KLINIS

Milia sering asimptomatik. Pada anak-anak dan dewasa biasa muncul di area sekitar mata. Erupsi milia biasanya onsetnya lebih cepat bahkan dalam beberapa minggu.1

Pada pemeriksaan kulit, Milia ditemukan di superficial kulit, uniform, warna putih mutiara sampai kuning muda, lesi membentuk kubah dengan diameter antara 1 – 2 mm. Efloresensi yang ditemukan adalah papula-papula milier, multiple kadang berkelompok. 6 Pada milia en plaque, milia dalam jumlah lebih banyak muncul pada plaque eritem. 1

Distribusi di kulit: milia primer, pada bayi ditemukan di wajah terutama di area hidung. Milia juga bisa ditemukan di mukosa (Epstein pearls) dan palatum (Bohn nodules). Milia primer di anak-anak dan dewasa berkembang di wajah, terutama di area mata. Milia sering ditemukan dengan distribusi linier, melintang sepanjang lekuk hidung pada beberapa anak. Milia sekunder ditemukan di tubuh bagian mana saja yang dipengaruhi oleh bermacam-macam kondisi. Erupsi milia ditemukan di kepala, leher dan tubuh bagian atas.1,2 Milia juga bisa ditemukan di langit-langit mulut. 4

Lokasi-lokasi yang paling sering dijumpai milia primer pada bayi:3,4

  • Sekitar hidung
  • Sekitar mata (periorbital area)
  • Pipi
  • Dagu
  • Dahi


Lokasi-lokasi jarang dijumpai milia pada bayi, tetapi bisa muncul walaupun jarang:

  • Badan
  • Tungkai dan lengan
  • Penis (korpus penis)
  • Membrane mucosa (area di dalam mulut)3

Milia en plaque memberi gambaran plaque yang berbeda di wajah dan leher. Plaque pernah dilaporkan terdapat di area postauricular, unilateral atau bilateral, pipi dan plaque submandibula.1


2.6. ETIOLOGI

Milia terbentuk karena kelenjar minyak belum terbentuk sempurna dan kulit tidak mengelupas secara normal sehingga menyebabkan terperangkap di dalam kulit. Milia primer dipercaya timbul di kelenjar sebacea yang tidak berkembang secara lengkap, hal ini menjelaskan terjadinya pada bayi. Lesi sekunder timbul mengikuti trauma atau kulit lepuh oleh karena gangguan di duktus keringat. Milia sering dihubungkan dengan berbagai macam kelainan, termasuk pemphigoid bulosa, keturunan dan epidermolysis bulosa dapatan, liken planus bulosa, porphyria cutanea tarda dan luka bakar. Trauma kulit dari dermabrasi atau radioterapi dapat menyebabkan pembentukan milia.1

Kebersihan atau hygiene kulit dapat mempengaruhi timbulnya penyumbatan pada saluran kelenjar ekrin sehingga mempermudah timbulnya milia. Iklim panas yang memacu banyak keringat juga mempermudah timbulnya penyakit. Tidak ada bakteri yang menyebabkan timbulnya milia. 5, 6

Orang dewasa bisa timbul milia di wajah. Kista dan benjolan juga bisa timbul di bagian tubuh yang mengalami inflamasi atau trauma sebelumnya. Iritasi kulit oleh karena kain atau baju yang kasar mungkin menyebabkan kemerahan ringan pada sekitar benjolan tetapi bagian tengah berwarna putih. Milia yang teriritasi kadang disalahartikan 'baby acne' (sebenarnya bukan bentuk acne). 4

Milia sekunder berkembang dari dermatitis kontak bulosa dan fotokontak alergi terhadap sinar matahari. Milia juga sering muncul setelah terapi leishmaniasis cutaneus dan setelah pemberian salep topical nitrogen untuk plaque mycosis fungal. Milia sekunder pernah dilaporkan timbul setelah pemakaian kortikosteroid topical. Milia merupakan kasus jarang pada genodermatosiss (syndrome Bazex-Dupr e-Christol). Milia primer dan erupsi milia multiple telah dilaporkan berhubungan dengan gangguan autosomal dominant yang diturunkan. Etiologi milia en plaque belum diketahui.1

