TREMATODA(Cacing daun)
TREMATODA
Tubuhnya tidak bersegmen.
Bentuknya menyerupai daun atau silindris
Bersifat hermaprodit
Reproduksinya secara ovivar atau dalam bentuk larva
Infeksi terutama oleh stadium larva yang masuk usus, kadang-kadang melalui kulit.
Contoh spesies
Fasciola hepatica
Fasciolopsis buski
Paragonimus westermani
Clonorchis sinensis
Scistosoma mansoni
Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium
Fasciola hepatica
Tubuhnya tidak bersegmen.
Bentuknya menyerupai daun atau silindris
Bersifat hermaprodit
Reproduksinya secara ovivar atau dalam bentuk larva
Infeksi terutama oleh stadium larva yang masuk usus, kadang-kadang melalui kulit.
Contoh spesies
Fasciola hepatica
Fasciolopsis buski
Paragonimus westermani
Clonorchis sinensis
Scistosoma mansoni
Schistosoma japonicum
Schistosoma haematobium
Fasciola hepatica
HOSPES
Hospes definitif : Manusia, kambing, sapi, biri-biri.
Hospes perantara I : Keong air / siput.
Hospes perantara II : Tumbuhan air।
PENYAKIT
Fascioliasis
TELUR
Ukuran : 130 – 150 mikron x 63 – 90 mikron
Warna : kuning kecoklatan.
Bentuk : Bulat oval dengan salah satu kutub mengecil.
Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil.
Berisi sel-sel granula berkelompok।
CACING DEWASA
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daun berukuran 20 – 30 mm x 8 – 13 mm.
Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone) pada bagian anteriornya.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
Uterus pendek berkelok-kelok.
Testis bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan berjumlah 2 buah.
Ovarium sangat bercabang
SIKLUS HIDUP
Telur keluar melalui saluran empedu ke dalam feses.
Telur dalam air dalam waktu 9 – 15 hari menjadi berisi mirasidium.
Mirasidium keluar dan mencari keong air (hospes perantara pertama)
Mirasidium menjadi sporokista lalu menjadi redia.
Redia menghasilkan serkaria berekor satu dan berenang bebas.
Serkaria melekat pada tumbuhan air (hospes perantara ke-2)
Serkaria membentuk metaserkaria।
SIKLUS HIDUP (lanjut)
Metaserkaria masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi tumbuhan air (seperti selada air).
Dalam duodenum larva keluar dari kista, menembus dinding usus, masuk rongga perut, menembus hati.
Dalam hati cacing tumbuh dalam saluran empedu dan menjadi dewasa.
Cacing dewasa akan melakukan pembuahan sel telur dan trjadi perkembangan telur yang akan diletakkan pada uterus.
Saat cacing gravid mengeluarkan telur, maka akan tercampur ke dalam feses manusia।
EPIDEMIOLOGI
Banyak kasus di daerah yang mempunyai peternakan sapi, biri-biri dan kambing didukung oleh kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsumsi sayuran mentah.
Masyarakagt di sekitas sungai dan area persawahan yang memiliki kebiasaan memakan siput / keong air memiliki resiko terinfeksi lebih tinggi apalagi didukung oleh kondisi higiene dan sanitasi yang kurang baik।
PENCEGAHAN
Tidak memakan sayran mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga bisa dihindari terinfeksi oleh metaserkaria.
Pemberantasan penyakit kecacingan pada hewan ternak.
Pengobatan sempurna pada penderita।
DIAGNOSA LABORATORIUM
Bahan pemeriksaan dapat berupa feses dan atau cairan duodenum.
Dari feses penderita dapat ditemukan telur atau cacing dewasa.
Dalam cairan duodenum mungkin ditemukan metaserkaria atau larva cacing.
Jumlah sel eosinofil dalam darah akan meningkat nyata
CLONORCHIS SINENSIS
HOSPES
Hospes definitif : Manusia, binatang pemakan daging mentah.
Hospes perantara I : Keong air / siput.
Hospes perantara II : Ikan।
PENYAKIT
Clonorchiasis
MORFOLOGITelur
Ukuran : 16 x 30 mikron
Dinding agak tebal.
Bentuk : oval seperti bola lampu pijar.
Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil.
Memiliki tonjolan kecil pada bagian kutub yang membesar.
Berisi embrio (mirasidium).