2.7. DIAGNOSA BANDING

  1. Acne Vulgaris
  2. Syringoma
  3. Trichoepithelioma
  4. Milialike idiopathic calcinosis cutis (pada penderita Sindrom Down)1


2.8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk milia sederhana. Diagnosa pasti dengan pemeriksaan klinis.4 Pemeriksaan penyakit yang mendasari penting untuk milia sekunder. Biopsy kulit dilakukan bila perlu pada pasien dengan diagnosis yang masih diragukan. Jika curiga adanya milia en plaque, biopsy adalah tindakan yang bijaksana untuk menyingkirkan diagnosa lain, seperti mucinosis follicular dan trichoepitheliomata multiple. Pada orang yang lebih tua dengan kerusakan kulit akibat sinar matahari, sindrom Favre-Rachouchet (nodul elastosis pada kulit) harus disingkirkan.1

2.9. PEMERIKSAAN HISTOLOGI

Pemeriksaan histology menunjukkan adanya kista epidermoid, tetapi besar kista lebih kecil. Milia biasanya terletak di dermis superficial dan mempunyai garis epithelial (dengan lapisan sel bergranula). Kista berisi keratin lamellated dalam jumlah bervariasi. Milia primer yang sering dijumpai pada bayi dan anak-anak ditemukan di rambut sebacea yang mengelilingi folikel rambut vellus. Milia sekunder di area kulit lepuh ditemukan pada duktus kelenjar ekrin keringat.1

2.10. TERAPI

Tidak ada terapi topical maupun sistemik yang efektif untuk milia primer dan sekunder. Terdapat laporan tentang penggunaan isotretinoin topical, etretinate oral dan minocycline dalam menerapi pasien dengan milia en plaque.1

Milia dapat dibiarkan begitu saja, tetapi jika pasien meminta pengangkatan, insisi dengan jarum cutting-edge dan pengeluaran isi biasanya efektif. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa anestesi local. Paper clip dilaporkan berhasil digunakan untuk mengeluarkan isi kista. Milia en plaque dapat diterapi dengan efektif dengan elektrodesiccation, laser karbon dioksida, dermabrasi dan cryosurgery. 1, 5 Ekstirpasi milia dengan tindakan yang benar tidak akan menimbulkan scar pada kulit. 4

Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada milia diantaranya yaitu:6

  • Bedah listrik
  • Elektrolisis
  • Elektrofulgurasi


2.11. KOMPLIKASI

Tidak ada komplikasi sistemik yang dilaporkan. 1, 4


2.12. PROGNOSIS

Milia yang ditemukan pada bayi biasanya akan menghilang spontan dalam mingu-minggu pertama.1 Kadang milia akan menetap sampai 2 – 3 bulan. Milia pada anak-anak dan dewasa biasanya menetap. Milia sekunder pada kulit lepuh jarang sembuh. 1


2.13. PENCEGAHAN

Tidak ada pencegahan spesifik untuk milia. 4 Cara terbaik untuk pencegahan terhadap milia adalah melindungi kulit terhadap agen kimia yang kuat dan menghindari paparan sinar matahari. Untuk mengurangi milia di sekitar mata, bila menggunakan berbagai macam cream, hindari pemakaian area sekitar mata terlalu banyak. Juga, usap wajah terutama area sekitar mata dengan halus dan hindari menggosok mata dengan kasar. Bila menggosok gigi, usahakan pasta gigi tetap ada di dalam mulut, hindari pasta gigi terkena area sekitar mulut, sehingga bisa mengurangi iritasi kulit terhadap fluoride. Gunakan tabir surya apabila bepergian dalam terik sinar matahari dan pilih yang mengandung bahan titanium oxide atau zinc oxide. 2


BAB III

KESIMPULAN

Milia adalah kista epithelial yang berasal dari penyumbatan saluran kelenjar ekrin yang berisi massa keratin. Milia dapat ditemukan pada berbagai populasi dan umur. Milia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu milia primer merupakan kondisi normal ditemui pada kulit sehat dan milia sekunder yang secara khas ditemukan di kulit karena dipengaruhi berbagai macam kondisi. Pada pemeriksaan kulit, Milia ditemukan di superficial kulit, uniform, warna putih mutiara sampai kuning muda, lesi membentuk kubah dengan diameter antara 1 – 2 mm. Efloresensi yang ditemukan adalah papula-papula milier, multiple kadang berkelompok. Milia primer dipercaya timbul di kelenjar sebacea yang tidak berkembang secara lengkap. Kelenjar minyak belum terbentuk sempurna dan kulit tidak mengelupas secara normal sehingga menyebabkan massa keratin terperangkap di dalam kulit.

Milia sering dihubungkan dengan berbagai macam kelainan, termasuk pemphigoid bulosa, keturunan dan epidermolysis bulosa dapatan, liken planus bulosa, porphyria cutanea tarda dan luka bakar. Trauma kulit dari dermabrasi atau radioterapi dapat menyebabkan pembentukan milia. Tidak ada terapi topical maupun sistemik yang efektif untuk milia primer dan sekunder. Milia dapat menghilang spontan. Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada milia diantaranya yaitu bedah listrik, elektrolisis, elektrofulgurasi dan insisi dengan jarum cutting-edge dan pengeluaran isi biasanya efektif tanpa anestesi local.




DAFTAR PUSTAKA

1. Cooper, S et al. Milia. 2008. http://emedicine.medscape.com/article/1058063-overview

2. Anonym.Milia.2007.http://www.bigskincare.com/skin_diseases/milia_causes_treatment.php

3. Anonym. Milia. 2008. http://www.skinsight.com/infant/milia.htm

4. Kaneshiro,NK.Milia.2009.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001367.htm

5. Wolf. K et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th edition. Mc Graw Hill Medical. United States ; 2008. Pages 1065, 2339.

6. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2005. Hal 267 - 268


Untuk Diagnosa Dapat dilihat di askep acne-jerawat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip

0-Asuhan Kebidanan (Dokumen Word-doc) 0-KTI Full Keperawatan (Dokumen Word-doc) Anak Anatomi dan Fisiologi aneh lucu unik menarik Antenatal Care (ANC) Artikel Bahasa Inggris Asuhan Kebidanan Asuhan Keperawatan Komunitas Asuransi Kesehatan Berita Hiburan Berita Terkini Kesehatan Berita Tips Twitter Celeb contoh Daftar Pustaka Contoh KTI Contoh KTI Kebidanan Farmakologi (Farmasi) Gadar-kegawatdaruratan Gizi Handphone Hirschsprung Hukum Kesehatan Humor Segar (Selingan) Imunisasi Info Lowongan Kerja Kesehatan Intranatal Care (INC) Jiwa-Psikiatri kamus medis kesehatan online Kebidanan Fisiologis Kebidanan Patologis Keluarga Berencana (KB) Keperawatan Gerontology Kesehatan Anak (UMUM) Kesehatan Bayi (untuk UMUM) Kesehatan Haji Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM) Kesehatan Ibu Menyusui (untuk UMUM) Kesehatan Pria (untuk UMUM) Kesehatan Remaja Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Wanita (untuk UMUM) Koleksi Skripsi Umum Konsep Dasar KTI D-3 Kebidanan KTI Skripsi Keperawatan kumpulan askep Laboratorium Lain-lain Makalah Keperawatan Kebidanan Managemen Kesehatan Mikrobiologi Motivasi Diri Napza dan zat Adiktif Neonatus dan Bayi News Penyakit Menular potensi KLB Penyakit Menular Seksual (PMS) Postnatal Care (PNC) Protap-SOP Psikologi-Psikiater (UMUM) Reformasi Kesehatan Sanitasi (Penyehatan Lingkungan) Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Sistem Endokrin Sistem Immunologi Sistem Indera Sistem Integumen Sistem Kardiovaskuler Sistem Muskuloskeletal Sistem Neurologis Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Pernafasan Surveilans Penyakit Teknologi Tips dan Tricks Seks Tips Facebook Tips Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tips Kecantikan Tips Kesehatan Umum Tokoh Kesehatan Tutorial Blogging Youtuber