Cacing dewasa
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daun berukuran 10 – 25 mm x 3 – 5 mm.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
Uterus pendek berkelok-kelok.
Testis bercabang, berjumlah 2 buah.
Ovarium berlobus terletak di atas testis.
Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan
SIKLUS HIDUP
Telur dikeluarkan bersama feses .
Telur dalam air akan menetas,
mirasidium akan keluar dan mencari hospes perantara pertama yaitu keong air (siput Bulinus / Semisulcospira).
Dalam tubuh keong mirasidium berkembang menjadi sporokista dan kemudian menjadi redia.
Redia akan menghasilkan serkaria.
Serkaria akan akan keluar dari tubuh siput dan mencari hospes perantara ke-2, yiatu ikan (Famili Cyprinidae)
SIKLUS HIDUP
Setelah masuk ke tubuh ikan, serkaria akan melepaskan ekornya dan membentuk kista (metaserkaria.)
Metaserkaria akan masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi ikan
Metaserkaria akan mengalami proses ekskistasi di duodenum dan keluarlah larva.
Dengan bantuan enzim pencernaan di duodenum larva akan masuk ke ductus koledokus lalu ke saluran empedu dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan।
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Saat larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu, penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi. Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :
Stadium ringan : tidak ditemukan gejala.
Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa penuh, diare.
Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus, oedema dan sirosis hepatis
EPIDEMIOLOGI
Banyak kasus di daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan mentah atau ikan yang diolah kurang matang। Sering ditemukan di Cina, Jepang, Korea dan Vietnam.
DIAGNOSA LABORATORIUM
Bahan pemeriksaan dapat berupa feses.
Dari feses penderita ditemukan telur yang dapat diperiksa baik dengan cara langsung maupun tak langsung।
PARAGONIMUS WESTERMANI
HOSPES
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjing
Hospes perantara I : Keong air / siput (Melania/Semisulcospira spp)
Hospes perantara II : Ketam / kepiting।
PENYAKIT
Paragonimiasis
MORFOLOGITelur
Ukuran : 80 –120 x 50 – 60 mikron
Bentuk oval cenderung asimetris.
Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil.
Ukuran operkulum relatif besar, sehingga kadang tampak telurnya seperti terpotong.
Berisi embrio
Cacing dewasa
Bersifat hermaprodit.
Sistem reproduksinya ovivar.
Bentuknya menyerupai daun berukuran 7 – 12 x 4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 – 5 mm.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.
Uterus pendek berkelok-kelok.
Testis bercabang, berjumlah 2 buah.
Ovarium berlobus terletak di atas testis.
Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan।
SIKLUS HIDUP
Telur dikeluarkan bersama feses । Telur yang masuk dalam air akan menetas, mirasidium akan keluar dan mencari hospes perantara pertama yaitu keong air (siput Bulinus / Semisulcospira). Dalam tubuh keong mirasidium berkembang menjadi sporokista dan kemudian menjadi redia. Redia akan menghasilkan serkaria. Serkaria akan akan keluar dari tubuh siput dan mencari hospes perantara ke-2, yiatu ikan (Famili Cyprinidae) Setelah masuk ke tubuh ikan, serkaria akan melepaskan ekornya dan membentuk kista (metaserkaria.) didalam kulit di bawah sisik. Metaserkaria akan masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang matang. Metaserkaria akan mengalami proses ekskistasi di duodenum dan keluarlah larva. Dengan bantuan enzim pencernaan di duodenum larva akan masuk ke ductus koledokus lalu ke saluran empedu dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan.
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Saat larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu, penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi. Gejala yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :
Stadium ringan : tidak ditemukan gejala.
Stadium progresif : terjadi penurunan nafsu makan, perut terasa penuh, diare.
Stadium lanjut : didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus, oedema dan sirosis hepatis
EPIDEMIOLOGI
Banyak kasus di daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan mentah atau ikan yang diolah kurang matang। Sering ditemukan di Cina, Jepang, Korea dan Vietnam.
PENCEGAHAN
Tidak memakan ikan mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara sempurna sehingga bisa dihindari terinfeksi oleh metaserkaria dalam ikan.
Pengobatan sempurna pada penderita dengan prazikuantel।
DIAGNOSA LABORATORIUM
Bahan pemeriksaan dapat berupa feses. Dari feses penderita ditemukan telur yang dapat diperiksa baik dengan cara langsung maupun tak langsung.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar